Anda di halaman 1dari 19

KERAGAMAN STRUKTUR KALIMAT

DAN PENGARUHNYA TERHADAP MAKNA

Pendahuluan:
Sebagaimana dimaklumi bahwa setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri yang mungkin
berbeda dari satu bahasa ke bahasa yang lain Bahasa Arab mempunyai sistem tersendiri dalam
merangkai kata-katanya. Sistem ini akan lebih mudah dikaji, manakala diperbandingkan dengan
bahasa yang sudah dikenal. Karena itulah maka kajian ini, akan sedapat mungkin,
memperbandingkan dngan struktur bahasa Indonesia. Pengenalan struktur kalimat ini penting
untuk memahami gagasan yang terkandung dalam kalimat tersebut.Dalam bahasa Arab ada dua
pola kalimat dasar, yaitu : Pertama, jumlah (kalimat) ismiyyah dan kedua jumlah fi’liyyah.
1.Jumlah Ismiyyah
Jumlah Ismiyyah terdiri dari mubtada’ sebagai pokok kalimat yang umumnya berupa kata benda
( isim ) dan khabar , bisa berupa isim, fi’il (jumlah fi’liyyah) , jumlah ismiyyah atau syibh al-
jumlah , yakni jar majrur atau zarf sebagai penjelas mubtada’ .
Contoh Jumlah Ismiyyah
1-‫عالم‬ ‫هو‬ ‫؛‬ ‫مدرس‬ ‫حسان‬
2-‫العربية‬ ‫اللغة‬ ‫يدرس‬ ‫حسان‬
3- ‫التلفزيون‬ ‫أمام‬ ‫هو‬ ‫؛‬ ‫البيت‬ ‫في‬ ‫حسان‬
Struktur Jumlah Ismiyyah tidak selalu diawali oleh mubtada’ , bahkan jika mubtada’ tidak
berupa isim ma’rifat maka jumlah tersebut pada umumnya diawali oleh khabar , yaitu jika
mubtada’ nya berupa isim nakirah dan khabarnya berupa jar majrur atau zarf. Misalnya :
1- ‫خطيب‬ ‫المنبر‬ ‫على‬ ‫؛‬ ‫مسلمون‬ ‫المسجد‬ ‫في‬
Di dalam masjid ada orang-orang Islam : di atas mimbar ada seorang khatib
2- ‫أوالد‬ ‫الغرفة‬ ‫في‬ ‫؛‬ ‫ضيوف‬ ‫البيت‬ ‫في‬
Di rumah ada tamu-tamu : Di dalam kamar ada anak-anak
3- ‫مزرعة‬ ‫المسجد‬ ‫وراء‬ : ‫شارع‬ ‫البريد‬ ‫مكتب‬ ‫أمام‬
Di depan kantor pos ada jalan : Di belakang masjid ada sawah
4- ‫غنم‬ ‫الشجرة‬ ‫تحت‬ : ‫مصباح‬ ‫المكتب‬ ‫فوق‬
Di atas meja ada sebuah lampu : Di bawah pohon ada seekor kambing
Jika mubtada ‘ yang nakirah di atas dirubah menjadi ma’rifah maka sttrukturnya bisa
dikembalikan ke struktur semula yakni mubtada’ – khabar, tetapi boleh juga masih tetap khabar-
mubtada’. Jadi boleh : ‫ المسلمون في المسجد‬atau ‫ في المسجد المسلمون‬.Perbedaan kalimat yang terakhir ini
dengan kalimat ‫ في المسجدد مسلمون‬adalah perbedaan antara makna isim ma’rifah dan isim nakirah,
yakni pengertian yang sudah tertentu dan yang belum tertentu. Adapun perbedaan antara kalimat
‫ المسلمون في المسجد‬dengan kalimat ‫ في المسجد المسلمون‬adalah pada gagasan yang ingin ditekankan.
Yang pertama lebih menekankan sebuah gagasan yang berupa “orang-orang Islam”, yang kedua
lebih menekankan gagasan yang berupa “di dalam masjid”.
2.Jumlah Fi’liyyah
Jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata kerja, baik berupa fi’il madli mudlari’
maupun fi’il amar, misalnya :
1- ‫الجامعة‬ ‫إلى‬ ‫الذهاب‬ ‫قبل‬ ‫الكتاب‬ ‫فريد‬ ‫قرأ‬
Farid telah membaca buku sebelum berangkat ke kampus
2- ‫أسبوع‬ ‫كل‬ ‫في‬ ‫مرتين‬ ‫العربية‬ ‫حسان‬ ‫يدرس‬
Hassan mengajar bahasa Arab dua kali setiap minggu
3- ‫حسن‬ ‫بخلق‬ ‫الناس‬ ‫ق‬
ِ ‫خاِل‬
Bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik
Di samping dua jumlah di atas sebagai unsur pokok dalam sebuah kalimat, ada satu bentuk lagi
yang disebut dengan syibh jumlah terdiri dari : a) jar majur yaitu setiap kata yang diawali dengan
salah satu huruf jarmisalnya, misalnya : ‫ في المدرسة ؛ من المكتبة‬dan b) zarf, yaitu setiap kata yang
diawali dengan zarf misalnya :‫المسجد‬ ‫وراء‬ ‫؛‬ ‫الجامعة‬ ‫أمام‬ .
Di samping unsur pokok yang sering juga disebut ma’mul ‘umdah, ada juga unsur-unsur
penunjang , sering disebut ma’mul fudllah, yang dapat menambah informasi yang terkandung
dalam sebuah kalimat. Semakin banyak unsur penunjang maka semakin jelas pula informasi
yang diberikan oleh kalimat tersebut. Secara garis besar, unsur-unsur penunjang tersebut terdiri
dari:
1-Maf’ul bih, misalnya :
1-‫الجامعة‬ ‫في‬ ‫دراسته‬ ‫إتمام‬ ‫ألجل‬ ‫البحث‬ ‫يكتب‬ ‫أن‬ ‫الطالب‬ ‫كل‬ ‫على‬ ‫يجب‬
Setiap mahasiswa harus menulis skripsi untuk menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi.
2-‫المسجد‬ ‫في‬ ‫األذان‬ ‫سمعت‬
Saya mendengar azan di masjid
3-‫الماضي‬ ‫الشهر‬ ‫في‬ ‫الدكتوراه‬ ‫شهادة‬ ‫على‬ ‫أحمد‬ ‫حصل‬
Ahmad memperoleh ijazah Doktor bulan lalu.
Kata-kata yang digaris bawah dalam contoh-contoh di atas adalah maf’ul bih. Pada prinsipnya
kata kerja yang mempunyai maf’ul bih adalah kata kerja yang muta’addi atau transitif. Kata kerja
ini ada dua macam: ada yang muta’addi langsung, yakni tanpa huruf jar , dan ada yang muta’addi
tidak langsung, yakni melalui huruf jar. Kata kerja dalam contoh nomor terakhir adalah
muta’addi tidak langsung dengan menggunakan huruf jar ‫ على‬. Kata kerja intransitif (lazim ) bisa
dirubah menjadi transitif ( muta’addi ) dengan salah satu dari tiga cara, yaitu: dengan
mengikutkan pada wazan ‫ أفعل ؛ فعّل‬atau dengan menambah huruf jar tertentu. Tetapi yang
terakhir bersifat sama’i artinya kita hanya mengikuti yang sudah ada, dalam hal kombinasi kata
kerja tertentu dan huruf jar tertentu.
2-Maf’ul mutlaq, misalnya :
1-‫رجاء‬ ‫مساعدتك‬ ‫أرجو‬
Saya sangat mengharap bantuanmu
2-‫كبيرا‬ ‫تطورا‬ ‫االستقالل‬ ‫بعد‬ ‫بالدنا‬ ‫تطورت‬
Negara kita berkembang setelah merdeka secara pesat .
2- ‫ضربات‬ ‫خمس‬ ‫العدو‬ ‫الجندي‬ ‫ضرب‬
Tentara itu memukul musuh lima pukulan
3- (‫سريعا‬ ‫)تطورا‬ ‫سريعا‬ ‫االستقالل‬ ‫بعد‬ ‫نا‬ ‫بالد‬ ‫تطورت‬
Negeri kita berkembang setelah merdeka secara cepat
4- ‫التأييد‬ ‫كل‬ ‫البالد‬ ‫هذه‬ ‫في‬ ‫العدل‬ ‫إقامة‬ ‫نؤيد‬
Kami mendukung penegakan keadilan di negeri ini secara penuh
5- ‫المعرفة‬ ‫حق‬ ‫يعرفني‬ ‫هو‬
Dia tahu betul tentang saya
6- (‫حمدا‬ ‫هللا‬ ‫)نحمد‬ ‫هلل‬ ‫حمدا‬
Segala puji sungguh-sungguh bagi Allah
7- (‫شكرا‬ ‫)نشكرك‬ ‫شكرا‬
Sungguh-sungguh terima kasih
Maf’ul mutlaq digunakan untuk maksud :
• ta’kid (memperkuat pernyataan),
• bayan nau’ (penjelasan macam atau kualitas suatu perbuatan) dan
• bayan ‘adad al-fi’li (penjelasan frekuensi perbuatan).
• Terkadang yang disebutkan hanya sifat dari maf’ul mutlaqnya saja, sementara maf’ul mutlanya
sendiri tidak disebutkan, seperti pada contoh nomor 4, dan terkadang juga maf’ul mutlaq
disebutkan secara tersendiri, tanpa ada fi’il maupun fa’ilnya, seperti dua contoh yang terakhir,
nomor 7 dan 8.
3-Maf’ul liajlih, yakni kata yang menjelaskan sebab dilakukannya sebuah perbuatan, biasanya
kata tersebut dalam bentuk mashdar dan berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan hati
(af’al al-qulub ), yakni kata kerja yang berkaitan dengan hati, seperti yang bermakna takut, ingin,
mengharap dan sebagainya, contoh:
1-‫سيطرت الواليات المتحدة على العراق رغبة في الهيمنة على دول الشرق االوسط‬
1-Amerika Serikat menguasai Irak karena ingin menghegemoni negara-negara Timur Tengah
2-‫االمتحان‬ ‫في‬ ‫الفشل‬ ‫من‬ ‫خوفا‬ ‫الليل‬ ‫طول‬ ‫دراسته‬ ‫في‬ ‫الطالب‬ ‫اجتهد‬
2-Mahaiswa itu giat belajar sepanjang malam karena takut gagal dalam ujian.
4-Maf’ul ma’ah, yakni kata yang terletak setelah wawu maiyyah yang maknanya “dengan” dan
tidak bisa dimaknai sebagai wawu ‘ataf dalam kalimat ersebut, misalnya:
1-‫الشمس‬ ‫وغروب‬ ‫القافلة‬ ‫انطلقت‬
Kafilah itu berangkat bersamaan dengan terbenamnya matahari
2-‫اإلسالم‬ ‫وتعاليم‬ ‫تتنافى‬ ‫أعماال‬ ‫تعمل‬ ‫ال‬
Jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam
5-Maf’ul fih, yakni kata yang menjelaskan kapan atau di mana perbuatan itu dillakukan,
misalnya:
‫ليال‬ ‫القرآن‬ ‫المسلمون‬ ‫قرأ‬
Orang-orang muslim membaca al-Qur’an di waktu malam
‫المدرسة‬ ‫أمام‬ ‫القدم‬ ‫كرة‬ ‫األوالد‬ ‫يلعب‬
Anak-anak bermain sepak bola di depan sekolah
6-Hal, yaitu kata atau kalimat yang menjelaskan keadaan pelaku atau objek ketika suatu
perbuatan sebagaimana yang dinyatakan dalam kata kerja itu dilakukan, misalnya :.
(َ‫السيارة‬ ‫راكبين‬ ‫)أو‬ ‫السيار ِة‬ ‫راكبي‬ ‫منزلي‬ ‫إلى‬ ‫الضيوف‬ ‫يأتي‬
Para tamu datang ke rumahku naik mobil
‫ماشيا‬ ‫تأكل‬ ‫وال‬ ‫جالسا‬ ‫كل‬
Makanlah sambil duduk jangan makan sambil berjalan
‫بالصحة‬ ‫عليك‬ ‫يمن‬ ‫أن‬ ‫هللا‬ ‫أسأل‬ ‫وأنا‬ ‫إليك‬ ‫أكتب‬
Saya menulis surat kepadamu seraya mohon kepada Allah mudah-mudahan memberimu
kesehatan
‫الحريق‬ ‫من‬ ‫يهربون‬ ‫الناس‬ ‫شاهدت‬
Saya menyaksikan orang-orang lari dari kebakaran
‫عينيه‬ ‫في‬ ‫العبرات‬ ‫تتألق‬ ‫حزينا‬ ‫باكيا‬ ‫الحرب‬ ‫في‬ ‫أبوه‬ ‫مات‬ ‫الذي‬ ‫الرجل‬ ‫جلس‬
Orang yang ayahnya mati dalam peperangan itu duduk seraya menangis sedih berlinangan air
mata
7- Tamyiz , yakni keterangan erhadap sesuatu masalah yang samar berkaitan dengan benda.
Bedanya dengan hal adalah bahwa yang terakhir ini berkaitan dengan keadaan, sementara tamyiz
berkaitan dengan benda, baik benda kongkrit maupun abstrak, seperti:
‫قماشا‬ ‫مترا‬ ‫اشتريت‬
Saya membeli satu meter kain
‫شهرا‬ ‫عشر‬ ‫إثنا‬ ‫السنة‬
Satu tahun ada dua belas bulan
‫يوما‬ ‫ثالثون‬ ‫الشهر‬
Satu bulan ada tigapuluh hari
‫ساعة‬ ‫وعشرون‬ ‫أربع‬ ‫اليوم‬
Satu hari ada duapuluh emp at jam
8-tawabi’ yang terdiri dari : na’at, ‘ataf’ taukid dan badal
‫النعت‬ :
‫الناس‬ ‫من‬ ‫كثير‬ ‫يهمله‬ ‫مهم‬ ‫أمر‬ ‫العلم‬ ‫طلب‬
Menuntut ilmu adalah hal penting yang diabaikan banyak orang.
Dalam contoh di atas, ada dua bentuk naat : yang pertama naat mufrad yaitu kata muhimm, dan
yang kedua adalah naat jumlah yaitu kata yuhmiluh katsir min an-nas. Kalimat ( jumlah ) ini
terletak setelah dan sekaligus menjelaskan isim nakirah yaitu muhimm. Sementara kata muhimm
bukan berupa kalimat ( jumlah ) maka ketika kata tersebut menjadi sifat bagi kata sebelumnya
yakni amr , kata tersebut disebut na’at mufrad (pengertian mufrad di sini adalah bukan kalimat
atau jumlah )
‫الثمانينات‬ ‫في‬ ‫فيه‬ ‫أسكن‬ ‫كنت‬ ‫الذي‬ ‫القديم‬ ‫البيت‬ ‫عمي‬ ‫اشترى‬
Pamanku membeli rumah lama yang dulu pada tahun delapan puluhan saya tinggal di situ.
‫أخالقهم‬ ‫الطيبة‬ ‫األصدقاء‬ ‫اختيار‬ ‫من‬ ‫لك‬ ‫بد‬ ‫ال‬
Kamu mesti memilih teman-teman yang baik akhlaknya.
Contoh yang terakhir di aas disebut na’at sababi yakni kata at-tayyibah. Cirinya adalah bahwa
na’at tersebut mempunyai fa’il dalam contoh di atas adalah kata akhlaquhum, yang mengandung
dlamir (kata ganti) yang kembali kepada man’ut dalam contoh di atas kata al-asdiqa.. Na’at
sababi tersebut akan selalu dalam bentuk mufrad sebagaimana hubungan antara fi’il dengan
fa’ilnya. Tetapi harus mengikuti kata yang sesudahnya , yakni failnya dalam hal muannats dan
muzakkarnya, meskipun harus berbeda dengan man’utnya, mislanya:
‫أمه‬ ‫الكريمة‬ ‫الرجل‬ ‫حضر‬
‫أبوها‬ ‫الكريم‬ ‫المرأة‬ ‫حضرت‬
‫أمهم‬ ‫الكريمة‬ ‫الرجال‬ ‫حضر‬
‫أبوهن‬ ‫الكريم‬ ‫النساء‬ ‫حضرت‬
‫أبوهم‬ ‫الكريم‬ ‫الرجال‬ ‫حضر‬
‫أمهن‬ ‫الكريمة‬ ‫النساء‬ ‫حضرت‬
Dengan kata lain, na’at sababi merupakan kata sifat yang mempunyai fa’il.dan kata tersebut
menjadi na’at atau sifat bagi kata sebelumnya. Perlu diketahui bahwa kata sifat seperti isim fa’il ,
isim maf’ul atau sifah musyabbahah, bisa berfungsi seperti fungsi kata kerjanya, yaitu
mempunyai fa’il bagi isim fa’il dan sifah musyabbahah dan mempunyai na’ib fa’il bagi isim
maf’ul. Maka jika kata tersebut mempunyai fa’il yang ada kata ganti ( dlamir )nya, kemudian
kata tersebut menjadi na’at atau sifat bagi kata sebelumnya, dalam keadaan seperti itulah disebut
na’at sababi.
‫العطف‬ :
‫التنفيذية‬ ‫الطالب‬ ‫هيئة‬ ‫عقدتها‬ ‫التي‬ ‫الندوة‬ ‫والطالب‬ ‫األساتيذ‬ ‫حضر‬
Guru Besar dan para mahasiswa menghadiri seminar yang diadakan oleh Lembaga Eksekutif
Mahasiswa
‫التوكيد‬ :
‫االمتحان‬ ‫في‬ ‫جميعهم‬ ‫الطالب‬ ‫أولئك‬ ‫نجح‬
Mahasiswa-mahasiswa itu lulus ujian semuanya.
Kata jami’ di atas merupakan taukid yakni kata yang memperkuat pernyataan, sebab jika tidak
diberi kata semacam itu, kemungkinan dipahami bahwa yang lulus sebagian amat besar boleh
jadi ada satu atau dua mahasiswa yang tidak lulus.
‫المتفوقين‬ ‫للطالب‬ ‫جائزة‬ ‫أعطى‬ ‫الذي‬ ‫هو‬ ‫نفسه‬ ‫الجامعة‬ ‫مدير‬
Rektornya sendiri yang memberi hadiah kepada para mahasiswa yang berprestasi
Jika tidak diberi taukid kemungkinan bisa dipahami bahwa yang memberi hadiah adalah
Pembantu Rektor, yang mewakilinya.
‫البدل‬ :
‫كندا‬ ‫في‬ ‫اإلسالمي‬ ‫المجتمع‬ ‫تطور‬ ‫عن‬ ‫محاضرة‬ ‫يلقي‬ ‫أحمد‬ ‫األستاذ‬
Profesor Ahmad menyampaian ceramah tentang perkembangan masyarakat Islam di Canada.
Yang di maksud dengan ustaz di sini adalah Ahmad, dan Ahamad yang dimaksud di sini adalah
Ahmad yang profesor (ustaz ). Kedua kata tersebut sama maksudnya, karena itu maka badal
tersebut disebut badal kull min al-kull.
‫صوته‬ ‫حسان‬ ‫يعجبني‬
Saya kagum dengan suara Hassan
Kata shaut menggantikan Hassan, jadi yang dikagumi bukan Hassannya tapi suaranya. Karena
suara seseorang merupakan sesuatu yang tercakup dalam dirinya maka badal ini disebut badal
isytimal
‫نصفها‬ ‫المسافة‬ ‫قطعنا‬
Kita menempuh separuh jarak perjalanan
Kata nishf menggantikan masafah, yang ditempuh bukan seluruh jarak perjalanan tetapi
separuhnya. Nishf atau setengan adalah merupakan bagian dari suatu keseluruhan, maka badal
ini disebut badal ba’dl min al-kull
9. Idlafah
Idlafah ada dua macam yaitu:
a) idlafah ma’nawiyyah dan
b) b)idlafah lafziyyah.
Adapun Idlafah ma’nawiyyah adalah merupakan penyatuan dua kata atau lebih yang
menimbulkan makna salah satu dari tiga berikut : pertama, makna ‫( من‬dari), misalnya : ‫( خاتم ذهب‬
cincin dari emas); kedua, makna ‫( في‬dalam) misalnya ‫( صالة العصر‬salat dalam waktu ashar) dan
ketiga, makna ‫( ل‬milik atau untuk), misalnya ‫( منزل أحمد‬rumah milik Ahmad). Idlafah terdiri dari
mudlaf dan mudlaf ilaih. Struktur ini bisa terdiri dari dua kata sebagaimana contoh di atas, bisa
juga lebih dari dua, misalnya : ‫( فناء منزل أحمد‬halaman rumah Ahmad) atau seperti ‫فناء منزل رئيس‬
‫المدرسة‬ (halaman rumah Kepala Sekolah).
Idlafah lafziyyah adalah idlafah yang tidak menimbulkan salah satu dari tiga makna huruf jar di
atas, yakni ‫ من ؛ ل ؛ في‬. Disebut lafziyyah karena hanya lafalnya saja yang tampak dalam struktur
idlafah, sementara maknanya bukan idlafah, misalnya: ‫ ( كثير المال‬banyak uangnya); atau ‫قليل الكالم‬
(sedikit bicaranya). Oleh karena itu, berbeda dengan idlafah ma’nawiyyah, yang mudlaf nya
tidak boleh diberi tambahan ‫ ال‬, dalam idlafah lafziyyah , mudlaf nya bisa diberi ‫ ال‬misalnya :
kata ‫ كثير الكالم‬bisa menjadi ‫( الكثير المال‬orang yang banyak harta) dan begitu pula kata ‫ قليل الكالم‬bisa
menjadi ‫( القليل الكالم‬orang yang sedikit bicara)., hampir sama dengan ungkapan ‫ الذي كثر ماله‬dan
‫كالمه‬ ‫ق ّل‬ ‫الذي‬ .
Apa yang dijelaskan di atas adalah pola-pola struktur kalimat yang terdiri dari unsur pokok (
ma’mul ‘umdah )yakni jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah , sementara yang lainnya adalah
unsur pelengkap, (ma’mul fudlah). Semakin banyak unsur pelengkap yang ada pada suatu
kalimat, semakin lengkap pula informasi yang terkandung didalamnya. Pola-pola struktur
tersebut membentuk berbagai macam kalimat. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya sebuah
kalimat terjadi dari kombinasi unsur-unsur di atas. Kombinasi isi sifatnya arbriter, dan bisa
bersifat kompleks, tergantung pada kebutuhan pengungkapan. Semakin lengkap ragam pola
struktur yang digunakan dalam sebuah kalimat semakin lengkap informasi yang terkandung
didalamnya dan semakin kompleks kalimat tersebut..
Pemahaman terhadap sebuah kalimat menuntut pengenalan pola strukturnya, sebab model
struktur kalimat akan sangat berkaitan dengan maknanya. Karena itu maka kemampuan
menganalisis struktur kalimat amat diperlukan dalam pemahaman sebuah teks bahasa Arab.
Kekeliruan dalam menganalisisnya dapat mengakibatkan kesalahapahaman. Kalimat tertentu
terkadang mempunyai lebih dari satu kemungknan struktur, sebab struktur kalimat tertentu dapat
berbeda maknanya dari yang lain. Oleh karena struktur kalimat juga berkaitan dengan makna,
maka pemahaman terhadap konteks juga diperlukan dalam menentukan struktur kalimat,
misalnya:
.‫الجديد‬ ‫الطبيب‬ ‫صديق‬ ‫أمس‬ ‫رأيت‬
Kemarin saya melihat teman dokter yang baru itu.
Jika kata yang digaris bawah di atas dibaca aljadida , maka stuktur kata tersebut merupakan sifat
atau naat dari kata shadiq, teapi kalau dibaca al-jadidi kata tersbut menjadi sifat atau naat dari
kata at-tabib. Perbedaan struktur ini pada akhirnya juga berpengaruh pada makna kalimat. Arti
kalimat di atas: Saya kemarin melihat teman dokter yang baru. Jika dibaca al-jadida maka yang
baru adalah teman dokter tersebut, tetapi jika dibaca al-jadidi , yang baru adalah dokternya.
Maka , penentuan struktur kalimat tersebut tergantung pada maknanya, dan ini hanya dapat
dipastikan melalui konteksnya.
Berikut ini adalah contoh analisis struktur kalimat

‫وهذا التوسع ال يرجع‬. ‫إن التقدم الكبير الذي حدث في مختلف ميادين العلوم في الغرب رافقه التوسع في مفردات اللغات الغربية‬
‫ فإن كثيرا منه قام على مفردات اعتباطية كالنسبة إلى األشخاص أو إلى أشياء عادية ولكنه‬،‫كله إلى أصول اللغات الغربية‬
‫ معاني خاصة ساعدت على إنماء مفردات المعاجم الغربية وسبب صعوبات في إيجاد البدائل المقابلة‬،‫ بشيوع استعماله‬،‫اكتسب‬
‫بالعربية‬ ‫لها‬.
Analisis:
1- ‫إن التقدم الكبير الذي حدث في مختلف ميادين العلوم في الغرب رافقه التوسع في مفردات اللغات الغربية‬
Artinya: Kemajuan besar yang telah terjadi pada berbagai bidang keilmuan di Barat diikuti oleh
perluasan kosa kata bahasa-bahasa Barat.
Kalimat di atas disebut jumlah ismiyyah, yakni kalimat yang diawali dengan isim (kata benda),
yang terdiri dari unsur pokok yakni mubtada’ (subyek) dan khabar (predikat). Tetapi masing-
masing unsur tersebut diikuti oleh penjelasan tersendiri.
Mubtada’: ‫الغرب‬ ‫في‬ ‫العلوم‬ ‫ميادين‬ ‫مختلف‬ ‫في‬ ‫حدث‬ ‫الذي‬ ‫الكبير‬ ‫التقدم‬ ‫إن‬
Khabar : ‫رافقه التوسع في مفردات اللغات الغربية‬

Kalimat di atas adalah jumlah ismiyyah yang sudah ditambah dengan ‫ إن‬, terdiri dari : M (15+16)
+ Kh(1+ 6 +2) . Penjelasan:
(‫ نعت ( ؛ الذي = )إسم موصول‬+ ‫التقدم الكبير الذي = إسم إن )منعوت‬
Kemajuan besar yang
‫الموصول‬ ‫صلة‬ = ‫الغرب‬ ‫في‬ ‫العلوم‬ ‫ميادين‬ ‫مختلف‬ ‫في‬ ‫حدث‬
terjadi dalam berbagai bidang ilmu di Barat
‫إن‬ ‫خبر‬ = ‫الغربية‬ ‫اللغات‬ ‫مفردات‬ ‫في‬ ‫التوسع‬ ‫رافقه‬
( ‫نعت‬ + ‫إضافة‬ ) ‫مجرور‬ +‫جار‬+ ‫فاعل‬ + ‫به‬ ‫مفعول‬ + ‫فعل‬
Artinya:
Diikuti oleh perluasan dalam kosakata-kosakata bahasa Barat.
2-‫الغربية‬ ‫اللغات‬ ‫أصول‬ ‫إلى‬ ‫كله‬ ‫يرجع‬ ‫ال‬ ‫التوسع‬ ‫وهذا‬
Artinya: Dan perluasan ini tidak semuanya bersumber pada dasar-dasar bahasa Barat.
Kalimat di atas adalah jumlah ismiyyah yang terdiri M(19 + 20) – Kh (1+2) – jar + majrur (23 +
24)-(15 + 16)
(‫بدل‬ + ‫منه‬ ‫)مبدل‬ ‫مبتدأ‬ = ‫التوسع‬ ‫هذا‬ ‫عطف‬ ‫حرف‬ = ‫و‬
(‫فاعل‬ + ‫)فعل‬ ‫خبر‬ = ‫كله‬ ‫يرجع‬ ‫ال‬
(‫نعت‬ + ‫إضافة‬ ) ‫مجرور‬ + ‫جار‬ = ‫الغربية‬ ‫اللغات‬ ‫أصول‬ ‫إلى‬
(‫)منعوت‬ ‫إليه‬ ‫مضاف‬ + ‫مضاف‬ = ‫اللغات‬ ‫أصول‬
‫نعت‬ + ‫منعوت‬ = ‫الغربية‬ ‫اللغات‬
Penjelasan : Satu kata bisa mempunyai dua fungsi, misalnya sebagai mudlaf ilaih, sekaligus
sebagai man’ut.
‫فإن كثيرا منه قام على مفردات اعتباطية كالنسبة إلى األشخاص أو إلى أشياء عادية‬
‫عطف‬ ‫حرف‬ = ‫ف‬
‫إن‬ ‫إسم‬ = (‫التوسع‬ ‫)من‬ ‫منه‬ ‫كثيرا‬
‫ فاعل = خبر إن‬+ ‫ قام )هو( =فعل‬: ‫قام على مفردات اعتباطية = جملة فعلية‬
(‫نعت‬ + ‫)منعوت‬ ‫مجرور‬ + ‫جار‬ = ‫اعتباطية‬ ‫مفردات‬ ‫على‬
Artinya:
Sebab banyak di antara perluasan itu berdasarkan kosakata-kosakata yang sifatnya arbiter seperti
penisbahan kepada person-person tertentu atau sesuatu yang sifatnya biasa.
Penjelasan : Kata ‫ ف‬tidak selalu berrti “maka” kadang-kadang berarti “sebab”, seperti pada
contoh di atas. Dalam hal ini konteks kalimat perlu dipertimbangkan. Begitu pula kata ‫ قام‬yang
arti asalnya “berdiri”, jika dihubungkan dengan harf jar ‫ على‬artinya “berdasarkan”, jika
dihubungkan dengan harf jar ‫ب‬ artinya “melakukan”
‫ معاني خاصة ساعدت على إنماء مفردات المعاجم الغربية‬،‫ بشيوع استعماله‬،‫ولكنه اكتسب‬
(‫ ضمير )إسم لكن‬+ ‫و= حرف العطف ؛ لكنه ) التوسع المذكور ( = لكن‬
‫“لكن‬ ‫من‬ ‫حبر‬ = (‫هو‬ + ‫)اكتسب‬ ‫فاعل‬+ ‫فعل‬ = ‫”اكتسب‬
‫ومفعوله‬ ‫الفعل‬ ‫بين‬ ‫معترضة‬ = (‫ومجرور‬ ‫)جار‬ ‫الجملة‬ ‫شبه‬ = ‫استعماله‬ ‫بشيوع‬
( ‫نعت‬ + ‫)منعوت‬ ‫به‬ ‫مفعول‬ = ‫خاصة‬ ‫معاني‬
‫خاصة‬ ‫“معاني‬ ‫ل‬ ‫نعت‬ = ( ‫هي‬ + ‫)ساعد‬ ‫الفعلية‬ ‫الجملة‬ = ‫”ساعدت‬
Keterangan : Jumlah, baik yang ismiyyah atau fi’liyyah jika menjelaskan isim nakirah, seperti
pada contoh di atas , yakni ‫ معاني خاصة ساعدت‬maka kedudukannya akan menjadi na’at atau sifah ,
implikasinya pada makna adalah tambahan makna “yang”. Dalam contoh di atas menjadi :
makna-makna khusus yang medukung …
(‫)إضافة‬ ‫ومجرور‬ ‫جار‬ = ‫الغربية‬ ‫المعاجم‬ ‫مفردات‬ ‫إنماء‬ ‫على‬
‫إليه‬ ‫مضاف‬ + ‫مضاف‬ = ‫الغربية‬ ‫المعاجم‬ ‫مفردات‬ ‫إنماء‬
‫نعت‬ + (‫إليه )مننعوت‬ ‫ مضاف‬+ ‫مضاف‬ (‫إليه‬ ‫الغربية =)مضاف‬ ‫المعاجم‬ ‫مفردات‬
Keterangan : Kata ‫ مفردات‬di atas, di samping menjadi mudlaf ilaih juga merupakan mudlaf. .
Implikasinya, huruf akhirnya tidak boleh dibaca tanwin dan awal katanya tidak boleh
mnggunakan ‫ال‬ , kecuali pada idlafah lafziyyah .
‫لكن وهو كذلك معطوف على “اكتسب‬ ّ ‫ هو( خبر من‬+ ‫”و = حرف عطف ؛ سبب = الجملة من الفعل ولفاعل )سبب‬
‫سبب‬ ” ‫ل‬ ‫به‬ ‫مفعول‬ = ‫”صعوبات‬
‫بصعوبات‬ ‫متعلق‬ ، ‫المجرور‬ + ‫الجار‬ = ‫البدائل‬ ‫إيجاد‬ ‫في‬
(‫)منعوت‬ ‫إليه‬ ‫مضاف‬ + ‫مضاف‬ = ‫البدائل‬ ‫إيجاد‬
‫نعت‬ + (‫إليه‬ ‫)مضاف‬ ‫منعوت‬ = ‫المقابلة‬ ‫البدائل‬
(‫)ضمير‬ ‫مجرور‬ + ‫جار‬ = (‫الغربية‬ ‫المعاجم‬ ‫)لمفردات‬ ‫لها‬
‫“المقابلة‬ ‫ب‬ ‫متعلق‬ ‫مجرور‬+ ‫جار‬ = ‫”بالعربية‬.
‫‪Arti‬‬ ‫‪kalimat‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪atas‬‬ ‫‪menjadi‬‬ ‫‪:‬‬
‫‪Tetapi perluasan kosa kata yang berdasar cara arbiter seperti penisbahan pada nama person-‬‬
‫‪person atau sesuatu hal yang biasa itu, karena banyak digunakan, mendapat makna-makna baru‬‬
‫‪yang mendukung semakin bertumbuhnya kosakata-kosakata kamus bahasa Barat.‬‬
‫‪Analisis‬‬ ‫‪Struktur‬‬ ‫‪Kalimat‬‬ ‫‪:‬‬
‫‪Teks‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪al-Gazali‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪bukunya‬‬ ‫‪Maqasid‬‬ ‫‪al-Falasifah‬‬
‫أما التمهيد فهو أن العلوم وإن انشعبت أقسامها فهي محصورة في قسمين ‪ :‬التصور والتصديق ‪ .‬أما التصور فهو إدراك الذوات‬
‫التي يدل عليها بالعبارات المفردة على سبيل التفهيم والتحقيق كإدراك المعنى المراد بلفظ الجسم والشجر والملك والجن والروح‬
‫وأمثاله‪ .‬وأما التصديق فكعلمك بأن العالم حادث والطاعة يثاب عليها والمعصية يعاقب عليها ‪ ،‬وكل تصديق فمن ضرورته أن‬
‫يتقدمه تصوران‪ .‬فإن من لم يفهم ا لعالم وحده ‪ ،‬والحادث وحده لم يتصور منه التصديق بأنه حادث بل لفظ الحادث إذا لم يتصور‬
‫معناه صار كلفظ المادث مثال‪ .‬ولو قيل العالم مادث لم يمكنك ال تصديق وال تكذيب ألن ما ال يفهم كيف ينكر أو كيف يصدق به‬
‫وكذلك لفظ العالم إذا أبدل بمهمل‪ .‬ثم كل واحد من التصور والتصديق ينقسم إلى ما يدرك أو ال من غير طلب وتأمل‪ ،‬وإلى ما ال‬
‫يحصل إال بالطلب‪ .‬أما الذي يتصور من غير طلب فكالموجود والشيء وأمثالهما‪ .‬وأما الذي يتحصل بالطلب فكمعرفة حقيقة‬
‫وذواتها‬ ‫الخفية‬ ‫األمور‬ ‫وتصور‬ ‫والجن‬ ‫والملك‬ ‫‪.‬الروح‬
‫وأما التصديق المعلوم أوال ‪ :‬فكالحكم بأن اإلثنين أكثر من واحد وأن األشياء المساوية لشيء واحد متساوية ويضاف إليه‬
‫‪ .‬الحسيات والمقبوالت وجملة من العلوم التي تشتمل النفوس عليها من غير سبق طلب وتأمل فيها وينحصر في ثالثة عشر نوعا‬
‫‪Analisis‬‬ ‫‪Struktur‬‬ ‫‪Kalimat‬‬ ‫‪(bagian-bagian‬‬ ‫‪tertentu):‬‬
‫’‪a.Mubtada‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫;‪khabar‬‬ ‫‪Tarkib‬‬ ‫‪Idlafi‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪Tarkib‬‬ ‫‪Washfi‬‬
‫أما التمهيد فهو أن العلوم وإن انشعبت أقسامها فهي محصورة في قسمين ‪ :‬التصور والتصديق ‪ .‬أما التصور فهو إدراك الذوات‬
‫التي يدل عليها بالعبارات المفردة على سبيل التفهيم والتحقيق كإدراك المعنى المراد بلفظ الجسم والشجر والملك والجن والروح‬
‫وأمثاله‬
‫‪ selalu dalam posisi mubtada’. Dan khabarnya‬أما ‪Kata yang dimasuki atau terletak sesudah‬‬
‫‪ . Kalimat yang digaris bawah di atas terdiri dari struktur mubtada’ dan‬ف ‪diawali dengan huruf‬‬
‫‪khabar‬‬ ‫‪(berupa‬‬ ‫‪khabar‬‬ ‫‪jumlah),‬‬ ‫‪secara‬‬ ‫‪berturut-turut‬‬ ‫‪sebagai‬‬ ‫‪berikut‬‬ ‫‪:‬‬
‫التمهيد = مبتدأ ‪ /‬هو أن العلوم وإن انشعبت أقسامها فهي محصورة في قسمين =خبر‬
‫هو = مبتدأ ‪ /‬أن العلوم وإن انشعبت أقسامها فهي محصورة في قسمين = خبر‬
‫أن‬ ‫خبر‬ ‫=‬ ‫قسمين‬ ‫في‬ ‫محصورة‬ ‫هي‬ ‫‪/‬‬ ‫أن‬ ‫اسم‬ ‫=‬ ‫العلوم‬
‫‪ Adalah jumlah mu’taridlah , yaitu suatu kalimat atau jumlah, bisa berupa‬وإن انشعبت أقسامها‬
‫‪ismiyyah atau fi’liyyah yang terletak di tengah suatu jumlah atau kalimat. Dikatakan mu’taridlah‬‬
‫‪sebab jumlah tersebut menghalangi hubungan langsung unsur-unsur pokok dalam suatu kalimat‬‬
‫‪tertentu. Dengan kata lain, jumlah mu’taridlah adalah suatu jumlah atau kalimat yang disebutkan‬‬
‫‪ , yakni‬قسمين ‪ adalah badal dari‬التصور والتصديق ‪untuk memberi penjelasan di tengah kalimat. Kata‬‬
‫‪bahwa‬‬ ‫‪dua‬‬ ‫‪bagian‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫والتصديق‬ ‫التصور‬ ‫‪.‬‬
‫إدراك المعنى ‪ adalah idlafah dan sifah maushuf. Kata‬إدراك المعنى المراد ‪Sedangkan struktur‬‬
‫‪merupakan idlafah mashdar kepada maf’ul bihnya , artinya ‘menangkap akan makna”.‬‬
‫‪ . Jadi‬المعنى ‪ adalah isim maf’ul yang mengandung arti “di” , sifat dari kata‬المراد ‪Sedangkan kata‬‬
‫‪arti ungkapan di atas “menangkap makna yang dimaksud”. Jadi arti kalimat di atas adalah:‬‬
‫‪Adapun dasar pemikirannya adalah bahwa berbagai macam ilmu, meskipun bagian-bagiannya‬‬
‫‪bercabang-cabang, terbatas pada dua hal, yaitu tasawwur dan tashdiq. Tashawwur adalah‬‬
‫‪menangkap makna benda-benda yang ditunjukkan oleh ungkapan-ungkapan tunggal dalam‬‬
‫‪rangka pemahaman dan pendalaman, seperti menangkap makna yang dimaksud oleh lafal‬‬
‫‪jasmani,‬‬ ‫‪pohon,‬‬ ‫‪Malaikat,‬‬ ‫‪Jin,‬‬ ‫‪ruh‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪seperti‬‬ ‫‪itu.‬‬
‫وأما التصديق فكعلمك بأن العالم حادث والطاعة يثاب عليها والمعصية يعاقب عليها ‪ ،‬وكل تصديق فمن ضرورته أن يتقدمه‬
‫تصوران‪ .‬فإن من لم يفهم العالم وحده ‪ ،‬والحادث وحده لم يتصور منه التصديق بأنه حادث بل لفظ الحادث إذا لم يتصور معناه‬
‫صار كلفظ المادث مثال‪ .‬ولو قيل العالم مادث لم يمكنك ال تصديق وال تكذيب ألن ما ال يفهم كيف ينكر أو كيف يصدق به‬
‫بمهمل‬ ‫أبدل‬ ‫إذا‬ ‫العالم‬ ‫لفظ‬ ‫‪.‬وكذلك‬
Kata ‫ علمك‬adalah termasuk ‫ إضافة المصدر إلى فاعله‬artinya “Pengetahuanmu”. Di sini pelakunya
adalah kata ganti “mu” atau dlamir mukhatab ‫ ك‬, berbeda dengan kata ‫ إدراك المعنى‬, kata ‫المعنى‬
yang sebagai mudlaf ilaih dari sisi lafalnya adalah maf’ul bih dari sisi maknanya. Artinya
“mengetahui makna”. Kata “makna” di sini sebagai objek atau maf’ul bih. Karena itu maka yang
terakhir ini disebut ‫مفعوله‬ ‫إلى‬ ‫المصدر‬ ‫إضافة‬ .
Kalimat ‫ والطاعة يثاب عليها‬diatafkan (‫ )معطوف‬kepada kalimat sebelumnya , yakni ‫ أن العالم حادث‬.
Implikasinya pada makna adalah bahwa kalimat tersebut berkait dengan kalimat yang
sebelumnya, jadi penerjemahannya “seperti pengetahuanmua bahwa alam ini baru dan bahwa
taat itu diberi pahala (pelakunya).”
Kalimat ‫ وكل تصديق فمن ضرورته أن يتقدمه تصوران‬terdiri dari Mbtada + khabar jumlah yang
analisisnya sebagai berikut:
‫خبر‬ = ‫تصوران‬ ‫يتقدمه‬ ‫أن‬ ‫ضرورته‬ ‫فمن‬ / ‫مبتدأ‬ = ‫تصديق‬ ‫وكل‬
‫مؤخر‬ ‫مبتدأ‬ = ‫تصوران‬ ‫يتقدمه‬ ‫أن‬ / ‫مقدم‬ ‫خبر‬ = ‫ضرورته‬ ‫فمن‬
Kata ‫ أن يتقدمه تصوران‬jika dirubah bentuk mashdar menjadi ‫ تقدم التصورين التصديق‬artinya
“mendahuluinya dua tashawwur akan tashdiq” atau dengan kata yang lebih mudah “dua
tashawwur mendahului tashdiq.”.
Kata ‫ يصدق به‬mempunyai berbagai macam kemungkinan bentuk, tetapi jika dilihat dari
konteksnya maka bentuk kata tersebut adalah pasif, dibaca “yushaddaqu bihi” arti harfiahnya
“dibenarkan dengannya” yang dimaksud “dibenarkan” sebab harf jar ‫ ب‬di sini merupakan satu
rangkaian kata kerjanya, tidak berdiri sendiri, sehingga tidak perlu diartikan secara tersendiri.
Arti keseluruhannya menjadi:
Tashdiq seperti pengetahuanmu bahwa alam itu baru, dan bahwa pelaku taat itu diberi pahala ,
pelaku maksiat disiksa . Dan setiap tashdiq harus didahului oleh dua tashawwur. Maka orang
yang tidak memahami pengertian alam itu sendiri atau pengertian baru itu sendiri, tidak
terbayangkan bahwa ia mencapai tahap tashdiq bahwa alam itu baru. Lafal ‫ الحادث‬jika maknanya
tidak dapat dipahami sama saja dengan lafal ‫ المادث‬,misalnya, (sama-sama tidak dipahami). Jika
dikatakan , ‫ العالم مادث‬maka anda tidak dapat membenarkan atau menyalahkannya, karena sesuatu
yang tidak dipahami bagaimana bisa diingkari atau dibenarkan? Begitu pula dengan kata ‫العالم‬
jika diganti dengan kata muhmal (yang tidak bermakna).
b.Bentuk Majhul (pasif)
‫ وإلى ما ال يحصل إال بالطلب‬،‫ثم كل واحد من التصور والتصديق ينقسم إلى ما يدرك أوال من غير طلب وتأمل‬.
Perbedaan bentuk pasif antara fi’il madli dan mudlari terletak pada huruf sebelum akhir: untuk
fi’il madli dikasrah , untuk fi’il mudlari difathah. Huruf awalnya , keduanya didlammah,
misalnya kata ‫ ترك‬dan ‫ يترك‬bentuk aktifnya dibaca taraka dan yatruku, sedangkan bentuk
pasifnya dibaca turika dan yutraku. Bentuk aktif ataupun pasifnya sesuatu kata kerja dapat
diketahui melalui konteks kalimatnya.
Kata ‫ يدرك‬dari konteks kalimatnya adalah bentuk pasif dibaca yudraku , kata ‫ أوال‬adalah zarf
zaman , karena itu maka dibaca nashab. Kalimat ‫ ما ال يحصل إال بالطلب‬adalah istitsna menggunakan
nafi dan ‫ إال‬, yang mengandung arti hashr , padanan dalam bahasa Indonesia adalah makna
“hanya”. Jadi arti kalimat di atas adalah : Kemudian masing-masing dari tashawwur dan tashdiq
terbagi kepada : sesuatu yang dari pertama dapat ditangkap maknaya, tanpa penncarian atau
perenungan, dan sesuatu yang hanya didapatkan dengan pencarian.
‫ وأما الذي يتحصل بالطلب فكمعرفة حقيقة الروح والملك والجن‬.‫أما الذي يتصور من غير طلب فكالموجود والشيء وأمثالهما‬
‫وذواتها‬ ‫الخفية‬ ‫األمور‬ ‫وتصور‬.
Kata ‫ يتحصل‬juga bentuk pasif, dibaca yutahassalu , berbeda dengan ‫ يحصل‬yang pertama
mengikuti wazan ‫ يتف ّعل‬mengandung arti takalluf (paksaan, dalam hal ini :usaha keras) ; yang
kedua mengikuti wazan ‫ يفعل‬, tidak mengandung arti takalluf. Arti kalimat di atas menjadi:
Adapun yang dapat dipersepsikan tanpa pencarian adalah seperti “yang ada” atau sesuatu dan
yang sepertinya. Sedangkan yang diupayakan untuk didapatkan melalui pencarian adalah seperti
mengetahui hakikat roh, malaikat, jin, serta mempersepsikan sesuatu yang samar dan yang
berkaitan dengannya.
‫ فكالحكم بأن اإلثنين أكثر من واحد وأن األشياء المساوية لشيء واحد متساوية ويضاف إليه‬: ‫وأما التصديق المعلوم أوال‬
‫الحسيات والمقبوالت وجملة من العلوم التي تشتمل النفوس عليها من غير سبق طلب وتأمل فيها وينحصر في ثالثة عشر نوعا‬.
Struktur ‫ التصديق المعلوم‬dan ‫ األشياء المساوية‬adalah na’at dan man’ut (tarkib wasfi). Beda antara
kedua struktur di atas, yang pertama na’atnya berupa isim maf’ul, yang kedua berupa isim fa’il.
Yang pertama artinya “yang diketahui”, yang kedua artinya “yang sama”. Isim maf’ul
mempunyai makna yang sama dengan kata kerja bentuk majhul, bedanya bahwa isim maf’ul
tidak disertai oleh waktu, sementara fi’il mabni majhul disertai oleh waktu telah (jika fi’il madli)
atau sedang atau akan datang (jika fi’il mudlari’ ). Misalnya kata ‫ معلوم‬sama dengan ‫ع ِل َم‬ ُ (‘ulima )
atau ‫ ( يُ ْعلَ ُم‬yu’lamu ), hanya beda masalah waktu sebagaimana di atas. Jadi kata ‫التصديق المعلوم‬
sama dengan ‫ع ِل َم‬
ُ ‫الذي‬ ‫التصديق‬ atau ‫يُ ْعلَ ُم‬ ‫الذي‬ ‫التصديق‬ .
Kalimat ‫ يضاف إليه الحسيات‬adalah bentuk fi’il bentuk pasif + naib fa’il, artinya secra harfiah
“ditambahkan kepadanya hal-hal yang dapat diindera”, maksudnya “ ditambah lagi hal-hal yang
dapat diindera”.
Ungkapan ‫ من غير سبق طلب‬terdiri dari jar majrur dan idlafah. Kata ‫ من‬adalah jar , dan selebihnya
majrur, yakni ‫ غير سبق طلب‬. ungkapan ini adalah idlafah, terdiri dari kata ‫ غير‬sebagai mudlaf dan
‫ سبق طلب‬sebagai mudlaf ilaih, kedua kata yang terakhir ini juga idlafah yang terdiri dari kata ‫سبق‬
(mudlaf ) dan kata ‫طلب‬ (mudlaf ilaih )..
Dalam konteks lain, kemungkinan kata ‫ سبق‬dibaca sabaqa, tetapi dalam konteks ini dibaca sabqi,
bentuk mashdar dari sabaqa. Dibaca sebagai mashdar karena kata tersebut menjadi mudlaf ilaih.
Yang harus berupa isim
Jadi sesuatu kata yang sama persis tulisannya terkadang bisa berbeda bacaannya karena bentuk
katanya juga berbeda. Perbedaan bentuk kata dapat diketahui melalui konteks kalimat, misalnya
kata yang terletak sesudah harf jar adalah isim, begitu pula kata yang strukturnya menjadi mudlaf
ilaih. Hal ini perlu dicermati sebab tidak sedikit kata dalam bahasa Arab yang antara bentuk
madli dan mashdarnya sama tulisannya, hanya beda harakatnya saja, seperti kata ،‫ سبق‬،‫ ترك‬،‫ضرب‬
‫طلب‬ dan sebagainya.
Kata ‫ سبق طلب‬adalah idlafah yang terdiri dari kata ‫ سبق‬sebagai mudlaf dan ‫ طلب‬sebagai mudlaf
ilaih. Arti ungkapan ‫ من غير سبق طلب‬secara harfiah adalah “ dari tanpa pendahuluan pencarian “,
tetapi yang dimaksud adalah “tanpa pencarian terlebih dahulu”. Kata ‫ نوعا‬dalam ungkapan ‫ثالثة‬
‫ عشر نوعا‬adalah tamyiz. Dan harus dibaca nashab., dalam hal ini huruf yang terakhir dibaca
fathah. Jadi arti kalimat di atas secara keseluruhan adalah
Adapun tashdiq yang diketahui sejak pertama adalah seperti menentukan bahwa dua itu lebih
banyak daripada satu, dan bahwa hal-hal yang menyamai sesuatu yang satu adalah sama (antara
yang satu dengan yang lain), ditambah lagi hal-hal yang dapat diindera, hal-hal yang dapat
diterima (secara logika) dan sejumlah pengetahuan yang tercakup dalam diri manusia, tanpa
pencarian dan perenungan terlebih dahulu, yang tercakup dalam 13 macam..
Analisis Struktur Kalimat :
49-48‫ ص‬، 1990 ، ‫ دار الفكر العربي لطبعة األولى‬:‫ بيروت‬. ‫ كليلة ودمنة‬. ‫عبد هللا ابن المقفع‬
‫ ويأخذ‬.‫ وأن من أتى صاحبه بما يكره لنفسه فقد ظلم‬،‫ ويعلم أن ما كتب سوف يكون‬،‫يجب على العاقل أن يصدق بالقضاء والقدر‬
‫ فإنه من فعل ذلك كان خليقا أن يصيبه ما أصاب‬،‫ وال يلتمس صالح نفسه بفساد غيره‬،‫بالحزم ويحب للناس ما يحب لنفسه‬
‫يقال‬ ‫فإنه‬ ، ‫رفيقه‬ ‫من‬ ‫التاجر‬:
‫إنه كان رجل تاجر‪ ،‬وكان له شريك‪ ،‬فاستأجرا حانوتا ‪ ،‬وجعال متاعهما فيه‪ .‬وكان أحدهما قريب المنزل من الحانوت‪ ،‬فأضمر‬
‫في نفسه أن يسرق ِعدال من أعدال )أكياس كبيرة( رفيقه ومكر الحيلة في ذلك‪ ،‬وقال ‪ :‬إن أتيت ليال لم آمن أن أحمل عدال من‬
‫أعدالي أو رزمة من رزمي وال أعرفها‪ ،‬فيذهب عنائي وتعبي باطال‪ .‬فأخذ رداءه وألقاه على العدل الذي أضمر أخذه‪ ،‬ثم‬
‫انصرف إلى منزله‪ ،‬وجاء رفيقه بعد ذلك ليصلح أعداله‪ ،‬فوجد رداء شريكه على بعض أعداله‪ ،‬فقال‪ :‬وهللا هذا رداء صاحبي‪،‬‬
‫وال أحسبه إال قد نسيه‪ .‬وما الرأي أن أدعه هاهنا‪ ،‬ولكن أجعله على رزمه‪ ،‬فلعله يسبقني إلى الحانوت فيجده حيث يحب‪ .‬ثم أخذ‬
‫منزله‬ ‫إلى‬ ‫ومضى‬ ‫الحانوت‬ ‫وأقفل‬ ‫رفيقه‪،‬‬ ‫أعدال‬ ‫من‬ ‫عدل‬ ‫على‬ ‫فألقاه‬ ‫‪.‬الرداء‬
‫فلما جاء الليل أتى رفيقه ومعه رجل وقد واطأه )وافقه( على ما عزم عليه‪ ،‬وضمن له ُج ْعال )أجرا( على حمله فصار إلى‬
‫الحانوت‪ ،‬فالتمس الرداء في الظلمة فوجده على ال ِعدل‪ ،‬فاحتمل ذلك العدلَ‪ ،‬وأخرجه هو والرجل وجعال يتراوحان )يتناوبان(‬
‫تعبا‬ ‫نفسه‬ ‫ورمى‬ ‫منزله‪،‬‬ ‫أتى‬ ‫حتى‬ ‫َح ْمله‪،‬‬ ‫‪.‬على‬
‫فلما أصبح افتقده فإذا هو بعض أعداله‪ ،‬فندم أشد الندامة ثم انطلق نحو الحانوت ‪ ،‬فوجد شريكه قد سبقه إليه ففتح الحانوت‪،‬‬
‫ووجد العدل مفقودا‪ :‬فاغت ّم لذلك غما شديدا‪ ،‬وقال‪ :‬واسوأتاه من رفيق صالح قد ائتمنني على ماله وخلفني فيه ! ما ذا يكون حالي‬
‫طنت )هيّأت ظ ص ّممت( نفسي على غرامته‪ .‬ثم أتى صاحبه فوجده مغتم‪ ،‬فسأله‬ ‫عنده؟ ولست أشك في تهمته إياي ‪ ،‬ولكن قد و ّ‬
‫ّ‬
‫عن حاله‪ ،‬فقال‪ :‬إني قد افتقدت األعدال‪ ،‬وفقدت عدال من أعدالك‪ ،‬وال أعلم سببه‪ ،‬وإني ال أشك في تهمتك إياي‪ ،‬وإني وطنت‬
‫نفسي على غرامته ‪ ،‬فقال له ‪ :‬يا أخي ال تغتم‪ :‬فإن الخيانة شر ما عمله اإلنسان‪ ،‬والمكر والخديعة ال يؤديان إلى خير‪،‬‬
‫وصاحبهما مغرور أبدا ‪ ،‬وما عاد وبال البغي )الظلم( إال على صاحبه‪ ،‬وأنا أحد من مكر وخدع واحتال‪ .‬فقال له صاحبه ‪:‬‬
‫وكيف كان ذلك؟ فأخبره بخبره‪ ،‬وقص عليه قصته فقال له رفيقه ‪ :‬ما مثلك إال مثل اللص والتاجر‪ .‬فقال له‪ :‬وكيف كان ذلك؟‬

‫‪c.Fi’il,‬‬ ‫‪Fa’il,‬‬ ‫‪l‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪Maf’ul‬‬ ‫‪bih,‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪‘Ataf‬‬


‫يجب على العاقل أن يصدق بالقضاء و القدر‪ ،‬ويعلم أن ما كتب سوف يكون‪ ،‬وأن من أتى صاحبه بما يكره لنفسه فقد ظلم‪ .‬ويأخذ‬
‫بالحزم ويحب للناس ما يحب لنفسه‪ ،‬وال يلتمس صالح نفسه بفساد غيره‪ ،‬فإنه من فعل ذلك كان خليقا أن يصيبه ما أصاب‬
‫يقال‬ ‫فإنه‬ ‫‪،‬‬ ‫رفيقه‬ ‫من‬ ‫‪:‬التاجر‬
‫‪Setiap kata kerja (fi’il ) pasti mempunyai fa’il (pelaku). Hanya saja dalam bahasa Arab, fa’il‬‬
‫‪masih terbagi lagi :1)dlamir (kata ganti) dan 2) zahir (bukan kata ganti). Kata ganti (dlamir ) juga‬‬
‫‪terbagi lagi menjadi : a) nustatir dan b) bariz. Sedangkan yang zahir juga terbagi lagi menjadi :‬‬
‫‪a)sharih dan b)mu’awwal. Contoh Fa’il dlamir mustatir seperti pada kata yang digaris bawah‬‬
‫‪berikut‬‬ ‫‪ini:‬‬
‫ظلم‬ ‫فقد‬ ‫لنفسه‬ ‫يكره‬ ‫بما‬ ‫صاحبه‬ ‫أتى‬ ‫من‬
‫‪Dalam kata kerja yang digaris bawah di atas terkandung fa’il isim dlamir mustatir (kata ganti‬‬
‫جاء الطالب ‪ pada kalimat‬طالب ‪ . Sedangkan fa’il sharih seperti kata‬هو ‪yang tidak tampak) yakni‬‬
‫‪sedangkan‬‬ ‫‪fail‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪mu’awwal‬‬ ‫‪kata‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪digaris‬‬ ‫‪bawah‬‬ ‫‪berikut‬‬ ‫‪ini:‬‬
‫يكون‬ ‫سوف‬ ‫كتب‬ ‫ما‬ ‫أن‬ ‫ويعلم‬ ‫والقدر‬ ‫بالقضاء‬ ‫يصدق‬ ‫أن‬ ‫العاقل‬ ‫على‬ ‫يجب‬
‫أن يعلم ‪ , sebab asalnya‬يعلم ‪Kata yang digaris bawah di atas adalah fa’il muawwal, termasuk kata‬‬
‫‪ataf‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪kata‬‬ ‫يصدق‬ ‫أن‬ ‫‪,‬‬ ‫‪jika‬‬ ‫‪dirubah‬‬ ‫‪bentuk‬‬ ‫‪mashdar‬‬ ‫‪menjadi:‬‬
‫يكون‬ ‫سوف‬ ‫كتب‬ ‫ما‬ ‫أن‬ ‫وعلمه‬ ‫والقدر‬ ‫بالقضاء‬ ‫تصديقه‬ ‫العاقل‬ ‫على‬ ‫يجب‬
‫‪Kata-kata‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪digaris‬‬ ‫‪bawah‬‬ ‫‪berikut‬‬ ‫‪ini‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫‪maf’ul‬‬ ‫‪bih‬‬ ‫‪:‬‬
‫ظلم‬ ‫فقد‬ ‫لنفسه‬ ‫يكره‬ ‫بما‬ ‫صاحبه‬ ‫أتى‬ ‫من‬ ‫وأن‬
‫‪Dan bahwa orang yang memperlakukan temannya dengan sesuatu perlakuan yang dirinya tidak‬‬
‫‪suka,‬‬ ‫‪sungguh-sungguh‬‬ ‫‪telah‬‬ ‫‪berbuat‬‬ ‫‪zalim.‬‬
‫لنفسه‬ ‫يحب‬ ‫ما‬ ‫للناس‬ ‫ويحب‬
‫‪Hendaknya ia menyukai terhadap orang lain apa yang ia sukai terhadap dirinya‬‬
‫غيره‬ ‫بفساد‬ ‫نفسه‬ ‫صالح‬ ‫يلتمس‬ ‫وال‬
‫‪Hendaknya tidak mencari kebaikan dirinya dengan kerusakan orang lain,‬‬
‫رفيقه‬ ‫من‬ ‫التاجر‬ ‫أصاب‬ ‫ما‬ ‫يصيبه‬ ‫أن‬ ‫خليقا‬ ‫كان‬ ‫ذلك‬ ‫فعل‬ ‫من‬
‫‪Orang yang melakukan hal itu bisa mengalami apa yang dialami oleh seorang pedagang karena‬‬
‫‪temannya.‬‬
‫التاجر‬ ‫أصاب‬ ‫ما‬
Apa yang menimpa atau yang dialami pedagang
Konteks kalimat dan makna kalimat sangat membantu dalam penentuan fa’il (pelaku) atau
maf’ul bih (penderita). Dengan kata lain, penentuan fail atau maf’ul sangat berkaitan dengan
konteks kalimat dan maknanya.
arti kalimat di atas:
Orang yang berakal haruslah membenarkan qadla dan qadar, tahu bahwa apa yang tertulis akan
terjadi dan bahwa orang yang memperlakukan temannya dengan sesuatu perlakuan yang dirinya
tidak suka, sungguh-sungguh telah berbuat zalim. Hendaknya ia memegang teguh (hal itu).
Hendaknya ia menyukai terhadap orang lain apa yang ia sukai terhadap dirinya. Hendaknya tidak
mencari kebaikan dirinya dengan kerusakan orang lain, sebab orang yang melakukan hal itu bisa
mengalami apa yang dialami oleh seorang pedagang karena temannya, konon ceriteranya :
d. Kana , Inna, Maf’ul fih dan Hal
‫ فأضمر‬،‫ وكان أحدهما قريب المنزل من الحانوت‬.‫ وجعال متاعهما فيه‬، ‫ فاستأجرا حانوتا‬،‫ وكان له شريك‬،‫إنه كان رجل تاجر‬
‫ إن أتيت ليال لم آمن أن أحمل عدال من‬: ‫ وقال‬،‫في نفسه أن يسرق ِعدال من أعدال )أكياس كبيرة( رفيقه ومكر الحيلة في ذلك‬
‫ ثم‬،‫ فأخذ رداءه وألقاه على العدل الذي أضمر أخذه‬.‫ فيذهب عنائي وتعبي باطال‬،‫أعدالي أو رزمة من رزمي وال أعرفها‬
‫منزله‬ ‫إلى‬ ‫انصرف‬.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
1-‫تاجر‬ ‫رجل‬ ‫كان‬ ‫إنه‬
2-‫شريك‬ ‫له‬ ‫كان‬
3-‫الحانوت‬ ‫من‬ ‫المنزل‬ ‫قريب‬ ‫أحدهما‬ ‫كان‬
1.Adalah seorang pedagang
2.Ia mempunyai seorang teman usaha
3.Salah satu dari keduanya rumahnya dekat kios / warung
Kata ‫إن‬ّ terkadang dibaca ‫ أن‬tergantung letaknya. Secara umum, jika kata tersebut terletak pada
awal kalimat maka hamzahnya dibaca kasrah, tetapi jika terletak di tengah-tengah kalimat atau
terletak sesudah harf jar maka hamzahnya dibaca fathah (‫ )أن‬. Sebenarnya ada kaidah sendiri
menyangkut bacaan hamzah tersebut dalam buku-buku nahwu. Masalah itu tidak dibahas di sini
secara khusus, sebab kedua bacaan tersebut sama sekali tidak ada pengaruhnya pada makna.
Tetapi kalau harf nunnya tanpa tasydid, yakni ‫إن‬ ْ atau ‫أن‬ْ akan ada pengaruh yang cukup besar
terhadap makna, sebab kata ‫إن‬ ْ bisa bermakna ‫إن‬ ّ seperti dalam ayat ‫وإن كانت لكبيرة إال على الخاشعين‬ ْ
(dan sesungguhnya salat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu). Dalam
konteks lain, kata tersebut juga dapat bermakna “apabila”, misalnya dalam kalimat ‫إن تزرني أزرك‬
(Kalau kamu mengunjungi saya, saya akan mengunjungi kamu) atau ‫إن تنجح في االمتحان أعطك هدية‬
(Jika kamu lulus dalam ujian maka kamu akan kuberi hadiah). Dalam konteks yang lain lagi bisa
bermakna “meskipun” seperti dalam kalimat: ‫زارني صديقي مرة في األسبوع وإن كان بيته بعيدا عني‬
(Temanku datang mengunjungiku seminggu sekali meskipun rumahnya jauh dariku).
Sebagaimana ‫ كان‬, kata ‫ إن‬mempunyai isim dan khabar. Keduanya berasal dari mubtada’ dan
khabar. Dalam arti bahwa, struktur mubtada’ dan khabar jika ditambah harf ‫إن‬ ّ atau ‫أن‬
ّ di depan
maka yang asalnya mubtada’ akan menjadi isimnya, dan yang asalnya khabar akan menjadi
khabarnya. Hal ini berkaitan dengan masalah bacaan, yakni rafa’ dan nasab. Isim ‫ كان‬bacaannya
rafa’ , sementara isim ‫ إن‬bacaannya nashab. Sedangkan khabar ‫ كان‬bacaannya nashab , sementara
khabar ‫إن‬ bacaannya rafa’. Jadi antara keduanya berbalikan.
Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah bahwa Ismi ‫إن‬ ّ atau ‫أن‬ّ terkadang berupa kata ganti,
tetapi tidak merujuk kepada kata sebelumnya, melainkan ke pernyataan yang ada sesudahnya,
misalnya dalam kalimat ‫ اعلم أنه الإله إال هللا‬, kata ganti yang ada pada kata ‫ أنه‬tidak merujuk kepada
kata sebelumnya sebagaimana lazimnya kata ganti, tetapi merujuk kepada pernyataan
sesudahnya yaitu ‫ الإله إال هللا‬. Arti kalimat tersebut menjadi “ Ketahuilah bahwasanya tidak ada
tuhan kecuali Allah”. Termasuk dalam contoh ini adalah kalimat :‫ إنه كان رجل تاجر‬artinya
“Bahwasanya konon ada seorang pedagang”.
Kata ‫ كان‬ada dua macam, ada yang tam dan ada yang naqis, bedanya kana tam tidak memiliki
khabar, tetapi hanya fa’il saja, seperti pada contoh nomor satu. Sedangkan kana naqis memiliki
isim dan khabar yang asalnya struktur mubtada’ dan khabar.. Setelah ada kana , yang asalnya
mubtada’ menjadi isim kana dan yang asalnya khabar mmenjadi khabar kana. Jika khabarnya
berupa jar majrur atau zaraf sedangkan isimnya nakirah maka letak khabar di awal, dengan kata
lain khabar muqaddam, seperti pada contoh nomor dua. Jika khabarnya bukan jar majrur atau
zaraf, maka letak khabar tetap di belakang, seperti pada contoh nomor tiga.
Kata ‫ كان‬biasanya menunjukkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau, karena itu biasanya
kata tersebut dipakai untuk mengungkapkan cerita – cerita tentang masa lampau, seperti kalimat
‫ كنت أدرس في القاهرة‬artinya, Dulu saya belajar di Kairo (sekarang tidak lagi). Tetapi jia dikatakan
‫ أدرس في القاهرة‬maka artinya Saya belajar di Kairo (sekarang ini). Meskipun demikian, bisa juga
maknanya tidak menunjuk demikian, seprti ungkapan ‫ كان هللا غفورا رحيما‬, Sifat Maha Pengampun
dan maha Penyayang Allah bukan hanya dahulu saja, karena itu, maka fungsi ‫ كان‬dalam konteks
tersebut adalah sebagai penguat.
1-‫رزمي‬ ‫من‬ ‫رزمة‬ ‫أو‬ ‫أعدالي‬ ‫من‬ ‫عدال‬ ‫أحمل‬ ‫أن‬ ‫آمن‬ ‫لم‬ ‫ليال‬ ‫أتيت‬ ‫إن‬
2-‫باطال‬ ‫وتعبي‬ ‫عنائي‬ ‫يذهب‬
1.Kalau saya datang di waktu malam, saya tidak merasa yakin(tidak ) membawa salah satu
karung saya sendiri. (Orang tersebut ingin mengambil karung temannya tentunya yang berisi
sesuatu yang jauh lebih berharga, bukan karungnya sendiri). Bisa juga diterjemahkan menjadi:
Kalau saya di waktu malam, saya bisa keliru membawa karung saya sendiri.
2.Kesulitan dan jerih payah saya hilang secara percuma
Kata yang digaris bawah pada contoh nomor satu adalah maf’ul fih sebab kata tersebut
menunjukkan keterangan waktu. Sedangkan yang digaris bawah pada cotoh nomor dua adalah
hal, sebab kata tersebut menjelaskan keadaan fa’il.
‫ فأضمر‬،‫ وكان أحدهما قريب المنزل من الحانوت‬.‫ وجعال متاعهما فيه‬، ‫ فاستأجرا حانوتا‬،‫ وكان له شريك‬،‫إنه كان رجل تاجر‬
‫ إن أتيت ليال لم آمن أن أحمل عدال من‬: ‫ وقال‬،‫في نفسه أن يسرق ِعدال من أعدال )أكياس كبيرة( رفيقه ومكر الحيلة في ذلك‬
‫ ثم‬،‫ فأخذ رداءه وألقاه على العدل الذي أضمر أخذه‬.‫ فيذهب عنائي وتعبي باطال‬،‫أعدالي أو رزمة من رزمي وال أعرفها‬
‫منزله‬ ‫إلى‬ ‫انصرف‬.
Konon ada seorang pedagang,, punya teman usaha. Mereka menyewa sebuah kios dan menaruh
barang dagangannya di situ.. Salah satu dari mereka, rumahnya dekat kios tersebut.. Ia
menyimpan niat buruk dalam dirinya untuk mencuri salah satu karung milik temannya itu.. Ia
pun mengatur siasat untuk maksud tersebut.. Ia berkata (dalam hatinya): “Jika saya datang (ke
kios untuk mengambil barang temannya) di waktu malam, saya bisa keliru mengambil karung
saya sendiri sementara saya tidak tahu, maka hilang percuma saja kesulitan dan jerih payah saya.
Maka ia pun mengambil kainnya dan meletakkan di karung yang sudah direncanakan akan
diambilnya, kemudian ia pulang ke rumahnya..
.‫ وال أحسبه إال قد نسيه‬،‫ وهللا هذا رداء صاحبي‬:‫ فقال‬،‫ فوجد رداء شريكه على بعض أعداله‬،‫وجاء رفيقه بعد ذلك ليصلح أعداله‬
‫ ثم أخذ الرداء فألقاه على عدل‬.‫ فلعله يسبقني إلى الحانوت فيجده حيث يحب‬،‫ ولكن أجعله على رزمه‬،‫وما الرأي أن أدعه هاهنا‬
‫منزله‬ ‫إلى‬ ‫ومضى‬ ‫الحانوت‬ ‫وأقفل‬ ،‫رفيقه‬ ‫أعدال‬ ‫من‬.
Analisis Bahasa :
‫أعداله‬ ‫ليصلح‬ ‫ذلك‬ ‫بعد‬ ‫رفيقه‬ ‫وجاء‬
Sebagaimana terdahulu bahwa kalimat ( jumlah )dalam bahasa Arab ada dua macam, yakni
jumalh fi’liyyah dan ismiyyah, kedua-duanya lazim dipakai dalam kehidupan berbahasa.
Sementara dalam bahasa Indonesia, meskipun ada kalimat verbal (fi’liyyah ) dan nominal (
ismiyyah ) tetapi yang terakhir ini lebih lazim digunakan.
Kata ‫ رفيقه‬adalah fa’il, sedangkan ‫ أعداله‬maf’ul bih .Atinya menjadi “Temannya datang setelah itu,
untuk untuk memperbaiki karung-karungnya”.
‫أعداله‬ ‫بعض‬ ‫على‬ ‫شريكه‬ ‫رداء‬ ‫فوجد‬
Kata ‫ رداء شريكه‬adalah tarkib idlafi yang menjadi maf’ul bih. Sedangkan fa’ilnya adalah dlamir
mustatir pada kata kerja ‫ وجد‬. Artinya menjadi “Maka ia mendapatkan kain temannya pada
sebagian karung-karungnya
‫الحانوت‬ ‫إلى‬ ‫يسبقني‬ ‫فلعله‬
Kata ‫ لعل‬adalah termasuk kelompok ‫ إن‬mempunyai isim dan khabar . Isimnya adalah kata ganti
ketiga mufrad, sedangkan khabarnya berupa jumlah yaitu ‫ يسبقني إلى الحانوت‬artinya menjadi
“Barangkali ia mendahuluiku ke kios” maksudnya “ Barangkali dia lebih dulu pergi ke kios
daripada saya”.
‫ وأقفل الحانوت ومضى إلى منزله‬،‫أخذ الرداء فألقاه على عدل من أعدال رفيقه‬.
Kata-kata yang digaris bawah di atas semuanya maf’ul bih. Artinya kalimat “Ia mengambil kain,
lantas menaruhnya pada salah satu karung di antara beberapa karung temannya, mengunci (pintu
) kios dan lantas pulang ke rumahnya.”.
Jadi arti kalimat tersebut di atas adalah:
Temannya datang setelah itu, untuk untuk memperbaiki karung-karungnya. Tiba-tiba ia
mendapatkan kain temannya pada sebagian karung-karungnya. Lantas ia berkata: “Demi Allah ,
ini kain sahabat saya. pasti dia lupa. Sebaiknya tidak saya tinggalkan di sini, tapi biarlah saya
ikatkan saja di karungnya, barangkali dia lebih dulu datang ke kios , dia tentu akan suka
menemukannya. Ia mengambil kain, lantas menaruhnya pada salah satu karung di antara
beberapa karung temannya, mengunci (pintu ) kios dan lantas pulang ke rumahnya.
‫ وضمن له ُج ْعال )أجرا( على حمله فصار إلى‬،‫فلما جاء الليل أتى رفيقه ومعه رجل وقد واطأه )وافقه( على ما عزم عليه‬
(‫ وأخرجه هو والرجل وجعال يتراوحان )يتناوبان‬،َ‫ فاحتمل ذلك العدل‬،‫ فالتمس الرداء في الظلمة فوجده على ال ِعدل‬،‫الحانوت‬
‫تعبا‬ ‫نفسه‬ ‫ورمى‬ ،‫منزله‬ ‫أتى‬ ‫حتى‬ ،‫َح ْمله‬ ‫على‬.
Analisis Kalimat :
Kata ‫ الليل‬dan ‫ رفيقه‬adalah fa’il. Kalimat (jumlah ) ‫ ومعه رجل وقد واطأه على ما عزم عليه‬adalah hal,
sebab kalimat tersebut menjelaskan keadaan fa’il yang ma’rifat (kata yang definit). Jika yang
dijelaskan berupa kata nakirah (infinit), kalimat tersebut akan menjadi sifay (na’at). Kata , ‫ُج ْعال‬
‫ منزله‬, ‫ ذلك العدل‬, ‫ الرداء‬dan ‫ نفسه‬adalah maf’ul bih. Sementara kata ‫ جعال‬pada kalimat ‫وجعال يتراوحان‬
‫ على حمله‬termasuk ‫ أفعال الشروع‬yakni kata kerja yang mempunyai arti “memulai” (seringkali bisa
juga diterjemahkan dengan “lantas”). Kemudian kata ‫ تعبا‬adalah maf’ul li ajlih , sebab
menjelaskan alasan atau sebab dari suatu perbuatan, yaitu “merebahkan dirinya” (‫ ) رمي نفسه‬. Arti
keseluruuhan kalimat menjadi :
Ketika malam telah tiba, datanglah temannya itu bersama seseorang yang telah menyetujui untuk
melakukan apa yang dimaksudkannya, ia menjanjikan upah kepadanya untuk membawa apa
yang dimaksudkannya. Maka pergilah ia ke kios, lantas ia mencari kain dalam kegelapan. Ia
dapatkan pada karung tertentu, ia angkat karung itu dan bersama orang laki-laki tersebut ia
mengeluarkannya. Lantas mereka berdua saling bergantian membawa karung tersebut sampai di
rumahnya Begitu sampai langsung ia merebahkan dirinya karena kapayahan.
،‫ فوجد شريكه قد سبقه إليه ففتح الحانوت‬، ‫ فندم أشد الندامة ثم انطلق نحو الحانوت‬،‫فلما أصبح افتقده فإذا هو بعض أعداله‬
‫ واسوأتاه من رفيق صالح قد ائتمنني على ماله وخلفني فيه ! ما ذا يكون حالي‬:‫ وقال‬،‫ فاغت ّم لذلك غما شديدا‬:‫ووجد العدل مفقودا‬
‫ فسأله‬،‫ ثم أتى صاحبه فوجده مغتما‬.‫طنت )هيّأت ظ ص ّممت( نفسي على غرامته‬ ّ ‫ ولكن قد و‬، ‫عنده ؟ ولست أشك في تهمته إياي‬
‫طنت‬ ّ ‫ وإني و‬،‫ وإني ال أشك في تهمتك إياي‬،‫ وال أعلم سببه‬،‫ وفقدت عدال من أعدالك‬،‫ إني قد افتقدت األعدال‬:‫ فقال‬،‫عن حاله‬
،‫ والمكر والخديعة ال يؤديان إلى خير‬،‫ فإن الخيانة شر ما عمله اإلنسان‬:‫ يا أخي ال تغتم‬: ‫ فقال له‬، ‫نفسي على غرامته‬
: ‫ فقال له صاحبه‬.‫ وأنا أحد من مكر وخدع واحتال‬،‫ وما عاد وبال البغي )الظلم( إال على صاحبه‬، ‫وصاحبهما مغرور أب دا‬
‫ وكيف كان ذلك؟‬:‫ فقال له‬.‫ ما مثلك إال مثل اللص والتاجر‬: ‫ وقص عليه قصته فقال له رفيقه‬،‫وكيف كان ذلك؟ فأخبره بخبره‬
Analisis Teks :
Kata ‫ إذا‬pada kata yang digarisbawah berikut adalah fujaiyyah , dapat bermakna “ternyata” ‫فلما‬
‫ أصبح افتقده فإذا هو بعض أعداله‬Artinya: Ketika datang waktu pagi ia mengeceknya, ternyata karung
yang dibawanya itu salah satu di antara karung sendiri.
Kata yang digaris bawah berikut ini adalah maf’ul mutlaq . Cirinya, bentuk mashdar (‫ ) ندامة‬dari
kata yang sama dengan kata kerjanya , yakni ‫ ندم‬dan berfungsi mengokohkan makna (ta’kid)
suatu perbuatan (ta’kid al-fi’li ).
‫الحانوت‬ ‫نحو‬ ‫انطلق‬ ‫ثم‬ ‫الندامة‬ ‫أشد‬ ‫فندم‬
Artinya : Maka ia pun sangat menyesal, keemudian pergi ke kios.
Dua fungsi lain dari maf’ul mutlaq adalah : 1)menjelaskan jumlah perbuatan ( bayan ‘adad al-
fi’ly ) dan 2) menjelaskan macam perbuatan (bayan nau al-fi’li a)
Kata yang digaris bawah berikut ini semuanya maf’ul bih
‫مفقودا‬ ‫العدل‬ ‫ووجد‬ ،‫الحانوت‬ ‫ففتح‬ ‫إليه‬ ‫سبقه‬ ‫قد‬ ‫شريكه‬ ‫فوجد‬
Sedangkan kata ‫ مفقودا‬adalah hal, karena menjelaskan keadaan maf’ul bih yang ma’rifat.
Artinya : Ia mendapatkan temannya usahanya lebih dulu pergi ke kios, membuka kios dan
mendapatkan karungnya hilang (maksudnya : menyadari atau tahu karungnya hilang)
Kata yang digaris bawah berikut ini adalah maf’ul mutlaq
: ‫شديدا‬ ‫غما‬ ‫لذلك‬ ‫فاغت ّم‬
Artinya : Karena itu maka ia susah sekali
‫إياي‬ ‫تهمته‬ ‫في‬ ‫أشك‬ ‫لست‬
Kata ‫ تهمته‬adalah termasuk idlafat al-mashdar ila fa’ilihi artinya bahwa yang menjadi mudlaf ilaih
di sini adalah fa’ilnya. Sedang kata ‫ إياي‬adalah maf’ul bih. Arti kalimat tersebut “Saya tidak ragu
tentang tuduhan dia kepada saya ” maksudnya “ Saya yakin dia menuduh saya”
‫مغتما‬ ‫فوجده‬ ‫صاحبه‬ ‫أتى‬
Penentuan fa’il dan maf’ul dalam suatu kalimat tidak dapat dilepaskan dari konteks kalimat
Sebab seringkali sesuatu kata mempunyai kemungkinan dari satu jabatan kata (tarkib). Dalam
hal ini pemahaman tehadap konteks yang lebih luas sangat ditekankan untuk dapat menentukan
tarkib yang tepat.
Sedangkan kata ‫ صاحبه‬adalah fa’il, kata yang digaris bawah adalah maf’ul bih, dan kata ‫مغتما‬
adalah hal, sebab kata itu menjelaskan keadaan kata ganti ketiga dalam kalimat tersebut. Artinya
“ Sahabatnya datang, ia menpatkannya dalam keadaan bersedih”.
‫أعدالك‬ ‫من‬ ‫عدال‬ ‫وفقدت‬ ،‫األعدال‬ ‫افتقدت‬ ‫قد‬ ‫إني‬
Struktur kalimat yang digaris bawah adalah fi’il + fa’il (berupa dlamir )+ maf’ul bih, artinya
“Sungguh saya telah mengecek karung-karung dan saya kehilangan salah satu di antara karung-
karungmu”.
1-‫سببه‬ ‫أعلم‬ ‫ال‬
2-‫إياي‬ ‫تهمتك‬ ‫في‬ ‫أشك‬ ‫ال‬ ‫إني‬
3-‫غرامته‬ ‫على‬ ‫نفسي‬ ‫طنت‬ّ ‫و‬ ‫إني‬
Kata yang digaris bawah di atas adalah maf’ul bih,, karena itu maka bacaannya nashab. Hanya
saja, untuk contoh nomor dua dan tiga anda nashabnya tidak tampak, sebab kata ‫ إياي‬adalah kata
ganti (dlamir) bersifat tetap (mabni), sementara kata ‫ نفسي‬karena mudlaf kepada ya mutakallim
sehingga huruf akhirnya dikasrah. Untuk kata ‫ تهمتك إياي‬strukturnya sama dengan yang di atas,
yakni idlaf al-mashdar ila fa’ilihi. Artinya menjadi “tuduhanmu kepada saya”.
Adapun arti masing-masing kalimat di atas secara urut sebagai berikut:
1. Saya tidak tahu sebabnya
2. Saya tidak ragu akan tuduhanmu kepada saya. Maksudnya : Saya yakin kamu menuduh saya
3. Saya menyiapkan diri saya untuk menggantinya. Maksudnya: Saya bersedia untuk
menggantinya.:
Jadi arti keseluruhannya adalah:
Ketika hari sudah pagi , ia mengeceknya, ternyata karung itu salah satu karungnya. Maka ia pun
amat menyesal, kemudian ia pergi ke toko.. Tapi ternyata teman usahanya itu sudah lebih dulu ke
tokonya dan membukanya. Setelah tahu bahwa karungnya hilang, ia sangat sedih karena itu,
seraya berkata: “ Betapa malangnya saya, menghadapi orang baik yang telah memberi
kepercayaan atas hartanya dan urusannya kepada saya. Bagaimana saya harus menghadapinya?
Saya yakin dia menududh saya. Tetapi saya sudah siap untuk menggantinya..Kemudian
datanglah temannya (yang telah mengambil karung sebelumnya) mendapatkannya bersedih.
Maka temannya itu menanyakan tentang keadaannya. Lantas ia pun mengatakan : “ Saya telah
mengecek karung-karung itu, dan saya kehlangan salah satu di antara kaung-karungmu. Saya
tidak tahu sebabnya. Tentu kamu menuduh saya. Saya (bagaimanapun juga ) harus siap untuk
menggantinya..”

‫ وما‬، ‫ وصاحبهما مغرور أبدا‬،‫ والمكر والخديعة ال يؤديان إلى خير‬،‫ فإن الخيانة شر ما عمله اإلنسان‬:‫ يا أخي ال تغتم‬: ‫فقال له‬
،‫ وكيف كان ذلك؟ فأخبره بخبره‬: ‫ فقال له صاحبه‬.‫ وأنا أحد من مكر وخدع واحتال‬،‫عاد وبال البغي )الظلم( إال على صاحبه‬
‫ وكيف كان ذلك؟‬.‫ ما مثلك إال مثل اللص والتاجر‬: ‫وقص عليه قصته فقال له رفيقه‬
Analisis Kalimat:
Kata ‫ إن الخيانة شر ما عمله اإلنسان‬terdiri dari isim inna (‫ ) الخيانة‬dan khabarnya (‫) شر ما عمله اإلنسان‬.
Kata ‫ شر ما‬adalah tarkib idlafi , yang mudlaf ilaihnya berupa isim maushul yaitu ‫ ما‬. Setiap
maushul pasti mempunyai shilat al-maushul, berupa jumlah atau syibh al-jumlah,. dalam contoh
di atas adalah jumlah ‫ عمله اإلنسان‬yang terdiri dari fi’il – maf’ul bih berupa dlamir (kata ganti) –
fa’il. Dalam bahasa Indonesia, struktur kalimat yang polanya seperti ini sering diartikan dengan
bentuk pasif. Ungkapan “apa yang melakukannya manusia” sebagai terjemahan harfiah dari
jumlah tersebut terasa amat janggal dalam bahasa Indonesia. Maka, untuk gagasan yang sama,
dalam bahasa Indonesia diungkapkan dengan cara “ apa yang dilakukan oleh manusia”. Jadi arti
kalimat di atas adalah Sesungguhnya khianat itu adalah sesuatu (perbuatan) paling jelek yang
dilakukan oleh manusia”.
Kalimat ‫ ما عاد وبال البغي إال على صاحبه‬adalah struktur istitsna, dengan menggunakan ‫ نفي‬dan ‫ إال‬.
Struktur semacam ini menimbulkan arti hashr (pembatasan). Dalam bahasa Indonesia kadang-
kadang diartikan dengan tambahan kata “hanya”. Jadi arti kalimat di atas adalah “Akibat
kezaliman itu hanya akan kembali kepada yang melakukannya”. Contoh lain, misalnya, kalimat :
‫ ما اشتريت إال ثالثة كتب‬artinya “Saya hanya membeli tiga buku”. Tetapi, arti semacam ini bukan
kepastian, sebab konteks kalimat harus selalu menjadi pertimbangan, misalnya pada struktur
istitsna kedua di atas : ‫ ما مثلك إال مثل اللص والتاجر‬, atruktur kalimat ini juga istitsna tetapi tampaknya
leih cocok diartikan : “Perumpamaanmu tidak lain seperti perumpamaan Pencuri dan Pedagang.”
(Ada kisahnya tersendiri).
Jadi arti kalimat di atas adalah :
Maka temannya itu berkata kepadanya: “Wahai saudaraku jangan bersedih, sebab sesungguhnya
khianat itu merupakan perbuatan terburuk yang dilakukan oleh manusia, dan bahwa tipu daya
dan kelicikan itu tidak membawa kepada kebaikan, bahwa pelakunya selamanya tertipu dan
bahwa akibat dari perbuatan aniaya itu hanyalah akan kembali kepada pelakunya. Saya adalah
salah satu dari orang-orang yang berbuat tipu muslihat, licik dan curang. Lantas temannya
bertanya kepadanya: “Bagaimana kok seperti itu?” Ia pun memberitahu peristiwanya dan
menceriterakan kisahnya. Lalu temannya mengatakan kepadanya : Perumpamaanmu tidak lain
seperti perumpamaan (antara) pencuri dan pedagang..Bagaimana perumpamaan itu? (Seperti
dalam cerita berikut ini)
‫والتاجر‬ ‫اللص‬ ‫مثل‬
‫ حتى إذا كان‬،‫ فترقبه بعض اللصوص زمانا‬.‫ واألخرى ذهبا‬،‫ زعموا أن تاجرا له في منزله خابيتان إحداهما مملوءة حنطة‬: ‫قال‬
‫ فلما هم بأخذ‬.‫ وكمن في بعض نواحيه‬،‫ ودخل المنزل‬،‫ فتغفله )ترقب غفلته( اللص‬،‫بعض األيا م تشاغل التاجر عن المنزل‬
‫ فلما فتحها‬.‫ حتى أتى بها منزله‬،‫ ولم يزل في كد وتعب‬،‫ وظنها التي فيها الذهب‬،‫الخابية التي فيها الدنانير أخذ التي فيها الحنطة‬
‫ندم‬ ‫فيها‬ ‫ما‬ ‫وعلم‬.
‫ غير‬.‫ي أن يكون هذا كهذا‬ ّ ‫ وعزيز عل‬،‫ وقد اعترفت بذنبي وخطأي عليك‬، ‫ وال تجاوزت القياس‬،‫ ما أبعدت المثل‬: ‫قال له الخائن‬
‫ فقبل الرجل معذرته‬.‫أن النفس الرديئة تأمر بالفحشاء‬.

Analisis bahasa:
‫خابيتان‬ ‫منزله‬ ‫في‬ ‫له‬ ‫تاجرا‬ ‫أن‬
Kata yang digaris bawah adalah khabar inna , yang berupa jumlah terdiri dari khabar muqaddam
dan mubtada’ muakhkhar. Artinya “Bahwa seorang pedagang dia punya dua kantong di
rumahnya”.
‫ذهبا‬ ‫واألخرى‬ ،‫حنطة‬ ‫مملوءة‬ ‫إحداهما‬
Kata yang digaris bawah di atas adalah tamyiz. Berbeda dengan hal , tamyiz menjelaskan sesuatu
hal yang belum jelas berkaitan dengan benda, bukan keadaan, sebagaimana hal. Persamaannya,
keduanya menjelaskan sesuatu yang belum jelas. Arti kalimat tersebut : Salah satunya penuh
dengan gandum, yang lainnya (penuh dengan) emas”.
‫زمانا‬ ‫اللصوص‬ ‫بعض‬ ‫فترقبه‬
Kata yang digaris bawah di atas adalah maf’ul fih atau zaraf, dalam hal ini zaraf zaman sebab
memberi keterangan waktu. Jika memberi keterangan tempat, disebut zaraf makan. Arti kalimat
tersebut: “Maka sebagian pencuri telah mengintainya beberapa lama”.
‫المنزل‬ ‫عن‬ ‫التاجر‬ ‫تشاغل‬ ‫األيام‬ ‫بعض‬ ‫كان‬ ‫إذا‬ ‫حتى‬
Kata ‫ كان‬pada kalimat di atas tidak memiliki khabar, sebab merupakan ‫ كان تام‬. Artinya: “Sampai
suatu saat pada suatu hari pedagang itu punya kesibukan jauh dari rumah.”.
‫نواحيه‬ ‫بعض‬ ‫في‬ ‫وكمن‬ ،‫المنزل‬ ‫ودخل‬ ،‫اللص‬ (‫غفلته‬ ‫)ترقب‬ ‫فتغفله‬.
Kata ‫ تغفّل‬mengikuti wazan ‫ تفعّل‬berasal dari ‫ غفل‬artinya “mencari-cari kelalaian”. Kata ‫المنزل‬
adalah maf’ul bih. Arti kalimat di atas menjadi : Maka pencuri tersebut mencari-cari kelengahan
si pedagang, ia masuk rumah dan bersembunyi di salah satu sudutnya”.
‫الحنطة‬ ‫فيها‬ ‫التي‬ ‫أخذ‬ ‫الدنانير‬ ‫فيها‬ ‫التي‬ ‫الخابية‬ ‫بأخذ‬ ‫ه ّم‬ ‫فلما‬
Kata ‫ ه ّم ب‬artinya bermaksud. Kata ‫ أخذ الخابية‬adalah idlafat al-mashdar ila maf’ulihi Kata ‫ أخذ‬di
sini bukan kata kerja ( fi’il) melainkan mashdar (termasuk isim ), sebab terletak sesudah harf jar
‫ ب‬. Sementara kata yang di garis bawah di atas adalah maf’ul bih , berupa isim maushul. Adapun
shilath al-maushulnya adalah jumlah yang terletak sesudahnya, yakni ‫ فيها الحنطة‬, maka artinya
menjadi:”Ketika dia bermaksud mengambil kantong yang berisi uang dinar, (ternyata) dia
mengambil tong yang berisi gandum”.
‫الذهب‬ ‫فيها‬ ‫التي‬ ‫ظنها‬
Kata ganti ‫ ها‬adalah maf’ul pertama , sedangkan kata ‫ التي‬adalah maf’ul kedua. Artinya” Ia
menyangkanya kantong yang berisi emas.”
‫منزله‬ ‫بها‬ ‫أتى‬ ‫حتى‬ ،‫وتعب‬ ‫كد‬ ‫في‬ ‫يزل‬ ‫لم‬
Kata ‫ في كد وتعب‬adalah kabar dari ‫( لم يزل‬termasuk kelompok ‫ ) إن‬, kata ‫ أتى ب‬artinya “datang
dengan atau membawa” sedangkan kata ‫ منزله‬adalah maf’ul bih . Artinya menjadi: “Terus
bersusah payah sampai ia membawanya ke rumahnya”
‫ندم‬ ‫فيها‬ ‫ما‬ ‫وعلم‬ ‫فتحها‬ ‫فلما‬.
Kata yang digaris bawah di atas adalah maf’ul bih berupa isim maushul. Adapun shilat al-
maushulnya adalah syibh jumlah yakni ‫ فيها‬. Artinya menjadi : Ketika ia membuka kantong itu
dan tahu apa yang ada di dalamnya, ia menyesal.
‫الخائن‬ ‫له‬ ‫قال‬
Kata yang digaris bawah di atas adalah fa’il, jadi arti kalimat tersebut “Orang yang berkhianat itu
mengatakan kepadanya”
‫القياس‬ ‫تجاوزت‬ ‫وال‬ ،‫المثل‬ ‫أبعدت‬ ‫ما‬
Kata ‫ ما‬dalam konteks di atas adalah untuk arti nafi, sedangkan kata yang digaris bawah di atas
adalah maf’ul bih . Meskipun kalimat tersebut merupakan kalimat berita (jumlah khabariyyah )
tetapi dari konteknya bisa dimaknai sebagai jumlah insyaiyyah. Arti harfiahnya : Engkau tidak
menjauhkan perumpamaan dan tidak melebihi analogi” maksudnya “Jangan terlalu jauh
membuat perumpamaan dan jangan kelewatan membuat analogi”.
‫عليك‬ ‫وخطأي‬ ‫بذنبي‬ ‫اعترفت‬ ‫وقد‬
Harf wawu yang ada pada awal kalimat merupakan wawu haliyyah , sebab kalimat tersebut
menjelaskan keadaan fa’il pada kalimat sebelumnya. Harf tersebut sering diartikan “padahal”.
Kata ‫ اعترف ب‬artinya “mengakui” , maka kata ‫ ذنبي‬merupakan maf’ul bih , sementara kata ‫خطأي‬
juga ‘athaf kepada kata tersebut. Jadi artinya menjadi “ Padahal aku sudah mengakui dosa dan
kesalahan ku padamu” .
‫كهذا‬ ‫هذا‬ ‫يكون‬ ‫أن‬ ‫ي‬
ّ ‫عل‬ ‫عزيز‬
Kata ‫ أن يكون‬adalah fa’il mu’awwal dari kata ‫ عزيز‬. Kata ini adalah sifah musyabbahah berwazan
‫ فعيل‬. Sebagaimana fi’il , sifah musyabbahah juga mempunyai fa’il Sedangkan kata ‫ كهذا‬adalah
khabar dari ‫ يكون‬. Artinya menjadi: “ Saya merasa berat hati, kalau ini seperti ini”, maksudnya :
“Amit-amit kalau perbuatan saya ini disamakan dengan itu.”.
‫بالفحشاء‬ ‫تأمر‬ ‫الرديئة‬ ‫النفس‬ ‫أن‬ ‫غير‬
Kata ‫ النفس الرديئة‬adalah tarkib idlafi. Kata ‫ رديئة‬adalah bentuk sifah musyabbahah . Artinya
menjadi : “Hanya saja jiwa yang rendah itu menyuruh perbuatan yang keji.”
‫معذرته‬ ‫الرجل‬ ‫فقبل‬
Kata yang digarisbawah di atas adalah maf’ul bih. Artinya “Maka orang itu menerima
permintaan maafnya”.
Arti teks di atas:
Perumpamaan pencuri dan pedagang
Ia berkata : Konon ada seorang pedagang yang mempunyai dua kantong di rumahnya . Salah
satunya penuh dengan gandum, yang lain penuh dengan emas. Beberapa pencuri mengintainya
beberapa lama, Sampai pada suatu saat pada suatu hari pedagang itu punya kesibukan jauh dari
rumah. Maka pencuri tersebut mencari-cari kelengahan si pedagang, ia masuk rumah dan
bersembunyi di salah satu sudutnya. Ketika dia bermaksud mengambil kantong yang berisi uang
dinar, (ternyata) dia mengambil kantong yang berisi gandum. Ia menyangkanya kantong yang
berisi emas, dengan bersusah payah ia bawa sampai ke rumahnya. Maka ketika ia buka dan tahu
apa yang ada di dalamnya barulah menyesal. Orang yang berkhianat itu berkata kepadanya:
“Jangan terlalu jauh membuat perumpamaan dan jangan kelewatan membuat analogi, padahal
aku sudah mengakui dosa dan kesalahanku padamu. Amit-amit kalau perbuatan saya ini
disamakan dengan itu, hanya saja jiwa yang rendah itu menyuruh perbuatan yang keji.” Maka
orang itu menerima permintaan maafnya.
Kesimpulan:
Dari contoh anlisis di atas dapat dikatakan bahwa struktur kalimat akan sangat menentukan
bacaan I’rab (perubahan pada akhir kata, baik yang berupa harakat atau huruf) dan makna,
sebaliknya makna kalimat juga menentukan ketepatan struktur kalimat, khususnya kalimat yang
kata-katanya tidak bersyakal. Dengan demikian, makna juga berperan penting dalam penentuan
struktur kalimat. Sementara untuk mencari ketepatan makna, terutama kata-kata kerja yang
fa’ilnya berupa dlamir mustatir, atau rujukan isim isyarah, sangat bergantung pada konteks .
Maka antara konteks –makna dan struktur kalimat sangatlah berkaitan, karena itu antara tiga hal
ini perlu dicermati dengan seksama, termasuk di dalamnya juga , teks bahasa Arab yang
menggunakan syakal.

Anda mungkin juga menyukai