Anda di halaman 1dari 16

Teori Berpikir dalam Psikologi

By Who Am I ?No comments

1. PENGERTIAN
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam
Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan
di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang
akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi
dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat
menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan
liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

2. KONSEP BERPIKIR
Di dalam berpikir, tentunya kita menggunakan simbol-simbol atau penggambaran. Nah, konsep
merupakan kontruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek
dan kejadian. Kita ambil contoh pengertian handphone, dalam pikiran kita apa yang menjadi
gambaran tentang handphone? Tentunya kita dapat memberi gambaran tentang alat komunikasi
yang dapat dibawa kemana-mana. Dengan proses ini, kita dapat mengklasifikasikan yang mana
handphone, yang mana bukan handphone.
Ada beberapa macam dari konsep itu sendiri:
1. Konsep-konsep yang sederhana
2. Konsep yang kompleks
3. Konsep Konjungtif
4. Konsep Disjungtif
5. Konsep Relasional

3. PROSES BERPIKIR
Proses berpikir erat kaitannya dengan bahasa, sebab manusia dapat membentuk ratusan bahkan
ribuan simbol-simbol dalam otak. Namun bukan hanya dengan bahasa saja proses berpikir itu
muncul, tetapi dapat juga degan image. Seperti contoh, dari SMA kita mendapat informasi bahwa
kuliah itu sangat jauh berbeda dengan dunia SMA. Nah, dari gambaran itu, kita akan mulai berpikir
untuk mempersiapkan apa-apa saja yang kita butuhkan dan lewati menuju proses dunia kampus
tersebut.
Hal itu lah yang disebut dengan visual map yaitu gambaran tentang apa yang akan kita hadapi.
Gambaran yang kita dapatkan itu perlahan akan dapat kita klasifikasikan. Namun hal terbesar
dalam proses berpikir ialah bahasa, karena dengan bahasa biasa digunakan seseorang untuk
mengeluarkan hasil pikirannya.

4. CARA MEMPEROLEH KONSEP


Proses memperoleh konsep ada yang secara disengaja dan ada juga yang secara tidak sengaja.
Sengaja dalam hal ini ialah dapat dikatakan konsep ilmiah yaitu konsep yang didapatkan. Konsep
ini memiliki prosedur tertentu dikarenakan perolehannya yang betul-betul teliti dan menggunakan
dasar-dasar ilmiah. Seperti: (menganalisa cahaya)
1. Tingkat analisis
Tingkat ini mengacu perhatian pada setiap setiap sumber-sumber cahaya. Mengenai sifatnya, dan
dicatat sebagai suatu penelitian.
2. Tingkat Komperasi
Tingkat ini menemukan sifat umum dan sifat khusus dari cahaya yang telah diteliti sebelumnya.
3. Tingkat abstraksi
Pada tingkatan ini, kita mencari perbedaan sifat dari masing-masing sumber cahaya tadi.

4. Menyimpulkan
Tingkat ini adalah hasil dari penelitian sebelumnya yang akan memberi informasi atau gambaran
bahwa “cahaya adalah kumpulan beberapa zat yang dapat memberi penerangan dan memiliki
massa”.

Tidak sengaja dalam memperoleh konsep adalah mengacu pada pengalaman yang sebenarnya
memberikan konsep kepada kita walaupun kita tidak membutuhkan itu. Tetapi hal itu dapat
memberikan gambaran yang nyata bagi kita. Misalkan pengertian cinta, kita mengetahuinya mulai
dari proses suka kepada seseorang, sakit hati dan seterusnya.

5. PENYELESAIAN MASALAH
Masalah adalah ketika terdapat perbedaan atau konflik pada pencapaian tujuan. Masalah ini tentu
punya problem solving yang memiliki kaidah atau aturan (rules). Ada banyak kaidah dalam
penyelesaian masalah, namun ada dua yang pokok yaitu:
1. Kaidah algoritma
Kaidah ini menjanjikan keberhasilan. Contoh: Jika seseorang mendapatkan soal tentang
trigonometri yang terlihat rumit, maka kaidah menjanjikan keberhasilan apabila seseorang
memiliki kemampuan dasar segitiga dan hitungan yang baik.
2. Kaidah Horistik
Kaidah ini adalah proses moncoba-coba hingga ada jalan atau problem solving yang terlihat.
Misalkan seseorang diperintahkan menghitung banyaknya kombinasi penyelesaian pada lantai
dasar rubik yang berwarna putih. Dalam proses ini seseorang akan mencoba-coba memutar rubik
tersebut hingga lantai dasarnya dapat diselesaikan.
Pandangan Thorndike VS. Kohler mengenai problem solving
1. Percobaan thorndike yang menggunakan kucing yang dikurung di dalam sangkar, dan makanan
yang ada diluar sangkar. Sangkara akan terbuka apabila kendali di dalam kandang ditarik atau
tertarik. Nah, eksperimen pertama kucing berlari-lari dan mengangguk-angguk. Pada suatu
kesempatan ia tiba-tiba menarik kendali sacara tidak sengaja dan akhirnya pintu sangkar terbuka.
Begitu seterusnya eksperimen ini diulangi dan ternya si kucing semakin cepat dalam problem
solving dalam hal ini mengambil makanan diluar kandang.Dari hasil percobaannya ia
menyimpulkan bahwa problem solving diperoleh karena proses coba-salah (trial error).
2. Percobaan Kohler digunakan pada simpanse. Prosesnya hampir sama yaitu pisang diletakkan
diluar kurungan simpanse, dan diberikan tongkat di sekitar simpanse. Simpanse ini mencoba
mengambil pisang yang berada diluar kandang namun gagal, tetapi pada saat ia menggunakan
tongkat barulah ia mampu mengambilnya.
Kesimpulan Kohler ialah bahwa problem solving itu didapatkan dari insight atau pengertian
(pemahaman). Dalam kasus ini simpanse paham bahwa dengan menggunakan tongkat ia akan dapt
mengambil pisang yang berada di luar kurungannya itu.

6. CARA MENGAMBIL KESIMPULAN


Tujuan dari berpikir adalah untuk memperoleh problem solving sesuai dangan maslah yang kita
hadapi. Tentunya dalam proses penarikan kesimpulan, ada beberapa cara yaitu:
1. Kesimpulan yang ditarik berdasarkan analogi
Kesimpulan yang ditarik menggunakan proses adalah dengan memanfaatkan peristiwa dan kondisi
yang sama.
Misalkan : Seorang anak yang pulang sekolah melihat ada rambutan yang jatuh di depan rumah,
dan ketika itu setelah ia masuk rumah ia melihat ada nenek datang dari kampung. Di hari yang lain
ketika rambutan nampak jatuh di depan rumahnya, nenek pada saat itu juga ada. Nah, dari proses
ini, anak akan membuat kesimpulan bahwa setiap ada rambutan yang jatuh, maka nenenk juga
pasti ada, walaupun itu belum tentu kebenarannya.
2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.
Misalnya :
 Tembaga di panaskan akan memuai
 Perak di panaskan akan memuai
 Besi di panaskan akan memuai
 Kuningan di panaskan akan memuai
Jadi (kesimpulan), bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai.
3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif

Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan
keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah
logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia
terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati. Kesimpulan
ini sama dengan silogisme:
P ----> Q
Q----> R
maka, P ----> R

7. BERPIKIR KREATIF
Inti dari berpikir ialah menemukan problem solving. Namun, dalam beberapa analisis data
seseorang, ia menemukan hal baru yang bisa saja belum ada sebelumnya. Seperti dalam dunia para
pembuat cerita, ia menemukan ide dalam cerita barunya. Ilmuwan, ia menemukan landasan teori
yang akurat dalam percobaannya. Walaupun begitu, segala sesuatu yang didapatkan dalam hal ini
berupa ide baru dari hasil berpikir kreatif, kita harus tetpa menggunakan teori-teori yang pernah
ada sebelumnya. Adapun hal lain dalam berpikir kreatif ialah:
1. Tingkatan-tingkatan dalam berpikir kreatif
a. Persiapan
Pada tahap persiapan seseorang akan memformulasikan masalah dengan teori atau fakta yang
berguna untuk memperoleh pemecahan masalahnya.
b. Tingkat inkubasi
Yaitu proses berlangsungnya masalah dalam diri seseorang yang belum menemukan pemecahan
masalahnya.
c. Tingkat pemecahan
Tingkat ini, orang telah mendapatkan pemecahan masalahnya secara tiba-tiba.
d. Tingkat evaluasi
Disini, orang mulai mengecek apakah itu cocok atau tidak dalam penyelesaian masalah tersebut.
e. Tingkat revisi
Apabila tingkat evaluasi tidak cocok, maka akan dilakukan tahap revisi ini.
2. Sifat-sifat pemikir kreatif
a. Memilih penampakan yang kompleks.
b. Dominan dan lebih besar petahanan diri
c. Menolak suppresssion sebagai mekanisme kontrol
d. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan skope yang luas
e. Dalam judgment-nya lebih mandiri.

8. HAMBATAN DALAM PROSES BERPIKIR


Hambatan dalam proses berpikir bisa saja terjadi. Semisal, menghitung perkalian 8 x 7 akan
lebih mudah dibandingkan dengan mengerjakan soal fisika murni. Hambatan ini muncul akibat
dari (1) Kurangnya data yang kita dapat (2)pertentangan data yang satu dengan data yang lain.
Dalam proses berpikir, terdapat hambatan apabila data itu kurang atau data tersebut tidak jelas
adanya.

Sumber:

 Walgito, Bimo. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : PT andi publisher


 Whandi. 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
 Santrock, John W..2007. Perkembangan Anak. Erlangga
 Maulina, Dita. Perkembangan Bahasa Anak.
teori berfikir dalam kajian psikologi
PENDAHULUAN

Di dalam ilmu psikologi ada teori berfikir dan di dalam teori berfikir itu mencakup banyak aktivitas mental.
Kita berfikir saat memutuskan sebuah pemikiran atau masalah, misalnya memutuskan barang apa yang
akan kita beli di toko, kita berfikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai, kita
berfikir saat mencoba memecahkan soal ujian yang diberikan di kelas, kita berfikir saat menulis artikel,
menulis makalah, dan lain-lain.
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Akan tetapi pikiran manusia walaupun
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak. Lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak,
kegiata berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia, dan juga melibatkan peasaan dan kehendak
manusia. memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu. menyadari kehadirannya
seraya secara aktif menhadirkannya dalam pikiran, kemudian mempunyai gagasan atau wawasan
tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari
jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan
memastikan merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan,
memilah-milah, atau membedakan. Menghubungkan menafsirkan, melihat memungkinkan yang ada,
membuat analisis dan sintesis.
Biasanya, kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab, atau
berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Seperti dikemukakan oleh
Charles S. Piere dalam berfikir ada dinamik, gerak dari adanya gangguan suatu keraguan atas
kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang lalu terangsang untuk melakukan tindakan.
Jadi kita harus memahami dalam teori berfikir ini mengenai jiwa, di dalam jiwa tersebut dapat
menetapkan suatu hubungan antara ketahanan. Ketahanan kita, kita semua berfikir tapi dengan cara
berbeda-beda. Sebagian anak umpamanya tunduk dengan kemahiran “alami” dalam bidang angka-
angka, inikan merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh seorang anak yang bisa berfikir dengan baik.
Berfikir merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam jiwa manusia.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir
Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu
atau (pengetahuan). Atau suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan
tanya jawab dengan fikiran kita untuk meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu,
dengan tepat pertanyaan itulah yang memberi arah kepada fikiran kita. Atau juga sesuatu kegiatan
mental yang melibatkan otak kita bekerja. Contoh: seorang siswa mendapatkan tugas dari gurunya untuk
memecahkan masalah seperti terlihat di bawah ini. Ada beberapa buah titik dengan susunan sebagai
tergambar.
...
...
...
Tugas siswa ialah menghubungkan kesembilan buah titik itu dengan empat buah garis, dan dalam
membuat garis tersebut siswa tidak boleh mengangkat alas yang digunakannya.
Pada gambar tersebut terdapat tiga buah tonggal A, B, C, pada tonggak A terdapat empat buah benda
bulat yang berbeda besar kecilnya, dan dapat dimasukkan dalam tonggak-tonggak tersebut, tugas siswa
ialah: menggalikan benda-benda tersebut ke tonggak C dengan catatan pada waktu mengambil
dilakukan satu demi satu dan benda bulatan yang lebih kecil tidak boleh ada di bawah benda bulatan
yang lebih besar dan tiga tonggak tersebut dapat digunakan. Dalam menghadapi tugas tersebut siswa
berusaha sejauh kemampuan yang ada padanya untuk menyelesaikan tugas itu dengan kata lain siswa
mulai berfikir dan mulai pemecahan masalah yang dihadapi dia. Apa sebenarnya berpikir itu? Dari contoh
tersebut dapat dikemukakan bahwa pada diri siswa terdapat aktivitas mental aktivitas kognitif yang
berwujud. Mengolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-
materi yang disimpan dalam ingatannya, khususnya yang ada dalam long term memory si siswa.
Mengaitkan pengertian satu dengan pengertian lain serta kemungkinan-kemungkinan yang ada,
sehingga mendapatkan pemecahan masalahnya.

B. Proses Berfikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah berupa kata-kata atau bahasa
(language). Karena itu sering dikemukakan, bahwa bahasa dan berfikir mempunyai kaitan yang erat.
Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia
dapat berpikir dengan begitu sempurna. Apabila dibandingkan dengan makhluk lain, sekalipun bahasa
merupakan alat yang cukup ampuh (powerful) dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya
alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir. Sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu
bayangan atau gambaran (image). Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh, sebagai berikut
bayangkan bahwa anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya Bulaksumur, dan anda diminta
datang di kraton. Dalam kaitan ini anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta.
Khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton dan menentukan jalan-jalan mana saja yang
akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di kraton. Jadi disini kita menggunakan
gambaran dan tayangan (image) yang merupakan visual map atau juga disebut cognitive map yang
memberi gambaran yang dihadapi. Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat yang baru
akan memperoleh gambaran tentang kota atau tempat yang baru itu dan ini memberikan gambaran
kepada orang yang bersangkutan atau memberi visual map atau cognitive map ini yang sering disebut
non verbal thinking demikian juga apabila orang berfikir menggunakan skema-skema tertentu atau
gambar-gambar tertentu dalam klasifikasi tersebut.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan atau image.
Namun sebagian terbesar dalam berpikir orang menggunakan bahasa dengan segala ketentuan-
ketentuannya karena bahasa merupakan ada alat yang penting dalam berpikir. Maka sering dikemukakan
bila seorang itu berpikir, orang itu bicara dengan dirinya sendiri.
Proses-proses manakah yang dilalui selama kita berpikir? Diantara proses yang dilalui adalah:
1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan yang
membingungkan, misalnya hal yang menghambat pada diri kita untuk berpikir sehingga tinggal ciri-ciri
yang tipis (yang tidak harus ada pada masalah ini).
2. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menghubungkan atau menceraikan beberapa pengertian
yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
3. Pembentukan keputusan, artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-pendapat tersebut.
4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.
Proses pertama dalam berpikir ialah: pembentukan pengertian.
a. Apa yang harus diingat diwaktu pembentukan pengertian? Yang harus diingat dalam pembentukan
pengertian adalah:
1) Pengertian itu harus mempunyai isi yang tepat.
2) Kalau perlu pembentukan pengertian harus dibantu dengan hal-hal yang nyata.
b. Apa yang dimaksud pengertian? Pengertian adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan
pandangan yang kongkrit dari kenyataan-kenyataan.
Dan proses selanjutnya di dalam berpikir ialah: pembentukan keputusan, ada beberapa pembentukan
proses di dalam berpikir:
a) Keputusan dari pengalaman-pengalaman.
Misalnya: Kemarin paman duduk di kursi panjang.
b) Keputusan dari tanggapan-tanggapan.
Misalnya: Anjing kami menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua.
c) Keputusan dari pengertian-pengertian.
Misalnya: Bunga itu indah.
Proses selanjutnya dalam berpikir adalah menarik kesimpulan. Yang dimaksud menarik kesimpulan
adalah: disini diterangkan ada tiga macam kesimpulan dalam teori berpikir:
a) Kesimpulan induksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus untuk mendapatkan yang umum.
Contoh: Besi kalau dipanaskan akan memuai.
Tembaga kalau dipanaskan akan memuai.
Loyang kalau dipanaskan akan memuai.
Kesimpulannya, semua logam memuai kalau dipanaskan.
b) Kesimpulan deduksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan yang khusus.
Misalnya: Semua manusia mesti mati.
Karta manusia
Karta mesti mati.
- Keputusan yang bersifat umum (semua manusia mati)
- Keputusan khusus dari mayor (Karta manusia) kita sebut minor, mayor dan minor kita sebut premis.
c) Kesimpulan analog
Ialah kesimpulan yang sama sebab analog dari kata an (= tidak) dan a (= benar). Jadi analogi berarti
benar, atau sama. Jadi analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi
yang satu dengan situasi yang lain yang telah kita kenal. Tetapi biasanya pengenalan kita kepada situasi.
Pembanding itu kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.
Misalnya: Ibu, sakit, tidur
Ayah, tidur
Ayah sakit
Misalnya lagi si Adam nakal, si Badu adik si Adam juga nakal, tentu si Charli adik si Badu nakal juga.
Adakah itu juga suatu kesimpulan? Iya memang, sebab suatu kesimpulan analogi, yang biasa disebut
dengan kata. Menyamaratakan hal ini sering terjadi, sebab didalamnya ada kecenderungan untuk
memusuhi atau mendekati.
Ada hubungan mengenai bahasa dengan berpikir ada dua macam pendapat dalam hal ini ialah:
pendapat satu mengatakan bahwa hubungan antara berpikir dan bahasa ialah mutlak, sebab berpikir
sebenarnya adalah berbicara dengan batin dan berbicara adalah berpikir yang diutarakan (diucapkan).
Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa pendapat yang satu itu tidak benar jadi ada konflik
pendapat. Dia mengatakan dengan bukti bahwa ada sesuatu yang dapat dipikirkan, teapi tidak dapat
dilukiskan dengan kata-kata dan ada kata-kata yang tidak mengiringi atau mengandung pengertian. Jadi
yang benar hubungan antara keduanya itu bukan mutlak tetapi halnya erat, keeratan itu.
Misalnya: 1. Dengan bahasa kita sudah mudah berpikir.
2. Bahasa ialah alat yang utama untuk melahirkan pikiran.
3. Bahasa ialah alat untuk menyimpan pikiran.
4. Bahasa ialah alat hubungan sosial dan sebagai komunikasi.

C. Konsep Dalam Berpikir


Seperti yang dipaparkan di depan tadi yaitu mengenai proses berpikir tadi, di dalam berpikir ada sebuah
konsep yang menggunakan simbol-simbol atau gambaran-gambaran, kata-kata, pengertian-pengertian,
yang ada dalam ingatan khususnya ingatan yang berkaitan dengan long term memory. Pengertian atau
konsep merupakan konstruksi kejadian, misalnya, pengertian manusia, marah, segi tiga belajar, dan
sebagainya. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian memungkinkan
manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan.
Yang merah dan yang bukan merah, dapat menggolongkan manusia dan bukan manusia dan demikian
juga yang lain. karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau cepat
(convenient) dalam berpikir atau problem solving.
Dalam pengertian atau konsep didapati beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang sederhana.
2. Konsep-konsep yang komplek.
Pengertian sederhana merupakan pengertian yang dibatasi oleh ciri-ciri atau atribut tunggal misalnya
marah. Namun justru banyak pengertian atau konsep yang menggunakan dalam berpikir dibatasi oleh ciri
yang tidak tunggal. Ini yang dimaksud dengan konsep komplek di samping itu ada yang disebut dengan
konsep konjugatif, konsep ini merupakan konsep yang dibtasi adanya kaitan (joint) dua atau lebih sifat
atau ciri yang membentuk konsep tersebut. misalnya zebra merupakan binatang menyusui seperti kuda,
tetapi loreng. Konsep disjungtif merupakan konsep yang dibatasi dengan tiap ciri atau sifat yang
membawa obyek dalam kelas dari konsep. Misalnya transport dapat kuda, dapat truk, dapat becak dan
sebagainya. di samping itu juga ada konsep relational, yaitu konsep atau pengertian yang mempunyai
pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian yang lain. dalam keadaan sehari-hari, misalnya
lebih besar dari, lebih berat dari, lebih kurang dari dan sebagainya.

D. Problem Solving
Apa yang dimaksud dengan problem. Problem solving ini timbul apabila ada perbedaan atau konflik
antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Atau juga sering
dikemukakan apabila ada kesenjangan antara satu dengan yang lain. Contoh: di muka menggambarkan
adanya problem yang harus dipecahkan oleh seorang mahasiswa yang mendapatkan tugas dari
dosennya! Mahasiswa yang mendapat problem itu akan berpikir untuk mencari pemecahannya, dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu adalah directed, yaitu mencari
pemecahan dan dipicu untuk mencapai pemecahnya tersebut.
Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan
membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. aturan ini akan memberikan petunjuk untuk
memecahkan masalah banyak aturan atau kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok
yaitu aturan atau kaidah alogaritma dan horistik.
1. Alogaritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar, maka akan
ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya: Apabila seseorang harus mengalikan
dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan
benar akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil pemecahan misalnya. Namun dengan
demikian banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenal aturan alogaritma, tetapi dikenal
aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam
menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalahnya, tetapi tidak memberikan jaminan
akan kesuksesan
2. Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau
dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil.
Dalam rangka pemecahan masalah itu apabila diamati, akan terdapat adanya perbedaan dalam langkah-
langkah yang diambil dari individu satu dengan individu yang lain. Ada yang segera mengambil langkah
jikalau perintah itu ada dan dimengerti, dan mencoba-coba hingga sampai cara yang benar. Namun juga
ada yang tidak mengambil tindakan, tetapi memerlukan kemungkinan-kemungkinan yang ada berkaitan
dengan pemecahan masalahnya. Sebelum mengambil tindakan secara kongkrit.
Satu dengan yang lain dalam kaitan dengan ini ada pendapat yang berbeda satu dengan yang lain dalam
kaitannya dengan problem solving ini, faktor apa yang berperan didalamnya? Pendapat yang berbeda
terdapat pada pendapat yang behavioristik berhadapan dengan pandangan dari kalangan gasltalt
masing-masing pihak mengajukan pendapat dengan argumentasi sendiri-sendiri dengan hasil
percobaannya masing-masing.
E. Berpikir Kreatif
Setelah dipaparkan di depan tadi mengenai problem solving. Seseorang atau organisme mencari
pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun di dalam berpikir orang akan dapat menemukan
sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin terdapat, hal ini dapat dijumpai misalnya dalam diri
seseorang menulis cerita, ataupun pada seorang ilmuwan ataupun pada bidang-bidang lain itu yang
sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thinking) dengan berpikir kreatif orang akan
menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba. Ini yang
berkaitan dengan insight. Sebenarnya apa yang dipikirkan itu telah berlangsung namun belum
memperoleh sesuatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali, akan tetapi harus
berlangsung dalam jiwa seseorang yang pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.
Adapun macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir secara asosiatif yaitu proses berpikir dimana sesuatu ide merangsang timbulnya ide lain jalan
pikiran, dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul
secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a. Asosiatif bebas satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada
batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya ide tentang warung, atau
restoran, dapur ataupun juga anak yang belum sampai diberi makan atau apa saja.
b. Asosiatif terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas
tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau
pajaknya, atau pemeliharaannya, atau mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang
hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-
barang, piutang yang belum ditagih dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu mengkhayalkan bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang
tidak realistis.
d. Mimpi: Ide-ide tentang berbagai hal, yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini
kadang-kadang terlupakan pada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berpikir artistik: Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh
pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelum dan diarahkan kepada sesuatu,
biasanya diarahkan kepada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis, yaitu membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal,
menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru
dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam
pikiran. Misalnya perkataan “buku” adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-
lembaran kertas yang dijilid dan dicetaki huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara
lain adalah angka-angka dan simbol-simbol matematika, simbol-simbol yang dipergunakan dalam
peraturan lalu lintas, noot musik, mata uang dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan.
Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan
penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam pemecahan persoalan:
1. Strategi menyeluruh, disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan
dalam rangka keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis, disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian
demi bagian.
Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat dilihat hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga
dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian, cara ini lebih efisien dan lebih cepat, dan terutama berguna
kalau waktunya terbatas.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1. Set, cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-
persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan yang berikut itu dapat
dipecahkan dengan cara yang demikian itu. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama kalau
orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
2. Sempitnya pandangan, sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu
kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut
akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan menemui
kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang tersebut, sehingga ia tidak
dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

BAB III
KESIMPULAN

Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu
atau sesuatu kegiatan mental yang melibatkan otak kita bekerja. Simbol-simbol yang digunakan dalam
berpikir pada umumnya adalah menggunakan kata-kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun,
sebagian terbesar dalam berpikir orang lebih sering menggunakan bahasa atau verbal (berpikir dengan
menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuan) karena bahasa merupakan
alat penting dalam berpikir. Proses-proses yang dilalui dalam berpikir diantaranya:
1. Pembentukan pengertian.
2. Pembentukan pendapatan.
3. Pembentukan keputusan.
4. Pembentukan kesimpulan
Seperti yang dipaparkan di atas yaitu mengenai proses berpikir, di dalam berpikir ada sebuah konsep
atau pengertian yang menggunakan simbol-simbol, gambaran-gambaran dan kata-kata yang ada dalam
ingatan khususnya yang berkaitan dengan long memory. Pengertian atau konsep merupakan kontribusi
simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sebuah obyek atau kejadian.
Di dalam konsep ada beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep sederhana yaitu konsep yang dibatasi ciri atau atribut tunggal.
2. Konsep komplek yaitu konsep yang dibatasi oleh ciri-ciri yang tidak tunggal.
Problem solving adalah pemecahan atau penyelesaian suatu masalah yang biasanya timbul karena
adanya perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai
tujuan. Di dalam mencari problem solving tersebut terdapat beberapa kaidah atau aturan, diantaranya:
1. Alogaritma yaitu suatu perangkat atau aturan dan apabila aturan itu diikuti dengan benar maka akan
ada jaminan keberhasilan dalam problem solving tersebut.
2. Strategi umum horistik yaitu masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah yang
lebih kecil.
Berpikir kreatif adalah berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal,
menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik
baru.
Macam-macam kegiatan berpikir:
1. Berpikir asosiatif.
2. Berpikir terarah.

DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, 2002, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi.
Sujanto Agus, 2003, Psikologi Umum, Surabaya: Bumi Aksara.
Wirawan Sarwono, Sarlit, 1976, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.
TEORI BERPIKIR PSIKOLOGI
BERPIKIR

A. PENGERTIAN BERPIKIR

Kegiatan berpikir dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari kehidupan
bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan musik atau tengah melihat televisi
tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut
dengan mati. Menurut sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis berpendapat bahwa berpikir
sebagai penguatan antara stimulus dan respons. Demikian juga menurut kaum asosiasionis memandang
berpikir hanya sebagai asosiasi antara tanggapan atau bayangan satu dengan yang lainnya yang saling
kait mengait. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi
dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.

Berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-
ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam
Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui
transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir
adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir
merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan
(3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

B. PROSES BERPIKIR

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:

1. Pembentukan Pengertian

Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya
satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai
bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya:

- Manusia Indonesia, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam dan
sebagainya.
- Manusia Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih, bermata biru
terbuka dan sebagainya.

- Manusia Negro, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit htam, berambut hitam kriting, bermata hitam
melototn dan sebagainya.

- Manusia Cina, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit kuning, berambut hitam lurus, bermata hitam sipit
dan sebagainya.

b. Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama atau yang tidak sama,
mana yang selalu ada atau yang tidak selalu ada, mana yang hakiki atau yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang
hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2. Pembentukan Pendapat

Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang
dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau
predikat. Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu
pandai, Si Ani rajin dan sebagainya.

b. Pendapat Negatif, yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak
adanya seuatu sifat pada sesuatu hal. Misalnya Sitotok itu bodoh Si Ani malas dan sebagainya.

c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian,


kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal. Misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali mungkin
tidak datang. dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat
yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, yaitu:

a. Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat
umum. Misalnya: tembaga dipanaskan akan memuai, perak dipanaskan akan memuai,
besi dipanaskan akan memuai, kuningan dipanaskan akan memuai. Jadi kesimpulannya yaitu semua
logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).

b. Keputusan Deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan dengan keputusan
induktif. Misalnya: semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi
kesimpulan yaitu tembaga kalau dipanaskan akan memuai.

c. Keputusan Analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi
kesimpulannya Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.
C. KONSEP ATAU PENGERTIAN

Pengertian atau konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri
umum sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia, merah, segitiga, belajar dan sebagainya.
Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Misalnya manusia dapat
menggolongkan yang merah dan yang bukan merah, manusia dan bukan manusia, demikian juga yang
lain-lain. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau tepat (convenient) dalam
berpikir atau problem solving.

Dalam pengertian atau konsep didapati ada beberapa macam konsep yaitu:

1. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang sederhana (simple concept). Pengertian yang sederhana
yaitu pengertian yang dibatasi ciri atau atribusi tunggal, seperti “merah”.

2. Konsep-konsep yang kompleks (complex concepts). Pengertian atau konsep yang digunakan dalam
berpikir dibatasi oleh ciri yang tidak tunggal.

D. CARA MEMPEROLEH KONSEP ATAU PENGERTIAN

Untuk memperoleh pengertian ada beberapa macam cara yaitu:

1. Dengan sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu usaha dengan sengaja untuk
memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut dengan sengaja, maka pengertian ini
dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedurnya melalui beberapa tingkatan (misal untuk mendapatkan
pengertian atau konsep mengenai gas): (1) tingkat analisis (2) tingkat mengadakan komperasi (3) tingkat
abstraksi (4) tingkat menyimpulkan.

2. Dengan tidak sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan tidak disengaja ini sering disebut pengertian
pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dengan secara tidak sengaja diperoleh sambil lalu dengan
pengalaman-pengalaman. Misalnya pengertian anak pada umumnya diperoleh melalui proses
generalisasi, kemudian atas daya berpikirnya timbul proses diferensiasi, yaitu proses membedakan satu
dengan yang lain.

E. PROBLEM SOLVING

Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara
keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan
apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das Sollen. Contohnya apabila ada problem terhadap
seorang siswa mendapatkan tugas dari gurunya, maka siswa yang mendapat problem tersebut akan
berpikir untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem
solving itu ada directed, yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut.

Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan
membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan memberikan petunjuk untuk
pemecahan masalah. Banyak aturan satu kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok,
yaitu aturan atau kaidah algoritma dan horistik.

Algoritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan
ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila sesorang harus menaglikan dua
bilangan, maka orang tersebut harus mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar, akan ada
jaminan orang tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian, banyak
persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan
strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada
pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan. Sedangkan strategi umum
horistik dalam menghadapi masalah yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi
masalah-masalah lebih kecil, masing-masing mengarah atau mendekati pemecahannya.

F. THORNDIKE VS. KOHLER

Dalam kaitan dengan problem solving terdapat perbedaan yang cukup menarik antara pendapat
Thorndike sebagai salah satu seorang tokoh aliran behaviorisme dengan Kohler sebagai seorang tokoh
aliran Gestalt. Masing-masing mengadakan percobaan sendiri-sendiri dan kesimpulannya berbeda satu
dengan yang lainnya.

Thorndike mengadakan eksperimen dengan kucing yang dilaparkan ditaruh dalam sangkar dan pintu
dapat terbuka apabila grendel yang berhubungan dengan pintu itu ditrarik atau tertarik. Dalam eksperimen
pertama, kucing membuat sedemikian rupa, lari-lari, menggaruk-garuk dan sebagainya. Hingga pada suatu
waktu kucing menyentuh tali yang berhubungan dengan grendel hingga pintu dapat terbuka dan kucing
keluar menuju makanan yang ada di luar kandang atau sangkar. Percobaan dilakukan berkali-kali, dan
ternyata makin lama makin berkurang waktu yang digunakan kucing untuk keluar dari kandang untuk
memperoleh makanan. Dari eksperimen tersebut, Thorndike menarik kesimpulan bahwa dalam
pemecahan problem yang dihadapi oleh kucing tersebut dengan cara-cara (trial and error). Adanya latihan
akan memperkuat hubungan stimulus dan respon.

Kohler menggunakan eksperimen dengan menggunakan simpanse. Model eksperimennya seperti


Thorndike yang menaruh simpanse kelaparan dalam kandang, dan di luar kandang ditaruh makanan yang
tidak bisa dijangkau dengan tangan, tetapi akan dapat diambil apabila simpanse menggunakan tongkat
(stick) yang disediakan oleh Kohler dalam kandang. Setelah beberapa kali simpanse mencoba mengambil
makanan menggunakan tangan saja tidak dapat, maka setelah berjalan kian kemari dan tongkat, terjadi
perubahan dalam wajah simpanse, yaitu adanya “AHA’ tanda menemukan pemecahan yang benar, yaitu
simpanse mengambil tongkat terebut untuk mengambil makanan dan ternyata dapat. Dari percobaan
tersebut, Kohler sampai pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan
adalah insight bukan coba-salah, sekalipun Kohler juga mengaku adanya coba-salah dalam
eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution,namun yang penting adalah insght atau pengertian.

G. CARA MENARIK KESIMPULAN

Tujuan berpikir adalah mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka
ditariklah kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului.
Cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan yaitu:

1. Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi

Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya kesamaan
dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang lain.

2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif

Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa menuju ke hal
yang bersifat umum.

3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif

Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal yang
umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.

H. BERPIKIR KREATIF

Dalam berpikir kreatif, ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang memperoleh sesuatu hal
yang baru atau pemecahan masalah.

Tingkatan-tingkatan itu adalah:

1. Persiapan (preparation)

Yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang
dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.

2. Tingkat inkubasi

Yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa sesorang, karena individu tidak sengaja memperoleh
pemecahan masalah.

3. Tingkat pemecahan atau iluminasi

Yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba memperoleh
pemecahan tersebut.

4. Tingkat evaluasi

Yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila
tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikutnya.

5. Tingkat revisi

Yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.

Orang yang berpikir kreatif mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang
merupakan original person, yaitu:
1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks

2. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas.

3. Dalam jugment-nya lebih mandiri.

4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri (moreself-assertive).

5. Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.

I. HAMBATAN DALAM PROSES BERPIKIR

Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena
data yang kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh, dan data yang ada
dalam keadaan confuse (data yang satu bertentangan dengan data yang lain) sehingga hal ini akan
membingungkan dalam proses berpikir.

Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berpikir
seseorang, lebih-lebih jika datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam cerita-cerita
detektif. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit
tidaknya dalam proses berpikir seseorang.

REFERENSI

Muhammad Baitul Alim. “Pengertian Ilmu


Psikologi”. Online.http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110. Diakses 12
Desember 2011.

Rozali. “Proses Berpikir”. Online. http://psb-psma.org/content/blog/proses-berpikir. Diakses 12


Desember 2011.

Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai