Disusun Oleh :
JL. LetjendSutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 Telp. (0271) 856929 & Fax
(0271) 855388
2019
A. PONED ( Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar )
1. Pengertian
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar) merupakan
pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric
neonatal, yang meliputi segi :
a. Pelayanan obstetric : pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran plasenta manual/kuret
serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep
ekstraksi.
b. Pelayanan neonatal : resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotika parenteral, pemberian antikonvulsan parenteral, pemberian
bic-nat intraumbilical/Phenobarbital untuk mengatasi ikterus,
pelaksanaan thermal control untuk mencegah hipotermia dan
penganggulangan gangguan pemberian nutrisi.
PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari
tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat. Puskesmas
berkewenangan untuk merujuk ke rumah sakit. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED
Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih.
Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam,
sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas.
Polindes dan puskesmas non perawatan disiapkan untuk melakukuan
pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan
tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
2. Tujuan PONED
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2
untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
7. Pelayanan PONED
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
e. Penatalaksanaan Bumil Resti
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang
h. Partus Lama
i. KPD
j. Gemeli
3) Manajemen
Direktur RS melaksanakan komitmen untuk
menyelenggarakan program PONEK menyelaraskan program RS
untuk mendukung program PONEK dalam bentuk SK Direktur 42
Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif.
4) Sistem Informasi
PONEK merupakan suatu program pelayanan dimana setiap
unsur tim yang ada di dalamnya melakukan fungsi yang
berbeda,sangat membutuhkan keterpaduan, kecepatan dan ketepatan.
Informasi yang ditujukan kepada peningkatan mutu, cakupan dan
efektifitas layanan kepada masyarakat.Keberadaan sistem informasi
ditujukan untuk medukung proses pelaksanaan kegiatan pelayanan di
rumah sakit dalam rangka pencapaian misi yang ditetapkan.
Sistem informasi dimaksud pada PONEK adalah :
a) Sistem informasi sehubungan dengan PONEK yang sejalan
dengan visi dan misi rumah sakit
b) Sistem informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh data
penting dari kamar bersalin dan ruang neonatal yang
melaksanakan PONEK yang dapat diakses secara transparan
melalui workstation.
c) Sistem informasi yang mampu memberikan peningkatan mutu
pelayanan PONEK bagi pasien, yaitu dengan tersedianya data
PONEK yang lengkap dan akurat.
d) Sistem informasi yang dapat mendukung mekanisme
pemantauan dan evaluasi.
e) Sistem informasi yang dapat membantu para pengambil
keputusan dengan adanya ketersediaan data yang lengkap,akurat
dan tepat waktu.
f) Sistem informasi yang dapat mendukung kegiatan operasional
(rutin) serta dapat meminimalkan pekerjaan yang kurang
memberikan nilai tambah, meningkatkan kecepatan aktivitas
rumah sakit serta dapat menciptaka ‘titik kontak tunggal’ atau
‘case manager’ bagi pasien.
g) Sistem informasi yang dapat memberdayakan karyawan
(empowering).
h) Sistem informasi yang dapat mengakomodasi aktivitas yang
dibutuhkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan
keilmuannya di bidang obstetri dan ginekologi dengan
ketersediaan teknologi informasi yang mampu untuk
memperoleh, mentransmisikan, menyimpan, mengolah atau
memproses dan menyajikan informasi dan data baik data
internal maupun data eksternal.
C. Telaah Jurnal Pelaksanaan PONED dan PONEK di Indonesia
1. Judul :
Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Provinsi Papua dan Maluku
Populasi dan Sample :
Lokasi penelitian adalah enam kabupaten dari dua provinsi (Papua
dan Maluku) yaitu: Kabupaten Kepulauan Yapen, Jayawijaya, Boven
Digegol, Kepulauan Aru, Maluku Tengah, dan Buru. Lokasi kabupaten
yang dipilih harus terpisah dari dataran inti atau ibukota provinsi. Dipilih
tiga kabupaten di masing-masing provinsi, dimana satu kabupaten yang
relatif dekat dari RSUD Provinsi dan dua kabupaten yang relatif jauh dari
RSUD Provinsi. Disetiap kabupaten dipilih dua puskesmas obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang berada di kabupaten dan di
setiap wilayah puskesmas PONED dipilih dua puskesmas satelit, dua
bidan praktik, satu RSUD Kabupaten, satu RSUP Provinsi dan satu RSUP
Rujukan regional.
Intervensi:
Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode potong
lintang (Cross Sectional) dengan metode kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan provider layanan,
pemegang kebijakan, dan pasien/keluarga pasien, serta penelusuran
dokumen dan ceklis sarana dan prasarana. Analisa data kuantitatif
dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisa kualitatif dilakukan secara
content analysis.
Comparation:
Penelitian tidak memiliki pembanding dari kelompok kontrol.
Outcome:
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data Permasalahan SDM
secara umum terutama kesulitan mendapatkan Dokter Spesialis Obstetri
dan Gineklogi, dan Dokter spesialis Anak. Didaerah penelitian hanya
terdapat dokter residen, dokter spesialis tidak menetap di tempat.
Kemampuan fasilitas puskesmas dan RS di Maluku dan Papua
beragam. Papua terlihat bahwa puskesmas di tiga kabupaten tidak
memiliki kecukupan peralatan kesehatan maternal yang lebih dari 80%
cukup. Sementara hanya separuh puskesmas di setiap kabupaten di
Provinsi Papua yang hanya memiliki kurang dari 20% cukup untuk
kecukupan kesehatanmaternal. Untuk Provinsi Maluku hanya 1 puskesmas
di satu kabupaten yang memiliki kecukupan peralatan kesehatan maternal
untuk yang lebih dari 80% cukup. Sementara kecukupan peralatan
kesehatan maternal untuk 60-79% cukup di 3 kabupaten Provinsi Maluku
tidak ada yang memiliki.
Di Kedua provinsi belum terdapat puskesmas yang menunjukkan
peralatan kesehatan bayi dan set resusitasi yang mencukupi.
Ketersediaan obat di kedua provinsi belum semua puskesmas
memiliki ketersediaan obat-obat lebih dari 80% cukup. Untuk ketersediaan
dan kecukupan obat obatan kurang 20% cukup, Provinsi Maluku lebih
baik dibandingkan denga Provinsi Papua.
Ketersediaan peralatan maternal esensial tidak ada yang 100%
tersedia di rumah sakit yang diteliti. Peralatan neonatal esensial terdapat
pada seluruh rumah sakit yang diteliti.
Ketersediaan dan kecukupan peralatan intensif maternal dan
neonatal di RS, termasuk diantaranya adalah perlengkapan darurat medik.
Hal yang sangat mendukung dalam pelayanan rumukan di RS adalah
perlengkapan Darurat medik. Namun ternyata tidak semua rumah Sakit di
Kedua Provinsi tersebut memiliki ketersediaan perlengkapan mediknya
100%.
Time:
Penelitian dilakukan pada tahun 2015
Manfaat:
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kesiapan sistem rujukan yang
ada di PONED dan PONEK di Papua dan Maluku, sehingga dapat
mengetahui kesiapan puskesmas dan RS dalam menurunkan angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Papua dan Maluku.
Kekurangan:
Jurnal ini tidak memiliki perbandingan atau komparasi dengan hasil
penelitian sebelumnya.
Simpulan:
Sistem Manajemen rumukan maternal dan neonatal yang ada di
Provinsi Papua dan Maluku masih belum terlaksana denganbaik, karena
masih belum didukung oleh keberadaan tenaga medis yang bisa menetap,
ketersediaan dan kecukupan alat kesehatan dan bahan habis pakai yang
masih belum memadai, pembiayaan yang masih memberatkan pasien
terutama untuk biaya transportasi tenaga pengatar pasien yang
membutuhkan biaya banyak karena kondisi geografis yag relatif sulit
untuk kedua provinsi ini.
Saran:
Saran yang dapat diberikan adalah perlu segera diadakan call
center rujukan maternal dan neonatal di kedua provinsi, pengembangan
standar pelayanan operasional (SPO) rujukan maternal dan neonatal
dengan melibatkan lintas sektor, advokasi kepada pemerintah daerah agar
dapat segera dilakukann, melibatkan dan mengoptimalkan peran serta
masyrakat dan melakukan advolkasi kepada kepala kampung untk
mempersiapkan dana masyarakat untuk kesehatan, kebijakan distribusi
tenaga kesehatan strategis dan perbaikan sisteem penggajian tenaga
kesehatan agar mau ditempatkan di provinsi Papua dan Maluku yang akses
dan geografisnya sulit.
Sumber:
Lestary H, dkk. Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Provinsi Papua
dan Maluku. 2018; 28(2)83-94. Diakses dari:
www.ejournal2.litbangkes.com pada kamis 21 februari 2018 pukul 07.00
WIB.
2. Judul :
Analisis Response Time Penatalaksanaan Rujukan Kegawatdaruratan
Obstetri Ibu Hamil
Populasi dan Sample:
Informan penelitian sebanyak 8 orang dengan kasus Ketuban Pecah
Dini, Persalinan Macet, Pre-Eklampsia Berat, Partus Tak Maju, Serotinus,
Partus Prematurus Imminens, Anemia dan Perdarahan. Informan
Triagulasi sebanyak 8 orang meliputi Bidan Puskesmas PONED (6 orang)
dan Ketua Tim PONEK Rumah Sakit (2 orang).
Intervention:
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan dekstriptiv kualitatif.
Subjek penelitian diambil dengann menggunakan teknik purposive
berdasarkan kasus rujukan.
Comparation:
Tidak terdapat kelompok pembanding/control
Outcome:
Dari hasil penelitian didapatkan data rata-rata waktu pasien datang
di puskesmas PONED hingga pasien siap dirujuk ke RS sesuai dengan
SOP yang berlaku membutuhkan waktu kurang dari 1 jam untuk kasus
kegawatdaruratan obstetri. Namun faktanya waktu yang dibutuhkan
berkisar 1-2 jam hingga pasien siap dirujuk. Kendalanya karena tim medis
tidak merespon cepat pasien yang datang, ibu hamil tidak membawa buku
KIA sehingga pemeriksaan klinis menjadi lama dan tidak membawa
persyaratan administrasi, sopir ambulans sulit dihubungi dan konfirmasi
pemberian informasi dari RS cenderung masih lama.
Lama waktu pemberian informasi rujukan sesuai SOP adalah 10-15
menit. Namun faktanya mencapai 1 jam dan keesokan harinya melalui
jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal (SIJARIEMAS).
Informasi dari tim PONEK rata-rata lama waktu penerimaan ibu
hamil dari datang di IGD PONEK hingga mendapatkan kamar rawat Inap
bersalinsesuai standar SOOP adalah 1 jam 30 menit. Namun faktanya di
lapangan membutuhkan waktu 2-3 jam. Kendalanya, pada keiapsiagaan
tim medis belum merespon cepat ketika pasien datang dan perisiapan
kamar rawat inap yang masih lama. Waktu yang dibutuhkan untuk pasien
di pindahkan ke kamar perawatan 30 menit sampai 1 jam. Hal ini
membuat ibu hamil merasa gelisah dan kurang nyaman.
Time:
Jurnal ini tidak menunukkan waktu dilakukannya penelitian.
Manfaat:
Mengetahui Response Time penatalaksanaan rujukan
kegawatdaruratan obstetri ibu hamil di Kota Semarang.
Saran:
Saran kepada ibu hamil yang datang ke puskesmas membawa KIA,
Kartu Jaminan kesehatan, KTP, KK, Surat Nikah, Uang dan didampingi
keluarga. Kepada puskesmas menjelaskan kontrak kerja dengan sebaik
baiknya kepada supir ambulans dan menngtkankoordinasi dengan rumah
sakit rujukan. Kepada rumah sakit dengan rahk ruang IGD Pone dan ruang
jaga dokter Spesialis Obsgyn diharapkan bisa di dekatkan serta tim medis
di IGD PONEK diupayakan kurang dari 5 menit. Mengoptimalkan
penggunaan sistem berbasis komputer dalam pencarian kamar kosong
rawat inap serta mempersiapkan ruang perawatan beserta perlengkapan
yag dibutuhkan dengan cepat. Diharapkan Emergency service online satu
kali dering ktelepon bisa langsung diangkat dan diberi jawaban tanpa
peruuk harus menunggu kepastian. Kepada dinas kesehatan kota semarang
diharapkan SIJARIEMAS kualitasnya ditingkatkan dengan konfirmasi
yang cepat dan lancar antara perujuk dengan penyedia layanan rujukan.
Kekurangan:
Penelitiann ini tidak menyebutkan waktu dilaksanakannya
penelitian.
Simpulan:
Penelitian ini menyimpulkan bahwa response time dalam proses
rujukan pasien ib hamil dari puskesmas PONED menuju RS Ponek belum
memenuhi standar SOP yang berlaku. Hal ini dilihat dari lama waktu dari
ibu hamil datang di puskesmas PONEDhingga siap dirujuk membutuhkan
waktu 1-2 jam. Hal ini diseaabkanketidak siap siagaan tim medis dalam
merespon pasien, ibuu hamil tidak membawa buku KIA dan kurang
meelngkapi persyaratan administrasi, supir ambulans sulit dihubungi dan
kelambanan konfirmasi pemberian informasi dari rumah sakit rumukan.
Lama waktu proses rumukan di perjalanann 20-30 menit.jika kondisi
perjalananmacet tetap berkisar waktu tersebut. Lama waktu dari pasien
datang di RS Ponek Hingga pasien di pindahkan ke ruang perawatan
membutuhkan waktu 2-3 jam. Halini disebabkan kesiapsiagaan tim medis
belm merespon cepat ketika pasien datang dan persiapan kamar rawat
inap.
Sumber:
Titaningrum D A, dkk. Analisis Response Time Penatalaksanaan Rujukan
Kegawat Daruratan Obstetri Ibu Hamil. 2018; Vol. 14(2).Juni 2018.
Diakses dari: www.Journal.Unhas.com pada kamis, 21 februari 2018
pukul 10.00 WIB