Anda di halaman 1dari 33

ETIKA PROFESI AKUNTAN

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya
tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah kami di masa yang akan datang.

Dengan menyelesaikan makalah ini, kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 8 Maret 2019

Penyusun

1
ETIKA PROFESI AKUNTAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................1


DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... ........................3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. ...............3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... ................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Dan Moralitas....................................................................................... ....................5
B. Independensi Dan Pemberian Jasa Non – Audit ..................................... .........................12
C. Etika Umum VS Etika Profesi ....................................................................... ...................18
D. Prinsip Dan Aturan Etika Profesi ............................................................... .......................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................................32
B. Saran ..................................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................33

2
ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.

Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus
menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Akuntan merupakan penasihat bisnis independen. Akuntan dapat menawarkan


berbagai layanan. Akuntan dapat didaftarkan auditor, dapat mengatur sistem akuntansi klien,
bisa menjadi penasihat pada perencanaan pajak, atau detektor penipuan dan penggelapan,
dapat melakukan penganggaran dan analisis laporan keuangan, menyarankan klien pada
keputusan pembiayaan, memberikan pengetahuan khusus dan dapat membantu menjaga etika
lingkungan.

Masyarakat umumnya mempersepsikan akuntan sebagai orang yang profesional


dibidang akuntansi. Ini berarti bahwa mereka mempunyai sesuatu kepandaian yang lebih
dibidang ini dibandingkan dengan orang awam.

Selain itu, masyarakat pun berharap bahwa para akuntan mematuhi standar dan tata
nilai yang berlaku dilingkungan profesi akuntan, sehingga masyarakat dapat mengandalkan
kepercayaannya terhadap pekerjaan yang diberikan. Dengan demikian unsur kepercayaan
memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan antara akuntan dan pihak-pihak
yang berkepentingan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan etika dan moral ?
2. Bagaimana independensi dan pemberian jasa non – audit ?
3. Apa perbedaan dari etika umum dan etika profesi ?
4. Bagaimana prinsip dan aturan etika profesi ?

3
ETIKA PROFESI AKUNTAN

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Memahami mengenai etika dan moral
2. Mengetahui independensi dan pemberian jasa non – audit
3. Memahami apa perbedaan dari etika umum dan etika profesi
4. Mengetahui prinsip dan aturan etika profesi

4
ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika dan Moralitas

Pengertian Etika

Etika merupakan kata benda abstrak yang bersifat umum. Secara khusus penggunaan
kata etika ialah misalnya etika profesi, kode etik, perilaku etis. Etika berasal dari bahasa Latin
(ethicus) yang berarti karakter atau berperilaku. Berbagai definisi atau pengertian etika :
1. Nilai, norma, dan moral yang dijadikan pegangan orang/kelompok. (Bertens 1993)
2. Kumpulan azas/nilai moral dan kode etik
3. Ilmu tentang perbedaan tingkah laku yang baik dan buruk dalam kehidupan
manusia.
4. Cara manusia memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan kehidupan dengan
baik, sesuai aturan yang berlaku di masyarakat. (Algermond Black 1993)
5. Yang paling sederhana: Perilaku standar yang dirumuskan oleh suatu ras atau bangsa.
6. Pengetahuan tentang moral, pengembangan studi tentang prinsip-prinsip tugas
manusia.
7. Pengetahuan tentang filsafat, atau pengetahuan tentang perilaku moral. Perilaku
moral artinya perilaku yang mempertimbangkan baik dan buruk, atau tentang apa
yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
8. Pengetahuan tentang kewajiban moral, atau lebih luas lagi, pengetahuan tentang
perilaku manusia yang ideal dan hasil akhir tindakan manusia yang ideal.
9. Kamus Bahasa Indonesia : Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang tidak sesuai
dengan ukuran moral atau akhlak yang dianut oleh masyarakat luas.
10. Ukuran nilai mengenai apa yang salah dan benar sesuai dengan anggapan umum
(anutan) masyarakat.
Dari kata etik (bahasa Inggris: ethics) atau etika telah diturunkan :
 Etiket (dari bahasa Belanda), yaitu carik kertas yang ditempelkan pada kemasan
barang-barang dagang yang bertuliskan nama, isi, dan aturan penggunaan barang itu.
 Etiket (dari bahasa Perancis: etiquette), ialah adat sopan santun atau tata krama yang
perlu selalu diperhatikan di pergaulan agar hubungan selalu baik.
 Etichals (Inggris), ialah golongan obat yang tidak boleh dijual tanpa resep, yaitu Obat
Daftar G dan O..
5
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Sejarah Etika
Telaah etika sebagai suatu pengetahuan dapat ditelusuri sampai kurang lebih 2500
tahun silam pada saat Socrates (seorang filsuf) mengungkapkan etika itu sebagai sesuatu
yang diatur oleh prinsip-prinsip yang mendapat pengakuan umum masyarakat, yaitu
bahwa ”sesuatu yang dianggap baik oleh seseorang juga baik bagi semua orang, dan apa
yang menjadi kewajiban tetangga juga menjadi kewajiban saya” (Socrates 470-347 SM
adalah ahli pikir/filosof Yunani yang meletakkan dasar-dasar filsafat).
Bukan berarti bahwa pada zaman Yunani kuno itu diciptakan pengetahuan tentang
etika. Yang benar ialah bahwa pada waktu itu mereka telah mengembangkannya secara
ilmiah dan terorganisasi dalam usaha mempelajari cara hidup dan perilaku manusia. Telah
diketahui pula bahwa jauh sebelum zaman itu masyarakat kuno telah mengenal kebiasaan-
kebiasaan, peradaban, ritus dan upacara-upacara yang menunjukkan bahwa mereka telah
menyadari adanya ketentuan-ketentuan alam dan masalah perilaku individu, kelompok atau
suku bangsa. Masyarakat zaman dahulu telah mempelajari bahwa kelangsungan hidup,
kedamaian dan kebahagiaan bagi setiap individu atau kelompok hanya dapat dijamin
dengan cara hidup sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh kelompok itu. Adanya berbagai
ritus dan upacara membuktikan bahwa mereka telah mempunyai aturan perilaku dan moral
yang dianggap perlu demi untuk kesejahteraan masyarakat secara umum.
Kegunaan Etika
Berbeda dengan ajaran moral, etika tidak dimaksudkan untuk secara langsung dapat
membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas.
Terdapat empat alasan mengapa etika semakin diperlukan pada zaman ini.
Pertama, masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau majemuk, baik dari suku, daerah,
agama yang berbeda-beda; demikian pula dalam bidang moralitas. Kita berhadapan dengan
sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan. Mana yang mau diikuti,
apakah yang diterima dari orang tua kita dahulu, moralitas tradisional desa, atau moralitas
yang ditawarkan melalui media massa ?
Kedua, masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan yang
diakibatkan gelombang modernisasi merupakan kekuatan yang menghantam semua segi
kehidupan manusia. Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual dan budaya itu nilai-nilai
budaya tradisional ditantang semuanya. Dalam situasi inilah etika membantu kita agar
jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang boleh
6
ETIKA PROFESI AKUNTAN

saja berubah, dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap yang dapat
kita pertanggungjawabkan.
Ketiga, perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat dipergunakan oleh pelbagai
pihak untuk memancing di air keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai
obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi tersebut
secara kritis dan objektif, dan untuk membentuk penilaian kita sendiri, agar tidak terlalu
mudah terpancing. Etika juga membantu kita jangan naif atau ekstrem, yaitu jangan cepat-
cepat memeluk segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai hanya
karena baru dan belum biasa.
Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu fihak menemukan
dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dan di lain pihak sekaligus mau
berpartisipasi tanpa takut-takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi kehidupan
masyarakat yang sedang berubah itu.
Metode Etika
Seperti halnya dalam semua bidang filsafat lain, para ahli etika pun selalu berselisih
faham tentang metode yang tepat untuk digunakan. Namun demikian ada satu cara
pendekatan yang dituntut dalam semua aliran yang tergolong etika, yaitu pendekatan kritis.
Pada hakekatnya etika mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran,
melainkan menelaah kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Etika menuntut adanya pertanggungjawaban dan menyingkap
adanya suatu kerancuan. Etika menuntut pertanggungjawaban moral yang dikemukakan itu
dipertanggungjawabkan, jadi berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.
Pengertian Moral
Definisi
Berbagai definisi atau pengertian moral telah dikemukakan sebagai berikut :
1. Hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai
“kewajiban” atau “norma”
2. Sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia
3. Kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-
tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-
aturan (Helden, 1997 & Richard, 1971)
4. Pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan manusia (Atkinson, 1969)

7
ETIKA PROFESI AKUNTAN

“Ibarat sepeda motor, moral ialah buku petunjuk bagaimana kita harus
memperlakukan sepeda motor, sedangkan etika memberikan pengertian
tentang struktur dan teknologi sepeda motor.”
Manusia dapat dinilai dari banyak segi. Seorang dosen tertentu dapat dikatakan buruk,
karena cara mengajarnya hanya dengan membacakan diktat dimuka kelas. Tetapi sebagai
manusia, dosen itu baik karena sering membantu mahasiswa dalam belajar, jujur dan dapat
dipercaya., selalu mengatakan yang benar , dan selalu bersikap adil. Sebaliknya ada seorang
dokter ahli yang sangat sukses dalam profesinya, tetapi mata duitan karena memasang tarif
konsultasi sangat tinggi.
Penilaian terhadap seseorang dari profesinya hanya menyangkut satu segi atau satu
aspek saja dari orang itu sebagai manusia. Kata moral mengacu pada baik-
buruknya seseorang sebagai manusia, yang bukan saja baik buruk menyangkut profesinya,
misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain tenis, melainkan sebagai manusia. Bidang
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia
Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan benar-salahnya sikap dan tindakan
manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia, bukan hanya sebagai pelaku peran
(profesi) tertentu.
Etika dan Ajaran Moral
Etika perlu dibedakan dari ajaran moral. Ajaran moral ialah ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulam peraturan dan
ketetapan, yang diperoleh secara lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia arus hidup
dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral ialah pelbagai
orang dalam kedudukan yang berwenang, misalnya orang tua, guru/dosen, pemuka
masyarakat dan agama, atau secara tidak langsung dari tulisan para bijak, misalnya yang
tertulis dalam lontara.
Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat
atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Etika adalah sebuah ilmu, bukan suatu ajaran, sehingga mempunyai tingkatan yang berbeda.
Yang mengatur bagaimana kita harus hidup adalah ajaran moral. Etika berkaitan
dengan pengertian mengenai mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu,
atau bagaimana sikap kita yang bertanggungjawab terhadap pelbagai ajaran moral. Etika
berusaha untuk mengerti mengapa atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-
norma tertentu.
Sikap – Sikap Moral Yang Kuat

8
ETIKA PROFESI AKUNTAN

1. Kejujuran
Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Tanpa
kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkah pun karena kita belum berani
menjadi diri kita sendiri. Tanpa kejujuran keutamaan-keutamaan moral lainnya kehilangan
nilai mereka. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran, adalah kemunafikan
dan sering beracun. Hal yang sama berlaku bagi sikap tenggang rasa dan mawas diri: tanpa
kejujuran dua sikap itu tidak lebih dari sikap berhati-hati dengan tujuan untuk tidak ketahuan
maksud yang sebenarnya.
Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua: Pertama, sikap terbuka, kedua
bersikap fair. Terbuka berarti: orang boleh tahu, siapa kita ini. Dengan terbuka tidak
dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau
bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Kita berhak atas
batin kita. Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri.
Sesuai dengan keyakinan kita. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya.
Kedua, terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau fair: ia memperlakukannya
menurut standar-standar yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Ia
menghormati hak orang lain, ia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap
orang yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya. Ia tidak pernah akan bertindak
bertentangan dengan suara hati atau keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan,
ketidakadilan dan kebohongan akan disobeknya.
Langkah awal untuk menerapkan sikap tersebut adalah dengan kita berhenti
membohongi diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri seadanya. Kita harus berhenti
main sandiwara, bukan hanya terhadap orang lain, melainkan terhadap kita sendiri. Kita perlu
melawan kecondongan untuk berasionalisasi, menghindari show dan pembawaan berlebih-
lebihan. Orang jujur tidak perlu mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi
otoriter dan menindas orang lain.
2. Nilai-nilai otentik
Di sini tempatnya untuk beberapa kata tentang sesuatu yang erat hubungannya dengan
hal kejujuran dan juga sangat penting kalau kita mau menjadi orang yang kuat dan matang:
Kita harus menjadi otentik. Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri. Kita bukan orang
jiplakan, orang tiruan, orang-orangan yang hanya bisa membeo saja, yang tidak mempunyai
sikap dan pendirian sendiri karena ia dalam segala-galanya mengikuti mode, atau pendapat
umum dan arah angin.

9
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Ketidak otentikan itu bisa terdapat di segala bidang nilai. Begitu halnya orang yang
dalam segala-galanya mengikuti mode. Atau orang yang merasa malu apabila tidak tahu lagu
pop terakhir, atau yang takut ”ketinggalan zaman” kalau kelihatan tidak memakai spray
pembersih meja mutakhir. Atau di bidang estetis, kalau orang kaya suka arsitektur gaya
Spanyol, tetapi hanya karena gaya itu sedang ”in” di kalangan orang berada ”masa kini” dan
bukan karena ia memang meminatinya. Di bidang politik seorang mahasiswa yang ”kritis”
dan ”pemberontak” karena itulah gaya mahasiswa, tetapi di rumahnya ia bersikap feodal.
Atau sebaliknya si pejabat yang menghafalkan semua istilah penataran ideologi negara.
”Otentik” berarti ”asli”. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan
menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya yang sebenarnya.
Manusia yang tidak otentik adalah manusia yang dicetak dari luar, yang dalam segala-
galanya menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan; orang yang seakan-akan tidak
mempunyai kepribadian sendiri melainkan terbentuk oleh peranan yang ditimpakan
kepadanya oleh masyarakat.
Ketidakotentikan itu bisa terdapat di segala bidang nilai. Begitu halnya orang yang
dalam segala-galanya mengikuti mode. Atau orang yang merasa malu apabila tidak tahu lagu
pop terakhir, atau yang takut ”ketinggalan zaman” kalau kelihatan tidak memakai spray
pembersih meja mutakhir. Atau di bidang estetis, kalau orang kaya suka arsitektur gaya
Spanyol, tetapi hanya karena gaya itu sedang ”in” di kalangan orang berada ”masa kini” dan
bukan karena ia memang meminatinya. Di bidang politik seorang mahasiswa yang ”kritis”
dan ”pemberontak” karena itulah gaya mahasiswa, tetapi di rumahnya ia bersikap feodal.
Atau sebaliknya si pejabat yang menghafalkan semua istilah penataran ideologi negara.
3. Kesediaan untuk bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita
merasa terikat untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. Sikap itu tidak memberikan
ruang pada pamrih kita. Kita akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin, meskipun
dituntut pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu
bukan sekedar masalah di mana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan
kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulai sekarang
harus kita emong, kita pelihara, kita selesaikan dengan baik, bahkan andaikata tidak ada
orang yang perduli. Merasa bertanggung jawab berarti bahwa meskipun orang lain tidak
melihat, kita tidak merasa puas sampai pekerjaan itu diselesaikan sampai tuntas.
Kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta, dan untuk
memberikan, pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan
10
ETIKA PROFESI AKUNTAN

kewajibannya. Kalau ia ternyata lalai atau melakukan kesalahan, ia bersedia untuk


dipersalahkan. Ia tidak pernah akan melemparkan tanggung jawab atas suatu kesalahan yang
diperbuatnya kepada bawahan. Sebaliknya, sebagai atasan ia, dengan hubungan dengan pihak
luar, bersedia untuk mengaku bertanggung jawab atau suatu keteledoran, meskipun yang
sebenarnya bertanggung jawab adalah seorang bawahan.
4. Kemandirian moral
Keutamaan ketiga yang perlu kita capai apabila kita ingin mencapai kepribadian
moral yang kuat adalah kemandirian moral. Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah
ikut-ikutan saja dengan pelbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu
membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Jadi kita bukan
bagaikan balon yang selalu mengikuti angin. Kita tidak sekedar mengikuti apa yang biasa.
Kita tidak menyesuaikan pendirian kita dengan apa yang mudah, enak, kurang berbahaya.
Baik faktor-faktor dari luar: lingkungan yang berpendapat lain, kita dipermalukan atau
diancam, maupun faktor-faktor dari batin kita: perasaan malu, oportunis, malas, emosi,
pertimbangan untung rugi, tidak dapat menyelewengkan kita dari apa yang menjadi pendirian
kita.
Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan
untuk bertindak sesuai dengannya. Kekuatan untuk bagaimanapun juga tidak mau
berkongkalikong dalam suatu urusan atau permainan yang kita sadari sebagai tidak jujur,
korup atau melanggar keadilan. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak dapat ”beli”
oleh mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan rukun hanya demi kebersamaan kalau
kerukunan itu melanggar keadilan.
5. Keberanian moral
Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat, yang
memperlakukannya dengan tidak adil. Keberanian moral tidak menyesuaikan diri dengan
kekuatan-kekuatan yang ada kalau itu berarti mengkrompomikan kebenaran dan keadilan.
Orang yang berani secara moral akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali
ia berani mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa lebih kuat dan berani dalam
hatinya, dalam arti bahwa ia semakin dapat mengatasi perasaan takut dan malu yang sering
mengecewakan dia. Ia merasa lebih mandiri. Ia bagaikan batu karang di tengah-tengah sungai
yang tetap kokoh dan tidak ikut arus. Ia memberikan semangat dan kekuatan berpijak bagi
mereka yang lemah, yang menderita akibat kezaliman pihak-pihak yang kuat dan berkuasa.
6. Kerendahan hati

11
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan
kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan juga
kekuatannya. Tetapi ia tahu bahwa banyak hal yang dikagumi orang lain padanya bersifat
kebetulan saja. Ia sadar bahwa kekuatannya dan juga kebaikannya terbatas. Tetapi ia telah
menerima diri. Ia tidak gugup atau sedih karena ia bukan seorang manusia super. Justru
karena itu ia kuat. Ia tidak mengambil posisi berlebihan yang sulit dipertahankan kalau
ditekan. Ia tidak perlu takut bahwa kelemahannya ”ketahuan”. Ia sendiri sudah
mengetahuinya dan tidak menyembunyikannya. Maka ia adalah orang yang tahu diri dalam
arti yang sebenarnya.
Kerendahan hati ini tidak bertentangan dengan keberanian moral, melainkan justru
prasyarat kemurniannya. Tanpa kerendahan hati keberanian moral mudah menjadi
kesombongan atau kedok untuk menyembunyikan, bahwa kita tidak rela untuk
memperhatikan orang lain, atau bahkan bahwa kita sebenarnya takut dan tidak berani untuk
membuka diri dalam dialog kritis. Justru orang yang rendah hati sering menunjukkan daya
tahan yang paling besar apabila betul-betul harus diberikan perlawanan. Orang yang rendah
hati tidak merasa diri penting dan karena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia
sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.
7. Realistis dan kritis
Sikap realistis tidak berarti bahwa kita menerima realitas begitu saja. Kita
mempelajari keadaan dengan serealis-realisnya supaya dapat kita sesuaikan dengan tuntutan
prinsip-prinsip dasar. Dengan kata lain, sikap realistis mesti berbarengan dengan sikap kritis.
Tanggung jawab moral menuntut agar kita terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya
lebih adil, lebih sesuai dengan martabat manusia, dan supaya orang-orang dapat lebih
bahagia. Prinsip-prinsip moral dasar adalah norma kritis yang kita letakkan pada keadaan.

B. Independensi dan Pemberian Jasa Non-Audit

Indenpendensi

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak biasa dalam
melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar
dari prinsip integritas dan objektivitas.
Pesyaratan umum bagi independensi auditor melarang para auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum
12
ETIKA PROFESI AKUNTAN

terselesaikan terkait dengan entitas tersebut. Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga
sikap mental independen dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi
para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor.
Kedua independensi ini sering kali diidentifikasikan sebagai idenpenden dalam fakta
atau independen dalam pikiran, dan independen dalam penampilan.
 Independen dalam fakta, muncul ketika auditor secara nyata menjaga sikap objektif
selama melakukan audit.
 Independen dalam penampilan, merupakan interpretasi orang lain terhadap
independensi auditor tersebut.

Kepemilikan Financial yang Signifikan


Jika ada sebuah KAP, atau jaringan KAP, memiliki kepemilikan financial langsung di
klien auditnya, maka ancaman kepentingan pribadi yang muncul akan sangat signifikan,
maka tidak ada tindakan pengaman yang dapat dilakukan untuk menurunkan ancaman
tersebut sampai mencapai tingkat yang dapat diterima. Sehingga, melepaskan kepemilikan
financial di klien tersebut merupakan satu-satunya tindakan yang paling tepat agar
memungkinkan KAP tersebut menjalankan tugas.

Direktur, Eksekutif, Manajemen, atau Karyawan dari Sebuah Perusahaan


Jika seorang auditor merupakan anggota dewan direksi atau komisaris atau pegawai di
perusahaan klien, maka kemampuan auditor untuk melakukan evaluasi independen atas
kewajaran penyajian laporan keuangan akan mudah dipengaruhi.

Pemberian jasa Non-Audit kepada Klien


Jasa Non Assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau
bentuk lain keyakinan. Jenis jasa non assurance yang dihasilkan olah akuntan publik adalah
jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
1. Jasa Penilaian
Penilaian memerlukan estimasi atas nilai atau rentang nilai, untuk suatu asset, sebuah
liabilitas atau bisnis itu secara keseluruhan. Hal ini melibatkan penerapan metode-metode dan
teknik-teknik tertentu beserta asumsi-asumsi yang terkait dengan pengembangan di masa
datang. Ancaman penelaahan pribadi dapat muncul ketika perusahaan melakukan jasa

13
ETIKA PROFESI AKUNTAN

penilaian bagi klien auditnya, yang mana hasil penilaian ini akan dimasukkan dalam laporan
keuangan.
Jasa penilaian mungkin dapat diterima jika tindakan pengaman berikut telah dilakukan :
1) Memiliki akuntan professional tambahan yang bukan merupakan bagian dari tim
audit, yang bertugas untuk menelaah pekerjaan yang telah dilakukan, atau
memberikan masukan-masukan bila diperlukan.
2) Konfirmasi dengan klien audit mengenai pemahaman mereka terhadap asumsi-asumsi
yang mendasari penilaian dan metode-metode yang digunakan serta mendapat
persetujuan untuk menggunakannya.
3) Mendapatkan pengakuan dari klien atas tanggung jawab dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh kantor akuntan public.
4) Menjamin bahwa personel yang memberikan jasa penilaian tidak ikut berpartisipasi
dalam kontrak kerja audit.
5) Tingkat pengetahuan klien audit, pengalaman dan kemampuan untuk mengevaluasi
isu-isu yang penting dan tingkat keterlibatan mereka dalam menentukan dan
menyetujui hal-hal penting.
6) Tingkat penerapan metode dan panduan professional telah diterapkan ketika
menjalankan jasa penilaian tertentu.
7) Untuk penilaian yang melibatkan standar atau metode tertentu, tingkat subjektivitas
melekat pada hal yang menjadi perhatian tersebut.
8) Keandalan dan cakupan data
9) Tingkat independensi atas kejadian-kejadian di masa pendatang yang akan
menimbulkan volatilitas yang melekat dalam jumlah yang terlibat.
10) Cakupan dan kejelasan dalam pengungkapan laporan keuangan.

2. Jasa Audit Internal


Audit internal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur tata kelola
perusahaan yang baik. Audit internal menjalankan fungsinya di bawah kebijakan yang
ditetapkan oleh dewan direksi dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam memenuhi
tanggung jawabnya. Karena itu, pemberian jasa audit internal bagi perusahaan klien dapat
beresiko terhadap independensi auditor eksternal.
Ada beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh auditor eksternal untuk menunjukkan
independensi mereka dalam setiap tugas :

14
ETIKA PROFESI AKUNTAN

1) Auditor eksternal tidak boleh menerima begitu saja peran manajemen ketika
memberikan jasa audit internal.
2) Setiap rekomendasi yang diberikan oleh auditor adalah untuk dijalankan oleh
manajemen, bukan untuk auditor.
3) Auditor eksternal tidak boleh menerima kontrak kerja audit internal yang akan
menjadikan auditor menjadi bagian dari struktur pengendalian internal klien terkait
dengan penyusunan informasi laporan keuangan.
4) Auditor eksternal harus mendapatkan bukti audit yang memadai dengan melakukan
prosedur audit yang tepat ketika akan menyusun opini atas laporan keuangan, dan
tidak boleh terlalu mengandalkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh rekan kerjanya,
dibandingkan dengan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh auditor lain

3. Memberikan Jasa Pembukuan kepada Klien


Menyiapkan pembukuan dan laporan keuangan bagi klien audit mendapat ancaman
penelaah pribadi yang signifikan. Kode etik mengizinkan sebuah KAP memberikan jasa
pembukuan maupun jasa pengauditan bagi perusahaan klien yang bukan merupakan
perushaan public, sehingga ancaman penelaahan pribadi dapat dikurangi hingga tingkat yang
dapat diterima.
Aturan etika secara umum melarang memberikan jasa pembukuan pada klien audit,
kecuali dalam situasi darurat. Etika tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan “situasi
darurat”, namun dapat disimpulkan bahwa situasi darurat terjadi bilamana terdapat situasi
yang mengakibatkan klien kehilangan hampir seluruh pencatatannya, sehingga harus
mengandalkan pencatatan auditor agar dapat membantu klien merekonstruksi pencatatannya.
Perusahaan public tidak dianggap mengurangi independensi jika kondisi berikut
terpenuhi :
1) Jasa yang diberikan tidak melibatkan pemberian pendapat
2) Divisi atau anak perusahaan yang mendapatkan jasa tersebut secara kolektif tidak
signifikan bagi klien audit, atau jasa-jasa yang diberikan secara kolektif tidak
signifikan bagi divisi atau anak perusahaan tersebut.
3) Imbalan jasa audit yang diberikan pada KAP, atau jaringan KAP, dari jasa tersebut
secara kolektif tidak signifikan.
Jika jasa semacam itu diberikan, seluruh tindakan pengaman berikut harus ditetapkan :
1) KAP, atau jaringan KAP, harus tidak menerima begitu saja peranan manajemen
maupun membuat keputusan manajerial.
15
ETIKA PROFESI AKUNTAN

2) Klien audit harus menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan, dan
3) Personel yang memberikan jasa tersebut tidak boleh terlibat dalam pemberian jasa
pengauditan.

Imbalan Jasa Audit dan Independensi


Landasan alternatif atas kontrak kerja audit dan pembayaran imbal jasa audit adalah
dengan menggunakan auditor pemerintah atau auditor semi-pemerintah. Cara auditor untuk
berkompetisi mendapatkan klien dan menetapkan imbalan jasa audit dapat memberikan
implikasi penting bagi kemampuan auditor untuk menjaga independensi auditnya.
 Ketergantungan pada Imbalan Jasa Audit
Independensi auditor dalam kenyataan dan penampilan akan diragukan jika imbalan
jasa audit dari satu klien merupakan bagian yang signifikan dari total pendapatan kantor
akuntan publik tersebut.
Auditor disarankan mampu menunjukkan bahwa ketergantungan ekonomi tidak
mengganggu independensi, dengan memastikan imbalan jasa audit dari seorang klien audit
atau grup audit tidak melebihi batas wajar.
 Imbalan Jasa Audit yang Belum Dibayar
Ketika ada imbalan jasa audit yang signifikan besarnya belum dibayar untuk
pekerjaan yang telah selesai sebelumnya oleh auditor, imbalan jasa audit yang belum dilunasi
tersebut dapat dianggap memiliki karakteristik yang sama seperti pinjaman setelah jatuh
tempo dalam periode piutang normal.
 Penetapan Imbalan Jasa Audit
Imbalan jasa audit atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas pekerjaan
yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hal-hal dibawah ini :
o Pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
o Tingkat pendidikan dan pengalaman personel yang melakukan pekerjaan tersebut.
o Tingkat tanggung jawab yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
o Waktu yang dibuthkan oleh semua personel yang mengerjakan pekerjaan tersebut.
Hal ini menandakan bahwa jasa pengauditan tidak boleh dilakukan jika imbalan jasa
audit yang telah disepakati tersebut belum mempertimbangkan faktor-faktor di atas. Dasar
penetapan imbalan jasa audit yang telah disepakati harus didokumentasikan dan harus terkait
dengan gambaran kontrak kerja dan konsisten dengan praktik industri.

16
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Tindakan Hukum antara KAP dan Klien, serta Independensi


Ketika terdapat tindakan hukum atau niat untuk memulai tindakan hukum antara
sebuah KAP dengan klien auditnya, maka kemampuan KAP dan kliennya untuk tetap objectif
dipertanyakan. Tindakan hukum oleh klien untuk jasa perpajakan atau jasa non-audit lainnya,
atau tindakan melawan klien maupun KAP oleh pihak lain tidak akan menurunkan
independensi dalam pekerjaan audit. Perimbangan utama adalah kemungkinan dampak
terhadap kemampuan klien, manajemen dan personel KAP untuk tetap objektif dan
memberikan opini bebas.

Pergantian Auditor
Riset di bidang audit mengindikasikan beagam alas an di mana manajemen dapat
memutuskan untuk mengganti auditornya. Alasan-alasan tersebut termasuk mendiskusikan
kebutuhan komunikasi diantara KAP, opinion shopping, dan pengurangan biaya.

- Komunikasi antara KAP


Auditor yang baru harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya sebagai bagian
dari proses pengambilan keputusan, apakah akan menerima atau menolak penugasan. Fokus
untama dalam komunikasi ini adalah informasi yang dapat membantu auditor yang baru
untuk menentukan apakah keputusan klien untuk mengganti auditornya akan berdampak pada
independensi auditor yang baru.

- Opinion Shopping
Yang paling penting dalam ketentuan ini adalah KAP baru harus mendapat
persetujuan klien u tuk berhubungan dengan KAP yang lama mengenai permintaan dan
pemberian salinan opini audit yang lama. Auditor yang menghadapi permintaan semacam itu
harus pula mempertimbangkan pengaruh potensial terhadap independensi dalam lingkungan
dimana permintaan tersebut dibuat, tujuan permintaan tersebut dan maksud pihak yang
meminta informasi tersebut untuk menggunakan informasi yang diminta tersebut.

- Pengurangan Biaya
Tidak ada yang salah jika dalam manajemen ingin mendapatkan jasa auditor yang
biayanya lebih rendah. Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa kompetisi

17
ETIKA PROFESI AKUNTAN

berdasarkan harga ini tidak akan memicu dilakukannya pengauditan dengan kualitas yang
lebih rendah atau membatasi independensi auditor.

C. Etika Umum vs Etika Profesional

Etika Umum
Etika umum (general ethics) mencoba mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
baik bagi seseorang atau masyarakat, dan mencoba menetapkan sifat dari kewajiban atau
tugas yang harus dilakukan oleh seseorang bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Namun,
ketidakmampuan untuk menyepakati apa yang disebut “baik” dan “kewajiban” telah
membuat para filsuf terpecah menjadi dua kelompok aliran. Kelompok aliran pertama disebut
kelompok aliran etika absolut (ethical absolutist), yang mengatakan bahwa terdapat suatu
standar universal yang tidak berubah selama-lamanya dan berlaku bagi semua orang.
Kelompok aliran lain disebut kelompok aliran ethical relativists atau kelompok aliran etika
relative, yang mengatakan bahwa pertimbangan etika manusia ditentukan oleh perubahan
kebiasaan dan tradisi dalam masyarakat di mana mereka hidup. Beberapa orang berpendapat
bahwa kedua kelompok tersebut sama benarnya, bahwa setiap orang akan membuat sejumlah
keputusan hidup yang harus dituntun oleh standar universal yang tidak berubah, serta banyak
pilihan lain yang bersumber pada kebiadaan masyarakat yang berubah.
Karena tidak ada standar universal ataupun kode etik relatif yang dapat secara
gamblang menentukan bagaimana pilihan perilaku yang paling tepat,maka beberapa ahli etika
telah mengembangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk pengambilan keputusan,yang
disebut kerangka kerja enam langkah sebagai berikut:
a) Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
b) Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta relevan tersebut.
c) Menetukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut dan bagaimana
masing-masing dipengaruhi.
d) Mengidentifikasi alternative pengambilan keputusan
e) Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternative
f) Membuat pilihan yang beretika

Etika Profesional
Menurut Boynton (2003:98), Etika Profesional (professional ethics) harus lebih dari
sekedar prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional

18
ETIKA PROFESI AKUNTAN

yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat
dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis
dan dapat ditegakkan. Agar dapat memiliki arti, maka keduanya harus pada posisi di atas
hukum, namun sedikit di bawah posisi ideal.
Proyek Visi CPA yang berorientasi pada masa depan,menyatakan bahwa pengakuan
atas profesi harus bertumpu pada nilai-nilai layanan yang diberikan. Proyek Visi CPA telah
mengidentifikasi lima nilai inti berikut yang dikaitkan dengan profesi CPA , yaitu (a)
Pendidikan berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup; (b) Kompetensi; (c) Integritas; (d)
Selaras dengan isu-isu bisnis yang luas; (e) Objektivitas
Secara keseluruhan nilai-nilai di atas merupakan hal yang penting guna mendapatkan
kepercayaan dan keyakinan dari mereka yang mengandalkan jasa-jasa CPA.
Profesi CPA juga menetapkan sifat sukarela dan pengaturan sendiri Kode Perilaku
Profesional ini.Mukadimah pada kode Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh AICPA
menekankan pentingnya standar etika bagi para CPA,seperti beikut ini . “Keanggotaan dalam
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) bersifat sukarela. Dengan
menerima keanggotaan, berarti juga seorang akuntan public yang bersertifikat (certified
public accountant /CPA) menerima kewajiban untuk mendisiplikan dirinya di atas dan
melampui kewajiban yang di tetapkan dalam peraturan dan ketentuan.

D. Prinsip Dan Aturan Etika Profesi


Prinsip-prinsip dalam Kode Etik Perilaku Profesional yang dikeluarkan oleh AICPA
menyatakan bahwa profesi mengakui tanggung jawabnya kepada masyarakat, klien, dan
tanggung jawab profesionalnya serta menyatakan ajaran dasar etika dan perilaku
professional. Untuk menjalankan prinsip-prinsip ini diperlukan komitmen yang teguh agar
menjadi perilaku yang terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi”
1. Prinsip-Prinsip
Prinsip yang terdapat dalam kode etik dibagi oleh Boynton (2003:101) kedalam enam
prinsipyaitu
a.) Tanggung jawab
“Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, para anggota
harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua
aktivitas mereka.”
CPA memberikan jasa yang penting dan perlu dalam system persaingan bebas yang
dianut di Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada mereka yang
19
ETIKA PROFESI AKUNTAN

menggunakan jasa profesional CPA. Selain itu,para CPA memiliki tanggung jawab yang
berkesinambungan untuk berkerja sama dengan para anggota lainnya guna:
a. Meningkatkan seni akuntansi
b. Menjaga kepercayaan public pada profesi,dan
c. Melaksanakan kegiatan pengaturan sendiri (self regulatory)
Tujuan keseluruhan dalam memenuhi prinsip ini adalah untuk menjaga dan
meningkatkan sosok profesi akuntan public.
b.) Kepentingan Publik
“Para CPA harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan public,menghargai kepercayaan public,dan menunjukkan
komitmen pada profesionalisme.”
Kepentingan public didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dari komunitass
manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA.Kepentingan public yang harus dilindungi oleh
CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah, pegawai, pemegang saham ,
dan masyarakat umum. Suatu ciri mulia dari sebuah profesi adalah kesediannya untuk
menerima tanggung jawab profesional kepada public.
c.) Integritas
“Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,para CPA
harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan integritas tertinggi.”
Dalam memenuhi prisnip-prinsip ini, para anggota harus bersikap jujur dan tulus.
Dalam integritas masih dimungkinkan terjadinya kesalahan akibat kelalaian dan perbedaan
pendapat, namun integritas tidak dapat mentolerir terjadinya distorsi fakta yang dilakukan
dengan sengaja atau upaya mengecilkan pertimbangan.
d.) Objektivitas dan Independensi
“Seorang CPA harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari
pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesional.Seorang CPA
yang berpraktik sebagai akuntan public harus bersikap independen dalam kenyataan
dan penampilan pada waktu melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya.”
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada prinsip ini akan meningkat bila anggota
menjauhkan diri dari keadaan yang dapat menimbulkan pertentang kepentingan.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya
seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi
kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila CPA tersebut tidak
20
ETIKA PROFESI AKUNTAN

independen dalam memberikan jasa-jasa tersebut, para anggota harus independen dalam
segala hal. Untuk mengujinya, para anggota dilarang mempunyai kepentingan keuangan atau
hubungan usaha dengan klien. Sebagai contoh, seorang CPA tidak boleh menjadi bagian dari
manajemen atau melayani dewan direksi.Para anggota yang berpraktik sebagai akuntan
public harus senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan
independensinya.
e.) Kecermatan atau Keseksamaan
“Seorang CPA harus mengamati standar teknis dan etika profesi,terus
meningkatkan kompetensi serta mutu jasa,dan melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan kemampuan terbaik.”
Prinsip kecermatan atau keseksamaan adalah pusat dari pencarian terus menerus akan
kesempurnaan dalam melaksanakan jasa profesional. Keseksamaan mengharuskan setiap
CPA untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan.
Keseksamaan meliputi keteguhan,kesungguhan,serta bersikap energik dalam
menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa profesional. Hal ini juga
berarti,seorang CPA harus: (1.) Cermat dan seksama dalam melaksanakan pekerjaan; (2.)
Memperhatikan standar teknis dan etika yang dapat diterapkan; (3.) Menyelesaikan jasa yang
dilaksanakan dengan segera.
Keseksamaan meliputi keseksamaan dalam perencanaan dan supervise perikatan yang
menjadi tanggung jawab CPA.
f.) Lingkup dan Sifat Jasa
“Seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan public, harus mematuhi
Prinsip-Prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan jasa yang
diberikan.”
Prinsip ini hanya dapat diterapkan kepada anggota yang memberikan jasa kepada
masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan jasa spesifik dalam situasi
tertentu,maka CPA tersebut harus mempertimbangkan semua prinsip-prisnsip yang telah ada
sebelumnya. Apabila ternyata tidak ada prinsip yang dapat dipenuhi, maka penugasan
tersebut harus ditolak. Selanjutnya seorang CPA harus:
a. Hanya berpikir pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu
b. Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak akan
menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi klien.
c. Menilai apakah jasa yang diminta konsisten dengan peran professional.
21
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Peraturan Etika Profesi


Kode Etik Akuntan Publik di Indonesia
Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal
dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang
ada yaitu Akuntan Publik. Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas
mengenai kode etik untuk profesi Akuntan Publik.
Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun
dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas
dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang
berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, Bagian
perrtama dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka
konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian kedua dari Kode Etik ini memberikan
ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum
dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di
atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau
Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus
mematuhi dan menerapkan Bagian pertama dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan
KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada
ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan
lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan
etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
Aturan Perbuatan
22
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Sesi kedua dari kode perilaku profesional AICPA terdiri dari sebelas peraturan yang
mengandung sanksi. Dalam memformulasikan peraturan-peraturan ini, AICPA telah berusaha
untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi para anggotanya, profesi, dan masyarakat.
Dari waktu ke waktu, peraturan-peraturan tersebut dimodifikasi untuk dapat mengakomodasi
perubahan norma dari perilaku etik serta pengaruh-pengaruh lainnya sepert perubahan-
perubahan pada ketentuan pemerintah.
Peraturan organisasi CPA mengharuskan para CPA mematuhi peraturan perilaku.
Peraturan tersebut dapat diterapkan kepadasemua CPA dan kepada semua jasa profesional
yang dilaksanakan, kecuali apabila susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain dan CPA
yang berpraktik diluar Amerika Serikat serta menesuaikan diri dengan peraturan profesi
akuntan dinegara tuan rumah.
Seorang CPA dalam praktik publik mungkin harus bertanggung jawab untuk mematuhi
semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalamsupervisi anggota atau anggota partner
atau pemegang saham dalam praktik. Selain itu, seorang CPA tidak dapat mengijinkan orang
lain untuk bertindak atas namanya, apabila hal ini dilakukan, berarti melanggar peraturan.
Pernyataan setiap peraturan dan penjelasan yang penting diberikan dalam bagian
berikut ini:
a. Peraturan 101 – Independensi
Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa
profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-
badan yang ditunjuk oleh dewan.
Peraturan ini degabungkan dalam kode etik, dengan menunjuk persyaratan
independensi dalam standar teknis yang diterbitkan oleh AICPA. Badan-badan yang telah
menerbitkan standar yang mewajibkan CPA bersikap independen adala Auditing Standatds
Board (ASB) dan Accounting and Review Committee.
b. Peraturan 102 – Integritas dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang CPA harus menjaga objektivitas dan
integritas. Harus bebas dari pertentangan kepentingan, dan tidak diperbolehkan salah
menyajikan fakta atau mensubordinasikan pertimbangannya kepada pihak lain
Peraturan ini berlaku untuk semua jasa profesional dan untuk semua anggota. Karena
Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalan diri seorang CPA.
Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota pada akhirnya harus
memepertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam penugasan. Integritas juga

23
ETIKA PROFESI AKUNTAN

menunjukkan tingkat kualitas yang menjadi dasar kepercayaan publik dan Objektivitas adalah
suatu sikap mental. Meskipun prinsip ini tidak dapat diukur secara tepat, namun wajib untuk
dipegang oleh semua anggota. Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah
dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan
c. Peraturan 201 – Standar Umum
1. Kompetensi Profesional. Harus melaksanakan jasa rofesional yang diyakini
dapat diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan publik dengan kompetensi
profesional.
2. Penggunaan Kemahiran Profesional. Mempergunakan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan setiap jasa profesional
3. Perencanaan dan Supervisi. Merencanakan dengan cermat dan mengawasi
jalannya pelaksanaan jasa profesional.
4. Data Relevan yang Mencakupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
agar mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi
rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan.

Standar-standar umum tersebut diatas tidak boleh dikacaukan dengan tiga standar
umum GAAS. Empat standar dalam peraturan 201 tersebut dapat diterapkan pada semua
anggota, termasuk yang melakukan paraktik publik, serta pada semua jenis jasa profesional
yang tidak terbatas pada jasa audit saja.
d. Peraturan 202 – Kepatuhan Terhadap Standar
Seorang CPA yang melaksanakan auditing, review, kompilasi, konsultasi manajemen,
perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar-standar dan setiap
interprestasi yang diterbitkan oleh badan-badan yang ditunjuk dewan.
Dewasa ini, standar-standar teknis yang tergolong dalam peraturan diatas adalah
standar-standar yang diterbitkan oleh Auditing Standards Board, Accounting and Review
Services Committee, serta Management Consulting Service Exsecutives Committee. Sejalan
dengan maksud penegakan peraturan diatas, Dewan telah menunjuk dua badan untuk
memasyarakatkan standar-standar pengungkapan informasi keuangan diluar laporan
keuangan dasar yang menyertai laporan keuangan yang diterbitkan. Kedua bada tersebut
adalah FASB dan GASB.
e. Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi

24
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Seorang CPA tidak dibenarkan untuk (1) menyatakan pendapat atau menyatakan bahwa
laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap entitas yang diauditnya telah disajikan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia
tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah dilakukan pada laporan atau data
tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, apabila laporan
atau data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah ditetapkan
oleh badan berwenang yang ditungju oleh Dewan untuk menyusun prinsip-prinsip yang
mempunyai dampak material terhadap keseluruhan laporan atau data. Namun, apabila CPA
mampu menunjukkan adanya penyimpangan pada laporan atau dara yang dapat
menimbulkan keadaan yang menyesatkan, maka CPA tersebut harus emamtuhi peraturan
ini dengan menjelaskan dalam laporannya yang menguraikan tentang penyimpangan
tersebut, perkiraan akibat yang akan ditimbulkan, dan sepanjang dianggap praktis, akan
menyebutkan juga alasan-alasan mengapa kepatuhan terhadap prinsp-prinsip tersebut dapat
menimbulkan kesesatan
Peraturan 203 ini diterapkan kepada semua anggota yang melaksanakan tindakan
seperti yang telah diuraikan diatas, baik yang melakukan praktik publik maupun tidak.
Tindakan yang dimaksud dapat terjadi, misalnya ketika melakukan audit laporan keuangan,
melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perspektif, dan melakukan review atas
informasi keuangan. Peraturan diatas meliputi semua jasa yang standarnya telah ditetapkan
dalam GAAP, termasuk perikatan untuk melaporkan dasar kompherensif selain GAAP.
f. Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien
Setiap anggota yang melakukanpraktik publik tidak diperkenankan untuk mengungkapkan
semua informasi rahasia klien tanpa izin khusus dari klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan sebagai (1) membebaskan seorang anggota dari
kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi dengan
cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi permintaan atau panggilan pengadilan
yang sah dan berlaku, atau untuk melarang anggota mematuhi ketentuan dan peraturan
pemerintah yang berlaku, (3) untuk menghalangi review atas praktik profesional anggota
menurut wewenag AICPA atau masyarakat CPA negara bagian, atau Dewan Akuntansi,
atau (4) menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk
menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika profesional atau badan
pengendalian institut atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat CPA negara
bagian atau Dewan Akuntansi.

25
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Setiap anggota dari badan-badan yang disebutkan dalam angka (4) diatas serta para
anggota yang terlibat dalam praktik review profesional yang disebut dalam angka (3)
diatas tidak diperkenankan memepergunakan untuk kepentigan sendiri atau
mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak boleh
membatasi pertukaran informasi dalam kaitannya dengan kegiatan investigasi dan disiplin
yang dilakukan oleh badan-badan tersebut pada angka (4) atau kegiatan praktik review
profesional yang disebut dalam angka (3) diatas.
Kewajiban CPA yang melakukan praktik publik untuk merahasiakan semua informasi
tentang masalh bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar. Kerahasiaan merupakan
hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasar kepercayaan bersama antara CPA dan
klien.
g. Peraturan 302 – Honor Kontinjen
Setiap anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk :
Melaksanakan jasa profesional dengan menerima honor kontinjen atau imbalan semacam
itu dari klien CPA atau kantor akuntan publiknya juga melaksanakan:
(a). Suatu audit atau revew atas laporan keuangan,
(b). Suatu kompilasi laporan keuangan, dimana anggotanya mengharapkan atau mungkin
mengharapkan adanya pihak ketiga yang akan menggunakan laporan keuangan dan laporan
kompilasi yang tidak mengungkapkan kurangnya independensi,
(c). Pemeriksaan atas informasi keuanga prospektif.
(2). Membuat surat pemberitahuan pajak penghasilan perdana atau yang telah diperbaiki atau
klaim atas pengembalian pajak untuk honor kontinjen.
Laporan pada angka (1) di atas berlaku selama periode dimana CPA atau kantor akuntan
publik ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan diperiode yang dicakup dalam
laporan keuangan historis tercakup juga dalam jasa-jasa tersebut diatas.
Kecuali seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen (contingent
fee) adalah imbalan yang ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan, dimana
imbalan tidak akan diberikan apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau di
mana jumlah imbalan akan tergantung temuan atau hasil jasa tersebut. Hanya imbalan
tersebut ditetapkan oleh pengadilan atau lembaga-lembaga yang berwenang lainnya, atau
dalam masalah pajak, apabila penetapan tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan
atau temuan dari pejabat pajak.

26
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Honor anggota dapat beragam tergantung, misalnya, pada kompleksitas jasa yang
diberikan.
Peraturan tersebut tidak melarang seorang anggota untuk membebankan imbalan
berdasarkan kompleksitas jumlah jam atau hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa
yang diberikan. Seorang anggota juga dapat memilih tarif pembebanan per diem (biaya yang
dihitung berdasarkan jumlah hari atau jam) yang lebih rendah untuk klien yang sedang
menhadapi kesulitan keuangan atau bahkan melaksanakan jasa tanpa imbalan bagi organisasi
yang bergerak dibidang amal.
h. Peraturan 501 – Tindakan yang Mendiskreditkan
Seorang CPA tidak boleh melakukan suatu perbuatan yang mendiskreditkan profesi.
Menurut peraturan 501, tindakan mendiskreditkan (acts discreditable) diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan anggota yang dapat merusak atau mengganggu reputasi dan
integritas profesi. Peraturan ini memungkinkan dilakukannya tindakan disiplin bagi seorang
anggota yang melakukan tindakan tidak beretika yang tidak dicakup secara spesifik dalam
peraturan lainnya.
i. Peraturan 502 – Periklanan dan Bentuk Solisitasi Lainnya
Setiap anggota yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan untuk mendapatkan
klien dengan cara memasang iklan atau bentuk sosialisasi lainnya dalam segala hal yang
salah, menyesatkan, atau menipu. Solisitasi dengan cara memaksa yang melampaui batas
atau melecehkan dilarang.
Peraturan ini juga mencerminkan adaya kompromi. Beberapa anggota AICPA meyakini
bahwa semua bentuk periklanan dan penawaran harus dilarang karena merupakan bentuk
yang tidak profesional. Akan tetapi, AICPA harus mematuhi ketentuan lain yang terkadang
dalam perintah FTC (Federal Trade Commission) tahun 1990 kepada AICPA berkenaan
dengan peraturan 502.
j. Peraturan 503 – Komisi dan Honor Referal
A. Larangan komisi
Seorang CPA yang melakukan praktik publik tidak diperkenankan memberikan
rekomendasi atau referensi produk atau jasa pihak lain kepada klien demi mendapatkan
komisi, atau memberikan rekomendasi atau referesi produk atau jasa yang deisediakan
oleh klien untuk medapatkan komisi, atau menerima komisi ketika CPA atau kantor
akuntan publik juga sedang melaksanakan jasa berikut ini bagi klien:
(a).Suatu audit atau riview laporan keuangan, atau

27
ETIKA PROFESI AKUNTAN

(b). Kompilasi laporan keuangan, jika CPA memperkirakan atau mungkin memperkirakan
bahwa ada pihak ketiga yang akan menggunakan laporan keuangan dan laporan kompilasi
yang tidak mengungkapkan kurangnya independensi, atau
(c). Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.
Larangan ini berlaku selama periode penugasan untuk melaksanakan jasa-jasa
tersebut diatas dan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis yang
terkait dengan jasa-jasa diatas.
B. Pengungkapan komisi yang diperkenankan
Seorang CPA dalam praktik publik yang tergolong tidak terlarang oleh peraturan ini
untuk melaksanakan jasa dengan imbalan komisi atau menerima komisti tau yang dibayar
atau mengharapkan untuk dibayar dengan komisi harus mengungkapkan fakta ini kepada
setiap orang atau entitas kepada siapa CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan
jasa yang berkatan dengan komisi tersebut.
C. Honor Referal
Seorang CPA yang menerima honor referral (referral fee) karena merekomendasikan atau
merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau yang membayar honor
referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal tersebut kepada klien.
Seusai dengan peraturan yang berlaku sekarang, seorang CPA boleh menerima komisi
yang diungkapkan, misalnya dari pabrik komputer berdasarkan jumlah komputer yang dibeli
oleh klien berdasarkan rekomendasi CPA, kecuali bila CPA tersebut melaksanakan setiap
jasa yang disebutkan dalam peraturan untuk klien yang sama. Pembayaran yang dilakukan
CPA untuk mendapat klien, dilarang oleh peraturan yang lama, namun sekarang
diperbolehkan dengan syarat adanya pengungkapan kepada klien.
k. Peraturan 505 – Bentuk Organisasi dan Nama
Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan publik hanya dalam bentuk organisasi
yang diizinkan oleh hukum dan peraturan negara baigian yang ciri-cirinya sesuai dengan
ketentuan dari Resolusi Dewan (Resolutions of Council).
Seorang CPA tidak diperkenankan membuka praktik akuntan publik dengan nama
yang dapat menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik yang lain dapat dicantumkan
dalam nama kantor organisasi penerus.
Sebuah kantor tidak dapat menyebut dirinya sebagai ”Anggota American Institute
of Certified Public Accountants”, kecuali semua partner atau pemiliknya adalah dari
lembaga tersebut.

28
ETIKA PROFESI AKUNTAN

Penegakan Aturan
Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan-peraturan dari Kode
Preilaku Profesional. Akan tetapi, dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas peraturan,
seorang CPA harus memberikan alasan atas setiap penyimpangan dari interprestasi peraturan
perilaku dan peraturan etika yang berlaku. Tindakan penegakan dapat dilakukan sebagai
tanggapan atas (1) adanya keluhan terhadap anggota dan bukan anggota, (2) ulasan dalam
surat kabar atau publikasi, seperti SEC Docket, dan IRS bulletin, yang ditulis oleh personil
dalam divisi etika profesional, dan (3) penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada
AICPA oleh pejabat pemerintah negara bagian atau federal.
Penegakan peraturan dilakukan oleh dua kelompok, yaitu oleh AICPA dan masyarakat
CPA negara bagian. Keduanya memiliki wewenang untuk melakukan investigasi atas
keluhan yang disampaikan, melakukan dengar pendapat, serta mengenakan sanksi pada
mereka yang telah melanggar peraturan.
Penegakan peraturan AICPA dilakukan melalui Divisi Etika Profesi serta Badan
Pengadilan Bersama (Joint Trial Board). Sanksi maksimum yang dapat dikenakan oleh
AICPA adalah memecat CPA dari keanggotaan AICPA.
Penegakan oleh masyarakat negara bagian dilakukan melalui Komite Etika yang ada
pada setiap negara bagian serta Badan Pengadilan Bersama. Sebagaimana halnya dengan
AICPA, sanksi terberat yang dapat dikenakan adalah ehilangan keanggotaan dalam
masyarakat CPA negara bagian.
a. Prosedur Etika Penegakan Bersama
Sebagai upaya agar penegakan peraturan perilaku lebih efektif serta lebih
menyeragamkan tindakan disiplin yang dilakukan, AICPA telah mengembangkan Program
Penegakan Etika Bersama (Joint Ethics Enforcement Program/JEEP). Menurut ketentuan
dalam JEEP, keluhan terhadap seorang CPA dapat disampaikan melalui AICPA atau
masyarakat CPA Negara bagian. Pada umumnya AICPA memiliki yurisdiksi untuk
menangani kasus (1) pada lebih dari satu Negara bagian, (2) litigasi, (3) masalah-masalah
yang menarik perhatian dan berskala nasional. Kelompok yurisdiksi dapat bertindak sendiri
atau bersama-sama.
JEEP juga meningkatkan hubungan antara AICPA dan komite Etika Masyarakan
Negara Bagian. Divisi Etika Profesional AICPA sering melakukan pertemuan dengan
masyarakat CPA negara bagian dalam upaya untuk meningkatkan jumlah sumberdaya yang
29
ETIKA PROFESI AKUNTAN

dapat diberikan untuk penegakan etika. Divisi Etika Profesional AICPA melaporkan secara
setengah tahunan kepada anggota AICPA tentang kasus-kasus etika yang diproses melaluie
JEEP.
b. Prosedur Badan Pengadilan Bersama
Hanya terdapat satu badan pengadilan bersama (joint trial board) yang terdiri dari
setidaknya 36 anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau mantan
anggota majelis. Badan pengadilan bersama baru melibatkan diri apabila prosedur penegakan
yang sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan tentang anggota ternyata cukup
serius atau anggota yang terlibat ternyata menolak untuk bekerja sama. Dengar pendapat
yang dilakukan oleh badan pengadilan bersama umumnya dilakukan oleh kelompok kerja
yang terdiri dari setidaknya lima anggota badan yang ditunjuk untuk secara maksimum
mewakili bidang umum dimana anggota tersebut berada. Seorang CPA diperbolehkan untuk
meminta agar badan secara pleno melakukan review atas putusan kelompok kerja tersebut.
Badan pengadilan bersama dapat mengambil tindakan disiplin (diciplinary anctions)
sebagai berikut:
- Menegur CPA
- Memberhentikan sementara CPA selama periode waktu yang tidak lebih dari dua tahun
- Memecat CPA
Apabila kekuarangan atau kelemahan CPA terletak pada penyimpangan dari standar
teknis profesional, maka badan pengadilan memiliki kewenangan untuk mengenakan
persyaratan tambahan.
c. Ketentuan Disiplin Otomatis
Peraturan tambahan atau bylaw AICPA (BL 7.3.1) meliputi juga ketentuan disiplin
otomatis (automatic disciplinary provisions) yang memberikan wewenang untuk
mengehentikan sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu melakukan dengar
pendapat dalam setuasi tertentu. Penghentian sementara dapat terjadi bila Sekretaris AICPA
diberitahu bahwa pertimbangan atau pertanyaan bersalah telah dijatuhkan kepada seorang
CPA yang:
 Menjalani hukuman pidana kurungan untuk masa lebih dari satu tahun
 Dengan sengaja lalai mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan, dimana
CPA secara pribadi adalah seorang wajib pajak yang menurut undang-undang wajib
mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan tersebut.

30
ETIKA PROFESI AKUNTAN

 Pengarsipan surat pemberitahuan pajak penghasilan yang dipalsukan atau yang


mengandung kecurangan atas nama CPA atau atas nama klien.
 Dengan sengaja membantu menyusun dan menyajikan surat pemberitahuan pajak
penghasilan atas nama klien yang dipalsukan atau yang mengadung kecurangan.
Pemecatan keanggotaan dapat terjadi apabila CPA telah melakukan upaya hokum
dengan cara naik banding sampai tingkat maksimal atas pertimbangan dan persyaratan
bersalah yang dijatuhkan kepadanya.

31
ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntan profesional memiliki tanggung jawab untuk berbuat bagi kepentingan umum
bukan hanya bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan/bisnis. Profesi
akuntansi memiliki prinsip akuntansi dan auditing (GAAP dan GAAS) yang mengatur
perlakuan akuntansi guna memberikan informasi yang efektif kepada dunia. Di dalam
profesi, sudah ada kode etik yang mengatur profesi tersebut dalam menjalankan profesinya
agar dalam menjalankan profesi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar serta tetap ada
tanggung jawab sosialnya. Ketika menjadi seorang akuntan yang baik, maka akan tercermin
perusahaan yang baik dan mampu menguntungkan semua pihak dalam berbagai bidang.

B. Saran
Menurut kelompok kami, akuntan yang profesional harus membuktikan bahwa
dirinya benar-benar profesional dalam bidang tersebut, sehingga orang-orang yang ada
disekitarnya mampu memberikan penghargaan yang luar biasa karena tidak semua orang bisa
melakukan hal tersebut dengan baik. Dengan adanya etika yang diciptakan, maka
pergunakanlah kode etik akuntan dengan bijak sehingga profesi yang kita jalankan mampu
berkembang dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diri sendiri
serta perusahaan di mana kita bekerja.

32
ETIKA PROFESI AKUNTAN

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba Empat: Jakarta.
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern
Auditing. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Arens, Alvin A. Elder, Randal J. Beasley, Mark S. 2014. Auditing & Jasa Assurance :
Pendekatan Terintegrasi. Edisi Kelimabelas. Jilid 1.Penerbit Erlangga. Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai