Pembimbing Akademik :
Ns. Yuni Dwi Hastuti, M.Kep, MSN
Pembimbing Klinik :
Ns. Wayan Wardiyana, S.Kep
Oleh :
Ririn Purwaning Tyas
22020118220077
1
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk RS : 17 April 2019, Jam 15.30 WIB
Tanggal Masuk Bangsal : 17 April 2019, Jam 23.45 WIB
Tanggal Pengkajian : 18 April 2019, Jam 15.00 WIB
A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 69 Tahun 1 bulan
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. No. Rekam Medik : B377***
f. Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (NYHA 3) e.c OMI Inferior
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Alamat Rumah : Gayamsari, Semarang
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Hubungan dg Klien : Suami
c. Usia : 70 Tahun
d. Agama : Islam
e. Alamat : Gayamsari, Semarang
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak pada bagian dada, batuk berdahak.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan Klien pernah menjalani pemasangan ring jantung
sebanyak 3 kali tahun 2016 secara bertahap dan dengan selang waktu 1 tahun
pemasangan. Klien selalu rutin menjalani control sebulan sekali dirumah sakit
Kariadi, sebelumnya Ny.S telah dirawat di Rumah Sakit Muhamadiyah Semarang
2
selama seminggu dengan keluhan sesak dan badan lemas, sesak dirasakan ketika
klien beraktivitas dan berkurang ketika istirahat serta keluarga klien mengatakan
Ny.S mengalami penurunan nafsu makan, mual dan mutah, kemudian tanggal 17
April keluarga klien mengatakan Ny.S kondisinya tidak ada perubahan dan
ditambah demam serta mengingau sehingga dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Ny.S
langsung dibawa ke IGD pukul 15.30 WIB untuk memperoleh penanganan berupa
pemasangan infus Nacl 0.9% dengan 8 tmp, injeksi ranitidine, injeksi Ampicilin 1,5
gr / 8 jam ( skin test), obat per oral diantaranya : V Blok 25 mg/ 12 jam, clopidorel
75 mg/24 jam, Atorvastatin 20 mg/ 24 jam, ISDN 5 mg/ 8 Jam, Herbesser CD 200
mg/ 24 jam, Paracetamol 500 mg/ 8 jam, N Aseli Sistein 200 mg/ 8 jam. Setelah itu
Ny. S langsung ditempatkan di ruang Elang I Putri pada jam 23. 45 WIB. Hasil
pengkajian tanggal 18 April 2019 menunjukan TD : 110/80 , HR : 105, RR :
30x/menit, suhu : 38.9 celcius, klien mengatakan merasa nyeri dibagian bawah dada
(epigastric), Ny.S mengeluh sesak dan panas badannya. Ny.S terlihat gelisah dan
kesulitan untuk tidur.
3
4. Genogram
Riwayat
DM
Ny.. S
69 th
D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Status Psikologi : Klien nampak gelisah, kesulitan untuk tidur, mengingau
dan pasien mengeluh ingin pindah ke IGD.
2. Status Mental : Klien berusaha turun dari kasur dan berusaha melepas
infus.
3. Status Sosial : Hubungan klien dengan anggota keluarganya baik. Klien
selalu ditemani 1 orang anak perempuan di pagi hari, dan bergantian dengan
suami klien di malam hari.
4. Pengkajian HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety)
Keterangan: 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 = berat sekali
NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
Cemas
Firasat Buruk √
Takut Akan Pikiran Sendiri
Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
Merasa Tegang √
Lesu
4
Tak Bisa Istirahat Tenang
Mudah Terkejut
Mudah Menangis
Gemetar
Gelisah
3 Ketakutan
Pada Gelap
Pada Orang Asing
Ditinggal Sendiri √
Pada Binatang Besar
Pada Keramaian Lalu Lintas
Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
Sukar Masuk Tidur
Terbangun Malam Hari
Tidak Nyenyak
√
Bangun dengan Lesu
Banyak Mimpi-Mimpi
Mimpi Buruk
Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
Sukar Konsentrasi √
Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
Hilangnya Minat
Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
Sedih √
Bangun Dini Hari
Perasaan Berubah ubah Sepanjang
Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
Kaku
√
Kedutan Otot
Gigi Gemerutuk
Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
Tinitus
Penglihatan Kabur
Muka Merah atau Pucat √
Merasa Lemah
Perasaan ditusuk
Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
Takhikardia
Berdebar
Nyeri di Dada
Denyut Nadi Mengeras √
Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
√
Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
5
Perasaan Tercekik
Sering Menarik Napas
Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
Sulit Menelan
Perut Melilit
Gangguan Pencernaan
Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
Perasaan Terbakar di Perut
√
Rasa Penuh atau Kembung
Mual
Muntah
Buang Air Besar Lembek
Kehilangan Berat Badan
Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
Sering Buang Air Kecil
Tidak Dapat Menahan Air Seni
Amenorrhoe
Menorrhagia √
Menjadi Dingin (Frigid)
Ejakulasi Praecocks
Ereksi Hilang
Impotensi
13 Gejala Otonom
Mulut Kering
Muka Merah
√
Mudah Berkeringat
Pusing, Sakit Kepala
Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
Gelisah
Tidak Tenang
Jari Gemetar
Kerut Kening √
Muka Tegang
Tonus Otot Meningkat
Napas Pendek dan Cepat
Muka Merah
SKOR TOTAL 35
Total Skor :
< 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
Kesimpulan : klien mengalami kecemasan dengan skala 35 termasuk
kedalam kecemasan berat
6
E. RIWAYAT SPIRITUAL
Keluarga klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien tidak
menunaikan kewajibannya sebagai muslim yaitu menjalankan sholat 5 waktu.
Karena setiap beraktivitas klien merasa sesak.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Klien tampak gelisah dan lemah
2. Kesadaran : Composmentis, E4M6V5 (GCS = 15)
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Frek.Nadi : 105 x/menit
c. Frek.Pernapasan : 30 x/menit
o
d. Temperature : 38.9 C
e. SpO2 : 97 %
4. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesocephal, warna rambut merata berwarna putih,
kulit kepala bersih, dan kepala tidak ada luka serta pembengkakan, rambut klien
basah oleh keringat Wajah Ny.S terlihat merah.
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala klien.
Telinga
Inspeksi : Tidak ada luka dan perdarahan pada telinga, warna kulit merata, daun
telinga simestris kanan kiri, tidak ada gangguan pendengaran, dan tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada telinga klien
5. Mata
Inspeksi : Bola mata simestris antara mata kanan dan kiri, ada kotoran pada
mata, mata telihat sayu, adanya gerakan bola mata, pupil mengecil saat
diberikan rangsang cahaya, adanya reflek berkedip, adanya kantung mata, pupil
isokor, tidak ada lesi dan perdarahan,konjungtiva normal, sklera nornal.
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan
6. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Bau pada mulut, mukosa bibir kering, gigi berwarna putih
kekuningan,klien dapat mengunyah dan menelan dengan baik, tidak ada nyeri
7
saat menelan, klien sering batuk dan terkadang mengeluarkan sekret, tidak
ada pembengkakan tonsil
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada mulut dan sekitar mulut
7. Hidung
Inspeksi : terpasang nasal kanul 3 liter, lubang hidung klien nampak bersih,
warna hidung merata, tidak ada perdarahan, tidak ada cuping hidung.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan ataupun pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe, serta warna kulit rata
8. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat luka, warna kulit merata, tidak ada pembengkakan,
leher dapat digunakan untuk menggelengkan dan menganggukan kepala
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan ataupun pembesaran kelenjar
tiroid dan limfe, serta warna kulit rata, JVP 5 + 2 cmHg.
9. Dada
Inspeksi : terdapat bekas post operasi pengangkatan tumor mamae di dada
sebelah kanan, tidak ada jejas, tidak ada perbedaan warna sekitar, bentuk
asimetris pembesaran dada kanan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan lepas, tidak ada benjolan disekitar
dada klien
a. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas, tidak terdapat retraksi dinding
dada, kembang kempis paru sesuai.
Palpasi : Taktil fremitus kiri cenderung meningkat dari paru kanan.
Perkusi : Terdengar bunyi pekak di paru kiri
Auskultasi : Terdengar bunyi ronkhi basah halus di basal paru. adanya
suara tambahan wheezing ketika pasien bantuk.
b. Jantung
Inspeksi : tidak nampak perbesaran jantung
Palpasi : Teraba pembesaran jantung
Perkusi : Terdengar bunyi pekak, batas jantung mengalami pergrseran ke
kiri.
Atas : Intercosta II Parastemalis Dekstra
Bawah : Intercosta III Parastrernalis Sinistra
8
Atas : Intercosta II Parasternalis Sinistra
Bawah : Intercosta V Midclavicula Sinistra bergeser ke kiri
2 cm
Auskultasi : Bunyi jantung SI = SII (Loop Doop), reguler, tidak terdapat
bunyi tambahan ( murmur, gallop’s)
10. Abdomen
Inspeksi : Sebaran warna kulit klien merata, terlihat pembesaran abdomen (
asites).
Auskultasi : Bunyi bising usus 15 x/menit
Palpasi : Pengkajian nyeri P : nyeri dirasakan ketika ditekan atau
digerakkan, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : perut bagian atas (
epigastric ) S : Skala 2, T : nyeri terasa ketika klien duduk. Tidak teraba
hati dan lien/ limpa.
Perkusi : Terdengar bunyi timpani dikuadran kanan atas dan pekak saat
dilakukan perkusi di kuadran kiri dan kanan bawah .
11. Punggung
Inspeksi : Sebaran warna kulit klien merata, kulit klien bersih, tidak ada
fraktur, tidak ada jejas/ luka di area kulit, pergerakan punggung kanan dan kiri
sama ketika bernafas, dan tidak ada luka dekubitus
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tulang punggung belakang bawah. Taktil
fremitus di punggung normal.
12. Genitalia
Inspeksi : warna coklat persebaran merata, tidak ada pembengkakan pada
genetalia klien.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau pembesaran
13. Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi : Jari-jari lengkap dan normal, kuku bersih. Klien terpasang infus
Nacl 0.9% pada tangan kanannya sejak tanggal 17 April 2019, klien
mampu untuk menggerakkan tangannya. Kulit kering, tidak terdapat luka
atau benjolan.
Palpasi : CRT kurang dari 2 detik. Tidak ada nyeri tekan. Ketika diberikan
dorongan klien mampu memberikan tahanan pada tangan kanan dan kiri
9
meski tidak begitu kuat. Klien mampu merasakan sentuhan tajam dan
tumpul pada tangan kanan dan kiri klien, ankral teraba hangat.
Kekuatan otot :
Dekstra Sinistra
4,4,4,4 4,4,4,4
Klien nampak lemas, namun dapat bergerak dan duduk dikasur dengan
dibantu.
b. Bawah
Inspeksi : Sebaran kulit merata, tidak ada luka, akral teraba dingin, kuku
kaki kering dan pecah-pecah, kulit kering.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas. CRT 2 detik
Kekuatan otot :
Dekstra Sinistra
4,4,4,4 4,4,4,4
Keterangan :
1= tidak ada pergerakan otot
2 = Pergerakan otot yang dapat terlihat, namun tidak ada pergerakan
sendi
3= Pergerakan melawan gravitasi, namun tidak melawan tahanan
4= Pergerakan melawan tahanan, namun kurang dari normal
5= (Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahan penuh).
10
BB normal = TB – 110
= 160-110
= 50 Kg
BB ideal (Rumus Brocha) = ( TB – 100 ) -10 % (TB –100 )
= (160-100) – 10% (160-100)
= 60 – 6,0
= 54,0 Kg
Indeks Mass Tubuh ( IMT )
IMT saat sakit = BB / TB (m2)
= 55/ (1,60)2
= 55 / 2,56
= 21.6 (Batas normal 20,1-25,02)
B (Biokimia) - Hb : 13.5 g/dl (N)
- Leukosit : 6.6 10^3/uL (N)
- Trombosit : 87 10^3/uL ( L)
- GDS : 68 mg/dL (L)
- SGPT : 73 U/L ( H)
- Kalsium : 2.07 mmol/L (L)
C (Clinic) Sesak (+), nyeri didada (-),edema ekstremitas bawah (-), sianosis
(-), nyeri di ekstremitas bawah (-),asites (+) pengkajian nyeri
P : nyeri tekan, Q : nyeri seperti ditusuk - tusuk, R :
epigastric, S : Skala 2, T : nyeri ketika ditekan, jika
tidak maka tidak nyeri.
D (Diet) Pembatasan cairan (input cairan ) 1300 cc dan diit bubur
11
2. Eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1-2 kali/ hari Sudah 3 hari pasien
Konsistensi Padat belum BAB ( 15 April
Warna Kekuningan 2019)
Bau Bau khas feses Padat dan kecil - kecil
Darah Tidak ada Kekuningan
Keluhan Tidak ada Bau khas feses
Jumlah Tidak Terkaji Tidak ada
Tidak ada
Tidak terkaji
b. Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 5-6 kali sehari 4x sehari, klien menggunakan
pampers ganti sekali sehari.
Warna Kuning Kuning keruh
Darah Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Jumlah 1000 cc 400 cc setiap 24 jam
12
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidakteratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadangin kontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
√ 0 : Tidak mampu
Transfer 1 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi beberapa hal
dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 7 (Ketergantungan sedang)
Sumber: Dewi, SofiaRosma. 2014. Buku Ajar KeperawatanGeriatrik.
Yogyakarta: Deepublish.
Keterangan (Interpretasi hasil Barthel Index ):
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
Kesimpulan : klien dalam kondisi ketergantungan berat.
13
Resiko Jatuh
Tanggal
18/04 19/04 20/04/
Penilaian Resiko Jatuh Score
/ / 2019
2019 2019
Riwayat Jatuh Jatuh satu kali
: atau lebih
Kecelakaan dalam kurun 25 0 0 0
Kerja atau waktu 6 bulan
Rekreasional terakhir
SKOR RESIKO JATUH
Diagnosis sekunder 15 15 15 15
Benda disekitar,
kursi, dinding, 30 0 0 0
Alat Bantu dll
Kruk, tongkat,
15 0 0 0
tripod, dll
Terapi intra vena kontinyu /
20 20 20 20
Heparin / Pengencer Darah
Gangguan/
Bedrest/ Kursi 20 0 0 0
Gaya berjalan Roda
Lemah 10 10 10 10
Normal 0 0 0 0
Agitasi/ konfusi 15 0 0 0
Status Mental
Diemnsia 15 0 0 0
SKOR TOTAL 45 45 45
Lingkari golongan skor resiko jatuh setelah RT/ RT/ RT/
penilaian RS/ RS/ RS/
Lingkari bila pasien Bed Rest Total RR RR RR
Bed rest total bergantung pada perawat
sepenuhnya
(Resiko Tinggi/ RT + Bed rest total = Resiko
Rendah/ RR)
Dokter meminta untuk pencegahan resiko jatuh +
nilai skor berapapun = RT
Interpretasi The Morse Fall Scale (MFS)
Resiko tinggi : 45 atau lebih
Resiko sedang : 25 – 45
Resiko rendah : 0 – 24
14
Rambut 2 hari sekali keramas Selama Ny.S dirawat di rumah
sakit belum pernah keramas.
Kulit Elastis, tidak kering Elastis, kering
Gatal Tidak Gatal dibagian perut
15
Ideal diri Klien ingin segera sembuh dan pulang agar bisa menjalankan
kehidupan dan aktivitasnya.
Harga diri Klien akan merawat tubuhnya bila sudah sembuh
16
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 17 April 2019 Pukul 21.00 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Rasional
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.5 13.00 – 16.00 Kurangnya jumlah trombosit
Hematokrit 39,6 40 – 54 dalam tubuh disebut
Eritrosit 4.5 4,4 – 5,9 trombositopenia yang dapat
MCH 30 27.00 – 32.00 menyebabkan darah sukar
MCV 88 76 – 96 membeku, penyebabnya bisa
MCHC 34,1 29.00 – 36.00 karena adanya infeksi oleh
Leukosit 6,6 3,8 – 10,6 virus, selain itu juga bisa
Trombosit 87 150 – 400 L diakibatkan karena
RDW 13,4 11,60 – 14,80 pembesaran limpa.
MPV 9,7 4,00 – 11,00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 68 80-160 L GDS menurun menandakan
SGOT 82 15 - 34 hipoglikemia yaitu kadar gula
SGPT 73 15 - 60 H dalam darah dibawah batas
Ureum 22 15-39 normal penyebab bisa karena
Creatinin 1,01 0,60-1,30 kekurangan nutrisi atau
Calcium 2.07 2.12 – 2.52 L kebelihan hormone insulin
Elektrolit 137 136-145 dalam darah, dapat
Natrium 3,8 3,5-5,1 mengakibatkan badan lemas
Kalium 101 98-107 dan penurunan kesadaran.
Chlorida 0.01 0 – 0.30
SGPT yang meningkat bisa
menadakan adanya gangguan
atau kerusakan pada organ hati
17
Kandungan calcium kurang
dari normal dinamakan
hipokalsemia yang dapat
disebabkan karena kurangnya
mengonsumsi makanan yang
mengandung calcium yang
dapat berdampak pada
mempercepat pengeroposan
tulang dan memperlambat
pembentukan darah/
pembekuan darah.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Tanggal Pemeriksaan : 17 April 2019
Foto Thoraks
Hasil Pemeriksaan:
Klinis : CHV Observasi Febris, Batuk
- COR : Apeks jantung bergeser ke laterocaudal
- Elongatio aorta disertai kalsifikasi arcus aorta
- PULMO : Corakan vasikular tampak merapat dan meningkat,
tampak bercak pada perihiler kiri dan parakardial kanan
Kesan :
- Suspect Cardiomegaly
- Elongatio aorta diserta kalsifikasi arcus aorta
- Gambaran bronkopneumonia.
18
b. Tanggal Pemeriksaan : 18 April 2019
Pemeriksaan : Elecrocardiograf (EKG)
Hasil :
- Frekuensi jantung normal ( 300/3,5 = 86 x/menit)
- Irama jantung sinus/ normal jarak segmen R- R sama
- T inverted di lead II, AVL, AVF.
- Axis : Left Axis Deviation
- Mengindikasikan old miokard infark inferior
19
c. Pemeriksaan Echokardiografi
Hasil Pemeriksaan:
- Ejeksi Fraksi : 47 %
Kesimpulan :
20
H. PROGRAM TERAPI MEDIS
Jenis Dosis Rute Indikasi & Kontra Efek
Terapi Cara Kerja Indikasi Samping
NaCl 0,9 % 8 tpm IV Sodium chloride digunakan Hamil, alergi terhadap Nacl. Detak jantung cepat
untuk mengatasi atau Demam
mencegah kehilangan sodium Gatal-gatal atau ruam
yang disebabkan dehidrasi, Suara serak
keringat berlebih, atau Iritasi
penyebab lainnya. Nyeri sendi, kaku, atau
bengkak
Kulit kemerahan
Nafas pendek atau sesak
nafas
Bengkak pada mata,
muka, bibir, tangan, atau
kaki
Dada sesak
Masalah pernafasan atau
menelan
21
telmisartan. Telmisartan Penyakit kandung empedu Diare,Infeksi paru-
berfungsi untuk Masalah pada pembuluh darah paru,Sakit tenggorokan.
mengendurkan dan Masalah pada otot atau katup Gejala seperti flu,meliputi
jantung demam dan pegal-pegal.
melebarkan pembuluh darah
Dehidrasi Rasa sakit pada perut dan
dengan cara menghambat Tekanan darah rendah otot, Sakit kepala
angiotensin-II (suatu zat alami
Kadar kalium tinggi Mual dan pusing, Sering
dalam aliran darah yang dapat Kadar sodium rendah merasa lelah
menyebabkan pembuluh Diare
darah menyempit).
V- Block 62,5 mg peroral Hipertensi esensial, Gagal Asma bronkial, PPOK disertai -
/12 jam Jantung Kongestif bronkospasme, bradikardi berat,
hipovolemik, blok AV derajat 2
dan 3, hipotensi berat, disfungsi
hati, hamil, laktasi, anak < 18
tahun. Gagal jantung
dekompensasi yang
memerlukan penunjang
inotropik IV. Hipersensitif
terhadap
Clopidogrel 75 mg / peroral Mencegah penggumpalan Penderita gangguan organ hati, Lebam dan perdarahan
24 jam darah pada penderita serangan gangguan ginjal, tukak bawah kulit
jantung, stroke iskemik lambung, dan gangguan
(akibat penyumbatan), pembekuan darah seperti Mimisan
penyakit arteri hemofilia.
Nyeri perut.
perifer, penyakit jantung
koroner, dan pemasangan Konstipasi atau diare.
ring, baik pada pembuluh
darah arteri jantung atau Gangguanpencernaan.
pembuluh darah arteri lainnya
22
Atorvastatin 20 mg/24 peroral Menjaga keseimbangan antara riwayat gangguan hati, Hidung tersumbat,Sakit
jam kolesterol baik dan jahat di gangguan ginjal, diabetes, tenggorokan ,Nyeri sendi,
dalam darah gangguan otot, serta gangguan Nyeri di bagian lengan
Menurunkan risiko penyakit kelenjar tiroid. Hipersensitif atau tungkai, Diare
jantung koroner dan stroke terhadap obat
ISDN 5 peroral Isosorbide dinitrate (ISDN) Jika Anda memiliki perdarahan Pusing,Sakit kepala,
mg/8jam adalah obat untuk di otak, tiroid overaktif, Mual, Muntah
mengatasi nyeri dada (angina) masalah jantung
(misalnya, gagal
pada orang dengan kondisi
jantung, kardiomiopati,
jantung tertentu, riwayat serangan jantung),
seperti penyakit jantung atau anemia, hamil.
koroner.
Herbesser CD 200 peroral untuk mengatasi tekanan Anda memiliki atau pernah kulit merah, ruam,
mg/24 darah tinggi dan mencegah memiliki infark miokard (MI); melepuh;
jam nyeri dada (angina). penyempitan atau penyumbatan bengkak di tangan atau
Menurunkan tekanan darah sistem pencernaan atau kondisi kaki;
tinggi dapay membantu lain yang menyebabkan Kesulitan bernapas ;
mencegah stroke, mencegagh makanan untuk bergerak Detak jantung lambat;
serangan jantung, melalui sistem pencernaan Pusing , pingsan, detak
dankomplikasi masalah Anda lebih ambat; tekanan jantung; cepat atau
ginjal. darah rendah; atau penyakit berdebar
jantung, hati, atau penyakit
ginjal.
paracetamol 500 mg/ peroral Meredakan sakit kepala, sakit Parasetamol jangan diberikan -
8 jam gigi, nyeri otot, menurunkan kepada penderita
demam yang menyertai flu & hipersensitif/alergi terhadap
paska vaksinasi Paracetamol.Penderita
gangguan fungsi hati berat.
23
Diamicron 60 mg/24 peroral Semua jenis diabetes, diabetes Meningkatkan risiko
jam dengan atau tanpa kegemukan hipoglikemia pada individu
pada orang dewasa, diabetes dengan malnutrisi, waktu
pada lanjut usia dan diabetes makan yg tdk teratur,
dengan komplikasi vaskular melewatkan jadwal makan,
ketidakseimbangan antara
olahraga dan asupan
karbohidrat, ggn tiroid,
hipopituitari dan insufisiensi
adrenal, Demam, trauma,
infeksi, atau pembedahan.
Monitor kadar glukosa darah
dan kadar hemoglobin.
Defisiensi G6PD. Hamil.
N- Asetil 200 mg/8 peroral Mengencerkan dahak memiliki riwayat asma atau Mengantuk, Mual,
Sistein jam sakit maag.Beri tahu dokter jika Muntah, Sariawan, Pilek,
sedang mengonsumsi obat- Demam
obatan lain, termasuk produk
herba dan suplemen, untuk
menghindari interaksi antar
obat atau efek samping
obat.Jika terjadi
reaksi alergi atau overdosis,
segera temui dokter.
Spironolacton 25 mg/24 peroral Tekanan darah tinggi atau Hipersensitif obat, hamil, Pusing dan sakit kepala
jam hipertensi, Edema, gangguan hati, sedan menjalani ringan, Mual dan muntah,
Hiperaldosteronisme operasi cabut gigi. Diare, Pembengkakan di
payudara, Kram pada
kaki, Impotensi.
24
Sucralfate Per peroral Sucralfate atau sukralfat penyakit gangguan pencernaan mual, muntah, dan tidak
delapan adalah obat untuk mengobati – Sucralfate dapat bereaksi enak perut
jam tukak pada usus halus. dengan makanan atau obat lain sakit perut
Sucralfate akan membentuk dan menyebabkan gangguan konstipasi, diare
lapisan pelindung pada tukak pencernaan gatal-gatal, ruam pada
untuk melindunginya dari gagal ginjal kulit
infeksi lanjutan. Lapisan susah tidur (insomnia)
pelindung ini akan membantu pening, mengantuk,
mempercepat proses sensasi berputar
penyembuhan tukak. sakit kepala
sakit tulang belakang
Lansoprazole 30 Intravena Lansoprazole adalah obat Hamil, hipersensitif obat, Pusing, bingung
mg/8jam untuk mengobati masalah menderita kadar magnesium Denyut jantung cepat atau
lambung dan esofagus. Obat rendah dalam darah atau tidak teraba
ini membantu menyembuhkan penyakit hati. Gerak otot menyentak;
kerusakan akibat asam Merasa gelisah;
lambung, baik pada perut Diare air atau berdarah
maupun Kram otot, lemah otot
kerongkongan, mencegah atau pincang
terbentuknya tukak lambung, Batuk atau tersedak; atau
dan dapat membantu Kejang
mencegah kanker esofagus.
25
Posisi semi 3x 24 jam Ketika pasien merasa sesak - Dapat memaksimalkan
fowler 45 0 ventilasi klien.
Terapi 3x 24 jam Membatasi cairan yang - Mengurangi kelebihan
manajemen dikonsumsi pasien CHF cairan yang dialami
cairan. oleh penderita CHF
Kompres air 1 x 24 jam Ketika klien demam, suhu - Menurunkan suhu yang
hangat. diatan 37,5 o C tinggi menjadi normal
36,5 – 37,5 o C.
Mengajarkan 3x 24 jam Ketika pasien merasa nyeri - Memberikan efek
teknik relaksasi dan
relaksasi napas menurunkan rasa nyeri.
dalam.
Monitor 3x 24 jam Mengetahui input dan output - Mencegah terjadinya
Balance Cairan cairan di tubuh pasien. edem bila kelebihan
cairan pada penderita
CHF.
26
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
NAMA KLIEN : Ny. S
NO.REKAM MEDIK : B377***
RUANG RAWAT : Elang I Putri
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Ketidakefekti Secret yang
- Klien mengatakan batuk dan sesak di dada. fan bersihan tertahan
- Klien mengatakatan susah mengeluarkan dahak. jalan napas
- Klien mengatakan badan lemas. (00031)
DO :
‐ klien tampak gelisah dan kesulitan tidur
‐ klien terlihat batuk
‐ terdengar suara napas tambahan ronkhi basah halus
dan wheezing saat auskultasi.
‐ RR : 31 x/menit
‐ Dyspnea
‐ Hasil foto thoraks menyatakan bronkopneumonia.
‐ Terpasang nasal kanul 3 L
2. DS : Penurunan Perubahan
- Klien mengeluh badan lemas Curah kontraktilitas
- Klien mengeluh perut sebah jantung jantung
(00029)
DO :
- HR : 105 x/menit (takikardi)
- Hasil pemeriksaan EKG ( ST depresi = infark miokard)
- Hasil foto toraks : suspect cardiomegaly, elongatio aorta
disertai kalsifikasi arcus aorta.
- JVP 5 + 2 cmh2o
- Riwayat hipertensi
- Mual dan mutah
- Asites
- Balance Cairan : + 293 cc
- Riwayat PCI 2016
- TD 110/80
- Hasil laboratorium : Trombosit = 87 10^3
- Calcium : 2.07 mg/dLSkor
- Akral ektremitas bawah dingin
27
- Klien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri (
ketergantungan berat dengan hasil 7)
- Hasil pengukuran tonus otot ekstremitas atas dan bawah
4444/4444
- 3 hari belum BAB
3. DS : Hipertermi ( Aktivitas
- Klien mengeluh seluruh badannya panas. 00007) berlebih
- Klien terlihat gelisah dan ingin turun dari kasur
DO :
- Kulit klien terasa panas.
- Klien terlihat gelisah ( skor HARS : 35, kecamasan tinggi)
- Muka klien berwarna kemerahan
- Suhu : 38,9oC
- Klien terlihat mengigau memanggil nama suami
- HR : 105 x/menit
- RR : 30/menit
4. DS : Nyeri Kronis Agen cidera
- klien mengatakan jika nyeri dibagian bawah dada (00133) Biologis
DO :
- Klien merasakan nyeri ketika duduk dan akan hilang ketika
berbaring.
o P (Provoke): Klien mengatakan nyeri dibagian bahwa
dada ( epigastric ) ketika di tekan dan hilang ketika
tidak ditekan.
o Q (Quality): Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
o R (Regio) : epigastric
o S (Scale) : Skala nyeri 2 ( dari skala 1-10 berdasarkan
Visual Analoge Scale)
o T (Time) : bila ditekan.
- Klien terlihat lemas
- RR : 30 x/ menit
28
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : Ny. S
NO.REKAM MEDIK : B377***
RUANG RAWAT : Elang I Putri
NOMOR TGL. TGL.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA DITEMUKAN TERATASI
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 00031 18 April 2019 Belum teratasi
berhubungan dengan secret yang
tertahan
2. Penurunan curah jantung berhubungan 00029 18 April 2019 Belum teratasi
dengan perubahan kontraktilitas jantung
3. Hipertermia berhubungan dengan 00007 18 April 2019 20 April 2019
aktivitas yang berlebih
4. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen 00133 18 April 2019 19 April 2019
cidera biologis
29
III. RENCANA KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : Ny.S
NO.REKAM MEDIK : B377***
RUANG RAWAT : Elang I Putri
30
Hasil foto thorak bersih tidak ada
bercak di paru kiri/kanan
18/04/ 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
2019 Manajemen Elektrolit : Hipokalsemia 1. Menjaga asupan nutrisi klien
selama 3x24 jam Penurunan curah jantung
(2006) 2. Meningkatkan kadar kalsium dalam
dapat diatasi kriteria hasil : 1. Motivasi klien dan keluarga untuk darah untuk pembentukan darah.
NOC : meningkatkan intake / asupan 3. Meningkatkan kepatuhan klien dan
nutrisi keluarga tentang manajemen obat.
Keefektifan pompa jantung 2. Kolaborasi pemberian obat 4. Mencegah terjadinya kelebihan
Status sirkulasi peningkat kadar kalsium dan volume cairan yang lebih parah
trombosit 5. Mengeluarkan cairan berlebih yang
3. Motivasi klien untuk patuh tertahan di interstitial tubuh pasien.
Tingkat kecemasan klien menurun meminum obat. 6. Meningkatkan pengetahuan keluarga
Nadi klien dalam batas normal ( 60- Manajemen Cairan (4120) dan klien.
100 x.menit )
4. Monitor balance cairan 7. Mengetahui kondisi klien.
Tekanan darah dalam batas normal (
5. Kolaborasi pemberian obat 8. Mengetahui kondisi jantung klien .
120/80 x/menit)
antidiuretic ( spinorolacton)
Jumlah kalsium dan trombosit dalam
6. Edukasi keluarga dan klien
batas normal
tentang pembatasan cairan bagi
Klien tidak mengalami asites
penderita CHF
Nafsu makan klien meningkat (
7. Monitor TTV
tidak mual, mutah)
Manajemen Hemodinamik
Tidak terdapat asites ( pembesaran
1. Monitor Irama, bunyi dan
perut )
sirlukasi jantung.
Peningkatan tonus otot
Perawatan Jantung : Rehabilitatif ( 4046)
1. Monitor toleransi pasien terhadap 1. Mengetahui aktivitas yang mencetus
31
2. Edukasi klien dan keluarga aktivitas 2. Keluarga dan pasien mengetahui
yang boleh dan tidak boleh dilakukan aktivitas yng boleh dilakukan setelah
pasien jantung. pulang dari rumah sakit.
3. Ajarkan klien dan keluarga untuk 3. Meningkatkan tonus otot dan
melakukan aktivitas secara mandiri. menurunkan tingkat ketrgantungan klien.
4. Kolaborasi farmakologi pemberian
obat.
18/04/ 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Perawatan Demam (3740) 1. Mengetahui kondisi umum klien
2019 3 x 24 jam diharapkan masalah Hipertermia 1. Memonitor tanda – tanda vital dan 2. membuat pasien dalam kondisi bersih, segar
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : warna kulit. dan mengurangi panas tubuh.
NOC : Termoregulasi 2. Memandikan klien menggunakan air 3. menurunkan panas klien sebelum
Suhu dalam batas normal ( 36,5 – 37,5 hangat. penggunaan obat antipiretik.
o Ajarkan kompres air hangat pada 4. menurunkan panas klien.
C) 3.
Klien dapat tidur dengan tenang keluarga klien. 5. klien mampu tidur dengan nyenya tanpa
4. Kolaborasi pemberian antipiretik ( gangguan.
paracetamol)
Manajemen Lingkungan ( 6480)
1. Menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi klien.
18/04/ 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pain Management 1400
2019 3 x 24 jam diharapkan masalah nyeri klien dapat 1. Monitor kesadaran klien dan ukur 1.Mengetahui adanya perubahan kondisi klien
TTV
teratasi dengan kriteria hasil: 2.Mengetahui perkembangan pemberian
2. Moniotor Nyeri
NOC : terapi ( evaluasi )
32
Nyeri klien berkurang skala 2 3. Ajarkan penggunaan teknik non 3.Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
menjadi 0 farmakologi (relaksasi nafas dalam ) 4.Meningkatkan pengetahuan keluarga dank
4. Edukasi mengenai penyebab nyeri,
Klien tidak merasa lemas tanda gejala dan pengobatan.
klien cara penanganan ketika nyeri timmbul.
Respiratory rate klien dalam
batas normal ( 16 – 20 x/ menit)
33
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN CATATAN TINDAKAN
NAMA KLIEN : Ny. S
NO.REKAM MEDIK : B377***
RUANG RAWAT : Elang I Putri
Kamis, 1,2, 15.00 Memonitor KU dan mengukur tanda S : klien mengeluh sesak dan badan panas. ririn
18/04/ 2019 3,4 -tanda vital O : KU : composmentis
TD : 120/80 mmHg
Frek. Nadi : 107 x/mnt
RR : 30 x/mnt
Suhu : 38,90C
Nyeri : skala 2
1,4 15. 10 Memposisikan semi fowler dan S : klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi fowler
mengajarkan relaksasi napas dalam O : RR : 29 x/menit
Nyeri : skala 2
1 15.15 Pemasangan nasal kanul 3 liter S : klien merasa sesaknya agak berkurang
O : klien terlihat gelisah dan batuk.
1,2, 17.30 Mengkolaborasikan pemberian S : keluarga klien mengatakan klien hanya makan sedikit dan tidak mau
3, terapi farmakologi ( V- Block, minum obat
Lansoprazole, paracetamol) dan O :klien terlihat lemas.
memotivasi klien untuk mencukupi
asupan nutrisi.
34
1,2, 17.35 Memotivasi klien untuk patuh S : Klien mengatakan nanti akan diminum
3 meminum obat (V- Block, O : obat belum diminum
Lansoprazole, paracetamol)
4,3 20.00 Menciptakan lingkungan yang S : -
nyaman bagi klien O : klien mengigau dan gelisah.
1 15.15 Pemasangan nasal kanul 3 liter dan S : klien merasa sesaknya agak berkurang
mengajarkan teknik batuk efektif O : klien terlihat gelisah dan keluar sputum.
35
1,2, 17.30 Mengkolaborasikan pemberian S : keluarga klien mengatakan klien mau mkan namun sedikit dan mau
3 terapi farmakologi (V- Block, minum obat
Lansoprazole, paracetamol) dan O :klien terlihat lemas.
memotivasi klien untuk mencukupi
asupan nutrisi.
1,2, 17.35 Mengedukasi klien dan keluarga S : keluarga klien megatakan akan melaksanakan anjuran pembatasan
3 mengenai pembatasan cairan dan aktivitas dan cairan
aktivitas O : keluarga kooperatif
4 20.00 Menciptakan lingkungan yang S:-
nyaman bagi klien O : klien terlihat dapat tidur nyenyak.
1 15. 10 Memposisikan semi fowler S : klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi fowler
O : RR : 26 x/menit
1 15.15 Pemasangan nasal kanul 3 liter S : klien merasa sesaknya agak berkurang
O : klien terlihat gelisah dan batuk.
36
3 17.00 Mengajarkan kompres air hangat S : klien mengatakan badan panas
dan memandikan klien. O : klien terlihat lebih tenang
1,2, 17.30 Mengkolaborasikan pemberian S : keluarga klien mengatakan klien hanya makan sedikit dan mau
3 terapi farmakologi dan memotivasi minum obat
klien untuk mencukupi asupan O :klien terlihat lemas.
nutrisi.
1,2, 17.35 Memotivasi klien untuk patuh S : Klien mengatakan nanti akan diminum
3 meminum obat O : obat belum diminum
37
V. EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA KLIEN : Ny.S
NO.REKAM MEDIK : B377***
RUANG RAWAT : Elang Putri I
38
Frek. Nadi : 100 x/mnt
RR : 29 x/mnt
Suhu : 37, 2 oC
Balance cairan : + 293 cc
Hasil foto toraks : suspect cardiomegaly, elongatio aorta disertai kalsifikasi arcus aorta.
JVP 5 + 2 cmh2o
Riwayat hipertensi
Mual dan mutah
Asites
Riwayat PCI 2016
Hasil laboratorium : Trombosit = 87 10^3
Calcium : 2.07 mg/dLSkor
Klien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( ketergantungan berat dengan hasil 7)
Klien terlihat lemas
Hasil pengukuran tonus otot ekstremitas atas dan bawah 4444/4444
39
3 21.00 S : klien mengeluh badannya panas dan merasakan gerah. ririn
Klien mengatakan sulit tidur
O:
TD : 130/80 mmHg
Frek. Nadi : 100 x/mnt
RR : 29 x/mnt
Suhu : 37, 2 oC
Kulit klien terasa panas.
Klien terlihat gelisah ( skor HARS : 35, kecamasan tinggi)
Muka klien berwarna kemerahan
40
S (Scale) : Skala nyeri 2 ( dari skala 1-10 berdasarkan Visual Analoge Scale)
T (Time) : bila ditekan.
41
Frek. Nadi : 99 x/mnt
RR : 27 x/mnt
Suhu : 37, 5 oC
Balance cairan : + 193 cc
Hasil foto toraks : suspect cardiomegaly, elongatio aorta disertai kalsifikasi arcus aorta.
JVP 5 + 2 cmh2o
Riwayat hipertensi
Mual dan mutah
Asites
Riwayat PCI 2016
Hasil laboratorium : Trombosit = 87 10^3
Calcium : 2.07 mg/dLSkor
Hasil lab tgl 19/04/19 Trigliserid 331, HDL : 17 Na : 133
Klien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( ketergantungan berat dengan hasil 7)
Klien terlihat lemas
Hasil pengukuran tonus otot ekstremitas atas dan bawah 4444/4444
42
Klien mengatakan sulit tidur
O :
TD : 120/70 mmHg
Frek. Nadi : 99 x/mnt
RR : 27 x/mnt
Suhu : 37, 5 oC
Kulit klien terasa panas.
Klien terlihat gelisah ( skor HARS : 35, kecamasan tinggi)
Muka klien berwarna kemerahan
43
T (Time) :-
Sabtu, 1 21.00 S : klien mengatakan dada masih sesak, batuk dahak bisa keluar. Ririn
20/04 klien dan keluarga mengatakan diberika obat untuk mengeluarkan dahak dan diajarkan napas dalam .
2019 O:
TD : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 94 x/mnt
RR : 26 x/mnt
Suhu : 36, 5 oC
klien tampak gelisah dan kesulitan tidur
klien terlihat batuk
terdengar suara napas tambahan ronkhi basah halus dan wheezing saat auskultasi.
Hasil foto thoraks menyatakan bronkopneumonia.
Terpasang nasal kanul 3 L
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Mengukur TTV klien
Kolaborasi pemberian terapi farmakologi yang sesuai dengan rute pemberian dan dosis.
Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
2 21.00 S : klien mengatakan mual, makan tidak habis, keluarga klien mengatakan klien sudah lumayan tidak gelisah. Ririn
O:
TD : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 94 x/mnt
RR : 26 x/mnt
Suhu : 36, 5 oC
44
Hasil foto toraks : suspect cardiomegaly, elongatio aorta disertai kalsifikasi arcus aorta.
JVP 5 + 2 cmh2o
Riwayat hipertensi
Mual dan mutah
Asites
Balance Cairan : + 100 cc
Riwayat PCI 2016
Hasil laboratorium : Trombosit = 87 10^3
Calcium : 2.07 mg/dLSkor
Hasil lab tgl 19/04/19 Trigliserid 331, HDL : 17 Na : 133
Klien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( ketergantungan berat dengan hasil 7)
Klien terlihat lemas
Hasil pengukuran tonus otot ekstremitas atas dan bawah 4444/4444
45
TD : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 94 x/mnt
RR : 26 x/mnt
Suhu : 36, 5 oC
Kulit klien terasa hangat.
Klien terlihat gelisah ( skor HARS : 35, kecamasan tinggi)
Muka klien tidak berwarna kemerahan
46
VI. PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian
Ketika dilakukan pengkajian Keluarga klien mengatakan Klien pernah menjalani
pemasangan ring jantung sebanyak 3 kali tahun 2016 secara bertahap dan dengan selang
waktu 1 tahun pemasangan. Klien selalu rutin menjalani control sebulan sekali dirumah
sakit Kariadi, sebelumnya Ny.S telah dirawat di Rumah Sakit Muhamadiyah Semarang
selama seminggu dengan keluhan sesak dan badan lemas, sesak dirasakan ketika klien
beraktivitas dan berkurang ketika istirahat serta keluarga klien mengatakan Ny.S
mengalami penurunan nafsu makan, mual dan mutah, kemudian tanggal 17 April
keluarga klien mengatakan Ny.S kondisinya tidak ada perubahan dan ditambah demam
serta mengingau sehingga dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Ny.S langsung dibawa ke IGD
pukul 15.30 WIB untuk memperoleh penanganan berupa pemasangan infus Nacl 0.9%
dengan 8 tmp, injeksi ranitidine, injeksi Ampicilin 1,5 gr / 8 jam ( skin test), obat per oral
diantaranya : V Blok 25 mg/ 12 jam, clopidorel 75 mg/24 jam, Atorvastatin 20 mg/ 24
jam, ISDN 5 mg/ 8 Jam, Herbesser CD 200 mg/ 24 jam, Paracetamol 500 mg/ 8 jam, N
Aseli Sistein 200 mg/ 8 jam. Setelah itu Ny. S langsung ditempatkan di ruang Elang I
Putri pada jam 23. 45 WIB. Hasil pengkajian tanggal 18 April 2019 menunjukan TD :
110/80 , HR : 105, RR : 30x/menit, suhu : 38.9 celcius, klien mengatakan merasa nyeri
dibagian bawah dada (epigastric), Ny.S mengeluh sesak dan panas badannya. Ny.S
terlihat gelisah dan kesulitan untuk tidur.
47
C. Tindakan Keperawatan Yang Direncanakan dan Diberikan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekret yang
tertahan.
Merupakan kondisi ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obtruksi dari
saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. ( Nanda, 2018 )
Berdasarkan intervensi sesuai dengan NIC, intervensi yang dapat diberikan untuk
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan management batuk.
Intervensi mandiri yang dapat dilakukan klien pada saat sedang ingin mengeluarkan
dahak berupa melakukan teknik batuk secara efektif yang di kombinasikan dengan
fisioterapi dada serta relaksasi napas dalam. Pengeluaran sekret yang tidak lancar
akibat ketidakefekifan jalan nafas adalah penderita mengalami kesulitan bernafas dan
gangguan pertukaran gas didalam paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis,
kelelahan, apatis serta merasa lemah. Dengan tahap selanjutnya akan mengalami
penyempitan jalan nafas sehingga terjadi kelengketan jalan nafas, untuk itu perlu
bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga dapat bersihan jalan nafas
kembali efektif
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal dengan tujuan menghilangkan ekspansi, mobilisasi sekresi, mencegah efek
samping dari retensi ke sekresi.(Permatasari, Sudayanti, & Metrikayanto, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Yosef Agung tahun 2011 diperoleh hasil bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi batuk efektif kepada pasien
dengan penyakit Bronkopneumonia, efusi pleura, bronchitis, asma bronchial (p =
0,003). Batuk efektif sangat penting dilakukan untuk menghilangkan sumbatan pada
jalan pernapasan dan untuk membersihkan paru-paru.(Yosef Agung Haryono, 2011).
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Isnu Fauzi tahun 2014 terhadap pasien ISPA
di puskesmas Rowosari menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan terapi batuk efektif yang dikombinasikan dengan fisioterapi dada terhadap
pasien penderita ISPA(Fauzi, Nuraeni, & Solechan, 2014) . Prosedur Batuk efektif
yang benar pertama yang dilakukan duduk agak condong kedepan kemudian tarik
48
nafas dalam dua kali lewat hidung keluarkan lewat mulut kemudian nafas yang ketiga
ditahan 3 detik dan batukan 2 sampai 3 kali batukkan dan sebelum batuk efektif
dianjurkan minum air hangat yang bertujuan agar sputum yangtertahan dapat menjadi
encer dan mudah untuk dikeluarkan.(Alie, 2013)
Menurut penelitian yang dilakuakn Lusianah tahun 2012 mengartikan
Fisioterapi dada sebagai tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan mencegah
akumulasi sekresi paru yang dilakukan dengan cara postural drainase,
cllaping/perkusi, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.
Andarmoyo 2012 menyampaikan bahwa waktu yang optimal untuk melakukan teknik
ini adalah sebelum makan dan menjelang tidur.
Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif yang
dikombinasikan dengan fisioterapi dada, batuk dan dahak klien dapat keluar dan
respiratory rate klien menurun dari 32 x/menit menjadi 26 x/menit setelah dilakukan
intervensi selama 3x 24 jam dengan durasi 5-10 menit dilakukan ketika klien merasa
ingin batuk, ketidakefektifan bersihan jalan napas belum teratasi karena klien masih
merasakan sesak dan batuk namun sudah bisa mengeluarkan dahak dengan dibantu
terapi farmakologi.
49
cairan tubuh, pembatasan asupan air dan natrium, dan pemberian diuretic.(Imaligy,
2014)
Pada klien gagal jantung, terjadinya penimbunan darah di paru. Penimbunan ini
menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru sehingga
oksigenasi darah di paru berkurang dan terjadi peningkatan CO2 pembentukan asam
di dalam darah. Selain itu, salah satu konsekuensi serius dari gagal jantung khususnya
kiri adalah kurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini menimbulkan reaksi ginjal untuk
meretensi air dan Na. Oleh karena itu pada gagal jantung terjadi hipervolemi dan juga
Edema (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Oleh karena pada klien CHF terjadi peningkatan cairan, maka kebutuhan cairan
pada klien CHF harus dikurangi dari kebutuhan normal. Kebutuhan cairan per hari
pada klien CHF dapat dihitung dengan rumus BB x 25 ml/Kg. selain itu juga
melakukan perhitungan balance cairan agar mampu memantau pengeluaran dan
pemasukan cairan sehingga mampu mengevaluasi apakah pembatasan cairan sudah
berjalan dengan baik atau perlu ada peningkatan. Air metabolism diperlukan untuk
melihat kemampuan tubuh mengeluarkan CO2. Dalam hal ini, karena klien juga
mengalami hipervolemi maka diharapkan IWL dapat mencapai 40ml/jam dimana
dalam keadaan normal hanya mencapai sekitar 300-400 ml/hari. Jadi rumus
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran tersebut dapat digunakan untuk
pemantauan cairan dan kebutuhan cairan pada klien CHF. Penambahan terapi
farmakologi diuretic dapat dikombinasikan untuk mempercepat pengeluaran cairan
dari dalam tubuh.(Austaryani, 2012)
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3 x 24 jam diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung belum teratasi sepenuhnya ditandai dengan adayan
penurunan hasil perhitungan balance cairan dari + 293 menjadi + 93, namun untuk
aspek yang lain klien masih lemas dan mual dan nafsu makan masih menurun.
Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien telah berdasarkan dengan
NIC, yaitu dengan memberikan terapi pembatasan aktivitas.
Proses perjalanan penyakit gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat
kelanjutan dari gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi
penimbunan darah dalam ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan.
50
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan
bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan
pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure
dalam sistem sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung yang pada
kegagalan jantung adalah upaya tubuh mempertahankan peredaran darah dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi
pada gagal jantung ialah dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang
simpatis berupa takikardia, vasiokonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin
plasma, retensi garam, cairan badan, dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh jaringan.
Apabila jantung bagian kanan dan kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat
gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala
gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif. Gejala yang muncul adalah nyeri, sesak nafas, dan intoleransi
(Aspiani, 2015).
Intoleransi aktivitas adalah ketika mereka melakukan suatu gerakan. Bagi orang
normal, berjalan dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang
mengalami intoleransi, bergerak atau berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-
engah. Sudah kelelahan. Karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang
cukup untuk bergerak. Jadi, apapun penyakit yang membuat
terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dengan kata lain mengganggu
pembentukan energi dalam tubuh, dapat menimbulkan respon tubuh berupa
intoleransi aktifitas .Jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh,
apabila jantung mengalami gangguan, maka darah yang membawa O2 dan nutrisi
menjadi berkurang jumlahnya sehingga produksi energy menjadi
berkurang.(Prihanto, Robert, 2007) .
Maka pembatasan aktivitas dengan melakukan aktivitas ringan seperti duduk,
berdiri, jalan ringan, menggerakkan anggota gerak atas dan bawah bagi pasien
penyakit jantung sangat penting guna menjaga supply oksigen yang mengalir
keseluruh tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Halimudin menyatakan bahwa
terdapat pengaruh pemberian terapi aktivitas ringan bagi pasien gagal jantung pada
tekanan darah dan tonus otot pasien. (Halimuddin, n.d.)
51
Setelah dilakukan edukasi pembatasan aktivitas klien dievaluasi terkait sesak
napas dan tonus otot. Pasien masih dibatu nasal kanul 3 liter dan tonus otot tetap
4444/4444 ektremitas atas dan bawah.
3. Hipertermi berhubungan dengan aktivitas berlebih
Intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan NIC adalah mengajarkan
kompres air hangat. Kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi
hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas,
akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat
pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori
kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi
perubahan suhu tubuh. (Surakarta & Ambarwati, 2008)
Menurut Swardana, Swasri, Suryaning (1998) mengatakan bahwa menggunakan
air dapat memelihara suhu tubuh sesuai dengan fluktuasi suhu tubuh pasien. Kompres
hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Hasil penelitiaannya
menunjukkan adanya perbedan efektifitas kompres dingin dan kompres hangat dalam
menurunkan suhu tubuh. Kompress hangat telah diketahui mempunyai manfaat yang
baik dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami panas tinggi di Rumah
Sakit karena menderita berbagai penyakit infeksi. Penelitian lainnya yang mendukung
adalah Hasil penelitian Tri Redjeki (2002), di rumah sakit umum Tidar Magelang
mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan suhu tunuh
dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi pembuluh
darah, pasien menjadi menggigil.
Penelitian yang dilakukan oleh Yohmi tahun 2008 memberikan kompres di area
dahi karena dahi merupakan daerah yang cukup luas dilakukannya kompres sehingga
penguapan suhu panas pada tubuh lebih cepat terjadi. Turunnya suhu tubuh di
permukaan tubuh ini terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapnya air
pada kain kompres.(Hartini & Pertiwi, 2015). Penelitian pendukung yang dilakukan
Fatmawati di RSUD Gorontalo menyatakan bahwa terdaapt pengaruh penurunan
demam saat pemberian terapi kompres air hangat.(Mohamad, 2013)
52
Setelah diberikan intervensi selama 2 x 24 jam diperoleh hasil suhu klien turun
dari 38.9 derajat celcius menjadi 36.6 derajat celcius dalam waktu 2 hari berturut –
turut. Penambahan paraceramol sebagai antipiretik juga membantu mempercepat
penurunan panas klien, sehingga masalah hipertermia dapat teratasi.
D. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan menggunakan terapi
batuk efektif yag dikombinasikan dengan napas dalam dan fisioterapi dada diperoleh
hasil sputum dapat keluar namun masuh ada secret yang tertahan dan Respiratory
Rate menurun dari 32 x/menit menajdi 26x/menit. Masalah keperawatan Penurunan
curah jantung dengan terapi manajemen cairan dan nutrisi diperoleh hasil penurunan
balance cairan dari + 293 menjadi +93. Masalah keperawatan intoleransi aktivitas
dengan intervensi pembatsan aktivitas diperoleh hasil belum ada perbedaan antara
sesak napas dan tonus otot, pasien tetap dibantu oleh keluarga. Dan masalah
keperawatan hipertermia dengan intervensi kompres air hangat dapat memberikan
efek menurunkan panas dari 38,9 derajat celcius turun menjadi 36,6 derajat Celcius
dan masalah teratasi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Alie, Y. (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien
Tuberkulosis Di Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang Cough Efective To Exit
Sputum At Patien Tuberkulosis At Peterongan Health Primery Jombang Program S1
Keperawatan Stikes Pemkab Jombang 2, 15–21.
Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn.J Dengan Congestive Heart Failure
(Chf) Di Ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (Icvcu) Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1–10.
Fauzi, I., Nuraeni, A., & Solechan, A. (2014). Pengaruh Batuk Efektif Dengan Fisioterapi Dada
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Usia 3-5 Tahun Dengan Ispa Di Puskesmas
Wirosari 1, (Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang: Jurnal
Keperawatan Dan Kebidanan (Jikk).), 1–9.
Halimuddin. (N.D.). Pengaruh Model Aktivitas Dan Latihan Intensitas Ringan Klien Gagal
Jantung Terhadap Tekanan Darah. Idea Nursing Journal, (Pengaruh Model Aktivitas Dan
Latihan Intensitas Ringan Klien Gagal Jantung Terhadap Tekanan Darah), 93–104.
Hartini, S., & Pertiwi, P. P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak Demam Usia 1-3 Tahun Di Smc Rs Telogorejo Semarang. Karya Ilmiah S. 1
Ilmu Keperawatan.
Imaligy, U. E. (2014). Gagal Jantung Pada Geriatri. Cdk-212, 4(1), 19–24.
Mohamad, F. (2013). Ekektifitas Kompres Air Hangat Menurunkan Demam Pada Pasien
Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lantai W Rsdu Prof Dr.H.Aloei Sboe Kota Gorontalo.
Poltekkes Kemenkes Gorontalo, 1–7.
Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan Cardiomegali
Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal E-Clinic, 4(1), 296–301.
Permatasari, A. N., Sudayanti, N. L. P. E., & Metrikayanto, W. D. (2018). Pemberian Nafas
Dalam, Batuk Efektif Dan Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (Ispa). Journal Of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan), 3(2), 64.
Https://Doi.Org/10.31290/Jkt.V(3)I(2)Y(2017).Page:64-69
Surakarta, R. M., & Ambarwati, W. N. (2008). Pengaruh Kompres Hangat Terrhadap Perubahan
Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia. Berita Ilmu Keperawatan, 1(2), 81–86.
54
Yosef Agung Haryono. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis
Kediri. Stikes Rs. Baptis Kediri, 4(2), 135–142.
Prihanto, Robert, 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EKG
55