Anda di halaman 1dari 9

Epidemiologi

Apendisitis adalah penyebab terbanyak nyeri abdomen akut dengan risiko 8,6% terjadi pada laki-laki
dan 6,7% terjadi pada perempuan. Apendisitis juga merupakan penyebab pembedahan non-
obstetrik selama kehamilan dengan insidensi 6,3/10.000 kehamilan saat periode antepartum dan
meningkat menjadi 9,9/10.000. Lebih dari 300.000 apendiktomi dilakukan setiap tahunnya di US dan
10% dari hasilnya adalah mengambil organ apendiks normal.

Apendisitis terjadi karena obstruksi lumen yang disebabkan oleh erbagai etiologi yang menyebabkan
peningkatan produksi mukus dan penimbunan bakteri. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
dinding usus, nekrosis, dan berpotensi mengalami perforasi.

Gejala dan Tanda

Diagnosis yang akurat dan efisien pada apendisitis akut dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
dari perforasi dan komplikasi yang lain. Gejala dan tanda dari individu sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis. Variasi lokasi dari apendiks menyebabkan variasai dari gejala klinis yang ada
yang dapat membuat diagnosis lebih susah, terutama pada wanita hamil.

Tabel 1 menunjukkan perbandingan dari beberapa gejala dan tanda pada anak dan dewasa ayng
mengalami apendisitis akut. Gejala dan tanda yang palingsering ditemukan pada orang dewasa yang
mengalami apendisitis akut adalah nyeri kuadran kanan bawah, kekakuan pada perut, dan
penjalaran nyeri dari periumbilikal menuju kuadran kanan bawah. Pada anak terjadi penurunan atau
hilangnya bising usus, psoas sign positif, obturator sign positif, dan rovsign sign positif adalag tanda
dari apendisitis akut.

Tabel 1. Akurasi dari Riwayat dan Pemeriksaan Fisik dalam Diagnosis Apendisitis Akut
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik spesifik untuk apendisitis akut adalah psoas sign, obturator sign, rovsign sign.
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan cara untuk melakukan psoas sign dan obturator sign yang
secara signifikan ada pada anak dengan apendisitis
Gambar 1. Psoas Sign
Gambar 1. Obturator Sign

Pengambilan Keputusan Klinis

Pengambilan keputusan klinis didasarkan dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium (tabel 2). Beberapa skrining awal telah dikembangkan untuk mengelompokkan
pasienpada risiko rendah, sedang, dan tinggi. Selain itu, skrining awal digunakan untuk strategi
tatalaksana berikutnya.
Tabel 2. Alat Skrining untuk Diagnosis dan Evaluasi Suspect Apendisitis

Skor Alvarado terdiri dari 8 item yang memiliki 10 poin biasanya digunakan untuk skrining pasien
dewasa dan anak. Alat skoring yang lain, The Pediatric Appendicitis Score memiliki kesamaan dalam
kategori temuan klinis dan lebih relevan pada pasien anak. Pada skoring ini terdapat item nyeri
kuadran kanan bawah dengan batuk, lompat, atau perkusi. Beberapa penelitian membandingkan
The Pediatric Appendicitis Score dengan Skor Alvarado yang digunakan untuk mendeteksi apendisitis
akut pada anak (tabel 3)

Alat terbaru dalam skrining anak adalah Appendicitis Inflamatory Response Score. Alat skrining ini
memiliki item dan gejala demam dan biomarkeer inflamasi (C-reactive protein), serta memiliki
berbagai tingkatan rebound pain, leukositosis, CRP, dan polimorfonukleosit. Ketika Appendicitis
Inflamatory Response Score dievaluasi di pasien dewasa dan anak memiliki likehood ratio untuk
risiko tinggi, sedang, dan rendah masing – masing 13, 1.7, dan 0,1. Prevalensi dari appendisitis akut
pada penelitian ini adalah 37% dan likehood ratio dari appendisitis dari risiko tinggi, sedang, dan
rendah adalah 885, 50%, dan 5%.

Tabel 3. Perbandingan Skrining Menggunakan Skor Alvarado dan Pediatric Appendicitis


Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksana leukosit dan biomarker inflamasi kurang akurat untuk mendiaknosis apendisitis akut.
Pemeriksaan laboratorium sangan membantu ketika dikombinasikan dengan gejala dan tanda klinis,
atau dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologi untuk evaluasi. Penelitian pada 845 orang
menyebutkan bahwa pada kadar leukosit < 10.000/uL pasien masih memiliki apendisitis akut.
Namun, jika pasien diperiksa dengan USG tidak ditemukan kelainan, leukosit < 9.000/uL, sel
polimorfonuklear <65% menunjukkan bahwa prediksi negatif dari appendisitis.

Penggunaan biomarker lain juga dapat dipertimbangkan untuk mendiagnosis apendisitis akut.
Akurasi dari biomarker procalcitonin, calprotein, CRP, dan APPY1 terdapat dalam tabel 4. Pada anak,
APPY1 memiliki sensitivitas 98% dan meningkat menjadi 99% jika dikombinasikan dengan USG.
Sedangkan spesifikasi APPY1 bervariasi antara 35% sampai 44% (tabel 4)
Tabel 4. Akurasi Nilai Laboratorium dalam mengevaluasi Suspect Apendisitis Akut

Radiologi

USG dan MRI adalah modalitas yang digunakan untuk mengevaluasi orang dengan apendisitis akut.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih modalitas diagnosis pasien apendisitis adalah
keberadaan radiografer yang berpengalaman, potensi terpapar, harga, lama mengindap di IGD, dan
akurasi diagnostik (tabel 5). Meskipun CT-Scan paling sering digunakan untuk mengevaluasi
apendisitis akut tetapi para dokter menganjurkan USG untuk kasus anak dan wanita hamil. Pasien
obesitas cenderung menggunakan CT-scan karena USG tidak bisa mendiagnosisnya.

Penggunaan USG yang dikombinasikan dengan The Pediatric Appendicitis Score dapat menurunkan
penggunaan CT-Scan. Namun, karena USG memiliki sensitivitas yang rendah rendah maka terdapat
beberapa pasien yang berpotensi tidak terdiagnosis dan mengalami komplikasi.
Tabel 5. Perbandingan modalitas pemeriksaan radiologi dalam mengevaluasi
suspect apendisitis akut

Tatalaksana

Manajemen Nyeri

Pasein dengan panedisitis akut dapat diberikan opioid tapi beberapa penelitian menyebutkan bahwa
pasien yang diberikan opioid tidak dapat menunda pengerjaan operasi. Penggunaan acetaminophen
dan NSAID juga dapat digunakan untuk pasien ini terutama pada pasien anak dan alergi opioid.

Operasi

Apendiktomi via open laparotomi melalui insisi kuadran kanan bawah atau via laparoskopi adalah
tatalaksana standar untuk apendisitis akut. Penelitian meta-analisa mengevaluasi hasil dari open dan
laparoskopi apendiktomi pada anak dan dewasa. Dibandingkan dengan open laparopomi,
laparoskopik apendiktomi menghasilkan insiden infeksi luka lebih rendah, MRS lebih cepa, dan
pasien lebih cepat untuk beraktivitas kembali.

Terapi Antibiotik

Beberapa evidencemenunjukkan bahawa penggunaan antibiotik dapat diberikan sebagai lini


pertama dan terapi tunggal pada pasien apendisitis akut tanpa komplikasi. Penelitian meta-analisa
dari lima randomized controlled trial menunjukkan bahwa pemberian antibiotik dapat menurunkan
risiko komplikasi. Namun, penggunaan antibiotik sebagai terapi pada apendisitis harus dengna
pertimbangan dokter bedah sebagai pengambilan keputusan operasi. Pada gambar 3 terdapat
algoritma pasien apendisitis akut pada layanan primer.

Komplikasi

Perforasi adalah komplikasi tersering dari apendisitis akut dan menyebabkan abses, peritonitis, ileus
obstruksi, dan sepsis. Jumlah perfotasi pada pasien dewasa berkisar antara 17% sampai 32% dengna
peningkatan penggunaan radiologi, peningkatan lama MRS, dan perpanjangan pemberian antibiotik,
serta perburukan komplikasi post operasi.

Faktor risiko dari perforasi adalah usia tua, terdapat penyakit komorbid, jenis kelamin laki-laki.
Faktor risiko lain adalah demam, muntah, pemanjangan durasi dari gejala, peningkatan CRP,
leukosit. Selain itu, pada pemeriksaan USG ditemukan cairan bebas di abdomen dengan diameter
apendiks 11mm atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai