Anda di halaman 1dari 4

Keragaman genetik terdiri atas ragam genetik aditif, dominan, dan epistasis.

Ragam
genetik aditif adalah ragam genetik yang menyebabkan terjadinya kesamaan sifat di
antara tetua dan turunannya. Fenotipe pada aksi gen aditif disebabkan penjumlahan
dari masing-masing alel tanpa interaksi dengan alel lain (interaksi alelik atau non
alelik), sedangkan pada aksi gen epistasis, fenotipe ditentukan oleh interaksi alel-alel
dari lokus yang berbeda.

Arvita Netti Sihaloho, Trikoesoemaningtyas, Didy Sopandie, dan Desta


Wirnas.2015.Identifikasi Aksi Gen Epistasis pada Toleransi Kedelai terhadap
Cekaman Aluminium.jurnal agronomi Indonesia vol 43 No 1

ada tiga faktor yang mempengaruhi produksi warna pada aleuron bulir jagung.
Faktor utama yaitu gen C penting dalam menghasilkan warna bulir, faktor penentu
warna merah yaitu gen R dimana adanya interaksi dengan gen C akan menghasilkan
bulir warna merah dan faktor penentu warna ungu yaitu gen Pr. Warna ungu akan
terlihat pada bulir jagung saat terdapat gen C dan R.Genotipe warna ungu dan merah
yang seharusnya ada pada bulir jagung adalah Pr/-, C1/-, R1/-, dan pr/pr, C1/-, R1/-.
Bulir jagung tampak tak berwarna dengan adanya alel c1/c1 atau r1/r1. Gen-gen
tersebut adalah gen Pr, C, R dan Y yang oleh ahli genetika jagung disebut sebagai
color gene. Untuk aleuron yang berwarna, alel C dan R harus hadir. Alel homozigot
resesif (c/c atau r/r) mengganggu produksi antosianin dan menghasil- kan aleuron
yang tak berwarna. Alel CI (C1-I) menghambat produksi antosianin, sehingga meng-
hasilkan aleuron yang tak berwarna. Gen C dan R terletak pada kromosom yang
terpisah dan ber- segregasi secara bebas. Alel Pr berinteraksi de- ngan alel C dan R
untuk menghasilkan aleuron ungu. Kondisi homozigot resesif (pr/pr) berinteraksi
dengan alel C dan R menghasilkan aleuron merah. Semua kombinasi faktor di luar
interaksi dengan C dan R menyebabkan aleuron tidak sehingga warna bulir yang
tampak berasal dari adanya gen Y atau y yaitu berwarna kuning atau putih).
Perbedaan warna yang terlihat pada bulir jagung disebabkan karena adanya interaksi
antara gen struktural (Pr/pr dan Y/y) dengan gen regulator (C/c dan R/r).
Yefta Pamandungan, Aziz Purwantoro dan Panjisakti Basunanda.2015.Prediksi Genotipe
Tetua Jagung Berbulir Ungu Berdasarkan Kesesuaian Nisbah Harapan Pada Bulir S1 Dan
S2.Jurnal Eugenia Volume 18 No. 3

Rasio segregasi yang diuji dengan Khi-Kuadrat menunjukkan tidak berbeda nyata dengan
rasio harapan yaitu 13:3 untuk kelas toleran : peka. .Rasio segregasi demikian menunjukkan
bahwa pola dikendalikan oleh dua gen yang diduga bekerja secara dominan dan resesif
epistasis. Interaksi antar lokus atau interaksi non alelik pada rasio 13:3 menggambarkan
bahwa pemunculan sifat dominan pada satu lokus terhambat oleh kehadiran alel resesif
pada lokus lain dan sebaliknya. Uji Khi-Kuadrat dihasilkan pula segregasi rasio yang lebih
mendekati harapan Mendel yaitu 3:1. Dengan demikian sifat toleransi dikendalikan oleh
satu pasang gen yang bekerja secara dominan penuh.

Titin Handayani, Sarsidi Sastrosumarjo, Didy Sopandie, Suharsono, Asep


Setiawan.2014. Analisis Marka Morfologi Dan Molekuler Sifat Ketahanan Kedelai
Terhadap Intensitas Cahaya Rendah.Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia Vol 8, No 1

Asumsi yang digunakan adalah: jika sebaran populasi F2 dua puncak maka
kemungkinanya 3:1 (dominan sempurna), 9:7 (epistasis duplikat resesif), 15:1
(epistasis duplikat dominan). Jika sebaran dengan tiga puncak maka kemungkinan
rasionya 1:2:1 (dominan tidak sempurna), 9:3:4 (epistasisresesif), 9:6:1 (efek duplikat
kumulatif), 12:3:1 (epistasis dominan) dan sebaran empat kelas 9:3:3:1.

Dyah Susanti, Totok Agung Dwi Haryant , Agus Riyantor,2017. Pengembangan Varietas
Unggul Padi Protein Tinggi Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.Jurnal
Agroteknologi.

Untuk pendugaan pola pewarisan ketahanan terhadap hama kumbang kacang didasarkan
pada nisbah yang paling sesuai yaitu yang nilai peluangnya paling tinggi. Nisbah pola
pewarisannya apakah mengikuti nisbah 3:1 (dominan sempurna), 9:7 (epistasis resesif
ganda), 13:3 (epistasis dominan dan resesif), atau 15:1 (epistasi dominan ganda), 9:3:3:1
(dominan penuh), 1:2:1 (tanpa dominan), 9:3:4 (epistasi resesif), 9:6:1 (gen-gen rangkap
dengan pengaruh kumulatif), atau 12:3:1 (epistasi dominan). Data hasil pengamatan pada
populasi F2 dikelompokkan untuk mendekati pola pewarisan yang diduga.
Lestari Ujianto , Nur Basuki , Kuswanto & Astanto Kasno.2016.Evaluasi Ketahanan Hibrida
Hasil Persilangan Kacang Hijau Dan Kacang Uci Terhadap Callosobruchus Chinensis L.
(Coleoptera: Bruchidae).Jurnal hama dan penyakit tumbuhan tropika

Epistasis adalah peristiwa dimana satu atau sepasang gen menutupi/mengalahkan


ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Gen resesif rangkap yang berperan adalah tt
dan rr, yang disebut juga gen epistasis. Gen tt mengalahkan ekpresi gen R dan r,
sedangkan gen rr mengalahkan gen T dan t. Ekspresi gen resesif rangkap dapat
menimbulkan interaksi antar gen, sehingga analisis perlu dilanjutkan dengan uji skala
dan analisis peran gen dari perhitungan komponen rata-rata generasi.

Juli Santoso.2014. Tindak Gen Ketahanan Terhadap Penyakit Karat (Pucinnia Arachidis,
Speg.) Pada Kacang Tanah Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 2

Pada tanaman kedelai, toleransi kedelai terhadap tanah masam dikendalikan oleh aksi
gen aditif yang juga dipengaruhi aksi gen epistasis.) menyatakan bahwa pewarisan
sifat jumlah polong kedelai di tanah masam dikendalikan oleh aksi gen epistasis.
Sedangkan pada tanaman kacang panjang, kerentanan genetik kacang panjang
terhadap penyakit mosaik dikendalikan oleh gen resesif yang saling berinteraksi. aksi
gen epistasis sangat berperan penting dalam menentukan karakter kualitatif dan
kuantitatif pada suatu tanaman

Sayurandi * Dan Sekar Woelan. Jurnal Penelitian Karet, 2016. Pendugaan Aksi Gen
Pada Karakter Komponen Hasil Dan Daya Hasil Lateks Beberapa Genotipe Karet
Hasil Persilangan Tetua Klon Ian 873 X Pn 3760

Warna polong ungu yang muncul diduga disebabkan salah satu tetua memiliki genetik yang
mengekspresikan warna ungu, namun bersifat epistasis sehingga akan muncul jika dalam
keadaan gen yang tidak tertutupi. Epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi
ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Gen yang dikalahkan disebut hypostasis.epistatis pada
buncis merupakan bentuk modifikasi gen yang tidak akan menimbulkan pengaruh apapun
jika bekerja sendiri, akan dapat mempengaruhi ekspresi sifat apabila terdapat interaksi
epistasis dengan lokus yang berbeda. Interaksi epistasis ini juga berperan penting dalam
melakukan kontrol genetik pada ukuran dan warna polong. Hal ini berdasar pada asumsi
bahwa lokus yang sama telah beradaptasi selama domestikasi.

Putrie Twientanata, Niken Kendarini dan Andy Soegianto.2016.Uji Daya Hasil Pendahuluan
13 Galur Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) F4 Berdaya Hasil Tinggi Dan Berpolong Ungu. Jurnal
Produksi Tanaman, Volume 4, Nomor 3

Tindak gen adalah mekanisme suatu gen dalam mengekspresikan dirinya.Pewarisan


sifat dapat dikaji dengan perhitungan tindak gen untuk mengetahui adanya sifat
aditif-dominan dan epistasis antar gen pengendali sifatTindak dan interaksi gen
yang berbeda akan membuat pola segregasi gen yang berbeda
Sudharmawan AAK.2016Analisis Rerata Generasi Hasil Persilangan Dua
Varietaspadi Tahan Terhadap Cekaman Kekeringan.jurnal Crop Agro Vol.3 No.1

Anda mungkin juga menyukai