Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “TOKOH-TOKOH FILSAFAT
MODERN (SIR FRANCIS BACON DAN RENE DESCARTES)”. Tugas makalh ini
merupakan tugas kelompok dari mata kuliah Filsafat Sejarah.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dalam tpenulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami
yang terbatas. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini dan sebagai pengalaman untuk kedepannya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan banyak-banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
Terutama saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhjam Kamza M. Pd yang telah
memberi tugas ini dan menambahkan wawasan kepada kami mengenai tokoh-tokoh
dari filsafat modern.
Mengingat isi pembahasan yang sangatlah penting sebagai bahan pelajaran agar
tercapai tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara individu ataupun
kelompok, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa
mengantarkan kesuksesan dalam belajar.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 4
2. Karya-Karya ................................................................................................. 4
3. Filsafat .......................................................................................................... 5
2. Filsafat ........................................................................................................ 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2
tentang kesadaran di zaman modern yang para filsuf lain saja tidak terpikirkan
dengan hal itu. Banyak hal yang ditemukan oleh para filsuf modern ini maka dari itu
kami akan membahas tentang riwayat hidup dan arah filsafat dengan karyanya
masing-masing dari para filsuf modern ini yaitu Sir Francis Bacon, dan Rene
Descartes.
1. Riwayat Hidup
Sir Francis Bacon lahir pada 22 Januari 1561, dia merupakaan seorang filsuf,
negarawan sekaligus penulis yang berasal dari Inggris. Francis Bacon lahir di
London dan merupakan putra dari Nicholas Bacon yang merupakan seorang lord
pemegang stempel kerajaan Inggris dibawah Ratu Elizabeth. Karena itulah ia
tumbuh dan berkembang dilingkungan yang sarat dengan permasalahan politik dan
kenegaraan. Pada usia 12 tahun dia pernah belajar di Trinity college di Cambrigde,
tetapi dia keluar tanpa mendapatkan apa-apa. Mulai umur 16 tahun dia pun bekerja
di staf Kedubes Ingris di Paris, tetapi dua tahun kemudian Ayahnya meninggal
dunia secara mendadak dan meninggalkan hanya sedikit warisan untuk dia. Atas
dasar itu, Bacon memutuskan untuk belajar Hukum dan pada usia 21 tahun dia pun
sudah menjadi pengacara.
Pada usia 23 tahun, Bacon diangkat menjadi anggota parlemen Inggris dan sejak
saat itu karir dipemerintahan berkembang begitu pesat. Karirnya dipemerintahan
yang terus berkembang, pada tahun 1607 ia diangkat menjadi konsultan umum
bidang hukum dan pada tahun 1613 dia diangkat menjadi Jaksa Agung. Karirnya
tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 1618 ia ditunjuk sebagai Ketua Majelis
Tinggi. Disaat karirnya yang terus berkembang pesat dari tahun 1603 akhirnya
berhenti pada tahun 1621. Karirnya dibidang politik dan kenegaraan merosot
bahkan hancur karna kasus penyuapan yang menimpa dirinya. Akibat kasus itu, ia
dituntut agar berhenti menjadi Ketua Majelis Tinggi Inggris dan Bacon diharuskan
membayar denda sebesar 40.000 Pounds Francis Bacon juga dipenjarakan di penjara
4
4
kota London yaitu penjara Tower Of London untuk beberapa saat. (Rahman, 2013:
233)
Setelah karir politiknya hancur, Bacon meninggalkan semua kehidupan yang
berbau poltik dan kenegaraan dan dia lebih memilih mengabdikan sisa hidupnya
unuk perkembangan ilmu pengetahuan. Ia sangat serius dalam melakukan
penelitiannya dibidang ilmu pengetahuan hingga beberapa sejarawan menganggap
bahwa Bacon merupakan “Bapak Ilmu Pengetahuan Moderen”. Hal ini didasarkan
pada dedikasinya dalam bidang IPTEK yang sangat mempengaruhi dunia di era
Moderen saat ini. Dan akhirnya pada 19 april 1626 ia pun meninggal dunia akibat
eksperimennya sendiri mengenai percobaan mengawetkan makanan dengan salju.
Akibat percobaan itu, ia menderita penyakit Brokitis yang merenggut nyawanya.
2. Karya-Karya
Sesuai dengan yang dijekaskan sebelumnya, Francis Bacon merupakan seorang
Filsuf, negarawan dan sekaligus mernagkap sebagai penulis. Dia mengahasilkan
banyak karya dalam masa hidupnya yang dapat digunakan oleh generasi selanjutnya
yang dapat menjadi sebuah landasan dalam berfikir. Bebrbagai jenis karyanya
antara lain:
1. The Greet instaurations
2. Essays (1597)
3. Meditationes Sacrae (1597)
4. Valerius Terminus: of the Interpretation of Nature (1603)
5. Masculine Birth of Time (1603)
6. Adnvanced of Learning (1605)
7. The Wisdom of the Ancient (1609)
8. History of Life and Death
9. Cogitata et Visa (1612)
10. Novun Organum (1620)
11. The New Atlantis (1627)
5
3. Filsafat
a. Tentang Metode Baru
Francis Bacon dikenal dengan “bapak ilmu pengetahuan moderen” dikarenakan
dia merupakan peletak dasar metode eksperimental, yaitu induktif moderen, dan
menjadi pelopor dalam melakukan sistematisasi prosedur ilmiah secara logis.
Sesuai dengan semangat Reinansans yang pada saat itu baru saja terbebas dari
zaman kegelapan pada abad pertengahan, Bacon memiliki tujuan untuk mengganti
pengetahuan lama yang dia anggap tradisional dan telah usang dengan
pengetahuan baru yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut
anggapan Bacon, ilmu pengetahuan yan lama tidak banyak memberi dampak
kemajuan dan manfaat bagi manusia. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan lama
hanya banyak menghasilkan pembicaraan (presepsi) tetapi hanya sedikit
pembuktian (fakta) atau banyak bicara namun sedikit bekerja. Karena hal itu,
Bacon menyarankan agar orang-orang meninggalkan pengetahuan lama dan
menggantikannya dengan pengetahuan baru yang lebih bermanfaat bagi manusia.
Bacon memperkenalkan metode baru yang lebih bersifat praktis, yaitu membuat
manusia mampu menguasai alam dengan mengembangkan penelitian ilmiah.
Sehingga ada semboyan terkenal yang disematkan kepada Bacon yakni Knowledge
is power (pengetahuan adalah kuasa). Pada umumnya, orang-orang mengatakan
bahwa Bacon adalah orang pertama yang mengatakan semboyan tersebut. Padahal,
kemungkinan para pendahulunya telah mengatakan hal yang sama atau orang
sesudahnya yang menegaskan maksud darri keinginannya akan pengetahuan yang
digunakan untuk menguasai itu. Walaupun memang benar Bacon meniru
ungakapan pendahulunya maka ia telah mengeluarkan kata yang sama dengan
penekanan yang baru.
Yang dimaksud Bacon dengan “pengetahuan adalah kuasa” bukannlah dengan
mengetahui, seseorang bisa menguasai segalanya, melainkan pengetahuan yang
bersifat fungsional yaitu pengetahuan terhadap alam demi kemajuan manusia.
6
b. Tentang Idola-Idola
Menurut Bacon, ada kecenderungan dari pikiran manusia yang mengahalangi
manusia itu sendiri untuk mencapai kebenaran dan kemajuan. Mereka seperti
penyakit dalam pikiran manusia dan harus benar benar dibersihkan sebelum
manusia dapat memulai sebuah pengetahuan baru yang logis. Bacon menyebutnya
Idola-Idola. Kata idola sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti Berhala.
Sedangkan yang dimaksudkan Bacon lebih merujuk kepada tradisi-tradisi yang di
berhalakan. Tradisi-tradisi yang sudah menjadi berhala akan mengahalangi
manusia untuk berfikir kritis dan melihat sesuatu secara objektif, serta merintangi
manusia untuk untuk mengadakan pembaharuan. Karena itu, Bacon beranggapan
bahwa berhala-berhala itu harus dibersihkan. Bacon melihat ada empat kriteria
berhala yang mengalahi manusia berkembang dan perlu dibersihkan, yaitu:
(Nugrahanta, 2010:36)
1. Riwayat Hidup
Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di Prancis. Ayah dari Descartes adalah
seorang anggota parlemen Inggris, ibunya telah meninggal ketika Descartes
berumur satu tahun, dan setelah itu ayahnya menikah lagi kemudian Descartes
dirawat oleh neneknya, sejak itu Descartes tidak pernah melihat ayahnya lagi.
(Choiriyah, 2014:238)
Descartes telah mempelajari banyak bidang pengetahuan, antara lain bahasa
Yunani, bahasa latin, geografi, sejarah, astronomi, teologi, sastra matematika, dan
filsafat. Hasil pemikiran dari bidang pengetahuan yang membuat dirinya terkenal
adalah bidang matematika, teologi, dan filsafat. (Rahman, 2013: 239-240)
Descartes bersekolah di Universitas Jesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612,
yang tampaknya telah memberikan dasar-dasar matematika modern walaupun
sebenarnya pendidikan itu bidang hukum. Pada 1612, Descartes pergi ke Paris dan
selanjutnya ia mengasingkan diri ke daerah terpencil di Prancis karena menurutnya
Paris merupakan daerah yang memiliki kehidupan sosial yang membosankan. Nama
daerah terpencil di Prancis itu adalah Fauborg. Descartes selama pengasingan itu
menekuni bidang geometri. Setelah mengasingkan diri, teman-teman Descartes
menemukan dirinya di daerah terpencil itu dan karena hal itu ia memutuskan untuk
mendaftarkan diri untuk menjadi tentara Belanda (1617) dan pada tahun 1619 ia
mendaftarkan diri untuk menjadi tentara Bavaria. (Juanda, 2015:241)
Pada tahun 1649 Descartes mendapat undangan dari Ratu Christine untuk
mendatangi dirinya di Swedia dan mengajarinya tentang filsafat. Di Swedia ia
menetap selama setahun lamanya dan selama disana ia menderita sakit radang paru-
paru dan meninggal di usia 54 tahun tepatnya pada 11 Februari 1650. Pada 1667
jenazah dari Descartes dipindahkan ke Prancis dan tengkoraknya di museum kan di
Museum d’Histoire Naturelle, Paris. (Adhim, 2018:56)
10
2. Filsafat
a. Tentang Kesadaran
Rene Descartes dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern karena ia menggunakan
konsep dan metode pengetahuan yang rasional dan baru. Descartes meyakini
bahwa sumber pengetahuan yang benar adalah rasio dan kemampuan rasio adalah
untuk mencapai kebenaran. Rasio yang dimaksud oleh Descartes adalah kesadaran
(cogito). Sejak Descartes mengeluarkan konsep tentang kesadaran, para filsuf yang
lain mengikuti jejak Descartes untuk menggeluti masalah kesadaran. Pertanyaan
yang ingin dijawab dari tema kesadaran yang digeluti oleh Descartes ialah tentang
apa yang dimaksud dengan kesadaran? Jika kesadaran benar-benar ada, peran apa
yang dimainkannya dalam usaha memperoleh pengetahuan? Apakah pengetahuan
yang diperoleh melalui kesadaran benar-benar absah? Descartes dinyatakan
sebagai bapak Filsafat Modern ialah karena ia telah mempelopori kajian mengenai
kasadaran di zaman modern. (Rahman, 2013: 240-241)
b. Metode Keraguan.
Metode keraguan adalah metode yang ikenal dengan istilah Cogito Ergo Sum
yang memiliki arti “aku berpikir, maka aku ada”. Agar hasil dari metode yang
dilakukan oleh Descartes dapat benar-benar logis maka langkahnya dimulai dari
metode penyangsian. Metode ini dapat dilakukan seradikal mungkin. (Juanda,
2015: 56)
Metode kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki,
termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti. Jika terdapat
suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal maka hal inilah
11
kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Cogito Ergo Sum: saya yang sedang menyangsikan ada. Jadi secara
aksiologis, Descartes mencoba untuk memberikan jawaban berupa kebenaran ilmu
pengetahuan itu sendiri. (Suaedi, 2016: 45)
c. Tiga Realitas
Menurut Rahman di dalam buku Maksum (2007), Descartes menegaskan
tentang adanya tiga realitas atau substansi bawaan (ide-ide bawaan). Adapun
ketiga realitas tersebut adalah sebagai berikut: (Rahman, 2013: 243)
1) Realitas pikiran atau kesadaran (res cogitan). Menurut Descartes pikiran itu
adalah kesadaran yang tidak mengambil tempat dan tak dapat dibagi-bagi
menjaddi bagian yang lebih kecil dan pikiran itu juga adalah ide bawaan yang
sudah ada sejak kita lahir. Pikiran itu juga bukanlah materi melainkan jiwa
yang berbeda dengan materi.
2) Realitas perluasan atau materi (res extensa). Materi adalah keluasan yang
mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi serta tidak memiliki kesadaran.
Menurut Descartes, materi itu sudah ada sejak semula dan menunjukkan
sebuah ide bawaan walaupun terkadang menampakkan kesan yang menipu
dan tidak selalu sempurna atau berubah.
3) Realitas Tuhan. Tuhan juga termasuk ke dalam ide bawaan. Hal tersebut
dikarenakan adanya kesadaran untuk memiliki ide tentang yang sempurna,
dan ketidaksempurnaan materi mengandaikan adanya yang sempurna dan
yang sempurna itu adalah Tuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang luas mengenai tokoh filsafat modern yaitu Sir Francis
Bacon dan Rene Descartes maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sir Francis Bacon adalah bapak ilmu pengetahuan modern yang memiliki
banyak karya yang beragam.
2. Bacon juga dianggap sebagai pelopor yang melakukan sistematisasi
prosedur ilmiah secara logis dan juga peletak dasar metode
eksperimental.
3. Bacon mengatakan bahwa terdapat empat berhala yang harus
disingkirkan guna dapat berpikir kritis dan melihat sesuatu secara objektif
yaitu: berhala orang banyak, berhala, gua, berhala pasar, dan berhala
idola panggung.
4. Rene Descartes dikenal dengan julukan bapak filsafat modern. Dengan
konsep dan pengetahuannya yang rasional dan baru menghantarkannya
untuk mendapatkan julukan seperti itu.
5. Filsafat tentang kesadaran di zaman modern membuar para filsuf lainnya
mulai menggeluti masalah ini.
6. Descartes di dalam kefilsafatan juga mengkaji tentang metode keraguan
dan realitas (ide-ide bawaan).
12
Daftar Pustaka
Adhim, Fauzan. 2018. Filsafat Islam: Sebuah Wacana Kefilsafatan Klasik hingga
Kontemporer. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.
Aksin, Wijaya. 2019. Ragam Jalan Memahami Islam. Yogyakarta: IRCiSoD.
Choiriyah, Ngismatul. “Rasionalisme Rene Descartes”. Anterior Jurnal. Vol 13 No
II. Juni 2014, hal 238.
Juanda, Anda. 2015. Aliran-aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran
dari Yunani Kuno hingga Postmodern. Bandung: Confident.
Nugrahanta, Gregorius Ari. “The Instauration Of Human Dominion Over Nature In
Francis Bacon Novum Organum”. Orientasi Baru. Vol. 19. No. 1. April
2010, hal 36-37.
Rahman, Masykur Arif. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:
IRCiSoD
Suaedi, Fachruddin. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bandung: PT. IPB Press.
13