1|Page
penanganan CHPS mulai berkembang dan mengalami kematian CHPS menjadi sangat menurun dengan jumlah
2|Page
BAB II umur 21 tahun P1A0 dengan umur kehamilan 40
2.1 Identitas Pasien bidan. Bayi lahir spontan dan langsung menangis, ASI
2. Usia : 21 Hari keluar < 24 jam. Pada saat masuk rumah sakit keluhan
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki menetap, muntah prokyetil 3×/10 jam, tiap kali
4. MRS : 10 Januari 2013 muntah 10-20 cc, isi muntah adalah ASI, tak tampak
1. Keluhan Utama : muntah menyemprot gerakan kurang aktif, nangis masih kuat.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi datang ke RS 3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pada usia 13 hari saat anak
Sardjito dengan keluhan muntah menyemprot. Pasien menetek anak muntah 4-5 kali, muntah langsung dan
merupakan rujukan dari spesialis anak dengan menyemprot. Pasien dibawa ke puskesmas dan
diagnosis piloris spasme. Dua puluh satu hari sebelum dirujuk ke RS W. Di RS tersebut pasien di rawat
masuk rumah sakit, bayi tersebut lahi dari seorang ibu selama 5 hari dengan diagnosis dehidrasi. Pasien di
3|Page
terapi dengan infus. Tak tampak perbaikan pada Suhu : 35,9°C
pasien dan pasien pulang paksa. Pada usia 20 hari Status Generalis dan Lokalis
masih muntah dan pasien di bawa ke spesialis anak, 1. Kepala : Normocephali (+)
dikatakan pasien mengalami kelainan usus. 2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
4. Riwayat Penyakit Keluarga : (-) refleks pupil (+/+), edema palpebra (-/-), mata cowong
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang septum nasi (-/-), nafas cuping hidung (-/-), mukosa
3. GCS : E4V5M6 4. Mulut : mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
4. Tanda-tanda vital tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-
4|Page
6. Abdomen
kedua pulmo
5|Page
- Tak tampak penebalan pleural space
B. Abdomen
bubble (+)
Kesan :
6|Page
- Lien, pankreas, ren dextra at sinistra tampak
normal
7|Page
D. Resume dengan infus. Tak tampak perbaikan pada pasien dan
Dilaporkan sebuah kasus bayi laki-laki usia 21 hari pasien pulang paksa. Pada usia 20 hari (1 HSMRS) pasien
datang ke RS Sardjito dengan keluhan muntah masih muntah dan pasien di bawa ke spesialis anak,
menyemprot. Pasien merupakan rujukan dari spesialis dikatakan pasien mengalami kelainan usus.
anak dengan diagnosis piloris spasme. Dua puluh satu hari Pada HMRS (tanggal 10-1-2013) keluhan menetap,
sebelum masuk rumah sakit, lahir bayi laki-laki dari muntah proyekti 3x/10 jam, tiap kali muntah 10-20 cc, isi
seorang ibu umur 21 tahun P1A0 dengan umur kehamilan muntah sesuai yang diminum (ASI), tak tampak warna
40 minggu 5 hari di puskesmas ditolong bidan. Bayi lahir kehijauan. Pasien di bawa ke RSI dan di rujuk ke RSS.
spontan dan langsung menangis, AS tidak diketahui, berat Pada saat masuk pasien tampak kehausan, kompos
badan 3000 gram, mekonium keluar < 24 jam. Pada usia mentis, gerakan kurang aktif, nangis masih kuat. Suhu
13 hari (7 HSMRS) saat anak menetek anak muntah 4-5 tubuh pasien 35,9 derajat celsius, nadi=135 x /m, respirasi
kali, muntah langsung dan menyemprot. Pasien dibawa ke = 45 x /m. Tampak mata cowong, tak teraba pembesaran
puskesmas dan dirujuk ke RS W. Di RS W pasien di rawat limfonodi pada leher. Pemeriksaan palpasi tampak perut
selama 5 hari dengan diagnosis dehidrasi. Pasien diterapi distensi di epigastrium, peristaltik (+) normal, olive sign
8|Page
(+), pada perkusi terdengar timpani. Pemeriksaan Dilakukan pemeriksaan USG pada hari yang sama hasil:
ekstremitas akral masih hangat, turgor kulit turun. pada gaster tampak tebal dinding muskulus pylorus 4,7
Pemeriksaan laboratorium tanggal 10-1-2013 hasil: cm dan panjang 19 cm. Pemeriksaan organ lain VF, lien,
Hb= 19,7; AT=63.000; AL=10,7; albumin=4,4; GDS=47; ren bilateral, dan vesica urinaria dalam batas normal.
tanggal 16-1-2013 hasil: Hb: 13; AT=99.000; Dari pemeriksaan fisik, laboratorium, foto
AL=12.900; Alb=2,5; GDS=65; Na=139; K=3,26; babygram dan USG sesuai gambaran HPS. Pasien di
Pada hari yang sama (tanggal 10-1-2013) dilakukan dengan dehidrasi tak berat. Pasien direncanakan
pemeriksaan foto polos babygram dengan hasil thorax: dilakukan operasi Ramstedt pyloromyotomy. Pasien
pulmo dan besar jantung dalam batas normal, abdomen: menjalani operasi Ramstedt pyloromyotomy pada tanggal
tampak distensi gaster dengan gambaran udara usus 16-1-2013. Tanggal 25 pasien membaik dan dipulangkan.
9|Page
Hipertrophic pyloric stenosis merupakan kondisi beak sign, pyloric teat sign, mushroom sign, caterpillar
tersering pada bayi yang memerlukan pembedahan pada sign, volume residu lambung yang besar dan pengosongan
awal awal bulan kehidupan. HPS mempunyai karakter lambung yang terlambat.
adanya penebalan muskulus dan kegagalan saluran Sedang pada USG ditemukan gambaran doughnut
pilorus relaksasi menyebabkan obstruksi gastric outlet, sign atau bull’s eye ataU target sign pada potongan
disertai adanya elongasi saluran dan penebalan mukosa. melintang dan gambaran cervix sign dan antral nipple
Diagnosis HPS ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sign pada potongan longitudinal. Cut off ketebalan
fisik, pemeriksaan radiologis berupa foto polos radiografi, muskulus pilorus bervariasi berdasarkan penelitian dari
UGI dengan kontras, dan pemeriksaan USG. Tanda khas tahun ke tahun. Menurut Bruyn dalam buku paediatric
HPS pada pemeriksaan fisik dengan ditemukan olive sign ultrasound pada tahun 1988 cut off diagnosis HPS jika
di kuadran kanan atas. Pada foto polos tampak gambaran tebal muskulus pilorus 4,8±0,6 mm dan panjang saluran
single bubble dengan udara usus minimal di distal gaster. 21 ± 3mm. Pada tahun 1994 jika tebal muskulus pilorus
Pada pemeriksaan UGI dengan kontras tampak gambaran 4-4,4 mm dan panjang saluran 11-15mm, sedang tahun
double atau triple track sign, string sign, shoulder sign, 1998, jika tebal muskulus pilorus > 3 mm dan panjang
10 | P a g e
saluran > 15mm, diameter pylorus > 11 mm dan volume diminta untuk dipasang NGT dan diisi dengan air.
Pada pasien ini pada pemeriksan fisik palpasi Didapatkan hasil adanya hipertropi muskulus pilorus
ditemukan olive sign (+). Namun klinisi ingin dengan tebal 4,7 mm dan panjang elongasi dari
memastikan diagnosis mereka dengan meminta muskulus pilorus (cervix sign) 19 mm. Pada pasien juga
pemeriksaan radiologi berupa foto polos babygram dan tampak obstruksi gastric outlet (pilorus tidak dapat
USG. Pada foto polos babygram ditemukan gambaran membuka secara normal). Pasien tidak diminta
single bubble (+), yang merupakan tanda HPS, pemeriksaan UGI dengan kontras karena tidak ada
meskipun bukan tanda khas, karena gambaran tersebut keraguan terhadap diagnosis HPS baik dari pemeriksaan
dapat juga terjadi pada pylorospasme, hipotonia fisik, radiografi polos (babygram) maupun USG.
11 | P a g e
BAB III obstruksi outlet lambung yang progresif dan paling sering
Congenital Hypertrophic Pyloric Stenosis (CHPS) kasus dalam tiap 1000 angka kelahiran hidup dalam 1
adalah kondisi penyakit yang disebabkan sebagai akibat tahun pada kebanyakan populasi kulit putih, terutama ras
hipertrofi dan hiperplasia dari dinding pilorus , dan kaukasia di Eropa bagian Utara. Keadaan ini lebih jarang
obstruksi mekanik yang tidak lengkap, Ini telah menjadi ditemukan diantara populasi orang kulit hitam dan asia
penyebab yang paling umum muntah pada bayi. 10 dengan frekuensi kejadian berkisar di angka 1 sampai 3
Tingkat insiden adalah sekitar 2 hingga 5 per 1000 kasus dari 1000 angka kelahiran hidup tiap tahunnya. 13
12 | P a g e
Beberapa penelitian menduga kuat adanya 3.3 Embriologi
predisposisi genetik pada suatu CHPS. Penderita laki-laki Permulaan suatu saluran cerna terbentuk dari
lebih banyak ditemukan daripada perempuan dengan lipatan embrio ke arah lateral dan cranio-caudal selama
perbandingan sekitar 4-6:1, dimana anak laki-laki masa kehamilan pada minggu ketiga dan empat. Selama
pertama memiliki resiko yang lebih tinggi untuk proses ini, permulaan lapisan endodermal membentuk
mengalami keadaan ini. Riwayat keturunan dalam saluran bagian inferior yang dikelilingi oleh splanchnicus
keluarga dianggap berkaitan dimana didapatkan orang tua mesodermal. Kemudian differensiasi endodermal ke
(ibu atau ayah) yang pernah mengalami suatu Hipertropi bagian permukaan, epitel grandular sel, differensiasi
Pilorus stenosis (HPS) memiliki sekitar 5-20 % anak laki- mesodermal ke dalam otot polos, dan perlekatan dengan
laki dan 3-7% anak perempuan dengan resiko tinggi peritoneal akan muncul pada minggu enam atau delapan
CHPS. Berdasarkan penelitian sebelumnya anak dari masa kehamilan disertai pertumbuhan dari sel-sel
seorang ibu yang menderita HPS memiliki resiko sekitar neuroendokrin lambung.9
13 | P a g e
10 masa gestasi lambung berotasi menjadi dua bagian.
14 | P a g e
3.4 Anatomi
15 | P a g e
kelamin diduga secara kuat bahwa faktor genetik berperan yang akan menyebabkan kontraksi lambung yang tidak
dalam kejadian CHPS. Selain itu, CHPS dilaporkan pula tersebar sehingga dapat menyebabkan hipertrofi dari
terjadi kecemasan berlebihan pada ibu hamil yang akan 3.6 Patologi
melahirkan bayi pertamanya dapat meningkatkan Kelainan yang mendasari terjadinya suatu CHPS
aktivitas nervus vagus untuk menghasilkan hormon masih belum dapat dijelaskan secara pasti hingga saat ini.
gastrin diduga mencetuskan terjadinya CHPS pada bayi Dari beberapa pemeriksaan didapatkan adanya hipertrofi
yang akan dilahirkannya, berat badan lahir bayi besar. pada otot pilorus tanpa disertai hiperplasia, dimana hal ini
Penelitian terbaru mengidentifikasi beberapa jenis mengakibatkan terbentuknya suatu massa fusiform
antibiotik juga diduga menjadi pencetus terjadinya CHPS ataupun bulbous. Pilorus diketahui memiliki konsistensi
misalnya pemberian eritromisin pada bayi berumur 3-12 yang kenyal. Dari spesimen yang diambil dari bayi
hari pertama untuk pengobatan pertusis, adanya hubungan berusia kurang dari 1 minggu sampai 10 hari, didapatkan
antara penggunaan eritromisin oral dengan kejadian keadaan mukosa dan submukosa yang normal. Penekanan
CHPS terutama jika diberikan dalam dosis tinggi yang terjadi melalui kemampuan pembukaan yang kecil
16 | P a g e
akan mengakibatkan terjadinya udem pada mukosa serta yang dikemukakan sebagai suatu proses degeneratif.
peningkatan jumlah leukosit pada lapisan ini. Iritasi Kemudian Friesen et. all., mengamati dan menyatakan
mekanik juga dapat mengakibatkan penebalan mukosa bahwa jumlah sel ganglion tidak mengalami penurunan
sehingga terjadi pengurangan ukuran pembukaan pilorus. (berkurang) dalam jumlah yang besar, akan tetapi sel ini
Kemungkinan besar, hal inilah yang menyebabkan gejala- belum cukup matang dan gagal dalam berkembang.
gejala obstruksi tidak tampak sampai pasien berusia Sedangkan hasil penelitian Zuelzer menyatakan hal yang
sekitar dua atau tiga minggu postnatal walaupun dianggap berbeda dimana tidak ditemukan adanya suatu perubahan-
bahwa pembesaran otot pilorus telah ada sejak lahir.2 perubahan signifikan yang terjadi pada sel-sel ganglion
17 | P a g e
Gambar 3b. Spesimen Histopatologi pasien dengan
CHPS (H and E x 25) Tampak adanya hyperplasia
mukosa yang ditandai dengan adaya elongasi dan
Gambar 3a. Spesimen Histopatologi pasien dengan
percabangan (panah hitam), serta tampak terjadinya
CHPS (H and E x 6,25) Tampak mukosa yang
edema pada lamina propia (panah putih).4
hiperplastik dengan pinggiran kripte dan pembesaran sel
epitel dengan sitoplasma supranuclear (panah).4
18 | P a g e
1. Anamnesa awalnya tidak terlalu sering akan timbul hampir
Onset manifestasi klinis dari CHPS sangat setiap saat setelah bayi diberi makan dimana
jarang muncul segera setelah kelahiran (awal muntahnya bersifat menyemprot (proyektil) mulai
kelahiran) biasanya gejala akan tampak paling cepat umur 2-3 minggu, muntah tidak pernah berwarna
pada hari ke empat atau ke lima postnatal dan paling hijau (nonbilious vomiting). Bayi senantiasa
lama dalam jangka waktu 5 bulan postnatal. Dari menangis sesudah muntah dan akan muntah
beberapa penelitian didapatkan hanya sekitar 4 % kembali setelah makan. Cairan muntah jarang
kasus IMPS dengan onset manifestasi klinis pada disertai darah, namun hal ini dapat ditemukan jika
usia dibawah 3 bulan. Muntah merupakan gejala terjadi rupturnya pembuluh kapiler kecil pada
klinis yang khas terjadi pada CHPS. Pada mukosa lambung akibat muntah yang berulang.
permulaan timbulnya muntah sedikit lebih sering Bayi biasanya tampak sangat kelaparan karena
daripada regurgitasi setelah makan dan bersifat setiap makanan yang masuk akan selalu
tidak menyemprot (proyektil), kemudian dalam dimuntahkan kembali. Dengan demikian akan
waktu yang cukup singkat frekuensi muntah yang terjadi penurunan dalam kualitas pemberian intake
19 | P a g e
oral yang mengakibatkan bayi mengalami dehidrasi Namun bayi sering datang dengan tanda
ringan sampai berat sehingga terjadi penurunan dehidrasi berupa berat badan rendah dan nafsu
berat badan yang cepat, susah buang air besar makan yang tak terpuaskan sehingga tampak kening
(konstipasi) dan kurangnya produksi kencing. muka berkerut dan keriput. Pada beberapa bayi,
Kebanyakan bayi dengan CHPS dibawa ke rumah didapatkan perut buncit di hipokondrium, dan
sakit sudah dalam keadaan dehidrasi yang cukup tampak aktivitas peristaltik meningkat di dinding
berat sehingga membutuhkan penanganan segera perut yang tipis. Pada palpasi tampak masa bentuk
resusitasi cairan yang adekuat.17 bulat telur, mobile, yang teraba di epigastrium atau
bisa masih dalam hidrasi baik maupun sudah HPS. Pada beberapa penelitian 70% pasien
mengalami dehidrasi berat.16 HPS mempunyai tanda olive sign (+) dan dengan
20 | P a g e
sensitivitas temuan olive sign pada HPS 75%- Foto polos radiografi tidak mempunyai
21 | P a g e
pilorus secara langsung. Pemeriksaan
22 | P a g e
lingkaran normal. b) permukaan dalam yang Gambar 6a. Anatomi normal antral
longitudinal.13
gaster.13
23 | P a g e
Gambaran klasik sonografi HPS adalah hipoekoik dibanding hepar. Diameter pilorus
lingkaran hipoekoik muskulus pilorus yang pada potongan melintang (meliputi lumen dan
hipertropi yang mengelilingi mukosa yang kedua dinding pilorus) jarang di ukur. Panjang
ekogen di tengahnya pada potongan melintang saluran pilorus (struktur ekogenik) dapat diukur
dan disebut sebagai doughnut sign atau bull’s namun lebih pendek dibanding panjang
eye atau target sign (gambar 7). Muskulus muskulus pilorus (struktur hipoekoik). Terdapat
biasanya tampak hipoekoik tetapi kadang- beberapa perbedaan kriteria indeks ukuran
kadang membentuk pola yang tidak seragam. sebagai indikator HPS. Menurut Dahnert dalam
Tampak muskulus lebih ekoik di banding area Radiol Oncol 2001 oleh Frkovic M et al
dekatnya namun kurang ekoik di sisi yang lain. menyebutkan kriteria HPS jika tebal muskulus
Hal itu disebabkan efek anisotropik yang pilorus ≥ 3mm pada potongan melintang,
berhubungan dengan tranduser USG dan serabut diameter pilorus potongan transversal ≥ 13 mm
silindris muskulus pilorus.10 Pada potongan dan panjang saluran pilorus ≥ 17 mm7. Sedang
longitudinal muskulus silindris relatif lebih kriteria HPS pada USG menurut al-alawee MS
24 | P a g e
et al. adalah: a) adanya penebalan muskulus
saluran pilorus tidak pernah membuka secara Gambar 7a. Pilorus menunjukkan target sign
normal)7. Batas ini lebih rendah pada bayi umur atau doughnut sign pada HPS. Tanda ini
merepresentasikan mukosa yang ekogenik
kurang dari 30 hari. Menurut Chan et al, pada
dalam pylorus yang dikelilingi penebalan
bayi kurang dari 21 hari menggunakan ‘cut off’ dinding muskulus yang hipoekoik. 10
tebal muskulus pylorus 3,5 mm.10
25 | P a g e
merupakan gambaran mukosa saluran pilorus
26 | P a g e
obstruction selama bertahuntahun. Pemeriksaan
Diagnosis HPS dengan USG
UGI dengan kontras pada HPS menunjukkan
mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang
tanda tidak langsung berupa adanya efek pilorus
tinggi (96% dan 100%) serta positive predictive
pada lumen. Pada kasus-kasus yang meragukan
value lebih besar dari 90%7. Saat relaksasi
pada pemeriksaan USG diperlukan pemeriksaan
sering HPS pada bayi sulit dibedakan dengan
UGI dengan kontras untuk memastikan
pilorospasme. Pilorospasme di hipotesakan
diagnosis.12
sebagai suatu stadium awal dari HPS, tetapi hal
Selama pemeriksaan UGI dengan
itu belum terbukti.12
kontras lambung harus dikosongkan melalui
27 | P a g e
penyempitan saluran pilorus, elongasi saluran
HPS12
28 | P a g e
sign yang disebabkan karena adanya efek masa
Gambar 10. Penyempitan pylorus (panah) Gambaran teat sign merupakan puncak
dengan shoulder sign prominen (kepala panah
dari kontras di sisi curvatura minor antrum
tertutup) dan pengosongan lambung yang
terlambat pada pasien1 bulan dgn stenosis akibat adanya peristaltik sedang gambaran beak
29 | P a g e
masuk ke dalam saluran pylorus yang Temuan tambahan yang lain adalah
terindentasi oleh penebalan muskulus pilorus sign), volume residu lambung yang besar dan
ileus.5
Gambar 12. Mushroom sign /umbrella sign untuk evaluasi lebih jauh keadaan lumen pilorus
30 | P a g e
endoskopi adalah berupa penyempitan
31 | P a g e
hal, seperti penumpukan gas yang berlebihan
32 | P a g e
elektrolit dan cairan secepatnya. Berdasarkan beratnya terapi pembedahan. Sedangkan bayi dengan dehidrasi
dehidrasi, bayi biasanya diresusitasi dengan solusi normal yang kurang dari 5% dan tidak mengalami gangguan
saline hampir dua kali lipat dari volume maintenance elektrolit merupakan kandidat untuk menjalankan terapi
sampai bayi buang air. Kemudian ditambahkan potassium bedah tanpa penundaaan.2
ke cairan intravenous yang telah diubah menjadi setengah Sampai saat ini penatalaksanaan bedah berupa
volume normal saline pada 1,5 kali maintenance. pyloromyotomi merupakan terapi pilihan utama dalam
Tindakan resusitasi cairan dan elektrolit kemungkinan menangani keadaan CHPS dan diawali dengan tindakan
besar membutuhkan waktu hingga 48 jam atau lebih. resusitasi cairan yang adekuat. Pyloromyotomi
Solusi Ringers Lactated (RL) tidak digunakan dalam diperkenalkan oleh Ramstedt (1912) . Teknik Ramstedt
keadaan ini. Pemasangan NGT juga dihindari karena dimulai dengan insisi transversal pada kuadran atas
dapat mengakibatkan kehilangan elektrolit yang lebih sebelah kanan regio abdomen. Kemudian dilakukan
banyak lagi. Ketika dehidrasi dan ketidakseimbangan identifikasi lambung sampai ditemukan pilorus. Pilorus
elektrolit telah teratasi dengan-baik oleh tindakan yang hipertrofi di insisi dari sambungan gastro-duodenal
resusitasi yang adekuat, maka pasien siap untuk menjalani dan melewati luas bagian tumor secara hati-hati, jangan
33 | P a g e
sampai menganggu mukosa gaster atau duodenum. Otot
abdomen setelah dipastikan tidak ada perdarahan dan Gambar 15. Teknik Ramstedt, Pyloromyotomi.
Insisi diatas Serosa pilorus yang hipertrofi dan
kebocoran.3 seluruh otot yang hipertrofi dipisahkan 3
34 | P a g e
umbilikal teleskop. Dengan laparoskopi tindakan operasi
35 | P a g e
menunjukkan pengosongan tertunda, atau kegagalan hari pertama kehidupan dengan didukung adanya distensi
pengosongan lambung dalam waktu tertentu (tanpa abdomen dengan atau tanpa gangguan nafas. Diagnosis
adanya lesi organik), ahli radiologi yang lebih tua dikonfirmasi dengan foto polos abdomen dan ditemukan
cenderung menyebut sebagai "pylorospasm". Namun gambaran dilatasi gaster (single bubble appearance)
beberapa ahli menyatakan pylorospasme merupakan namun tidak disertai adanya gambaran udara usus di distal
kontraksi tonik dari antrum bukan hanya kontraksi dari gaster. Pemeriksaaan USG tidak dapat memberikan
spingter. Penyakit yang mendasari pylospasme dapat gambaran yang khas, Namun pada USG prenatal
berupa ulkus duodenum, ulkus lambung, gangguan didapatkan gambaran distensi gaster dengan
Atresia pilorus merupakan kasus yang jarang. lumen duodenum yang abnormal menyebabkan obstruksi
Insidennya 1 per 100.000 bayi hidup dan kir-kira 1% dari yang tidak lengkap. Berbeda dengan atresia duodeni yang
semua kasus atresia intestinal. Diagnosis suspek atresia menyebabkan obstruksi lengkap. Stenosis dan atresia
pilorus bisa didapatkan gejala muntah non bilious pada duodeni umumnya terdapat pada bagian pertama dan
36 | P a g e
kedua duodenum, terutama di daerah sekitar papilla berupa muntah empedu dengan tanda radiografi
vateri. Saluran empedu utama dapat berhubungan dengan menunjukkan adanya obstruksi usus letak tinggi dan
mukosa intraluminal. Bila lumen sangat kecil, gejala gambaran double bubble.12
Malformasi atau midgut volvulus merupakan suatu Dengan penanganan yang tepat maka CHPS dapat
kondisi usus menjadi terpelintir yang disebabkan karena diatasi dengan baik. Secara keseluruhan angka kematian
malrotasi selama masa perkembangan janin. Malrotasi hanya sekitar 0,3%. Komplikasi yang sering terjadi adalah
usus terjadi ketika sekuen embriologi normal saat pasca tindakan operasi, seperti perforasi
perkembangan dan fiksasi usus terganggu atau terputus. lambung/duodenum ataupun pemisahan serat otot yang
Usus yang mengalami malrotasi rentan terhadap puntiran, tidak bagus. Namun dengan diagnosis awal dan
dan dapat menyebabkan midgut volvulus. Pada neonatus, manajemen penatalaksanaan yang tepat didukung
malrotasi dengan midgut volvulus mempunyai tanda khas penanganan pre-operatif dan post-operatif yang adekuat
37 | P a g e
maka komplikasi ke keadaan yang lebih buruk dapat
38 | P a g e
BAB IV CHPS. Pada pemeriksaan USG ditemukan
Dilaporkan kasus bayi umur 21 hari dengan pilorus 19 mm. Pemeriksaan tersebut sesuai dengan
keluhan muntah proyektil dengan dehidrasi tak gambaran hypertrophic pyloric stenosis, dengan cut
berat. Gejala pada pasien muntah menyemprot sejak off nilai normal tebal muskulus pilorus < 3 mm dan
umur 13 hari dan didiagnosis HPS setelah umur 21 panjang saluran pilorus < 15 mm.
hari. Penegakan diagnosis HPS berdasarkan Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pemeriksaan fisik ditemukan olive sign (+) dan penunjang radiologis (foto polos dan USG)
peristaltik meningkat, serta tanda dehidrasi tak berat mendukung diagnosis CHPS. Tindakan yang
foto babygram ditemukan adanya distensi gaster diagnosis post pyloromyotomy adalah hypertrophic
39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA 4. Humphries JA, Steele A. Diagnosing infantile
1. Schulman HM, Lowe HL, et al. In Vivo Visualization of 22(9): 10, 12-15
Pyloric Mucosal Hypertrophy in Infants with 5. Kazemi DR. Infatile Hypertrophic Pyloric Stenosis. [On
Hypertrophic Pyloric Stenosis. AJR 2001; 177:843-848. Line] 2008. [Cited 2018 Des]. Available from:
2. Irish MS. Hypertrophic Pyloric Stenosis. [On Line] Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis. [On Line] 2002
2009 June. [Citied 2018 Des]. Available from : November. [Cited 2018 Des. Available from :
http://www.emedicine.com. http://www.ipeg.org/guidelines/pyloric.html.
3. Heinen F, Elias D, Pietrani M, Verdaguer P. Pyloric 7. Fujimoto T. Hypertrophic Pyloric Stenosis. In : Puri P,
atresia. August, 2000. Available from www.thefetus.net Hollwart M, editors. Pediatric Surgery. Germany:
40 | P a g e
8. Frkovi M, Kuhar MA, Perho E, Babi VB, Molnar M, hypertrophic pyloric stenosis: decline in physicians’ art
Vukovi J. Diagnostic imaging of hypertrophic pyloric barium. Iran J Radiology 2009; 6(2): 87-90.
stenosis (HPS). Radiol Oncol. 2001; 35(1):11-6. 11. Magnuson KD, Schwartz ZM. Stomach And
9. Croteau L, Arkovitz M, Berlin R, Josephs M, Kotagal Duodenum. In : Oldham KT, et 1. editors. Principles
U, Reeves S, et al. Hypertrophic pyloric stenosis: And Practice Of Pediatric Surgery Volume 2, 4th
evidence based clinical practice guideline for Edition, USA: Lippmcott Williams & Wilkins; 2005. p.
Medical Center Cincinnati. 2007. Available from 12. Schulman HM. Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis.
Mehrafarin M, Sohrabi MR. Olive palpation, 13. Persson S, Ekbom A, Granath F, Nordenskjold A.
sonography and barium study in the diagnosis of Parallel Incidences of Sudden Infant Death Syndrome
41 | P a g e
Cause?. Pediatrics 2001;108;e70. [On Line] 2008 May 13. [Cited 2010 May]. Available from :
14. Peeters, B., Benninga, M. A. & Hennekam, R. C. : Arensman MR, et al. editors. Pediatric Surgery, USA:
syndromes. Nature Reviews Gastroenterology & 18. Magnuson KD, Schwartz ZM. Stomach And
15. AlMaramhy, H. H. Is There a Relation Between Pyloric And Practice Of Pediatric Surgery Volume 2, 4th
Muscle Thickness and Clinical and Laboratory Data in Edition, USA: Lippmcott Williams & Wilkins; 2005. p.
Surg. 77, 827–830 (2015). 19. Benson DC, Adelman S. Stomach And Duodenum,
16. Schulman HM. Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis. Prepyloric And Pyloric Obstruction. In : Ravitch MM,
Radiology 2003;227:319-331. [On Line]. 2003 March Welch JK, et al. editors. Pediatric Surgery Volume 2,
42 | P a g e
3rd Edition. London: Medical Publisher Inc.;
2000.p.884-911.
43 | P a g e