Anda di halaman 1dari 23

MENGHAFAL ŚLOKA ANAK-ANAK PUTRA-PUTRI

II - 1.
sañjaya uvàca :
taý tathà kåpayàvistam
aúru pùróàkulekûaóam,
viûìdaótam idaý vàkyam
uvàca madhusùdanaá.
Sañjaya berkata :
Madhusùdana berkata kepada Arjuna yang diliputi rasa belas kasihan dengan
pelupuk mata digenangi air mata oleh rasa remuk redam dalam hati, sebagai berikut.
II - 2.
úrì bhagavàn uvàca :
kutas tvà kaúmalam idaý
viûame samupasthitam,
anàrya juûþam asvargyam
akìrti karam arjuna.
Úri Bhàgavàn bersabda :
Pada saat kesulitan seperti ini, darimanakah kedukaan dan kelemahan hati datang,
dan sesungguhnya bukan sifat satria, tidak luhur dan memalukan serta menjauhkan
diri dari orang, wahai Arjuna.
II - 3.
klaibyaý mà sma gamaá
pàrtha naitat tvayy upapadyate,
kûudraý hådaya daurbalyaý
tyaktvottiûþha parantapa.
Wahai Arjuna, janganlah kau biarkan kelemahan itu, sebab itu tidak sesuai bagimu.
Lenyapkanlah kelemahan dan rasa takut itu, bangunlah wahai pahlawan yang
menggetarkan musuh.
II - 4.
arjuna uvàca :
kathaý bhìûmam ahaý saòkhye
droóaý ca madhusùdana,
isùbhiá pratiyotsyàmi
pùjàrhàv ari sùdana.

1
Arjuna berkata :
Wahai Madhusùdana, bagaimana mungkin saya bisa menyerang Bhìûma dan Droóa
dengan panah dalam pertempuran ini; mereka yang patut saya hormati, wahai
Kåûóa.
II - 5.
gurùn ahatvà hi mahànubhàvàn
úreyo bhoktuý bhaikûyam apìha loke,
hatvàrtha kàmàýs tu gurùn ihaiva
bhuñjìya bhogàn rùdhira pradigdhàn.
Dari pada membunuh guru yang mulia didunia ini akan lebih baik menjadi peminta-
minta, walaupun mabuk duniawi, tetapi tetap menjadi guru saya, sedangkan dengan
membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
II - 6.
na caitad vidmaá kataran no garìyo
yad và jayema yadi và no jayeyuá,
yàn eva hatvà na jijìviûàmas
te ‘vasthitàá pramukhe dhàrtaràûþràh
Yang mana lebih menguntungkan kami tidaklah jelas; apakah kami menumpas
mereka atau mereka membantai kami. Dengan membunuh mereka yang tidak kita
harapkan untuk hidup, orang-orang keturunan prabu Dhåtaràûþra sekarang berdiri
siap didepan kita.
II - 7.
kàrpaóya-doûopahata svabhàvaá
påcchàmi tvàý dharmasammùðha cetàá,
yac chreyaá syàn niúcitaý brùhi tan me
úiûyas te’haý úàdhi màý tvàý prapannam.
Oleh karena hati yang lemah, pikiran yang kacau balau tentang apa yang benar
untuk dilakukan, saya bertanya kepada-Mu, katakanlah kepada saya mana yang
lebih bermanfaat; saya adalah murid-Mu; ajarilah saya, saya datang untuk mendapat
perlindungan-Mu.
II - 8.
na hi prapaúyàmi mamàpanudyàd
yac chokam ucchoûaóam indriyàóàm,
avàpya bhùmàv asapatnam åddhaý
ràjyam suràóàm api càdhipatyam.

2
Saya tak melihat yang dapat mengenyahkan duka ini, yang mematikan paòca indra
saya walaupun seandainya saya mendapat kekayaan dan kekuasaan tiada taranya
dibumi dan berkuasa atas para dewa di surga.
II - 9.
Sañjaya uvàca :
evam uktvà håûìkeúaý
guðàkeúaá parantapaá,
na yotsya iti govindam
uktvà tùûóìm babhùva ha.
Sañjaya berkata :
Setelah mengemukakannya kepada Kåûóa, Arjuna si penakluk musuh berkata
kepada Kåûóa: “Aku tak mau bertempur,” dan kemudian diam tertegun.
II - 10.
tam uvàca håûìkeúaá
prahasann iva bhàrata,
senayor ubhayor madhye
viûìdantam idaý vacaá.
Kepada yang tertimpa perasaan tertekan ditengah-tengah kedua pasukan itu, wahai
Bhàrata (Dhåtaràûþra), sambil tersenyum Kåûóa menyampaikan kata-kata ini :
II - 11.
úri bhagavàn uvàca :
aúocyàn anvaúocas tvaý
prajña vàdàýú ca bhàûase,
gatàsùn agatàsùýú ca
nànuúocanti paóðitàá.
Bhagavàn Kåûóa bersabda :
Engkau berduka kepada mereka yang tak patut engkau sedihkan, namun engkau
berbicara tentang kata-kata bijaksana. Orang bijaksana tak akan bersedih baik bagi
yang hidap maupun yang mati.
II - 12.
na tv evàhaý jàtu nàsaý
na tvaý neme janàdhipàá,
na caiva na bhaviûyàmaá
sarve vayam ataá param.

3
Baik Aku, Engkau dan para pemimpin ini tak pemah tidak ada sebelumnya; ataupun
akan berhenti adanya, sekalipun sesudah mati.
II - 13.
dehino ‘smin yathà dehe
kaumàraý yauvanaý jarà,
tathà dehàntara pràptir
dhìras tatra na muhyati.
Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua
demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan
tergoyahkan.
II - 14.
màtrà sparúas tu kaunteya
úitoûóa sukha duákha dàá,
àgamàpàyino ‘nityàs
tàýs titikûasva bhàrata.
Sesungguhnya, hubungannya dengan benda-benda jasmaniah, wahaiArjuna,
menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka; yang datang dan pergi, tidak
kekal, terimalah hal itu dengan sabar, wahai Arjuna.
II - 15.
yaý hi na vyathàyanty ete
puruûaý puruûarûabha,
sama duákha sukhaý dhìraý
so ‘måtatvàya kalpate.
Sesungguhnya orang yang teguh pikirannya wahai Arjuna, yang merasakan sama
antara susah dan senang, orang seperti inilah yang patut hidup kekal abadi.
II - 16.
nàsato vidyate bhàvo
nàbhàvo vidyate sataá,
ubhayor api dåûþo ‘ntas
tv anayos tattva darúibhiá.
Apa yang tidak ada, tak akan pernah ada dan apa yang ada tak akan berhenti ada,
kesimpulannya keduanya telah dapat dimengerti oleh para pengamat kebenaran.

4
II - 17.
avinàúi tu tad viddhi
yena sarvam idaý tatam,
vinàúam avyayasyàsya
na kaúcit kartum arhati.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya yang meliputi semua ini tak dapat dihancurkan.
Tak seorangpun dapat memusnahkan yang tak mengenal kemusnahan itu.
II - 18.
antavanta ime dehà
nityasyoktàá úaririóaá,
anàúino ‘prameyasya
tasmàd yudhyasva bhàrata.
Sesungguhnya, raga dari jiwa yang langgeng, tak terhancurkan dan tak terbatas ini,
juga akan berakhir; karena itu bertempurlah, wahai Arjuna.
II - 19.
ya enaý vetti hantàraý
yaú cainaý manyate hatam,
ubhau tau na vijànìto
nàyaý hanti na hanyate.
Sesungguhnya, yang memikirkan Ia sebagai pembunuh dan yang berpendapat
bahwa Ia dapat dibunuh keduanya adalah dungu, karena Ia tak pernah membunuh
dan dibunuh.
II - 20.
na jàyate mriyate và kadàcin nàyaý
bhùtvà bhavità và na bhùyaá,
ajo nityaá úàúvato ‘yaý puràóo
na hanyate hanyamàne úarìre.
Ini tak pernah lahir juga tak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada. Ia
tak dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan
jasmani ini mati.
II - 21.
vedàvinàúinaý nityaý
ya enam ajam avyayam,
kathaý sa puruûaá pàrtha
kaý ghàtayati hanti kam.

5
Ia yang mengetahui bahwa, Ia yang tak termusnahkan, langgeng, tak terlahirkan,
dan tak berubah itu; bagaimana Ia dapat membunuh atau menyebabkan orang lain
dapat membunuh-Nya, wahai Arjuna.
II - 22.
vàsàýsi jìrnani yathà vihàya
navàni gåhnati naro ‘paràói,
tathà sarirani vihàya jìrnany
ànyani samyati navàni dehi.
Seperti halnya orang menanggalkan pakaian usang yang telah dipakai dan
menggantikannya dengan yang baru. Demikian pula halnya jìvàtman meninggalkan
badan lamanya dan memasuki jasmani yang baru.
II - 23.
nainaý chindanti úastràói
nainaý dahati pàvakaá,
na cainaý kledayanty àpo
na úoûayati màrutaá.
Senjata tak dapat melukainya-Nya dan api tak dapat membakar-Nya; angin tak
dapat mengeringkan-Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.
II - 24.
acchedyo ‘yam adàhyo ‘yam
akledyo ‘úoûya eva ca,
nityaá sarva gataá sthàóur
acalo ‘yam sanàtanaá.
Sesungguhnya dia tak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan
dibasahi; Dia kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi
selamanya.
II - 25.
avyakto ‘yam acintyo ‘yam
avikàryo ‘yam ucyate,
tasmàd evaý viditvainaý
nànuúocitum arhasi.
Dia tak dapat diwujudkan dengan kata-kata, tak dapat dipikirkan dan dinyatakan, tak
berubah-ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak
perlu berduka.

6
II - 26.
atha cainam nitya jàtaý
nityaý wà manyase måtam,
tathàpi twaý mahàbàho
nainaý úocitum arhaûi.
Atau, seandainya pun engkau berpendapat bahwa Dia selalu lahir dan mati,
walaupun demikian engkau hendaknya tak usah menyesal, wahai Arjuna.
II - 27.
jàtasya hi dhruvo måtyur
dhruvaý janma måtasya ca,
tasmàd aparihàrye ‘rthe
na tvaý úocitum arhasi.
Sesungguhnya setiap yang lahir, kematian adalah pasti, demikian pula setiap yang
mati kelahiran adalah pasti, dan ini tak terelakkan; karena itu tak ada alasan engkau
merasa menyesal.
II - 28.
avyaktàdìni bhùtànim
vyakta madhyàni bhàrata,
avyakta nidhanàny eva
tatra kà paridevanà.
Mahluk-mahluk itu pada mulanya tidak kelihatan, dan terlahir pada saat pertengahan
dan pada akhirnya lenyap dari wujudnya. Mengapa harus menyesalinya, wahai
Arjuna.
II - 29.
àúcaryavat paúyati kaúcid enam
àúcaryavad vadati tathàiva cànyaá,
àúcarya vac cainam anyaá úåóoti
úrutvàpy enaý veda na caiva kaúcit.
Seseorang melihat kebesaran-Nya, yang lain mengatakan tentang keagungan-Nya,
yang lain mendengar tentang kemuliaan-Nya, namun setelah mendengar-Nya, tak
seorang pun memahami-Nya.

7
II - 30.
dehì nityam avadhyo ‘yaý
dehe sarvasya bhàrata,
tasmàt sarvàói bhùtàni
na tvaý úocituý arhasi.
Yang menghuni badan setiap mahluk, semuanya tak akan dapat dibunuh, wahai
Bhàrata, karena itu janganlah bersedih atas kematian mahluk apapun.

8
MENGHAFAL ŚLOKA REMAJA PUTRA-PUTRI
II - 31.
svadharmam api càvekûya
na vikampitum arhasi,
dharmyàd dhi yuddhàc chreyo’nyat
kûatriyasya na vidyate.
Lagi pula bertempur menegakkan kebenaran dengan menyadari akan kewajiban
masing-masing, engkau tak boleh gentar; bagi ksatriya tak ada kebahagiaan yang
lebih besar daripada berperang menegakkan kebenaran.
II - 32.
yadåcchayà co’papannaý
svarga dvàram apàvåtam,
sukhinaá kûatriyàá pàrtha
labhante yuddham ìdåúam.
Berbahagialah pahlawan sejati yang mendapat kesempatan untuk bertempur dalam
hal seperti ini, wahai Arjuna, karena bagi mereka pintu surga telah terbuka lebar.
II - 33.
atha cet tvaý imaý dharmyaý
saògràmaý na kariûyasi,
tataá sva dharmaý kìrtiý ca
hitvà pàpam avàpsyasi.
Akhirnya bila engkau tidak berperang, sebagaimana kewajiban, dengan
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu, maka penderitaanlah yang akan kau
peroleh.
II - 34.
akìrtiý càpi bhùtàni
kathayiûyanti te ‘vyayàm,
sambhàvitasya càkìrtiá
maraóàd atiricyate.
Semua orang akan selalu membicarakan nama burukmu dan bagi seorang
terhormat yang telah kehilangan kehormatan, lebih buruk dari pada kematian.
II - 35.
bhayàd raóàd uparataý
maýsyante tvàý mahà rathàá,
yeûàý ca tvaý bahu mato

9
bhùtvà yàsyasi làghavam.
Para pahlawan kereta besar akan menganggapmu pengecut karena lari dari
pertempuran dan mereka yang pernah mengagumimu dengan penuh kehormatan
akan merendahkanmu dengan hinaan.
II - 36.
avàcya vàdàýú ca bahùn
vadiûyanti tavàhitàá,
nindantas tava sàmarthyaý
tato duákhataraý nu kim.
Musuh yang menentangmu juga akan melontarkan caci maki, merendahkan
kemampuanmu dengan menjelekkan dan menghina kekuatanmu. Apakah yang lebih
menyedihkan dari itu ?.
II - 37.
hato và pràpsyasi svargaý
jitvà và bhokûyase mahìm,
tasmàd uttiûþha kaunteya
yuddhàya kåta niúcayaá.
Dengan kematian itu engkau memperoleh sorga atau kalau menang, engkau akan
menikmati kebahagiaan dunia. Oleh karena itu bangkitlah, wahai Arjuna, bulatkan
tekad untuk berperang.

II - 38.
Sukha duákhe same kåtvà
làbhàlàbhau jayàjayan,
tato yuddhàya yujyasva
naivaý pàpam avàpsyasi.
Dengan mempersamakan suka dan duka, untung dan rugi, menang dan kalah,
siapkanlah dirimu untuk menghadapi perang itu, sehingga engkau terhindar dari
dosa.
II - 39.
eûà te ‘bhihità sàòkhye
buddhir yoge tv imàý úåóu,
buddhyà yukto yayà pàrtha
karma-bandhaý prahàsyasi.

10
Inilah ajaran Sàýkhya yang telah diajarkan kepadamu dan sekarang dengarkanlah
ajaran Yoga. Bila engkau bersedia menerimanya, wahai Arjuna, engkau harus
melepaskan diri dari ikatan karma.
II - 40.
nehà’bhikrama nàúo ‘sti
pratyavàyo na vidyate,
svalpam apy asya dharmasya
tràyate mahato bhayàt.
Dalam hal ini tak ada usaha sia-sia, dan juga tak ada rintangan yang tak teratasi.
Walau sedikit dari dharma ini, akan melindungi seseorang dari ketakutan yang
besar.
II - 41.

vyavasàyàtmikà buddhir
ekeha kuru-nandana,
bahuúàkhà hy anantàú ca
buddhayo ‘vyavasàyinàm.
Wahai Arjuna, kebanggaan wangsa Kuru, bahwa sesungguhnya dalam pikiran yang
bulat, pemahaman itu menyatu; tetapi yang bercabang-cabang dan tiada habis-
habisnya, adalah karena ketidakteguhannya.
II - 42.
yàm imàý puûpitàý vàcaý
pravadanty avipaúcitaá,
veda-vàda-ratàá pàrtha
nànyad astìti vàdinaá.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak bijaksana mengucapkan kata-kata
kembangan; yang kesukaannya hanya pada apa yang tersurat dalam Veda, wahai
Arjuna, tidak lain ucapan mereka adalah ini.
II - 43.
kàmàtmànaá svarga-parà
janma-karma-phala-pradàm,
kriyà-viúeûa-bahulàý
bhogaiúvarya-gatiý prati.
Mereka yang pikirannya penuh dengan keinginan akan kesenangan, dengan sorga
sebagai tujuan, inkarnasi sebagai karma palanya; melakukan upacara-upacara yang

11
beraneka ragam dan banyak itu, dapat mengantar ke arah kebahagiaan dan
kekuasaan.
II - 44.
bhogaiúvarya-prasaktànàý
tayàpahåta-cetasàm,
vyavasàyàtmikà buddhiá
samàdhau na vidhìyate
Orang yang pikirannya terpengaruh oleh keinginan akan kenikmatan dan
kekuasaan, tak akan terpusatkan dan tak akan mampu melakukan samàdhi.
II - 45.
trai-guóya-viûayà vedà
nistrai-guóyo bhavàrjuna,
nirdvandvo nitya-sattva-stho
niryoga-kûema àtmavàn.
Veda menguraikan tentang triguóa, wahai Arjuna, bebaskanlah dirimu dari padanya.
Bebaskan diri dari dualisme, pusatkan pikiranmu kepada kebenaran, lepaskan
dirimu dari duniawi, bersatu dengan àtman.
II - 46.
yàvàn artha udapàne
sarvataá samplutodake,
tàvàn sarveûu vedeûu
bràhmaóasya vijànataá.
Sebagai halnya sebuah kolam didaerah banjir yang digenangi air dimana-mana,
demikian pula kitab suci Veda, bagi Bràhmaóa yang arif bijaksana.
II - 47.
karmaóy evadhikàras te
mà phaleûu kadàcana,
mà karma-phala-hetur bhùr
mà te saògo ‘stv akarmaói.
Berbuatlah hanya demi kewajibanmu, bukan hasil perbuatan itu (yang kau pikirkan),
jangan sekali kali pahala jadi motifmu dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri
tanpa kerja.
II - 48.
yoga-sthaá kuru karmàói
saògaý tyaktvà dhanañjaya,

12
siddhy-asiddhyoá samo bhùtvà
samatvaý yoga ucyate.
Pusatkan pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai Arjuna, tetaplah
teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa itulah
yang disebut yoga.
II - 49.
dùreóa hy avaraý karma
buddhi-yogàd dhanañjaya,
buddhau úaraóam anviccha
kåpaóàá phala-hetavaá.
Sesungguhnya karma jauh lebih rendah dari pada disiplin akal budi, wahai Arjuna,
karena itu berlindunglah pada kecerdasan, karena sangat menyedihkan halnya
mereka yang hanya mengharapkan pahala dari kerja sebagai motifnya.

II - 50.
buddhi-yukto jahàtìha
ubhe sukåta-duûkåte,
tasmàd yogàya yujyasva
yogaá karmasu kauúalam.
Orang yang terikat oleh buddhi-nya bebas dari perbuatan baik dan keji. Karena itu
laksanakanlah yoga itu, sebab melakukan kegiatan kerja yang sempurna itu sama
dengan yoga.
II - 51.
karma-jaý buddhi-yuktà hi
phalaý tyaktvà manìûióaá,
janma-bandha-vinirmuktàá
padaý gacchanty anàmayam.
Bagi orang bijaksana, yang pikirannya bersatu dengan Yang Maha Tahu, tidak
mengharapkan hasil dari perbuatannya (sebagai motif), akan tetapi bebas dari
keterikatan karma dan mencapai tempat dimana tak ada penderitaan.
II - 52.
yadà te moha-kalilaý
buddhir vyatitariûyati,
tadà gantàsi nirvedaý
úrotavyasya úrutasya ca.

13
Apabila pikiran telah bebas dari kebingungan, akhirnya engkau akan bersikap netral
pada apa yang engkau dengar dan apa yang akan engkau dengar.
II - 53.
úruti-vipratipannà te
yadà sthàsyati niúcalà,
samàdhàv acalà buddhis
tadà yogam avàpsyasi.
Bila pikiranmu yang dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan
tetap dalam samàdhi, kemudian engkau akan mencapai yoga (realisasi diri).
II - 54.
arjuna uvàca:
sthita-prajñasya kà bhàûà
samàdhi-sthasya keúava;
sthita-dhìá kiý prabhàûeta
kim àsìta vrajeta kim.
Arjuna berkata :
Wahai Kåûóa, apakah tanda-tanda dan orang yang mantap kearifannya dan teguh
imannya dalam samàdhi? Bagaimana pula cara orang bijaksana itu berbicara,
duduk, maupun caranya berjalan?
II - 55.
úrì bhagavàn uvàca:
prajahàti yadà kàmàn
sarvàn pàrtha mano-gatàn,
àtmany evàtmanà tuûþah
sthita-prajñas tadocyate.
Úrì Bhagavàn bersabda :
Wahai Arjuna, orang yang dapat melenyapkan segala keinginan dalam hati dan
hanya terpuaskan pada àtman oleh sang àtman saja, maka ialah yang disebut orang
bijaksana.
II - 56.
duákheûu anudvigna-manàá
sukheûu vigata-spåhaá,
vìta-ràga-bhaya-krodhah
sthita-dhìr munir ucyate.

14
Orang yang tidak sedih dikala duka, tidak kegirangan dikala bahagia, bebas dari
nafsu, rasa takut dan amarah, ia disebut orang bijak yang teguh.

II - 57.
yaá sarvatrà nabhisnehas tat
tat pràpya úubhàúubham,
nàbhinandati na dveûþi
tasya prajña pratiûþhità.
Ia yang tak mempunyai keterikatan dimana saja bila mendapat sesuatu yang baik
atau buruk, tak akan ada rasa senang atau benci padanya, sesungguhnya ia adalah
orang arif bijaksana yang telah memiliki kemantapan.

II - 58.
yadà saýharate càyaý
kùrmo ‘ògànìva sarvaúaá,
indriyàóìndriyàrthebhyas
tasya prajñà pratiûþhità.
Ibarat penyu menarik anggota badan ke dalam cangkangnya, demikianlah ia
menarik semua inderanya dari segenap obyek keinginannya, yang arif bijaksana
dalam keseimbangan.

II - 59.
viûayà vinivartante
niràhàrasya dehinaá,
rasa-varjaý raso ‘py asya
paraý dåûþvà nivartate.
Semua obyek indra akan tersingkir dari mereka yang mengekang diri walaupun
keinginan masih ada, dan keinginan inipun akan lenyap bila Yang Utama
menampakkan diri-Nya.
II - 60.
yatato hy api kaunteya
puruûasya vipaúcitaá,
indriyàói pramàthìni haranti
prasabham manaá.

15
Walaupun seorang yang budiman telah berusaha sekuat tenaga, wahai Arjuna,
indra-indrianya yang liar akan memaksa menyeret pikirannya dengan kuat.

SUMBER: Bagavadgītā,1999.
Oleh I Gde Pudja M.A.,SH

16
MENGHAFAL ŚLOKA DEWASA PUTRA-PUTRI

1.
dharme càrte ca kàme ca
moksa ca bhàrataûabha,
yadihàsti tedanyatra
yannehàsti an tat kvacit.
Dharma, artha, kama dan moksa, ada terdapat di sini; segala yang terdapat di sini
akan terdapat dalam sastra lain; yang tidak terdapat di sini tidak akan terdapat
dalam sastra lain .
2.
mànusah sarvabhùteûu
varttate vai ûubhàúubbe,
aúubheûu samaviûþam
úubhesvevàvakàrayet.
Dari semua makhluk hidup manusia sajalah, dapat melaksanakan perbuatan baik
ataupun buruk; leburlah segala perbuatan yang buruk dalam perbuatan baik.
3.
upabhogaih parityaktam
nàtmànamavasàdayet,
caóðàlatvepi mànusyam
sarvvathà tata durlabham.
Janganlah bersedih hati; sekalipun hidup tidak makmur; dilahirkan menjadi manusia,
sekalipun hina, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia.
4.
iyam hiyonih prathamà
yonih pràpya jagatìpate,
àtmànam ûakyate tràtum
karmabhih úubhalakûaóaih.
Kelahiran ini penting sekali, oh raja. Setelah mendapatkan kelahiran itu seseorang
dapat menyelamatkan dirinya dengan perbuatan-perbuatan baik.
5.
ihaiva narakavyàdheû
cikitsàm na karoti yah,
gatvà nirauûadham sthànam

17
sarujah kiñ kariûyati.
Orang yang tidak berbuat baik, akan masuk neraka-loka; ia dianggap sebagai orang
sakit yang pergi ke suatu tempat di mana tidak ada obat-obatan; tidak akan
memperoleh kesenangan.
6.
sopanabhutam svargasya
manusyam prapya durlabham,
tathàtmànam samàdayàd
dhvamseta na punaryatha
Pergunakanlah dengan baik kesempatan menjadi manusia, sungguh sulit diperoleh,
merupakan tangga pergi ke sorga; segala sesuatu yang menyebabkan jatuh jangan
lagi dilakukan.
7.
karmabhùmiriya brahman
phalabhùmirasau mata
iha yat kurute karma
tatparatropabhujyate.
Perbuatan baik atau buruk hasilnya akan dinikmati diakhirat, perbuatan baik ataupun
buruk yang dilakukan diakhirat tidaklah berakibat apapun, sangat menentukan
perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang.
8.
mànuûyam durlabham pràpya
vidyullasita cancalam
bhavakûaye matih kàryà
bhavopakaraóeûu ca
Kelahiran menjadi manusia sulit dan cepat, seperti gerlapan kilat, gunakanlah
sebaik-baiknya untuk melakukan perbuatan dharma, untuk mencapai kebebasan.
9.
yo durlabhataram ptapya
manusyam lobhato narah,
dharmàvamantà kàmàtma
bhavet sakalavañcitah.
Manusia yang ingkar akan kebaikan; suka mengejar harta dan kepuasan napsu
serta berhati tamak; akan tersesat dari jalan yang benar.

18
10.
mànuûyam mahàduûpràpyam
taðidvilasitopamam,
tallabdhyà yadi samsàrànnà
pakràmati vancitah
Menjadi manusia; meskipun melaksanakan dharma; namun jika tidak terlepas dari
proses lahir dan mati; maka sengsaralah namanya.
11.
ùrddhvabàhurviraumyeûa
na ca kacciûchmoti me,
dharmàdarthaûca kàmaûca
sa kimartham na sevyate.
Dalam mencari artha dan kàma hendaklah selalu dialasi dharma; sukar bertindak
berdasarkan dharma, apa gerangan sebabnya ?.
12.
kamarthau lipsamànastu
dharmmamevàditaûcaret,
nahi dharmmàdapetyàrthah
kàmo vapi kadàcana.
Bila seseorang ingin mendapatkan kama dan artha harus melaluinya dengan
melaksanakan dharma. Dengan mengabaikan dharma tidak akan ada artha pun
pada kama.
13.
dhàrmmikam pùjayanti ca
na dhanàðyam na kàminam,
dhane sukhakalà kàcid
dharmme tu paramam sukham.
Orang-orang memuji orang yang melaksanakan dharma, mereka tidak memuji orang
berharta dan orang yang sedang mabuk asmara. Orang sedikit mungkin
mendapatkan kebahagiaan pada harta, namun dalam dharma orang mendapatkan
kebahagiaan yang tertinggi.

19
14.
dharma evaplavo nanyah
svargam samabhivàñchatam,
sa ca naurpvaóijasstatam
jaladheh pàramicchatah
Dharma merupakan jalan untuk pergi ke sorga; seperti halnya perahu,
sesungguhnya adalah merupakan alat bagi para pedagang untuk menyeberang
lautan.
15.
yatnah kàmàrthamokûaóam
krtopihi vipadyate,
dharmmàya punararambhah
sañkalpopi na niûphalah.
Usaha tekun mencari kama, artha dan moksa, ada kalanya tidak berhasil; akan
tetapi usaha tekun pada pelaksanaan dharma tidaklah sia-sia, pasti akan berhasil.
16.
yathàdityah samudyan vai
tamah sarwam vyapohati,
evam kalvanamatistam
sarvvapàpam vyapohati.
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan semua kegelapan, demikianlah
orang yang melakukan dharma, dapat memusnahkan segala dosa.
17.
yathà- yathà hi puruûah
kalyàóa ramate manah,
tathà tathàsya siddhyanti
sarvvàrtha nàtra samûayah.
Sebagaimana halnya pikiran seseorang berkembang dalam keasyikan berbuat baik,
maka dengan demikian apapun rencana seseorang akan berhasil. Dalam hal ini
tidak ada keragu-raguan.
18.
dharmah sadà hitah pumsàm
dharmaûcaivàûrayah satam,
dharmallokàstrayastàta
pravåttah sacaràcaràh.

20
Dharma selalu membawa kebahagiaan. Dharma adalah tempat perlindungan yang
utama. Ketiga dunia, bersama-sama dengan semua isinya baik yang bergerak dan
yang tidak bergerak mengalir dari dharma.
19.
yasya notkràmati matir
dharmamàrganuûàriói,
tamàhuh puóyakàrmaói na
ûocye mitrabàndhavaih.
Orang yang pikirannya tidak bimbang, bahkan budinya tetap teguh untuk mengikuti
pelaksanaan dharma; perbuatan orang itu sangat mulia. Tidak diragukan lagi oleh
sanak saudaranya.
20.
yatheksuhetoriha secitam payah
trenàni vallìrapi sampmsincati,
tatho naro dharmapatena sañcaran
yacamai kàmàni vasùni càûnute.
Seperti air yang mengairi tebu, juga sampai kepada rumput liar di sekitarnya,
demikianlah orang dengan melaksanakan dharma akan diperoleh juga kekayaan,
keuntungan, ketenaran, dan kemewahan.
21.
surùpatàmàtmagunam ca vistaram
kulànvayam dravyasamṛd-dhisañcayam,
naro hi sarvam labhate yathàkṛtam
sadà ûubhenàtmakåtena karmaóà.
Orang yang telah melakukan perbuatan baik, maka kelak menuai menjadi orang
yang rupawan, gunawan, muliawan, hartawan, dan berkekuasaan yang tinggi.
22.
kàntàravanadurggesu
kåcchreûvapatsu sambhrame,
udyateûu ca ûastreûu nasti
dharmmavatàm bhayam.
Orang yang senantiasa melaksanakan dharma tidak punya takut, meski di semak-
semak, di hutan, di tempat-tempat yang berbahaya, di segala tempat yang dapat
menimbulkan kesusahan, di dalam peperangan. Dharma yang melindungi.
23.

21
manonukùlàh pramadà
rùpavatyah svalankåtàh,
vàsah pràsàdapåûte ca
bhavanti úubhakaåmmaåàm.
Siapa yang selalu berbuat kebajikan akan mendapatkan pahala, wanita cantik,
ketampanan, pelbagai kenikmatan dan berada pada rumah istana yang bagus.
24.
nipànamiva maóðùkàh
sarah puróóamivàndajàh,
úubhakarmmànamàyànti
sahàyàûca dhanàni ca.
Teman dan keberuntungan akan datang pada orang yang berbuat kebajikan seperti
halnya kodok dan burung akan datang ke danau yang penuh air.
25.
arjjayenànamarthàmûca
vidvànamaravat sthitah,
keûeûviva gåhitah san
måtyunà dharmmamàcaret
Orang bijaksana mengejar ilmu pengetahuan dan benda-benda duniawi dengan
sadar dan tenang tidak akan tertimpa bahaya maut, tetapi ketika ia mengejar
dharma, meskipun terengah-engah dan seakan-akan maut merenggut kepalanya
dikejarnya juga.
26.
mastakasthàyinam mrtyum
yadi paûyedayam janah,
àhàropi na rucyeta
kimutàkåtyakkàrità.
Jika orang telah mengetahui, bahwa sang maut senantiasa mengintai dan
menunggangi kepalanya, tentunya orang tidak akan rakus pada makanan, apalagi
untuk melakukan perbuatan yang menyalahi dharma.
27.
yuvaiva dharmmamanvjcched
yuvà vittam yuvà ûrutam,
tiryyagbhavati vai dharbha
utpatan na ca viddyati.

22
Seseorang hendaknya mencari dharma, kekayaan dan kebijaksanaan semasih umur
muda. Bila sudah tua helai daun rumput dhrbha itu akan merunduk dan tidak dapat
menusuk lagi
28.
pùrvve vayasi yah ûàntah
sa ûànta iti me matih,
dhàtuûu kûìyamaóeûu
ûamah kasya na vidyate.
Orang yang tinggal tidak ditundukkan; di penuhi oleh nafsu dalam masa muda, ia
sendiri kurang mampu mengendalikan. Kapan berkurangnya amukan nafsu mereka
ketika datangnya masa tua, itu adalah menurut kodratnya.
29.
yuvatvàpeksayà bàlo
vrddhatvapekûaya yuva,
måtyorutsangamàruhya
sthavira kimapeksate.
Beginilah keadaan manusia, masa kanak-kanak menanti masa muda, masa muda
menanti-nanti masa tua, tetapi jika masa tua telah tercapai, berarti telah berada di
pangkuan maut; apakah yang masih dinantikannya; hanya kematian saja.
30.
pùra ûarìramantako
bhmakti rogàsarathih,
prasahya jìvitakûaye
úubham mahat samàharet.
Kematian pertama, adalah yang dikemudikan oleh penyakit, yang menyebabkan
hidup itu menjadi kurang, jika usia hidup telah merosot berkurang datanglah maut,
maka orang hendaknyalah dipercepat berbuat baik.

SUMBER; Sārasamuccaya,1999.
Oleh I Nyoman Kadjeng

23

Anda mungkin juga menyukai