Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Tabel 1. Total Biaya 1 Porsi Menu

No Jenis Bahan Pangan Berat Satuan Harga


1 Beras 100 gram Rp1,000
2 Ikan tongkol 50 gram Rp1,500
3 Tahu 100 gram Rp 500
4 Kacang panjang 50 gram Rp 500
5 Semangka 50 gram Rp 500
6 Bawang merah 10 gram Rp 400
7 Bawang putih 10 gram Rp 400
8 Cabai 5 gram Rp 30
9 Garam 10 gram Rp 10
10 Gula 20 gram Rp 400
11 Santan 50 gram Rp 500
12 Kunyit 50 gram Rp 200
JUMLAH Rp5,940

a. Food Cost = Rp. 5.940


1 porsi menu = Rp. 6.000
b. Labor Cost
 Jumlah karyawan = 4 orang
 Gaji / bulan = Rp. 800.000
 Porsi / hari = 720
 Porsi / bulan = 21.600

 Labor cost =

= Rp. 148/porsi
c. Overhead Cost
 Gas LPG = Rp. 17.500 x 3 tabung = Rp. 52.500
 Kayu bakar = Rp. 200.000/pick up = Rp. 200.000

 Overhead cost =

= Rp. 11,7/porsi
d. Laba dan BEP
Pesantren nuris merupakan pesantren non-komersial sehingga tidak dapat
dicantumkan laba dan BEP.

4.2 Pembahasan
Dari tabel 1, dapat dihitung bahwa untuk menghasilkan 1 porsi menu akan
mengeluarkan direct material cost sebesar Rp. 5.940. Pada Pondok Pesantren
Nuris, penulis juga memperoleh data biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 800.000
per bulan. Jadi, dari data-data di atas, penulis dapat memperhitungkan total
seluruh biaya yang terjadi untuk menghasilkan 1 (satu) porsi makanan tersebut
dengan sistem job costing, adalah sebagai berikut:
Food cost Rp. 5.940
Labor cost Rp. 148/porsi
Overhead cost Rp. 11,7/porsi
Keterangan dari perhitungan diatas:
 Angka food cost diperoleh dari tabel 1 yang memperhitungkan total
seluruh bahan yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp. 5.940.
 Angka labor cost diperoleh dari data yang penulis peroleh pada Pondok
Pesantren Nuris, yaitu rata-rata gaji pekerja bagian dapur per porsi adalah
Rp. 148.
 Angka overhead cost diperoleh dari data yang penulis peroleh dari pihak
Pondok Pesantren Nuris, adalah sebesar Rp. 11,7 per porsinya.

Pondok Pesantren Nuris merupakan lembaga non-komersial sehingga


dalam pelaksanaannya tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan
semata. Menurut IAI (2004) organisasi nirlaba memperoleh sumber dana dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mangharapkan
imbalan apapun dari organisasi tersebut. Organisasi nirlaba merupakan suatu
lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan (Naiggolan, 2005).

Dapus

Naiggolan, Pahala. 2005, Akuntansi Keuangan dan Lembaga Nirlaba, PT Radja Grafindo
Persada, Jakarta.

IAI,2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat , Jakarta. Hlm 35

Anda mungkin juga menyukai