Anda di halaman 1dari 4

Metode dan Media Pembelajaran Tuna Daksa

Media Pembelajaran Tuna Daksa


1. Media Pembelajaran Adaptif
Menurut pendapat Oemar Hamalik (1994:12), “Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk mengoptimalkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran (for teacher teaching)”. Jika kita tarik
kesimpulan maka dapat didefinisikan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang
mampu menjadi alternatif proses pembelajaran. Sedangkan media pembelajaran adaptif
adalah media pembelajaran yang diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-
masing kelainan peserta didik sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan Peserta didik
Berkebutuhan Khusus, untuk efektivitas dan keberhasilan pembelajarannya.1
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mengembangkan media pembelajaran
bagi peserta didik tunadaksa, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Keberfungsian
Media pembelajaran yang digunakan atau dikembangkan pada pembelajaran peserta
didik tunadaksa harus berfungsi dalam dua hal. Pertama berfungsi bagi peserta didik
tunadaksa dalam memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Kedua berfungsi bagi
guru dalam mempermudah penyampaian materi pembelajaran dan mengkondisikan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
2) Kepraktisan
Media pembelajaran yang digunakan atau dikembangkan oleh guru dalam
pembelajaran bagi peserta didik tunadaksa harus mudah digunakan dan tidak
memperlambat, mempersulit atau menghabiskan waktu yang cukup banyak, sehingga
alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran tidak cukup untuk mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
3) Kemudahan
Media pembelajaran yang digunakan atau dikembangkan guru dalam pembelajaran
bagi peserta didik tunadaksa, mudah dalam memperoleh bahan-bahan yang
digunakan, atau mudah dalam proses pembuatannya.

1
Nita harini, Modul Guru Pembelajar PLB Tuna Daksa Kelompok Kompetensi C, ( Bandung: PPPPTK TK dan PLB,
2016). H. 75.
4) Ketertarikan
Media pembelajaran yang digunakan atau dikembangkan guru dalam pembelajaran
bagi peserta didik tunadaksa, harus dapat meningkatkan minat belajar bagi peserta
didik tunadaksa.
5) Keamanan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran harus bahan-
bahan yang aman bagi peserta didik tunadaksa. Hal ini mengingat bahwa peserta
didik tunadaksa terkadang belum memiliki kemampuan untuk menganalisis mana
bahan yang berbahaya dan mana bahan yang aman apabila mereka menyentuhnya
atau bahkan memakannya.2
2. Metode Pembelajaran Tuna Daksa
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelas Metode ini menjadi metode yang dominan dalam pembelajaran karena
banyak digunakan oleh guru sejak dulu sampai sekarang dan merupakan metode yang
sangat mudah diaksanakan.Penggunaan metode ceramah yang berlebihan dapat
membuat peserta didik cepat merasa bosan dan kurang menarik perhatian, sehingga
harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang sesuai
untuk penggunaan metode ceramah di antaranya adalah apabila ukuran kelas besar
dengan bnayak peserta didik dan materi yang disampaikan masih sulit untuk ditemui
pada buku pedoman peserta didik. Pada upaya menanamkan pendidikan akhlak pada
pembelajaran, metode ceramah lebih banyak digunakan karena mudah disesuaikan
dengan materi pelajaran.3
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode yang lebih banyak menggunakan interaksi
tanya jawab antara guru dengan siswa dalam proses pembelajarannya. Pada
penerapan metode ini pertanyaan apat berasal dari guru untuk megukur pemahan
siswa atau berasal dari siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Secara
umum tujuan penggunaan metode tanya jawab ini.4

2
Ibid.
3
Abdurrahman, Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan Luar Bisa, (Jakarta: Depdikbud 1995) , hal 37.
4
Ibid.
c. Metode Demonstrasi
Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau
orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh
kelas tentang suatu proses atau suatu harfiyah atau melakukan sesuatu.5
d. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan
memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara
rasional dan obyektif. Metode ini berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau
yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh satu jawaban atau satu cara saja
tetapi memerlukan wawasan/ ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik.6
e. Metode Kerja kelompok
Metode kerja kelompok yaitu kerja dari keunggulan beberapa individu yang
bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik
(kerjasama) antara individu serta saling mempercayai.7
Adapun dalam pembelajaran bagi siswa Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK
yang juga termasuk di dalamnya tunadaksa, maka guru dapat menggunakan metode
pembelajaran sebagai berikut:
1) Communication, artinya berkomunikasi secara verbal dan non-verbal dengan
menggunakan berbagai jenis symbol (katr, faco, gambar). Hal ini dilakukan karena
dalam belajar siswa tidak mungkin lepas dari komunikasi, baik komunikasi antar
siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan orang disekitarnya. Dengan adanya
komunikasi ini maka siswa diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil
belajarnya serta membentuk kepribadiaannya menjadi lebih baik.
2) Tasa analisis, artinya menganalisis kompetensi yang dimiliki oleh anak tunadaksa,
sehingga dalam pembelajarannya disesuaikan dengan kemampuan anak untuk
bertujuan meningkatkan kemampuan potensi anak tunadaksa. Metode ini juga
bermanfaat untuk mengetahui apakah siswa telah mampu memenuhi kompetensi yang
diajukan sebagai tujuan dari pembelajarannya.

5
ibid
6
Ibid.
7
Ibid.
3) Direct instruction, yakni pembelajaran dengan melakukan orientasi, presentasi,
latihan terstruktur, terbimbing, refleksi, latihan mandiri dan evaluasi. Metode ini
berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar yang positif bagi siswa dan dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi dalam berprestasi.
4) Prompts, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada
anak, sehingga anak lebih leluasa menikmati dan memahami proses pembelajaran.
Dengan memberikan bantuan maka anak cerebral palsy dapat menghasilkan respon
yang positif dan benar.8

8
Eva Dianidah, “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BAGI SISWA TUNADAKSA DI SMPLB D-
D1 YPAC JAKARTA”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), h. 56.

Anda mungkin juga menyukai