Kesimpulan dari memilih antara menjadi first mover atau late mover dan perlu
tidaknya memakai sebuah brand adalah tergantung dari masing-masing perusahaan
masing-masing. Yang jelas, tiap keputusan tersebut memiliki konsekuensi pada
strategi apa yang dipakai oleh perusahaan tersebut.
Beberapa produk yang tidak perlu menggunakan brand, antara lain produk yang tidak
memerlukan differensiasi, produk yang homogen, produk yang ada pada pasar
persaingan sempurna. Contohnya: Listrik, ikan lele, pasir, batu bata, garam, dan
sayuran yang dijual di pasar tradisional.
Singkatnya, jika strategi adalah cara, maka misi merupakan alasan (reason) untuk apa
organisasi/perusahaan itu ada, dan visi diartikan sebagai tujuan yang hendak dicapai
oleh organisasi/perusahaan tersebut. Dalam hal ini, maka perlu diketahui misi terlebih
dahulu, baru kemudian menentukan visi organisasi.
Kita melihat banyak hambatan yang dihadapi 2 perusahaan tersebut melalui The
CAGE Framework (Cultural, Administrative, Geographic, dan Economic Distance).
Mereka sama-sama memiliki berbagai hambatan, namun keduanya mengambil pilihan
yang berbeda, yaitu STARBUCKS tidak masuk ke Italia, sedangkan COCA-COLA
tetap memasuki China. Hal ini dapat dijelaskan menggunakan Structure-Conduct-
Performance (SCP) Framework.
Dalam SCP dijelaskan tentang pengaruh struktur pasar terhadap kinerja suatu bisnis.
Structure dapat berupa jumlah atau ukuran perusahaan yang ada dalam pasar (degree
of concentration, yaitu bentuk pasar monopoly hingga perfect competition), entry
condition, vertical integration, atau diversification.
Conduct atau perilaku perusahaan dalam merespon struktur pasar tersebut, dapat
berupa strategi harga, reklame, R&D, differentiation, collusion, atau merger.
Performance atau kinerja perusahaan sebagai hasil dari perilakunya, dapat berupa
tingkat keuntungan (profit), growth, kualitas produk yang dihasilkan, efisiensi dalam
produksi, maupun kemajuan teknis lainnya.
Ketika STARBUCKS menghadapi pasar persaingan sempurna pada market kopi di
Italia, ia menyadari bahwa ia akan menjadi price taker. Dan untuk dapat diterima oleh
pasar, ia harus memaksa harga rendah pada produknya. Perilaku itu akan berdampak
negatif pada profitability-nya. Karena itulah, STARBUCKS memutuskan untuk tidak
masuk ke pasar Italia, dari pada ujung-ujungnya hanya menanggung kerugian.
Lain halnya dengan COCA-COLA. Kondisi pasar cola di China pada saat itu belum
terbentuk, sehingga ia akan menjadi pemain satu-satunya (pasar monopoli) ketika
memasuki pasar China. Struktur pasar demikian memberi kesempatan besar bagi
COCA-COLA untuk menjadi price maker. Konsekuensinya, ia lebih mampu
mengendalikan profit yang diraupnya. Karena itulah, walaupun banyak hambatan
untuk memasuki pasar China (terutama cultural distance yaitu budaya minum teh),
namun COCA-COLA tetap berani mengambil langkah untuk entry the market karena
struktur pasar memberi kesempatan bagi COCA-COLA untuk mencapai performa
yang baik.
Di dunia penerbangan, Airplane makers atau supplier pesawat hanya ada 2, yaitu
Boeing dan Airbus. Karena sedikitnya jumlah supplier, menjadikan daya tawarnya
menjadi sangat tinggi. Saat ini, AA menggunakan pesawat Airbus. Jika AA
menambah rute long haul maka ia memerlukan pengadaan jenis pesawat lain (melalui
lease) karena tentu untuk long haul dibutuhkan spesifikasi pesawat yang berbeda dari
short haul.
Pilihannya, jika AA beralih menggunakan Boeing maka switching cost nya tentu
sangat tinggi, karena ia memerlukan biaya pelatihan karyawan untuk mengoperasikan
fitur pesawat yang berbeda. Namun, jika tetap menggunakan Airbus, tetap saja biaya
yang dikeluarkan tidak kalah tinggi. Seperti kita ketahui, Airbus menggunakan
teknologi canggih dalam mendesain pesawat, sehingga kekuatan pemasoknya cukup
kuat karena konsumen akan bergantung hanya pada insinyur Airbus untuk melakukan
pemeliharaan dan konsultasi mengenai pesawat tersebut. Selain itu, AA perlu
memikirkan biaya sparepart dan inventory yang tentunya berbeda dari jenis pesawat
sebelumnya.
Airports menjadi salah satu pihak yang menjadi pemasok dalam rangka penciptaan
jasa yang diproduksi oleh AA. Airport tax, jasa bandar udara, biaya navigasi, dan
ground handling menjadi bagian dari penyumbang biaya yang mempengaruhi harga
tiket pesawat. AA perlu mempertimbangkan ketika hendak membuka rute pada
beberapa bandara yang memiliki biaya lebih mahal dari pada standar biaya pada
umumnya. Selain itu, tidak semua bandara beroperasi penuh selama 24 jam. Jika
demikian, maka tingkat utilisasi pesawat AA akan menjadi kurang optimal. Kondisi
ini juga perlu dipertimbangkan dalam rangka menjaga AA tetap mampu menawarkan
harga paling murah.
2. Threat of SUBSTITUTES
AA harus mempertimbangkan adanya alternatif moda transportasi lainnya dengan rute
pendek (short haul) bagi konsumen yang menginginkan fasilitas dan layanan berbeda
dibanding dengan yang mampu diberikan AA. Alternatif transportasi tersebut dapat
berupa mobil yang saat ini ditunjang dengan adanya infrastruktur jalan raya dan jalan
tol sudah semakin baik. Selain mobil, kereta berupa kereta api, kereta cepat, dsb juga
mulai dibangun sarananya dengan kualitas pelayanannya yang sangat baik. Hal
tersebut tentu harus dipertimbangkan dengan lebih jauh lagi mengingat target
konsumen yang disasar tidak berbeda jauh.
Selain itu, untuk pertimbangan mengembangkan jalur long haul serta kelas bisnis, AA
harus memikirkan pengaruh teknologi yang semakin mempermudah para pebisnis
dalam melakukan pertemuan/meeting. Kini, pertemuan tersebut dapat dilakukan
melalui video conference. Sehingga, ke depannya akan semakin sedikit pebisnis yang
melakukan perjalanan bisnis (biasanya jarak jauh).
limited bargaining power, but price sensitive and low switching costs
Daya tawar pembeli kuat ketika biaya switching maskapai rendah. Ini karena di pasar
ada pesaing lain yang selisih harga yang ditawarkan tidak banyak maka pelanggan
akan memilih maskapai mana yang nyaman dan menawarkan jadwal terbaik yang
cocok untuk mereka.
Jika dikaitkan dengan kasus kerjasama antara AA dengan Online Travel Agents, akan
lebih baik bila AA mengembangkan sistem pemesanan tiketnya sendiri. Dengan cara
tersebut nantinya AA dapat lebih independen dalam menentukan harganya karena
tidak ada ketentuan/persyaratan yang mengikat dengan OTA, serta tidak ada biaya
yang dikeluarkan untuk pihak OTA. Karena jelas, tanpa OTA, AA akan mengurangi
satu tahapan transaksi dengan pelanggannya. Dan yang tidak kalah penting, dengan
mengelola reservations system sendiri, AA memiliki kesempatan untuk juga
memasarkan lini bisnis lainnya, seperti Tune Talk, Tune Hotels, Tune Insurance, dan
Tune Money.
Cost of entry modest berlaku sebagai penghalang masuknya pesaing karena terdapat
persyaratan modal finansial yang cukup tinggi seperti pendirian kantor pusat,
pembelian atau penyewaan pesawat, penunjukan pilot dan staf lain seperti pengawas
udara. Maka dari itu, kemungkinan ada pemain baru di lini seperti AA ini terbilang
kecil.
multiple competitors
Persaingan menjadi semakin ketat jika ada jumlah pesaing yang banyak. Hal ini
adalah fenomena normal. AA sekarang menghadapi persaingan dengan sekitar 59
maskapai bertarif rendah seperti JAL Express, Tiger Airways, Air Arabia, JetStar
Airways, dll. Mereka dapat bersaing dalam hal penawaran rute mereka yang tidak
diterbangkan AA.
excess capacity atau disebut dengan biaya bagasi. Pada AA, berat maksimal untuk
barang bawaan penumpang yang free of charge (masuk ke cabin pesawat) adalah 7kg.
Selebihmya, AA mengenakan tarif bagi biaya bagasi tersebut. Hal ini menjadi salah
satu persaingan antar maskapai, karena ada beberapa maskapai yang tidak
mengenakan biaya bagasi bahkan hingga 15kg.
high exit barrierss
Salah satu kendala untuk keluar dari industri ini adalah biaya keluar dari pasar yang
cukup tinggi (high exit cost). Biaya tersebut dapat berupa biaya pengurangan staf,
melunasi pinjaman utang, dan pengembalian uang karena pembatalan penerbangan.
Oleh karena itu, menjadi mahal bagi perusahaan penerbangan untuk meninggalkan
industri ini. Mereka mungkin memaksa untuk melanjutkan operasi mereka bahkan
saat mereka menghadapi kerugian untuk mengatasi fixed cost-nya. Hal ini
menyebabkan industri ini menjadi sangat kompetitif.
Kesimpulan:
Untuk tetap memegang nilai “The World’s Lower Cost Airlines” maka Airasia tepat
dalam memilih (1) membangun sistem reservasi online secara mandiri, (2) tidak
membuka rute perjalanan jarak jauh, dan (3) tetap hanya menyediakan kelas ekonomi
untuk layanan penerbangannya.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Learning Diary 5
Pertemuan ini dibuka dengan pertanyaan Apakah Anda Akan Menerima Tawaran
Untuk Membuka Bisnis Laundry di Pogung Dengan Modal 10 juta?
Selanjutnya pertanyaan ini dapat dijawab melalui Five Force Framework. Framework
ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi daya tarik
(attractiveness) suatu industri. Ukuran menarik di sini dilihat dari profitability industri
tersebut.
Adapun analisis terhadap industri bisnis laundry menggunakan five force framework
adalah sebagai berikut:
1. Bargaining power of supplier yang rendah, karena supplier untuk bisnis laundry
jumlahnya cukup banyak, seperti untuk keperluan tempat usaha, mesin cuci, setrika,
listrik, air, deterjen, pewangi, plastik pembungkus, dsb.
2. Bargaining power of buyer yang kuat, karena banyaknya pemain pada bisnis ini
maka pembeli memiliki kekuatan untuk memaksa penjual memberikan layanan
dengan kualitas tinggi dan harga yang murah. Sehingga, penjual akan mengeluarkan
biaya yang lebih (sewa lokasi yang semakin mahal, harga listrik kian naik, harga
peralatan dan perlengkapan juga semakin tinggi, biaya iklan untuk menarik minat
pelanggan, dsb) untuk mampu bertahan dalam bisnis ini. Sedangkan, penjual dipaksa
menekan harga sekompetitif mungkin. Akibatnya, margin atau profit yang didapat
akan kecil, yang berarti bahwa industri ini menjadi tidak menarik.
3. Threat of new entrants yang tinggi. Karena rendahnya modal yang dibutuhkan,
regulasi yang tidak banyak, serta kemudahan dalam membuka bisnis ini menjadikan
peluang masuknya pemain baru menjadi cukup tinggi. Hal ini akan menguntungkan
bagi pembeli, karena bargaining powernya menjadi naik.
5. Rivalry among existing firms tentunya sangat sengit. Bisnis laundry makin
menjamur, dimana setiap radius 200m kita akan dengan mudah menemukan laundry
di kawasan kos-kosan, dalam hal ini adalah Pogung. Price war menjadi hal yang
lumrah. Terbukti bahwa semakin hari, harga cuci setrika per kilogramnya mengalami
penurunan, yang dulunya berkisar 8ribu rupiah per kg, sekarang kita dapat dengan
mudah menemukan laundry dengan harga 4ribu per kg saja.
Berdasarkan analisis tersebut, kita melihat bahwa industri ini tidak profitable, yang
artinya tidak menarik. Jadi, kita dapat dengan yakin untuk menolak tawaran untuk
membangun bisnis laundry di Pogung.
Kemudian, kita menentukan apa saja yang menjadi determinan dari masing-masing
force yang menjadi komponen five force framework, antara lain:
• Faktor yang dapat menghambat masuknya pemain baru: Memperluas economies
of scale, menguatkan aspek penggunaan teknologi, brand identity, modal yang
dipersyaratkan, akses pada channel distribusi, peraturan pemerintah, dll
• Faktor yang dapat memenangkan persaingan dengan kompetitor/rival:
Meningkatkan konsentrasi pasar, product differences, brand identity, exit barriers,
meningkatkan pertumbuhan industri, dll.
• Faktor yang mendorong munculnya barang substitusi: Kecenderungan terhadap
produk substitusi, harga produk substitusi yang relatif terjangkau, switching cost yang
rendah.
• Faktor yang menentukan kekuatan supplier: Supplier concentration,
differentiation of inputs, switching costs untuk pindah pada supplier lainnya, dll
• Faktor yang menentukan kekuatan pembeli: Buyer concentration VS Firm
concentration, jumlah pembeli, informasi yang dimiliki pembeli, biaya pindah ke
produk lain bagi pmebeli, adanya barang substitusi, dll
Untuk dapat sukses, bersaing, dan memenangkan kompetisi di suatu industri, Key
Succes Factor (KSF) menjadi hal utama yang harus diidentifikasi oleh perusahaan.
KSF adalah faktor kompetitif dan atributnya yang dapat mempengaruhi kemampuan
setiap pemain dalam suatu industri sukses secara finansial dan memenangkan
persaingan. KSF sangat penting karena menentukan profit atau loss serta sukses atau
gagalnya suatu perusahaan.
Pertanyaan yang dapat membantu dalam menentukan KSF yang dimiliki oleh suatu
perusahaan:
1. Apa yang menjadi alasan konsumen memilih produk dari suatu perusahaan
dibanding dengan kompetitornya?
2. Sumber daya dan kemampuan bersaing seperti apa yang dibutuhkan perusahaan
untuk memenangkan kompetisi?
3. Kekurangan atau kelemahan apa yang akan memicu kekalahan dalam
berkompetisi?
KSF sendiri pada dasarnya bersifat cepat berubah sehingga perusahaan tidak bisa
hanya puas dengan satu KSF saja, tetapi harus terus melakukan penelitian pasar
secara komprehensif
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Learning Diary 6
Kelas Strategic Management kali ini diawali dengan pertanyaan pemantik, yaitu
Mengapa burger Mc.D dapat lebih sukses dibandingkan dengan burger lain di pasaran
lokal? dalam artian, mengapa Mc.D mampu memiliki kinerja ekonomi yang lebih
baik dari pada yang lainnya.
Hal ini dikarenakan ia memiliki competitive advantage, yaitu daya saing yang dimiliki
perusahaan karena ia mampunyai sumber daya dan kemampuan untuk mengelolanya
sehingga menghasilkan suatu produk yang memberi manfaat untuk customer, diterima
oleh pasar, dan penting untuk memenangkan persaingan di sebuah industri. Sebagai
contoh ilustrasi: Pertarungan menggunakan pisau dikalahkan dengan pemain yang
memiliki dan mampu memakai senjata pistol dengan baik.
1. Kapal berlayar menuju tempat yang berlawanan arah dengan tiupan angin.
2. Coca-cola mengembangkan resouces internal berupa penciptaan brand yang kuat
dan mass production & marketing sehingga mencapai scala economic yang besar.
Resources dan capabilities yang dimiliki oleh suatu perusahaan adalah satu paket.
Resources dapat berupa tangible dan intangible assets, seperti pabrik, produk,
reputasi, dll.
Capabilities merupakan bagian dari capabilities yang memungkinkan perusahaan
mengambil manfaat dari sumber daya lainnya yang dimiliki. Contohnya: kemampuan
dalam marketing dan menjaga hubungan baik dengan
supplier/konsumen/pemerintah/bank atau pihak lainnya.
1. Zone of irrelevance: sumber daya yang dimiliki adalah tidak penting dalam
menjalankan bisnis pada industri tersebut, bahkan perusahaan tidak memiliki
kemampuan dalam mengelolanya.
Perjalanan bisnis pada sebuah industri bersifat dinamis dan akan selalu mengalami
metamorfosa. Untuk dapat menjaga keberlangsungannya, sebuah competitive
advantage haruslah memenuhi VRIO Framework yaitu:
Benchmarking functional: dilakukan dengan merujuk pada fungsi bisnis yang sama
(fungsi keuangan, marketing, operasional, keamanan, dll) pada industri yang berbeda.
Contohnya: UGM melakukan benchmarking dalam hal pelayanan front office dengan
merujuk pada Hotel Ambarukmo.
Tahapan dari benchmarking itu sendiri meliputi identifikasi masalah, pembuatan tim
benchmark, identifikasi masalah serupa, pengumpulan data, dan implementasi.
Benchmarking merupakan proses mengadaptasi kesuksesan dari best practice, bukan
melakukan adopsi, karena juga harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing
perusahaan.
Benchmarking digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang dibandingkan
dengan perusahaan lain.
Fungsi benchmarking yaitu:
1. Pengukuran dan pembanding
2. Sistematik dan terus-menerus
3. Dibandingkan terhadap kompetitor
4. Mengambil langkah perbaikan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Learning Diary 7
Pada pertemuan yang lalu (19-03-2020) perkuliah diadakan secara online melalui
platform bagiilmu.org . Pada sesi perkuliahan ini membahas tentang Framework
VRIO. Framework tersebut adalah bagian dari Resource Based View (RBV), yang
membahas tentang bagaimana sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan berdasarkan sumber daya internal perusahaan. VRIO
adalah akronim untuk kerangka kerja empat pertanyaan Value, Rare, Inimitable, dan
Organized.
1. Value -> apakah perusahaan memilki sumber daya yang menambah nilai dalam
memanfaatkan peluang dan bertahan dalam menghadapi ancaman.
2. Rare -> apakah sumber daya yang dimiliki langka, jika iya maka perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif.
3. Inimirable -> Apakah suumber daya yang memiliki biaya tinggi akan sulit ditiru,
dibeli, dan digantikan oleh perusahaan pesaing, jika iya maka perusahaan mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
4. Organizing - > Apakah perusahaan telah mengorganisir sistem manajemen, proses,
struktur, dan budaya untuk memanfaatkan sumber daya dan kemampuan.
Jika dari keseluruhan pertanyaan yang ada pada Framework VRIO tersebut dapat
dengan mudah dijawab maka perusahaan akan mendapatkan hasil yang disebut
dengan Sustainibility Competitive Advantage.
Learning diary 8
Setelah diberikan materi mengenai business strategi selama sebelum UTS, pada
pertemuan selanjutnya akan lebih concern membahas corporate strategy, yaitu
bagaimana mengelola portfolio bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Sebuah proses
bisnis akan sukses apabila perusahaan memiliki core competencies atau keunggulan
yang dimiliki oleh perusahaan agar dapat menjangkau new market. Dalam pertemuan
kali ini contoh yang relevan yang diberikan adalah Honda. Perusahan tersebut
memiliki core competence dalam dunia per-engine-an. Perusahaan ini dapat
menciptakan berbagai macam mesin seperti misalnya mesin motor, mobil, jet, mesin
boat, generator set, bahkan mereka dapat menciptakan robot yang bernama Asimo.
Dengan core compentence honda pada bidang mesin, perusahaan ini akhirnya dapat
memasuki beberapa industri seperti motor, mobil, pesawat, peralatan bengkel, dan
lainnya.
The Porter Value Chain menjelaskan aktivitas perusahaan yg dibagi menjadi 2, yaitu:
Aktivitas utama: dimulai dari inbound logistik -> operasional -> outbound logistik ->
marketing & sales, kemudian -> service.
Ketika perusahaan memilih Cost Adv, maka berdasarkan PVC, perusahaan dapat
menentukan aktivitas apa yg sebaiknya dikerjakan dan yg tidak, dalam rangka
mencapai cost advantage (efisien).
Mengelola Vertical Chain (VC) merupakan bagian penting dalam srategi bisnis. VC
dimulai dari aktivitas mendapatkan bahan baku dan diakhiri dengan aktivitas
penjualan barang/jasa.
----------------------------------------------
VC dapat dilakukan secara terintegrasi dengan melakukan semua aktivitas bisnis oleh
perusahaan tersebut, atau secara disintegrasi dengan melakukan outsourching pada
beberapa aktivitas/kegiatan perusahaan. Pilihan ini terkait dengan keputusan untuk
make or buy.
Sebaliknya, jika terjadi market failure (kegagalan pasar, cth: harga tidak stabil,
monopoli, asymetric information, dsb) atau governance failure (kegagalan pemerintah
mengatur pasar, cth: aturan yg tidak jelas, implementasi yg tidak tepat, adanya KKN,
dsb), maka akan timbul market uncertainty yang membawa konsekuensi tambahan
administration cost, information cost, dan transaction cost. Kondisi ini mendukung
perusahaan untuk memutuskan make saja.
2. Long-term contract. Artinya, jika kebutuhan atas suatu aktivitas adalah rutin
dengan frekuensi yang tinggi (contoh: setiap hari, setiap minggu), maka perusahaan
lebih baik melakukan buy.
Struktur pasar juga menentukan untuk keputusan make/buy. Semakin pasar berupa
perect competition maka keputusan terbaik adalah but. Sebaliknya, semakin berupa
pasar monopoli maka keputusan make adalah yg terbaik.
----------------------------------------------
ALLIANCES STRATEGY
Keunggulan:
-Biaya murah.
-Exit cost kecil, sehingga risiko kecil.
-Ada pertukaran resources, sehingga saling melengkapi.
-Semakin banyak sumber daya yang diberikan, maka semakin besar kontrol yang
dimiliki. Kontrol tersebut dapat dalam hal keuangan, katyawan, pengetahuan,
teknologi, atau sumber daya lainnya.
Kelemahan:
-Adanya potensi konflik.
-Keunggulan perusahaan dapat dicuri oleh perusahaan lain.
-Timpang tindih kepentingan dalam kepemimpinan.
-Sustainability yang rendah.
AKUISISI
-Biaya tinggi, untuk entry ataupun untuk exit.
-Return yang dihasilkan akan tinggi.
-Risiko besar.
Tipe Aliansi
1. Horizontal Aliansi dilakukan dengan perusahaan lain yang melakukan aktivitas
yang sama. Tujuannya untuk mengembangkan pasar, meningkatkan market power.
Learning Diary 10
Pembahasan awal dimulai dengan mengulas kembali materi mengenai:
-keputusan make/buy
-strategi aliansi (pengertian, tipe, kelemahan, kelebihan dsb)
-licensing, franchising, joint ventures, venture capital, dll.
Berikut ini merupakan urutan spektrum model organisasi mulai dari model less
integrated yang sesuai untuk keputusan buy dan memiliki better adaptation hingga
organisasi dengan model more integrated yang sesuai untuk keputusan make dan
memiliki better coordination:
Kelebihan:
-strategi memasuki pasar luar negeri.
-Risiko tidak besar karena pemberi lisensi tidak perlu terlibat dalam operasi dan
komersialisasi.
-Kecepatan dan kemudahan memasuki pasar asing.
-Tidak harus menghadapi kemungkinan pembatasan dan hambatan tarif seperti dalam
ekspor.
-Pemberi lisensi tidak perlu investasi skala besar untuk mengeksploitasi inovasi.
Kekurangan:
-Pemberi lisensi berpotensi kehilangan daya saingnya.
-Pemegang lisensi tidak memiliki strategi yang unggul dan tidak dapat
mengkomersialkan lisensi secara efektif.
Contoh: Disney Consumer Products, Warner Bros, dan Sanrio inc (icon Hello Kitty).
4DX mengajarkan untuk fokus pada proses (lead) bukan hasil (lag) dalam menilai
kemajuan atau keberhasilan.
Balance Score Card (BSC) merupakan alat untuk menterjemahkan visi misi menjadi
strategi dan serangkaian aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua elemen-elemen
organisasi. Visi misi (goal) diturunkan menjadi tujuan (objektives) yang dapat diukur.
Kemudian diturunkan menjadi target hingga inisiatif berupa statement atas output dan
outcome yang hendak dicapai. Berkebalikan dengan 4DX, BSC menggunakan
pengukuran atas hasil capaian (lag).
Menurut kacamata strategis, perilaku seorang leader (CEO) yang etis dalam bisnis
adalah sangat penting. Perusahaan harus menerima bahwa akan ada dampak moral
atas keputusan yang diambil. Keputusan yang salah atau gagal dapat menimbulkan
biaya bagi perusahaan. Bahkan lebih jauh lagi, berdampak pada kondisi keberlanjutan
perusahaan (sustainability). Hal ini dijelaskan menjadi 3 level, yaitu:
Level 1
Merupakan tingkatan kegagalan etis yang paling mudah untuk dihitung karena
menyangkut stakeholder yang sangat disadari oleh pengambil keputusan, yaitu diri
mereka sendiri, perusahaan, dan pemerintah. Pada level ini terdapat konsekuensi
adanya biaya denda dan hukuman bagi perusahaan yang timbul karena kegagalan
etika.
Level 2
Menunjukkan adanya biaya administrasi utama seperti biaya “clean-up” apabila
terjadi kegagalan etika dalam mengambil keputusan. Contohnya: biaya pengacara,
investigasi, dan biaya untuk perbaikan. Biaya-biaya ini biasanya kurang diperhatikan
oleh perusahaan dalam membuat suatu keputusan.
Level 3
Menunjukkan adanya biaya yang paling sulit untuk diukur. Biaya-biaya ini memiliki
kemungkinan besar untuk tidak diperhatikan oleh perusahaan. Contohnya: hilangnya
pelanggan, reputasi, moral, pandangan negatif dari karyawan, investor, masyarakat,
maupun pemerintah yang memiliki ekspektasi atas kinerja bisnis suatu perusahaan.
Ketika perusahaan (CEO) gagal dalam mengambil keputusan yang etis maka
perusahaan akan menghadapi masalah bisnis yang signifikan.
Note: Kata Kunci dan framework:
1. Mintzberg’s 5 P
2. 5 major element in strategy
3. CAGE Framework
4. SCP Framework
5. 5 forces porter model
6. VRIO
7. SWOT
8. KSF
9. Resource and Capabilities
10. Benchmarking
11. VUCA
12. BCG Matrix
13. Ansoff Matrix
14. 4Dx Matrix