Ilmu atau sains memiliki arti yakni pengetahuan berdasarkan Dari berbagai fakta,
baik pengetehauan tersebut bersifat natural atau social yang berlaku secara
umum serta sistematis. Dengan kata lain Ilmu merupakan pengetahuan yang
telah di atur berdasarkan yang sudah tertata atau di urutkan seacara menyluruh
dan sistematis.
Contoh Ilmu
Beberapa contoh Ilmu yang biasa kita temukan sehari-hari dalam kehidupan social
adalah Bahasa, yang mana bahasa sangat berlaku secara umu dan sistematis.
Setiap saja, kapan dan dimana saja setiap orang yang ingin mempelajari suatu
bahasa harus melakukan berbagai tahapan seperti berbicara, Membaca, menulis
dan mendengar. Sehingga dalam hal ii telah di buktikan bahwasanya bahasa
merupakan ilmu yang memiliki sifat umum serta sistematis yang bisa menjadi
sebuah dasar atau acuan. Kemudian akan muncul pertanyaan terkait dengan
bahasa yakni siapakah Guru dari Bahasa tersebut? Jawabannya adalah Imu
bahasa itu sendiri, sedangkan sebagai pengajarnya yakni penghubung ilmu
bahasa.
Pengetuan bisa di artikan sebagai informasi yang telah di ketahui atau telah
disadari pada setiap Individu/kelompok serta belum bisa di pelajari secara umum.
Akan tetapi pengetahuan bisa menjadi suatu ilmu jika sudah di pelajari dan di uji
sehingga nantinya bisa di terapkan untuk umum. Pengetahuan tidak bisa di batasi
dengan deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayes adalah bermanfaat dan benar.
Contoh Pengetahuan
Sebagai contoh dari Pengetahuan adalah praktek dukun atau ilmu supranatural,
dimana untuk pelaku tersebut di sebut paranormal, bisa di bilang hal ini
bermanfaat dan benar adanya. Namun karena sifatnya masih Individu/Kelompok
atau tidak systematis (tertutup) maka orang yang ingin mempelajarinya
memerlukan guru khusus. Dalam hal ini Guru sebagai acuan yang harus untuk di
ikuti karena guru adalah itu sendiri (pada setiap guru lain ilmu). Jadi
kesimpulannya adalah Pengetahuan bisa di jadikan ilmu jika sudah di uji dan
sistematis sehingga setiap orang dapat mempelajarinya dengan terbuka.
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan
kesimpulan mengenai diterima dan ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah
tersebut dapat diterapkan secara informal, seperti mengambil rute yang paling
efisien dari rumah untuk bekerja atau ke sekolah, atau waktu yang terbaik untuk
pergi ke bank. Penerapan yang lebih formal dari metode ilmiah untuk pemecahan
berbagai masalah adalah semua yang dilakukan oleh penelitian.
Contohnya :
Macam-macam hipotesis
Contohnya:
Jika…maka
Contoh:
Dalam penggunaanya, hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) selalu
berpasangan sehingga dapat ditentukan dengan tegas mana variabel yang
nantinya akan ditolak dan diterima.
1. Hipotesis Deskriptif
Bakteri X memiliki suhu pertumbuhan optimum tidak lebih dari 35oC. Maka
rumusan hipotesisnya adalah
Daerah terang:
Ho : μ = 5 cm
Ha : μ ≠ 5 cm
Daerah gelap:
H0 : μ = 10 cm
Ha : μ ≠ 10 cm
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis ini menunjukkan dugaan nilai dalam satu atau lebih variabel pada
sampel yang berbeda, contoh rumusan masalah dan hipotesisnya:
Apakah terdapat perbedaan rata-rata berat badan ayam broiler yang diberi pakan
X dan Y ?
Hipotesisnya:
Tidak terdapat perbedaan nyata antara rata-rata berat badan ayam broiler yang
diberi pakan X dan Y
Ho : μ1 = μ2
Rata-rata berat badan ayam broiler yang diberi pakan Y lebih kecil sama dengan
pakan X
Ho : μ1 ≥ μ2
Rata-rata berat badan ayam broiler yang diberi pakan Y lebih tinggi sama dengan
pakan X
Ho : μ1 ≤ μ2
3. Hipotesis Asosiatif
Ha : ρ ≠ 0 (tidak sama dengan nol, mungkin lebih atau kurang, menujukkan suatu
hubungan)
1. Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor adalah hipotesis ini mencakup seluruh variabel yang saling
berkaitan (hubungan yang kompleks). Contohnya: “Ada pengaruh antara faktor
abiotik/biotik terhadap penyebaran hewan di benua Australia.”
2. Hipotesis Minor
Hipotesis minor adalah hipotesis yang berupa bagian-bagian atau perincican dari
hipotesis mayor yang menyatakan hubungan keseragaman. Contohnya jika
mencari pengaruh faktor-faktor abiotik/biotik terhadap penyebaran hewan di
benua Australia, maka hipotesisnya bisa dijabarkan sebagai berikut:
Pengukuran penting untuk penelitian karena hanya dengan pengukuran itulah peneliti
dapat menghubungkan konsep-konsepnya yang abstrak dan realitas. Melalui pengukuran peneliti
berusaha mempresentasikan fenomena yang diacu oleh konsep yang dipakainya.
2. Setelah dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-
masing dimensi.
4. Menguji tingkat validitas dan realibilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur
yang baru.
Dalam penelitian ilmu alami, yang diukur biasanya adalah benda yang tertangakap oleh panca
indera. Dengan demikian korespondensi antara konsep realitas lebih jelas. Dalam penelitian
social pengukuran lebih rumit, terutama karena kebanyakan kosep ilmu sosial adalah mengenai
berbagai fenomena sosial yang abstrak dan tidak dapat diraba dan dirasa dengan panca indera.
Dengan demikian ada kemungkinan yang besar sekali bahwa instrument pengukur yang dipakai
tidak menangkap tepat fenomena sosial yang diukur. Dalam keadaan yang sesungguhnya proses
pengukuran lebih kompleks karena realita suatu fenomena sosial tidak diketahui.
Pengukuran tidak lain dari penunjukan angka-angka pada suatu variabel. Tingkat ukuran yang
dikenal di dunia penelitian dikembangkan pertama kali oleh S.S. Stevens pada tahun 1946,
yakni:
1. Ukuran nominal
2. Ukuran ordinal
3. Ukuran interval
4. Ukuran rasio
Indeks dan skala adalah ukuran gabungan buat suatu variabel. Agar diperoleh ukuran yang lebih
lengkap dan tepat, ukuran suatu variabel tidak semata-mata didasarkan pada satu pertanyaan
tetapi pada beberapa pertanyaan. Perbedaan pokok antara indeks dan skala terletak pada
penentuan skor. Skala disusun atas dasar penunjukan skor pada pola-pola atribut. Artinya dalam
penyusunan skala diperhatikan intensitas struktur dari atribut-atribut yang hendak diukur. Salah
satu contoh indeks yang paling banyak digunakan dalam penelitian sosial adalah indeks kelas
ekonomi yang didasarkan atas pemilikan barang-barang berharga dan hewan. Salah satu contoh
skala, adalah skala Partisipasi Sosial yang disusun oleh F. Stuart Chapin. Skala ini berusaha
untuk mengukur tingkat partisipasi sosial seseorang dari derajat keterlibatannya dalam organisasi
yang dimasukinya.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh peneliti dalam penyusunan indeks adalah:
1. Menyeleksi pertanyaan
3. Menentukan skor
Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada struktur intesitas pertanyaan-
pertanyaan. Skala Likert adalah suatu cara sistemastis untuk memberi skor pada indeks. Yang
tidak diperhatikan dalam penyusunan indeks adalah kenyataan bahwa tidak semua indikator
suatu variabel mempunyai bobot yang sama beratnya. Di sinilah letak perbedaan antara indeks
dan skala. Skala dapat mengurutkan responden-responden ke dalam urutan ordinal dengan lebih
tepat karena dalam proses tersebut diperhatikan intensitas bobot dari tiap pertanyaan. Ada empat
metode yang banyak digunakan dalam penelitian sosial, yaitu :
4. Metode Perbedaan Semantik (Semantic Differentials) : skala yang berusaha mengukur arti obyek
atau konsep bagi seorang responden