Laporan Mini Project
Laporan Mini Project
DISUSUN OLEH:
dr. Sri Muliani
dr. Nur Azizah
dr. Ikra Pratiwi Marwan
dr. Andi Fikrah Muliani A
PEMBIMBING
dr. Jeanet Prisillia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................3
1.4.1 Bidang Pendidikan.................................................................................3
1.4.2 Bidang Pelayanan Kesehatan.................................................................3
1.4.3 Bagi Masyarakat.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif......................................................................5
2.1.1 Definisi ASI............................................................................................5
2.1.2 Definisi ASI Eksklusif............................................................................5
2.2 Fisiologi ASI...................................................................................................6
2.2.1 Komposisi ASI.......................................................................................6
2.2.2 Produksi ASI..........................................................................................9
2.2.3 Volume ASI..........................................................................................10
2.3 Manfaat ASI Eksklusif...................................................................................13
2.3.1 Bagi Bayi..............................................................................................13
2.3.2 Bagi Ibu.................................................................................................14
2.3.3 Bagi Keluarga.......................................................................................16
2.3.4 Bagi Negara..........................................................................................16
2.4 Manajemen Laktasi........................................................................................17
2.4.1 Ante-Natal.............................................................................................17
2.4.2 Pre-Natal...............................................................................................17
2.4.3 Post-Natal..............................................................................................18
2.4.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui.........................19
2.5 Masalah-masalah Dalam Menyusui...............................................................22
2.5.1 Masalah Pada Payudara........................................................................22
2.5.2 Kurangnya Produksi ASI......................................................................23
2.5.3 Kurangnya Pengetahuan Ibu.................................................................23
2.5.4 Tradisi dan Mitos..................................................................................23
2.5.5 Pekerjaan...............................................................................................24
2.4.1 Anggapan Susu Formula Lebih Unggul...............................................24
2.6 Peran Pemerintah dan Tenaga Kesehatan......................................................25
2.7 Tanda Bayi Cukup ASI..................................................................................27
2.8 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan...................................................................27
BAB 4 HASIL
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian..........................................................................33
4.2 Data Geografis...............................................................................................33
4.3 Data Demografis............................................................................................34
4.4 Profil Puskesmas Sorawolio..........................................................................34
4.5 Sumber Daya Kesehatan yang Ada di Puskesmas Sorawolio.......................36
4.6 Pelaksanaan Mini Project...............................................................................36
4.7 Hasil Mini Project..........................................................................................37
4.7.1 Profil responden....................................................................................37
4.7.2 Pengetahuan responden Mengenai ASI Eksklusif................................39
4.7.3 Praktik Pemberian ASI Eksklusif.........................................................42
BAB 5 PEMBAHASAN..............................................................................................44
Menyusui adalah cara alami untuk memenuhi makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang sehat yang tidak ada bandingannya, dan juga merupakan
bagian penting dari proses reproduksi yang penting bagi kesehatan ibu. Beberapa bukti
telah menunjukkan bahwa, berdasarkan populasi, pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan adalah cara optimal untuk memberi makan bayi. Setelah itu bayi harus
menerima makanan pendamping ASI dengan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau
lebih.(1)
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, tanpa
makanan atau cairan lain (termasuk susu formula) kecuali obat, vitamin, dan mineral.
Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berusia 6 bulan, dan pemberian
ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun.(2)
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat mencegah penyakit infeksi
seperti diare dan saluran pernafasan, serta menyediakan nutrisi dan cairan yang
dibutuhkan bayi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang kurang, Air
Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang
tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya
yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi
sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat
gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah
itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama
untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan yang berupa beras.(3)
Salah satu faktor utama penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah
kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI.(4) Ibu-ibu masa kini mendapati
bahwa ibu dan nenek mereka miskin pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu
memberikan banyak dukungan.(5) Hal ini juga didukung oleh pernyataan UNICEF
yang menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI serta cara
menyusui dengan benar merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran
orang tua dalam memberikan ASI Eksklusif.(6)
Pemberian ASI Eksklusif sangat baik bagi ibu, bayi, serta keluarga dan masyarakat.
Namun ironisnya, cakupan kedua praktek menyusui tersebut masih terbilang rendah.
Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka secara nasional
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan di Indonesia
sebesar 54,0% telah mencapai target. Cakupan tertinggi terdapat pada provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan nilai 79,9%, dan cakupan terendah pada provinsi Gorontalo
dengan nilai 32,3%. Jawa Timur menempati urutan ke-12 dari 34 provinsi se-
Indonesia dengan cakupan nilai 48,1%.(7) Namun, terdapat penurunan nilai cakupan
pemberian ASI eksklusif pada tahun 2017, yaitu menjadi 46,74%.(8)
Riskesdas 2018 menyebutkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari
enam bulan di Indonesia yaitu 37% bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI
eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Indonensia masih
cukup memprihatinkan.(9) Berdasarkan data di Puskesmas Sorawolio, pencapaian ibu
yang memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Sorawolio pada September tahun 2019
adalah 85,3%.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan survei terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif dengan judul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Bayi Usia 0-6 Bulan Pada Periode
Oktober, Kecamatan Sorawolio, Kabupaten Gowa”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif?
Bagaimana praktik pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sorawolio?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Sorawolio.
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Pengertian
lain tentang ASI adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia
bulan-bulan pertama. Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna bagi
bayi baru lahir, selain itu, payudara wanita memang berfungsi untuk menghasilkan
ASI.(10)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1 diterangkan “Air
Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Semula Pemerintah Indonesia
menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan
dengan kajian WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes lewat Kepmen No 450/2004
menganjurkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan.(11)
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.(12)
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif
ini.(13)
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.(12)
Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi.(12)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam- garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi. Komposisi ASI ini tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke
waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras,
keadaan nutrisi, diit ibu.(14)
ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih,
dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu,
berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
saat itu.(12)
Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari (stadium
laktasi) sebagai berikut:
Segera setelah melahirkan, air susu ibu yang keluar berwarna kekuning- kuningan,
kental dan agak lengket. Air susu ibu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi
dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu iar susu yang
diproduksi berarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna
putih dalam hal kandungan.
Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula jernih
yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang) dan protein,
dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat
sisa dari saluran pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang
akan datang. Jika dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung
karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan total energi lebih rendah. Volume
kolostrum 150-300 ml/24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang
matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi dan volume akan makin meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-
7 sampai hari ke-10/ke-14.
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan.
ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi berbeda dengan
ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat banyak
sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat
menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding
foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan bayi.
Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung enzim lipase
yang mencerna lemak. Susu formula tidak mengandung enzim, sehingga bayi
kesulitan menyerap lemak susu formula.
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan
asam arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf yang penting
untuk pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi.
6. Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih banyak
dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak dari
susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan
makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.
7. Protein ASI
Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein utama susu
sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI adalah
60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan
bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein.
ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem
imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal usus
untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah
suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk
pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurine sama sekali.
ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi.
Selain itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu dengan adanya SIgA
(secretory immunoglobulin A) yang melindungi usus bayi pada minggu pertama
kehidupan dari alergen.
ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap
oleh bayi.
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi
pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitari
Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan
pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior
untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus
di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara
lancar.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana
setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam
dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke
dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-
lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari
areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan
dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.(3)
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat
diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya
berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang
sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi
penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan
terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama
24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat
bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang
diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama
yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah
kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari
sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan
300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat
ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak
akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi
selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan
jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air
susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun
jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih
sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali
ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi
ASI.(3)
1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui
tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu
terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat
bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring
nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah
kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk
keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke
lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk
ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI. Kelenjar
ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara
keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena
AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
5. Perawatan Payudara
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit, karena
ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI meningkatkan kecerdasan
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan
panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Oleh
karena itu, pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan
optimal.
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik.
d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung;
Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu:
3. Menjarangkan kehamilan
Menyusui dapat menjadi KB alami bagi ibu. Selama ibu memberi ASI eksklusif
dan belum haid, 98% tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
96% tidak hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
4. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim
kembali ke ukuran sebelum hamil.
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil.
Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih, diduga akan menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai sekitar
25%, dan carcinoma ovarium sampai 20-25%.
7. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena banyak
penyakit, yaitu endometriosis, carcinoma endometrium, dan osteoporosis.
8. Lebih ekonomis/murah
Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula dan
perlengkapan menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran
untuk berobat bayi karena bayi jarang sakit.
ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air, tanpa harus
mencuci botol, dan tanpa menunggu agar suhunya sesuai.
10. Memberi kepuasan bagi ibu
Air susu ibu dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan siap
minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.(12)(15)
Pemberian ASI eksklusif dapat menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut:
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama diare dan sakit saluran nafas.
3. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
1. Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini), kontak
fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI saja
sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
4. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan.(3)
1. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
2. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua, lama pemberian ASI ialah 5- 10
menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI
adalah 15-20 menit.
4. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain posisi badan ibu
dan bayi, perlekatan mulut bayi pada payudara dan kasih. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui adalah cara menyusui yang
benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses menyusui yang baik dan
benar sebagai berikut.(5)
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi.
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu bagian dalam.
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah
kebawah.
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu
betakang bayi bukan bagian belakang kepala.
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan
hidung bayi.
Usahakan sebagian besar areola masuk kemulut bayi, sehingga puting susu
berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-
langit yang lunak (palatum molle.)
Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah areola.
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi
pada 1-5 hari pertama dinamakan Kolostum, yaitu cairan kental yang berwarna
kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi, karena mengandung lebih
banyak antibodi, protein, mineral, dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan
dapat diberikan setiap saat. Untuk memudahkan pemberian ASI, sebaiknya dilakukan
rawat gabung (rooming-in) antara ibu dan bayi baru lahir.
Ibu yang sedang menyusui dianjurkann untuk memeluk dan memandang bayi saat
menyusui dengan maksud untuk menunbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara ibu
dan anak.
Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Di samping
itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi, dan perawatan
payudara.
Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai
payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi
ASI yang cukup.
Berikan ASI setiap kali bayi meminta untuk menyusu atau saat bayi menangis tanpa
melihat jadwal. Kira-kira sebanyak 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang
dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak
sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan.
Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan
baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat
usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama.
Puting susu nyeri atau lecet, yang kebanyakan disebabkan oleh kesalahan dalam
tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke areola dan hanya pada putting
susu. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-
hati. Adapun cara mengatasinya yaitu : mulai menyusu pada payudara yang tidak
nyeri, susui sebelum bayi merasa sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat,
cara melepaskan mulut bayi dari putting susu setelah selesai menyusui yaitu dengan
meletakkan jari kelingking di sudut mulut bayi dan keluarkan ASI sedikit lalu oleskan
pada putting, angan membersihkan putting dengan sabun atau alcohol.
Payudara bengkak, sekitar hari ke 3-4 setelah persalinan, payudara sering terasa
lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri. Hal ini terjadi karena ASI tidak disusukan
dengan adekuat, sehingga ASI terkumpul dan menyebabkan pembekakan. Cara
mengatasinya yaitu susui bayi lebih sering dan lebih lama pada payudara yang
bengkak dan untuk mengurangi rasa sakit, kompres payudara dengan air hangat.
Mastitis, dengan tanda-tanda kulit payudara tampak lebih merah, mengeras, nyeri, dan
berbenjol-benjol. Adapun cara mengatasinya yaitu dengan tetap menyusui, beri
kompres air hangat, pakai bra yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan
yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per hari.
ASI tidak cukup atau tidak keluar merupakan alasan utama para ibu untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya
kurang, tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi
ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.
Kurangnya pengetahuan responden tentang ASI ada hubungan dengan pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya, sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyebutkan
bahwa salah satu yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan, dimana
pengetahuan ini adalah faktor predisposisi seseorang untuk bertindak, yang dalam hal
ini adalah pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Rahayuningsih (2005), yang dikutip dari Notoatmodjo bahwa dengan pengetahuan
yang baik tentang ASI seseorang mau memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.(17)
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena
terlalu sering didekap dan dibelai, tetapi pernyataan ini tidak benar. Menurut DR.
Robert Karen dalam bukunya, The Mystery of Infant-Mother Bond and It’s Impact on
Later Life, anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena
kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.(18)
Ada pula anggapan bahwa walaupun tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh. Hal tersebut
tidak benar, karena dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan
makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang
optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan
lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya,
lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.
Tukut badan tetap gemuk jika menyusui. Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil
badan mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI. Timbunan lemak ini
akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui
akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.
2.5.5 Pekerjaan
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu
bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita telah dituangkan dalam kebijakan
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI pada tahun 2009
Beberapa ibu beranggapan bahwa susu formula lebih baik, atau ASI saja tidak cukup
sehingga perlu diberikan susu formula. Pada kenyataannya, komposisi ASI sudah
lengkap dan paling cocok untuk bayi. Komposisi asi tidak ada tandingannya dan tidak
bisa tergantikan, bahkan dengan susu formula sebagus apapun. Selain kandungannya,
beberapa ibu juga menganggap susu formula lebih praktis. Tetapi, pendapat ini tidak
benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak
air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula
yang baru dibuat. Sementara itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat.
Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk kecukupan ASI/PASI pada bayi:
Sesudah menyusu atau minum bayi tampak puas, tidak menangis dan dapat tidur
nyenyak.
Bayi tumbuh dengan baik, pada umur 5-6 bulan berat badan mencapai dua kali
berat badan waktu lahir. Pada umur 1 tahun berat badan mencapai tiga kali berat
badan waktu lahir. Dapat dilihat pada daftar baku berat badan berdasarkan umur di
bawah.(16)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu menyusui, diantaranya:
1. ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu
sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI
disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia.
2. ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI demikian spesifiknya
sehingga dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Misalnya, komposisi air susu
ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan komposisi air susu ibu yang
melahirkan cukup bulan, walaupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang
sama.
3. Komposisi ASI ternyata tidak tepat dan tidak sama dari waktu ke waktu. Jadi,
disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu.
4. Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke hari, bahkan dari menit
ke menit.(16)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Data primer diperoleh dari pembagian kuesioner pada ibu-ibu yang hadir di kegiatan
imunisasi balita Puskesmas Sorawolio, Kabupaten Gowa. Kuesioner (terlampir) berisi
tentang identitas ibu, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat menyusui,
pengetahuan tentang ASI eksklusif, pengetahuan tentang menyusui yang benar, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Data sekunder diperoleh dari laporan pemberian ASI eksklusif di bagian gizi,
Puskesmas Sorawolio pada Mei-Juni 2020
Waktu Penelitian :
1. Kuesioner penelitian
2. Alat tulis
3. Pengeras suara
4. Daftar hadir responden
5. Konsumsi
Populasi target merupakan ibu yang datang pada kegiatan Imunisasi Balita Puskesmas
Sorawolio. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
pemilihan subjek.
Kriteria Penerimaan :
1. Ibu yang hadir dalam kegiatan Imunisasi Balita Puskesmas Sorawolio
2. Bersedia mengisi kuesioner penelitian
3. Setuju berpartisipasi dalam penelitian dan bersedia mengikuti tata cara penelitian
4. Pernah atau sedang menyusui
5. Responden dalam keadaan sehat dan stabil (secara fisik dapat menyusui)
Kriteria Penolakan :
1. Responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner
2. Belum pernah menyusui sebelumnya
3. Responden dalam keadaan tidak stabil atau tidak sehat sehingga tidak dapat
menyusui
Kriteria gugur:
1. Ibu yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap
2. Ibu mengundurkan diri dari penelitian
Prinsip etika penelitian, yaitu respect for autonomy, manfaat (beneficience), non
maleficience dan prinsip keadilan.
HASIL
Peserta : orang
4.7.1 Profil Responden
Usia
2%
6%
10-19 tahun
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
40%
52%
Berdasarkan usia, responden terbagi menjadi 2% berada dalam rentang usia 10-19
tahun, 52% dalam rentang usia 20-29 tahun, 40% dalam rentang usia 30-39 tahun, dan
6% dalam rentang usia 40-49 tahun.
Pekerjaan
6%
Bekerja
Tidak bekerja
94%
Jumah Anak
14%
1 anak
44% 2 anak
3 anak
42%
Jumlah anak artinya anak yang sudah lahir maupun yang masih berada didalam
kandungan. Sebanyak 44% responden memiliki 1 orang anak, 42% responden
memiliki 2 orang anak, dan 14% responden yang memiliki 3 orang anak.
38%
Pernah
Belum pernah
62%
Responden yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif, baik dari
dokter, perawat, bidan, ataupun tenaga kesehatan lainnya dianggap lebih mengerti
tentang ASI eksklusif. Dari kuesioner didapatkan 38% responden pernah mendapatkan
penjelasan atau penyuluhan tentang ASI eksklusif, sedangkan 62% lainnya belum
pernah mendapatkan pemahaman tentang ASI eksklusif.
Cara Menyusui dengan Benar
40% Mengerti
Belum Mengerti
60%
Sebanyak 40% responden mengerti tentang cara menyusui dengan benar, sedangkan
60% responden belum mengerti tentang cara menyusui dengan benar.
14%
Setuju
Tidak Setuju
86%
26%
Menarik
Tidak Menarik
74%
Sebanyak 74% responden pernah mendapatkan penjelasan atau iklan, baik dari
perusahaan susu, maupun iklan pada media massa dan merasa tertarik untuk
memberikan susu formula sebagai pengganti atau tambahan ASI, sedangkan 26%
responden tidak tertarik untuk memberikan susu formula.
Ya
46% Tidak
54%
Sebanyak 46% responden memberikan ASI eksklusif, yaitu hanya memberikan ASI
pada bayi usia 0-6 bulan tanpa makanan lain, sedangkan 54% responden tidak
memberikan ASI eksklusif.
Saran Keluarga
Ya
Tidak
48%
52%
6% ASI sdikit
Masalah anatomi
Budaya
52% Bekerja
Anggapan Perlu Asupan Lain
24%
6%
Grafik 10. Alasan Tidak Memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan
Sebanyak 52% alasan tidak memberikan ASI eksklusif karena jumlah ASI yang
sedikit dan dirasa tidak mencukupi. Sebanyak 6% alasan tidak memberikan ASI
eksklusif karena masalah anatomi, seperti payudara bengkak dan puting lecet.
Sebanyak 24% alasan tidak memberikan ASI eksklusif karena budaya dan
kepercayaan yang dianut oleh keluarga atau lingkungan sekitar. Sebanyak 6% alasan
tidak memberikan ASI eksklusif karena bekerja. Sebanyak 12% alasan tidak
memberikan ASI eksklusif karena adanya anggapan bahwa bayi perlu mendapatkan
nutrisi selain ASI, karena kandungan ASI belum mencukupi kebutuhan bayi usia 0-6
bulan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Selain faktor pengetahuan, ada juga faktor lain yang turut mempengaruhi pemberian
ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil kuesioner dan tanya jawab dengan responden
ditemukan bahwa faktor utama yang menyebabkan responden tidak memberikan ASI
eksklusif karena ASI tidak keluar atau keluar sedikit. Hal ini disebabkan masih banyak
responden tidak mengetahui tentang manajemen laktasi yang merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dikuatkan dengan
pernyataan beberepa responden yang menyatakan bahwa pada saat pasca persalinan
mereka tidak memberikan ASI kepada bayi karena payudaranya tidak menghasilkan
air susu. Hal ini bisa diakibatkan karena pada masa kehamilan responden tidak
memperhatikan kecukupan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsinya dan
responden juga tidak tahu cara-cara yang harus dilakukan agar payudaranya bisa
menghasilkan ASI pasca persalinan. cara merangsang keluarnya ASI supaya lancar
yaitu dengan pemijatan payudara mulai usia kehamilan tri semester 3. Oleh sebab itu,
setelah selesai pengambilan data kuesioner penelitian, peneliti memberikan
penyuluhan tentang ASI eksklusif dan cara menyusui yang baik dan benar. Dengan
demikian diharapkan masalah ini bisa teratasi.
Sosial budaya juga turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dikuatkan
dengan pernyataan sebagian responden yang menyatakan bahwa mereka memberikan
makanan selain ASI pada bayi mereka usia 0-6 bulan karena mengikuti tradisi orang
tua atau mengikuti nasihat ibu lain yang sudah punya anak. Mereka memberikan
makanan berupa susu formula, pisang, nasi ataupun bubur pada bayi mereka. Selain
itu, ada juga yang beranggapan bahwa bayi mereka tidak akan kenyang atau gizinya
tidak cukup terpenuhi jika hanya diberikan ASI saja.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa praktek pemberian ASI Eksklusif
sangat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya pengetahuan responden. Hal ini didukung
dengan teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo) yang menyatakan bahwa perilaku
atau kecenderungan orang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh salah satu faktor
yaitu faktor predisposisi dalam hal ini pengetahuan seseorang.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2 Saran
Pengetahuan tentang ASI eksklusif sangat dibutuhkan oleh ibu dan calon ibu, terutama
ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan. Oleh sebab itu perlu diadakan follow up
berupa pelaksanaan kelas ASI bagi mereka secara berkala. Dengan demikian
diharapkan tingkat pengetahuan ibu meningkat dan diikuti oleh peningkatan praktek
pemberian ASI Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perera, Priyanta J et al. Actual Exclusive Breastfeeding Living in Gampaha District Sri
Lanka: A Prospective International Study. License Biomed Control Ltd. 2012.
2. Oche, mo, ahmed A umar. Knowledge and practices of exclusive breastfeeding in Kware,
Nigeria. Afr Helath Sci. 2011.
3. Pratiwi A. Penyuluhan ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Sebagai Upaya Peningkatan Angka
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. 2015.
2015.
4. Wahyuningrum. ASI Eksklusif [Internet]. 2014 [cited 2019 Feb 15]. Available from:
http://aimi-asi.org/tag/asi-eksklusif/
6. Aprillia Y. ASI eksklusif, artinya ASI, tanpa tambahan apapun [Internet]. 2009 [cited
2019 Feb 11]. Available from: http://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.htm
7. Indonesia KKR. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2017.
8. Indonesia KKR. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
9. Kesehatan BP dan PKK. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2019.
12. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Perkembangan Swadaya Nusantara;
2005.
13. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen [Internet]. 2004 [cited 2019 Jan
18]. Available from: http://asuh.wikia.com.wiki/ASIeksklusif
14. Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG; 2005.
15. Indonesia DKR. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009.
17. Desfi Lestari, Reni Zuraida TL. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu
dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Universitas
Lampung; 2013.
18. Karen R. Becoming attached: Unfolding the mystery of the infant–mother bond and its
impact on later life. New York: Warner Books; 1994.
19. DepKes RI. Pusat Kesehatan Kerja. Pedoman Upaya Kesehatan Kerja Bagi Petugas
Kesehatan.
Lampiran 1. Kuesioner
I. Identitas responden
No :
Nama :
Alamat :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Jumlah anak :
Usia anak terakhir :
Penghasilan per bulan :
II. Jawablah pertanyaan berikut
1 Dimana anak terakhir ibu dilahirkan?
2 Dilahirkan secara normal atau operasi?
3 Apakah anak ibu sekarang masih menyusu?
4 Apakah hanya ASI saja?
5 Sampai usia berapa anak ibu hanya diberi ASI?
6 (jika tidak) Mulai usia berapa anak ibu diberikan makanan lain?
Apa alasannya?
7 Sebutkan makanan tambahan yang ibu berikan!
8 Apakah ibu pernah mendapatkan promosi tentang susu formula?
Apakah menurut ibu menarik?
9 Ketika bayi berusia 0-6bulan, apakah suami ibu menyarankan
memberi makanan atau minuman lainnya?
10 Ketika bayi berusia 0-6bulan, apakah orang tua / keluarga ibu
menyarankan memberi makanan atau minuman lainnya?
11 Apakah ibu pernah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusi?
Dari siapa?
12 Apakah ibu menganggap ASI lebih baik dibandingkan susu formula?
13 Apakah ibu setuju bila bayi diberikan ASI eksklusif
14 Apakah ibu tahu cara menyusui yang baik dan benar?
15 Apakah ada mitos yang ibu ketahui tentang ASI?
III. Tulis ’B’ jika menurut anda pernyataan tersebut benar, dan tulis ‘S’ jika menurut anda
pernyataan tersebut salah.
Pernyataan
1 Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama.
2 ASI eksklusif berarti hanya memberikan ASI pada bayi usia 0-6bulan
3 ASI yang keluar pertama disebut kolustrum
4 Anak bisa alergi terhadap ASI yang diberikan ibunya
5 Manfaat pemberian ASI bagi ibu diantaranya mencegah kanker
payudara
6 ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah
penyakit seperti diare, infeksi, dan gangguan pernapasan.
7 Susu formula mengandung zat-zat gizi yang sama seperti ASI
8 Pemberian susu formula atau makanan tambahan pada bayi hingga
usia 6 bulan dapat membuat bayi lebih gemuk dan sehat
9 Menyusui bayi dilakukan hanya pada saat bayi menangis, rewel, dan
tampak gelisah
10 ASI bersifat praktis dan mudah digunakan, serta bersih
11 Kondisi ibu stress dan cemas tidak mempengaruhi produksi ASI
12 Pemijatan payudara secara teratur perlu dilakukan sejak ibu hamil
agar ASi keluar dengan lancar
Terimakasih telah mengisi daftar pertanyaan diatas!