PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Imelda, 2009). Oksigen diperlukan
sel untuk mengubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan,
membangun kekebalan tubuh, pemulihan kondisi tubuh, juga penghancuran
beberapa racun sisa metabolisme (Nikmawati, 2006).
Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama
kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan / respiratory
disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%).
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian (Imelda, 2009).
Begitupun saat terjadi perubahan oksigen akan terjadi perubahan hematokrit,
angka eritrosit dan hemoglobin karena fungsi dari ketiganya adalah
mengangkut oksigen.
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam
tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka
terjadi kerusakan pada jaringan otak. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah
terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan
terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan
dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan memperbaiki
organ pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali (Asmadi, 2008).
Oksigenasi dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali
1
menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya
(Potter&Perry, 2005).
2
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai cara memposisikan
pasien fowler dan semifowler, mengumpulkan dan pemeriksaan sputum,
pemberian oksigen nasal kanul, melatih nafas dalam, melatih batuk efektif,
posturan drainage, penghisapan lender, obat sesuai program terapi dan
pendidikan kesehatan pada klien.
efektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
g. Anjurkan pasien untuk tetap dengan posisinya
2.2.2 Posisi semi fowler
1. Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk
Tujuan
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
d. Membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas
2. Cara / prosedur
a. Beri salam dan lakukan komunikasi teraupetik
b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Beri kesemptan pasien bertanya
d. Jaga privay pasien
e. Posisikan pasien terlentang dengan kepalanya dekat dengan
bagian kepala ditempat tidur
f. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat
(30-45˚)
g. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika
tubuh bagian atas klien lumpuh
h. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan
klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah
menghindari adanya teknan di bawah jarak poplitea ( di bawah
lutut)
5
aliran 1-6 Liter/menit. Kanula nasal mudah dipasang dan tidak
mengganggu kemampuan klien untuk makan atau berbicara
(Aryani,2009:54). Kanula nasal juga relatif nyaman karena
memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik oleh
klien.
2.2.2 Indikasi
a) Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi
Kronik).
b) Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen seperti keadaan
sesak atau tidak sesak (suparmi,2008:67).
2.2.3 Kontraindikasi
a) Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
b) Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan
konsentrasi >44%
2.2.4 Prinsip
a) Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran
1-6 L/menit, untuk aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/
menit yang digunakan.
b) Membutuhkan pernapasan hidung.
c) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.
2.2.5 SOP Pemberian Oksigen Nasal Kanul
A. Persiapan Alat
a) Kanula nasal
b) Selang oksigen
c) Humidifier
d) Water steril
e) Tabung oksigen dengan flowmeter
f) Plester
B. Prosedur
a) Periksa program terapi medic
R : Mengetahui kondisi kesehatan pasien
6
b) Ucapkan salam terapeutik
R: Penerapan komunikasi terapeutik dan memudahkan
kerjasama dengan klien.
c) Lakukan evaluasi/validasi
R : Mengetahui data yang akurat tentang pasien.
d) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R : Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang
dilakukanagar tidak terjadi mis komunikasi dan
memudahkan kerjasama dengan klien.
e) Cuci tangan
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
f) Persiapkan alat dan dekatkan alat
R : Efisien dalam melakukan tindakan
g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan
dan mengurangi iritasi saluran pernafasan.
h) Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber
oksigen.
R : Mengalirkan oksigen ke kanula nasal.
i) Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
R : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari kanula.
R : Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat
berfungsi dengan baik.
j) Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
R : Meningkatkan kenyamanan pasien dan
mengurangiiritasi pada membrane mukosa hidung.
k) Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu
sampai kanula pas dan nyaman.
7
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah
posisi.
l) Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah
posisi.
m) Periksa kanula setiap 8 jam.
R : Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian
oksigenasi.
n) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung
pasien.
o) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara
periodic sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
R : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen.
p) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
R : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa
hidung tetap terjaga dalam kondisi baik.
q) Cuci tangan.
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
r) Evaluasi respon pasien.
R : Mengetahui keefektifan tindakan yang diberikan.
s) Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.
C. Evaluasi
a) Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau
iritasi nasofaringeal.
b) Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan
kecepatan)
c) Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
d) PO2 arterial berkisar antara 80 – 100 mmHg
e) Kondisi hipoksia dapat teratasi.
8
f) Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 – 20 kali per menit.
9
2. Mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bawah
3. Meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi
retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, demam).
2.4.3 Indikasi
1. Klien dengan gangguan saluran napas akibat akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostic sputum di laboratorium
3. Klien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas dan masalah resiko tinggi infeksi salauran pernapasan bagian
bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan
napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang
menurun atau adanya nyeri setelah pembedahan thoraks atau
pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien merasa malas
untuk melakukan batuk.
2.4.4 SOP Batuk Efektif
A. Persiapan alat
1. Wadah sputum
2. Larutan lisol 2-3%
3. Handuk pengalas
4. Peniti
5. Bantal jika perlu
6. Kertas tisu
7. Bengkok
B. Prosedur pelaksanaan
1. Periksa progam terapi medic
R : memastikan ketepatan pemberian terapi oksigen pada klien
2. Ucapkan salam therapeutic
R : etik dengan pasien
3. Lakukan evaluasi/validasi
R:memastikan ketepatan progam medic dengan gejala klinis klien
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
R : menghindari ansietas pada pasien
5. Cuci tangan
10
R : menghindari infeksi nosokomial
6. Persiapkan alat
R : mempercepat penanganan agar efektif
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : mengetahui kondisi fisik pasien
8. Atur posisi klien dengan posisi duduk dan bagian depan disangga
dengan bantal, atur bagian atas tubuh dengan sikap lentur
R: posisi yang baik akan membantu efektivitas sari batuk
9. Instruksikan klien untuk bernapas dalam, kemudian mintalah pada
klien untuk menahannya selama 1-2 detik, dan lakukan batuk
dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot bantu
pernapasan lainnya.
R: teknik ini akan mengumpulkan kekuatan sehingga batuk dapat
efektif mengeluarkan sekret dari jalan napas
10. Instruksikan klien untuk batuk dengan menggunakan seluruh isi
pernapasan (bukan menggunakan isi akhir pernapasan dala).
Anjurkan klien untuk melakukan 2x batuk kuat (kasar) supaya
didapatkan aliran deras dalam saluran pernapasan selama ekshalasi
R: usaha untuk menggerakkan dan memobilisasi sekret pada jalan
napas sehingga sekret lebih mudah dikeluarkan
11. Sangga (support)sisi insisi abdominal pasca pembedahan tanpa
membuka balutan pembedahan
R: ini untuk menjaga nyeri dari insisi luka akibat pembedahan
sehingga klien mudah melakukan batuk
12. Evaluasi respons klien untuk melakukan frekuansi batuk dan
jelaskan kegunaan dari latihan batuk
R: latihan dengan frekuensi optimal dapat meningkatkan
pembersihan sekret pada jalan napas
C. Evaluasi
1. Observasi respon klien untuk menentukan apakah latihan sudah
sesuai atau belum.
11
2. Observasi respon klien untuk melakukan frekuensi batuk. Dengan
frekuensi optimal dapat meningkatkanpembersihan secret pada
jalan napas.
3. Observasi sputum/ sekret
12
o Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan
didrainage brokus anterior.
o Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan
kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kiri apabila
yang akan di drainage pada lobus tengah (bronkus lateral dan
medial).
o Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan
kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kanan iri
apabila daerah yang akan di drainage pada bronkus superior
dan inferior).
o Condong dengan bantal di bawah panggul apabila ynag
didrainage bronkus apikal.
o Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan
menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm, miring ke samping
kanan, apabila yang akan di drainage bronkus medial.
o Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan
menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm, miring ke samping
kiri, apabila yang akan di drainage bronkus lateral.
o Posisi trendelenberg condong sudut 45 derajad dengan bantal di
bawah panggul, apabila yang akan di drainage brokus posterior.
4. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian
periode selanjutnya kurang lebih 15 – 30 menit.
5. Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
6. Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping, vibrasi, dan
pengisapan lendir (suction).
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13
2.6.2 Tujuan :
1. Membersihkan jalan napas.
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
2.6.3 Alat dan bahan:
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir steril.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop.
2.6.4 Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Cuci tangan
3. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring
ke arah perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
6. Mesin penghisap dihidupkan.
7. Lakukan penghiusapan lendir dengan memasukkan kateter
penghisap ke dalam kom berisi aquadest atau NaCl 0,9 %
untuk mempertahankan kesterilan.
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 – 150 mm Hg
untuk dewasa, 95 – 110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50 –
95 ,, Hg untuk bayi (Potter dan Perry, 1995).
10. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15
detik.
11. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
14
12. Lakuka penghisapan antara penghisapan pertama dengan
berikutnya, minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk.
Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat
20 – 30 detik seblum melakukan penghisapan berikutnya.
13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan
respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
15
2.7.3 Cara Kerja Nebulizer
Cara kerja Nebulizer yaitu dengan cara penguapan. Jadi obat-
obatan yang diracik (berupa cairan) lalu dimasukan ketabungnya yang
ada di face mask Nebulizer lalu dengan bantuan daya listrik
menghasilkan uap yang dapat dihirup melalui face mask Nebulizer.
Penguapan ini tidak berbau, jadi rasanya seperti bernapas seperti
biasanya. Terapi penguapan ini memakan waktu kurang lebih sekitar
5-10 menit, biasanya diberikan 3-4 kali dalam sehari (sesuai dengan
jadwal pemberian obat yang sudah ditentukan). Nebulizer dapat
digunakan sejak bayi 0 bulan ataupun anak-anak (toddler/kids) hingga
dewasa.
Pengobatan melalui Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan
yang dikonsumsi melalui oral, karena dapat langsung dihirup sehingga
langsung masuk ke paru-paru, dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil,
dan otomatis juga lebih aman. Nebulizer juga biasanya dipakai pada
anak asma atau yang memang sering batuk atau pilek berat karena flu
maupun alergi.
2.7.4 Indikasi
Indikasi dilakukannya Nebulizer sebagaimana berikut :
1. Batuk, untuk mengeluarkan lender yang ada di paru-paru , untuk
mengencerkan dahak
2. Pilek /hidung tersumbat, untuk melancarkan saluran pernafasan
3. Asma dan Sinusitis, untuk melonggarkan saluran napas dan
mengencerkan dahak
4. Alergi yang menyebabkan batuk-batuk, pilek, dan yang menjurus
ke serangan sinusitis/asma
2.7.5 Kontraindikasi Nebulizer
Pada penderita trakeostomi atau pada fraktur didaerah hidung
Obat-obatan Untuk Nebulizer
1. Ventolin ialah obat yang lazim digunakan pada penderita asma dan
penyakit PPOK
16
2. Pulmicort ialah suatu kombinasi antara anti radang dan obat yang
melonggarkan saluran napas
3. Nacl juga bisa digunakan untuk mengencerkan dahak
4. Inflamid sebagai obat untuk anti radang pada saluran pernafasan
5. Combiven suatu obat kombinasi sebagai obat bronkospasme
(melonggarkan saluran napas)
6. Meptin sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
7. Bisolvon cair sebagai obat mengencerkan dahak
8. Atroven sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
9. Berotex sebagai obat bronkospasme (melonggarkan saluran napas)
2.7.6 Macam-macam Nebulizer
1. Nebulizer Mini
Meupakan alat genggam yang dapat menyemburkan medikasi atau
agens pelembab, seperti agens bronkodilator (melonggarkan jalan
nafas) atau mukolitik (pengencer dahak) yang menjadikan partikel
mikroskopik kemudian mengirimkannya kedalam paru-paru ketika
pasien menghirup napas.
2. Nebulizer Jet-Aerosol
Merupakan Nebulizer yang menggunakan kompressor sehingga
dapat menekan udara atau oksigen untuk bergerak lebih cepat
dalam kecepatan tinggi sehingga memecah cairan obat kedalam
bentuk partikel-partikel uap atau aerosol.
3. Nebulizer Ultrasonik
Merupakan Nebulizer yang menggunakan getaran dalam frekuensi
yang tinggi untuk memecah obatan dalam bentuk cair menjadi
partikel-partikel halus berupa uap.
2.7.7 Prosedur Tindakan Nebulizer
A. Fase Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Persiapkan alat :
a. Masker inhalasi
b. Obat inhalasi
17
c. Bengkok
d. Tissue
e. Mesin Nebulizer atau tabung oksigen lengkap
f. Kassa secukupnya
g. Handscone
B. Fase Interaksi
1. Memberikan salam terapeutik (assalamu’alaikum pak/bu)
2. Melakukan evaluasi/validasi (Bagaimana perasaannya hari ini)
3. Melakukan kontrak ; waktu, tempat, topic (disini saya akan
melakukan tindakan nebulizer yaitu nanti saya akan pasang alat
berupa seperti masker yang akan ditempelkan ke bagian
hidung, alat tersebut akan menghasilkan uap yang akan coba
bapak hirup nantinya, pemasangan ini dilakukan karena
bapak/ibu terlihat sesak dengan pemasangan alat ini akan
mengurangi sesak bapak/ibu tempatnya disini saja kurang lebih
waktunya 15 menit)
4. Menjaga privasi klien
C. Fase Kerja
1. Cuci tangan
2. Gunakan handscone
3. Atur posisi klien
4. Hubungkan kabel power Nebulizer ke terminal listrik, pastikan
bahwa mesin Nebulizer menyala
5. Masukkan obat sesuai dosis yang dibutuhkan kedalam face
mask Nebulizer lalu tutup kembali dengan cara diputar
6. Monitor uap atau obat (dengan cara hidupkan mesin Nebulizer
lihat apakah sudah ada uap yang keluar dari face mask
Nebulizer)
7. Mengenakan face mask Nebulizer dengan benar kepada klien
8. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya mulai berkurang
9. Bila sudah selesar, alat dirapihkan
18
D. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana
pak/bu setelah dipasang alat Nebulizer apakah sesak
berkurang)
2. Rencana tindak lanjut (Diusahakan bapak/ibu jangan banyak
beraktivitas dulu ya, agar sesak nya bisa cepat sembuh atau
tidak kambuh kembali)
3. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat (Kalo begitu
saya tinggal dulu ya pak/bu. Nanti pukul 12.00 kita bertemu
lagi, untuk terapi pemberian obat secara oral, tempatnya disini
saja)
4. Pendokumentasian ; waktu pemberian, respon klien.
19
2.8.3 Prosedur
1. Pelaksana adalah dokter spesialis/ sub spesialis, dokter umum,
perawat, bidan, therapis, apoteker, ahligizi, radiographer dan
analis yang ditunjuk sebagai edukator.
2. Ucapkan salam, petugas memperkenalkan diri
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang rencana pendidikan
kesehatan yang akan diberikan sesuai dengan hasil assessment
atau identifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Informasi
tersebut meliputi :materi yang akan diberikan, tujuan diberikan
pendidikan kesehatan, tempat dan lamannya pendidikan
kesehatan dilakukan.
4. Siapkan peralatan yang dibutuhkan:
Materi
Alat bantu demonstrasi (biladibutuhkan)
Formulirpemberianinformasi/ edukasi
Alattulis
5. Lakukan pendidikan kesehatan /penyuluhan sesuai dengan
materi yang disiapkan dengan menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti oleh pasien dan keluarga.
6. Lakukan pendidikan kesehatan/ penyuluhan dengan metode
yang sesuai dengan topik pendidikan kesehatan yang akan
diberikan. Bila materi berupa informasi seputar pengetahuan,
pendidikan kesehatan pasien dilakukan dengan metode
presentasi dan diskusi. Bila materi berupa ketrampilan/
prosedur tindakan (seperti perawatan payudara, perawatan luka
sederhana, dll) pemberian pendidikan kesehatan dilakukan
dengan metode demonstrasi.
7. Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya apabila
ada materi yang dianggap kurang jelas
8. Dokumentasikan tindakan pendidikan kesehatan yang sudah
dilakukan dalam lembar informasi dan edukasi.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam
tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka
terjadi kerusakan pada jaringan otak. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah
terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan
terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan
dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan memperbaiki
organ pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali. Oksigenasi
dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Dasar dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22