Anda di halaman 1dari 12

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara

minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga
mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi.

Berdasarkan struktur kimianya, emulgator dibedakan menjadi 2, yaitu:


1. Emulgator alam
2. Emulgator sintetik

EMULGATOR SINTETIK
Emulgator sintetik merupakan emulgator yang dibuat dengan cara sintetik atau
semisintetik. Dalam skala industry pabrik, emulgator sintetik lebih banyak digunakan karena
lebih mudah untuk disintetis dan lebih stabil dibandingkan dengan emulgator alam.
Emulgator sintetik dibedakan menjadi 4macam, yaitu:
a. Emulgator kationik
b. Emulgator anionic
c. Emulgator nonionik
d. Emulgator amfoter

A. Emulgator anionik
Emulgator anionik memiliki ciri-ciri:
 memiliki muatan negatif
 Bahan-bahan ini mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran
pencernaan
 Untuk emulsi pengguanaan luar/topikal.

Contoh Emulgator anionik adalah:


 soaps (Na, K , NK, and morpholinium  Na 2-ethylhexyl sulfate,
salts of fatty acids),  Na xylenesulfonate,
 Na lauryl sulfate,  Na naphthalenesulfonate,
 Na cetyl sulfate,  Na sulfosuccinate,
 Na mersolate,
 R-COOC2H4S03Na, R-CONHC2H4S03Na  Natural sulfonated oils,
(R = C17H33),  Na salts of dialkyl sulfosuccinate esters,
 Na oleyl lysalbinate,  Bile salts,
 Na oleyl protalbinate,  Resin soaps.
 Turkey-red oil,

Penjabaran dari contoh emulgator anionik:


 Na-lauryl sulfate
 Titik leleh Na-lauril sulfat 204 – 207 ˚C (zat murni)
 Na-lauril sulfat stabil dalam kondisi penyimpanan normal. Namun dalam larutan dengan
pH 2,5 atau kurang dari 2,5 mengalami hidrolisis untuk lauril alkohol dan sodium
bisulfat. Bulk material harus di simpan dalam wadah tertutup jauh dari agen oksidasi
yang kuat di tempat sejuk dan kering.
 Na-lauril sulfat digunakan pada cakupan luas untuk formulasi farmasi nonparenteral dan
kosmetik.
 Pada Na-lauril sulfat tidak tercampur dengan kationik surfaktan, garam alkaloid, garam
potassium. Dengan surfaktan kationik, menyebabkan hilangnya aktivitas bahkan dalam
konsentrasi terlalu rendah menyebabkan pengendapan. Larutan Na-lauril sulfat (pH 9,5
- 10) agak korosif terhadap baja ringan, tembaga, kuningan dan alumunium.

 Sabun Kalsium Stearat


 Titik leleh Sabun kalsium stearat 149 – 160˚C
 Sabun kalsium stearat harus disimpan di wadah yang baik dan tertutup di tempat yang
sejuk dan kering.
 Sabun jenis monovalen dari asam lemak tinggi akan menghasilkan emulsi yg baik dlm
sediaan lotion atau linimen. Digunakan untuk obat luar krn rasa tidak enak & punya efek
laksan sehingga dihindari untuk obat per oral

B. Emulgator Kationik
Ciri-ciri emulgator kationic:
 Memiliki muatan positif
 Bahan ini memiliki sifat bakterisida
 pH sediaan 4-6
Contoh emulgator kationic:
 Laurylpyridinium chloride,
 Lauryltrimethylammonium chloride,
 Laurylcolamine formylmethylpyridinium chloride

Penjabaran Contoh:
 Benzalkonium Klorida
 Titik leleh Benzalkonium klorida : 40˚C
 Benzalkonium klorida di simpan dalam wadah tertutup baik
 Benzalkonium klorida digunakan sebagai bahan pengawet pada formulasi nasal & otik,
produk pareteral, dan tambahan pengawet pada kosmetik
 Benzalkonium klorida tidak tercampur dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,
kapas, fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, nitrat,
surfaktan nonionik dalam tinggi konsentrasi, permanganat, protein, salisilat, garam perak,
sabun, sulfonamid, tartrat, seng oksida, seng sulfat, beberapa karet campuran, dan
beberapa campuran plastik.

 Setil Piridinium Klorida


 Titik leleh Setil Piridinium Klorida 80 – 83 ˚C
 Setil Piridinium Klorida stabil dalam kondisi di bawah normal dan harus disimpan dalam
wadah tertutup baik.
 Setil Piridinium Klorida digunakan dalam formulasi farmasi (oral, nonpareteral dan
inhalasi) dan kosmetik
 Setil Piridinium Klorida tidak tercampur pada agen oksida yang kuat & basa juga dengan
metil selulosa

C. Emulgator Nonionik
Ciri-ciri emulgator nonionic:
 Tidak memiliki muatan
 Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam molekulnya
 Tidak mudah dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit
Contoh emulgator nonionic:
 Asam lemak sorbitan,
 Ester asam lemak,
 Polioksietilen sorbitan

Berdasarkan kestabilannya, emulgator nonionic dibedakan menjadi dua, yaitu:


 Lipofil : Setil alcohol, Span
 Hidrofil : Tween

 Setil Alkohol
 Titik leleh Setil alkohol : 45 – 52˚C & 49˚C (Zat murni)
 Setil alkohol stabil walaupun adanya asam, alkali ringan, dan udara; tidak menjadi tengik.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering.
 Setil alkohol utamanya digunakan dalam formulasi topikal, meskipun juga bisa
digunakan dalam sediaan oral dan rektal.
 Pada emulsi yang di buat dengan Setil alkohol, tidak bercampur dengan bahan
pengoksidasi yang kuat

 Span (Ester Sorbitan)


 Struktur
H2C R Dimana:
R : asam lemak
HO CH
 Asam laurat : C11H23COOH
HO  Asam palmitat : C15H31COOH
O  Asam stearat : C17H35COOH
HO  Asam oleat : C17H33COOH

 Span biasanya digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan oral dan
parenteral. Akan tetapi, ketika terdekomposisi oleh kenaikan suhu, ester sorbitan (span)
dapat menyebabkan timbulnya asap yang tebal dan mengiritasi
 Pada Span, dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun dengan basa kuat
 Span disimpan dalam wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering
 Kadar penggunaan Span:
 Emulgator
 Dalam emulsi W/O : 1-15%
 Kombinasi dengan emulgator hidrofilik dalam emulsi O/W : 1-10%
 Untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan dalam air pada ointment : 1-10%
 Solubilizing agent
 Zat aktif yang sukar larut dalam basis lipofilik : 1-10%
 Wetting agent
 Zat aktif yang tidak larut dalam basis lipofilik : 0.1-3%

Span 20 Span 40 Span 60 Span 80


Sorbitan Sorbitan Sorbitan Sorbitan
Sinonim
monolaurate monopalmitate monostearate monooleate
Formula C18H34O6 C22H42O6 C24H46O6 C24H44O6
Berat molekul 346 403 431 429
Sifat fisik pada Cairan kental Padatan berwarna Padatan berwarna Cairan kental
suhu 25OC berwarna kuning krem krem berwarna kuning
Nilai HLB 8,6 6,7 4,7 3,7

 Tween (Ester Polisorbat)


 Struktur

Dimana : w + x + y + z = 20
 Polisorbat stabil terhadap elektrolit, asam lemah, dan basa lemah
 Bersifat higroskopis, sehingga sebaiknya sebelum penyimpanan kadar air diperiksa
terlebih dahulu, atau bila perlu dikeringkan
 Ester asam oleat (Span 80) sangat mudah teroksidasi
 Polisorbat harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan
harus disimpan di tempat sejuk dan kering
 Tween 20, 40, 60, dan 80 berbeda pada JUMLAH oksietilen nya dan JENIS asam
lemaknya
 Kadar penggunaan Tween:
 Emulgator
 Dalam emulsi O/W : 1-15%
 Kombinasi dengan emulgator hidrofilik dalam emulsi O/W : 1-10%
 Untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan dalam air pada ointment : 1-10%
 Solubilizing agent
 Zat aktif yang sukar larut dalam basis lipofilik : 1-10%
 Wetting agent
 Zat aktif yang tidak larut dalam basis lipofilik : 0.1-3%

Tween 20 Tween 40 Tween 60 Tween 80


Sinonim Polysorbate 20 Polysorbate 40 Polysorbate 60 Polysorbate 80
Formula C58H114O26 C62H122O26 C64H126O26 C64H124O26
Berat molekul 1128 1284 1312 1310
Sifat fisik Cairan menyerupai Cairan menyerupai Cairan menyerupai Cairan menyerupai
pada suhu minyak warna minyak warna minyak warna minyak warna
25OC kuning kuning kuning kuning
Nilai HLB 16,7 15,6 14,9 15,0
 Larut dalam  Larut dalam  Larut dalam  Larut dalam
etanol dan air etanol dan air etanol dan air etanol dan air
Kelarutan
 Tidak larut  Tidak larut  Tidak larut  Tidak larut
dalam mineral dalam mineral dalam mineral dalam mineral
dan minyak dan minyak dan minyak dan minyak
sayur sayur sayur sayur

 Arlacel 83 (Sorbitan Sesquioleate)


 Struktur utama

 Formula : C33H60O6,5
 Berat molekul : 561
 Nilai HLB : 3,7
 Pemerian : cairan kental berwarna
amber

 Arlacel 38 biasanya digunakan pada kosmetik, produk makanan, dan dalam sediaan
farmasi digunakan sebagai surfaktan nonionic yang bersifat lipofil. Pada dasarnya,
Arlacel 38 digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan krim, emulsi, dan ointment
untuk penggunaan topical. Apabila digunakan secara tunggal, Arlacel akan bersifat stabil
pada emulsi W/O dan mucroemulsion.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan konsentrasi dari sorbitan ester, termasuk sorbitan
sesquioleate dalam sediaan.
 Polioksietilen Stearat
 Struktur utama

Struktur A untuk monostearat,


dimana n = 6, 8, 10

Struktur B untuk polistearat,


dimana n > 10

 Dalam aplikasinya, polioksietilen stearat digunakan sebagai emulgator dalam krim tipe
O/W dan lotio. Biasanya, polioksietilen stearat digunakan sebagai emulgator apabila di
dalam sediaan terdapat garam astringen dan elektrolit kuat.

 Polioksilstearat yang digunakan dalam sediaan biasanya adalah Myrj8, Myrj30, Myrj40,
dan Myrj50. Angkan 8, 30, 40, dan 50 menunjukkan jumlah rantai oksietilen. Semakin
panjang rantai oksietilennya, maka Myrj akan semakin hidrofil.
 Bentuk fisik dari Myrj adalah akan semakin besar konsistensinya apabila berat
molekulnya semakin besar.
 Inkompatibilitas:
Tidak stabil dalam larutan alkali yang panas , sehingga akan terhidrolisis,
Dalam asam kuat atau basa kuat akan terjadi saponifikasi,
Terejadi perubahan warna bila dicampur dengan salisilat, fenol, garam iodine, garam
bismuth, perak, dan tannin
Apabila dicampur dengan bahan obat antibakteri, seperti bacitracin, chloramphenicol,
phenoxymethylpenicillin, Na-penicillin, dan tetrasiklin akan menyebabkan berkurangnya
kadar dari Myrj hingga 5% W/W.
 Myrj stabil di dalam elektrolit dan basa atau asam lemah. Apabila bereaksi dengaan asam
kuat atau basa kuat, maka akan terjadi hidrolisis dan saponifikasi. Myrj sebaiknya
disimpan dalam wada tertutup, di tempat kering, dan suhu ruang.
 Polyoxyethylene Alkyl Ethers
 Struktur utama:

Alkil Ethylene oxyde

Keterangan:
Jumlah alkil:
 12 : lauryl (dodecyl)
 14 : myristil (tetradecyl)
 16 : cethyl (heksadecyl)
 18 : stearyl (oktadecyl)
Jumlah y (ethylene oxide) biasanya berkisar antara 10 – 60
 Dalam aplikasinya, polioksietilen alkil ester digunakan sebagai surfaktan nonionic dalam
pembuatan sediaan topical dan kosmetik, terutama sebagai emulsifier dalam emulsi W/O
dan O/W. Selain itu juga bertindak sebagai stabilisator dalam mikroemulsi, dan multiple
emulsion
 Golongan polioksietilen alkil eter yang sering digunakan adalah Brij 30, 35, dan 92
Pembeda Brij 30 Brij 35 Brij 92
Sinonim  Polyoxil 4 lauryl  Polyoxil 23 lauryl  Polyoxil 2 oleyl ether
ether ether  Lipocol O-2
 Lipocol L-4  Lipocol L-23
Bentuk fisik Cairan hampir tidak Sediaan padat lembek Berbentuk cair berwarna
berwarna hingga kuning warna putih kuning pucat
pucat
Nilai HLB 9,7 16,9 4,9
Jumlah Gugus lauryl : 4 Gugus lauryl : 23 Gugus oleyl : 2
oksietilen
 Perbedaan Brij 30, 35, dan 92 terletak pada jumpah rantai oksietilennya.
 Secara kimia, polioksietilen alkil eter stabil dalam kondisi asam kuat. Namun, secara fisik
akan mempengaruhi stabilitas emulsi apabila bereaksi dengan elektrolit kuat
 Polioksietilen alkil eter disimpan di dalam wadah kedap udara, kering dan sejuk
 Inkompatibilitas:
 Reaksi dengan iodide, garam merkuri, gugus fenol, salisilat, sulfonamide, dan tanin
menyebabkan kerusakan pada warna sediaan
 Tidak bercampur dengan benzokain, tretionin, dan jenis obat lain yang mudah
teroksidasi

D. Emulgator Amfoter
Ciri-ciri emulgator amfoter:
 Bermuatan negatif dan positif
Contoh emulgator amfoter, antara lain:
 Asam amino,  Fosfobetain
 Betain,  Lesitin

Penjabaran contoh:
 Lesitin
 Suhu 160-180 ˚C akan menyebabkan degradasi dalam waktu 24 jam
 Lesitin harus disimpan di suhu kamar atau di atas suhu kamar, suhu di bawah 10 ˚C dapat
menyebabkan pemisahan.
 Lesitin yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi farmasi (suntikan intramuskular
& intravena, nutrisi parenteral, formulasi, produk-produk topikal seperti krim dan salep,
formulasi nutrisi enteral dan parenteral) dan juga digunakan dalam kosmetik dan produk
makanan.
 Pencampuran ester dan lesitin dapat menyebabkan hidrolisis

----------
Fungsi surfaktan berdasarkan nilai HLB

Prosedur Pembuatan Emulsi:


1. Emulgator dan bahan lain yang larut minyak dicampurkan ke dalam minyak dan dipanaskan
sampai suhu 60-70°C (fase 1)
2. Emulgator dan bahan lain yang larut air dicampurkan ke dalam air dan dipanaskan sampai
suhu 60-70°C (fase 2)
3. Kedua fase dicampurkan sambil diaduk dengan menggunakan stirer dalam waktu tertentu (5
menit)
4. Ditambahkan bahan pengental yang sudah dikembangkan ke dalam emulsi yang telah
terbentuk sambil diaduk dengan stirer

Cara memilih emulgator:


 Cara yang dilakukan apabila rmulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang
memiliki nilai HLB. HLB merupakan nomor yang diberikan pada tiap surfaktan. Berikut
adalah nilai HLB bermacam – macam tipe sistem:
 Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan, maka akan lipofil surfaktan tersebut, begitu pula
sebaliknya.

Cara menentukan HLB ideal dan tipe surfaktan dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya
sederhana. Ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase,
yaitu:
a. Fase I
Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktan.
Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira – kira. Bila
semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi atau
menambah emulgator
b. Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh dari fase
I. Dari kelima emulsi tersebut dipilih yang terbaik, maka diperoleh nilai HLB yang ideal
c. Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang idela dengan surfaktan bervariasi
atau campuran surfaktan. Dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran
surfaktan mana yang paling ideal.

Anda mungkin juga menyukai