minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga
mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi.
EMULGATOR SINTETIK
Emulgator sintetik merupakan emulgator yang dibuat dengan cara sintetik atau
semisintetik. Dalam skala industry pabrik, emulgator sintetik lebih banyak digunakan karena
lebih mudah untuk disintetis dan lebih stabil dibandingkan dengan emulgator alam.
Emulgator sintetik dibedakan menjadi 4macam, yaitu:
a. Emulgator kationik
b. Emulgator anionic
c. Emulgator nonionik
d. Emulgator amfoter
A. Emulgator anionik
Emulgator anionik memiliki ciri-ciri:
memiliki muatan negatif
Bahan-bahan ini mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran
pencernaan
Untuk emulsi pengguanaan luar/topikal.
B. Emulgator Kationik
Ciri-ciri emulgator kationic:
Memiliki muatan positif
Bahan ini memiliki sifat bakterisida
pH sediaan 4-6
Contoh emulgator kationic:
Laurylpyridinium chloride,
Lauryltrimethylammonium chloride,
Laurylcolamine formylmethylpyridinium chloride
Penjabaran Contoh:
Benzalkonium Klorida
Titik leleh Benzalkonium klorida : 40˚C
Benzalkonium klorida di simpan dalam wadah tertutup baik
Benzalkonium klorida digunakan sebagai bahan pengawet pada formulasi nasal & otik,
produk pareteral, dan tambahan pengawet pada kosmetik
Benzalkonium klorida tidak tercampur dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,
kapas, fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, nitrat,
surfaktan nonionik dalam tinggi konsentrasi, permanganat, protein, salisilat, garam perak,
sabun, sulfonamid, tartrat, seng oksida, seng sulfat, beberapa karet campuran, dan
beberapa campuran plastik.
C. Emulgator Nonionik
Ciri-ciri emulgator nonionic:
Tidak memiliki muatan
Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam molekulnya
Tidak mudah dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit
Contoh emulgator nonionic:
Asam lemak sorbitan,
Ester asam lemak,
Polioksietilen sorbitan
Setil Alkohol
Titik leleh Setil alkohol : 45 – 52˚C & 49˚C (Zat murni)
Setil alkohol stabil walaupun adanya asam, alkali ringan, dan udara; tidak menjadi tengik.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering.
Setil alkohol utamanya digunakan dalam formulasi topikal, meskipun juga bisa
digunakan dalam sediaan oral dan rektal.
Pada emulsi yang di buat dengan Setil alkohol, tidak bercampur dengan bahan
pengoksidasi yang kuat
Span biasanya digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan oral dan
parenteral. Akan tetapi, ketika terdekomposisi oleh kenaikan suhu, ester sorbitan (span)
dapat menyebabkan timbulnya asap yang tebal dan mengiritasi
Pada Span, dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun dengan basa kuat
Span disimpan dalam wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering
Kadar penggunaan Span:
Emulgator
Dalam emulsi W/O : 1-15%
Kombinasi dengan emulgator hidrofilik dalam emulsi O/W : 1-10%
Untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan dalam air pada ointment : 1-10%
Solubilizing agent
Zat aktif yang sukar larut dalam basis lipofilik : 1-10%
Wetting agent
Zat aktif yang tidak larut dalam basis lipofilik : 0.1-3%
Dimana : w + x + y + z = 20
Polisorbat stabil terhadap elektrolit, asam lemah, dan basa lemah
Bersifat higroskopis, sehingga sebaiknya sebelum penyimpanan kadar air diperiksa
terlebih dahulu, atau bila perlu dikeringkan
Ester asam oleat (Span 80) sangat mudah teroksidasi
Polisorbat harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan
harus disimpan di tempat sejuk dan kering
Tween 20, 40, 60, dan 80 berbeda pada JUMLAH oksietilen nya dan JENIS asam
lemaknya
Kadar penggunaan Tween:
Emulgator
Dalam emulsi O/W : 1-15%
Kombinasi dengan emulgator hidrofilik dalam emulsi O/W : 1-10%
Untuk meningkatkan kelarutan suatu bahan dalam air pada ointment : 1-10%
Solubilizing agent
Zat aktif yang sukar larut dalam basis lipofilik : 1-10%
Wetting agent
Zat aktif yang tidak larut dalam basis lipofilik : 0.1-3%
Formula : C33H60O6,5
Berat molekul : 561
Nilai HLB : 3,7
Pemerian : cairan kental berwarna
amber
Arlacel 38 biasanya digunakan pada kosmetik, produk makanan, dan dalam sediaan
farmasi digunakan sebagai surfaktan nonionic yang bersifat lipofil. Pada dasarnya,
Arlacel 38 digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan krim, emulsi, dan ointment
untuk penggunaan topical. Apabila digunakan secara tunggal, Arlacel akan bersifat stabil
pada emulsi W/O dan mucroemulsion.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan konsentrasi dari sorbitan ester, termasuk sorbitan
sesquioleate dalam sediaan.
Polioksietilen Stearat
Struktur utama
Dalam aplikasinya, polioksietilen stearat digunakan sebagai emulgator dalam krim tipe
O/W dan lotio. Biasanya, polioksietilen stearat digunakan sebagai emulgator apabila di
dalam sediaan terdapat garam astringen dan elektrolit kuat.
Polioksilstearat yang digunakan dalam sediaan biasanya adalah Myrj8, Myrj30, Myrj40,
dan Myrj50. Angkan 8, 30, 40, dan 50 menunjukkan jumlah rantai oksietilen. Semakin
panjang rantai oksietilennya, maka Myrj akan semakin hidrofil.
Bentuk fisik dari Myrj adalah akan semakin besar konsistensinya apabila berat
molekulnya semakin besar.
Inkompatibilitas:
Tidak stabil dalam larutan alkali yang panas , sehingga akan terhidrolisis,
Dalam asam kuat atau basa kuat akan terjadi saponifikasi,
Terejadi perubahan warna bila dicampur dengan salisilat, fenol, garam iodine, garam
bismuth, perak, dan tannin
Apabila dicampur dengan bahan obat antibakteri, seperti bacitracin, chloramphenicol,
phenoxymethylpenicillin, Na-penicillin, dan tetrasiklin akan menyebabkan berkurangnya
kadar dari Myrj hingga 5% W/W.
Myrj stabil di dalam elektrolit dan basa atau asam lemah. Apabila bereaksi dengaan asam
kuat atau basa kuat, maka akan terjadi hidrolisis dan saponifikasi. Myrj sebaiknya
disimpan dalam wada tertutup, di tempat kering, dan suhu ruang.
Polyoxyethylene Alkyl Ethers
Struktur utama:
Keterangan:
Jumlah alkil:
12 : lauryl (dodecyl)
14 : myristil (tetradecyl)
16 : cethyl (heksadecyl)
18 : stearyl (oktadecyl)
Jumlah y (ethylene oxide) biasanya berkisar antara 10 – 60
Dalam aplikasinya, polioksietilen alkil ester digunakan sebagai surfaktan nonionic dalam
pembuatan sediaan topical dan kosmetik, terutama sebagai emulsifier dalam emulsi W/O
dan O/W. Selain itu juga bertindak sebagai stabilisator dalam mikroemulsi, dan multiple
emulsion
Golongan polioksietilen alkil eter yang sering digunakan adalah Brij 30, 35, dan 92
Pembeda Brij 30 Brij 35 Brij 92
Sinonim Polyoxil 4 lauryl Polyoxil 23 lauryl Polyoxil 2 oleyl ether
ether ether Lipocol O-2
Lipocol L-4 Lipocol L-23
Bentuk fisik Cairan hampir tidak Sediaan padat lembek Berbentuk cair berwarna
berwarna hingga kuning warna putih kuning pucat
pucat
Nilai HLB 9,7 16,9 4,9
Jumlah Gugus lauryl : 4 Gugus lauryl : 23 Gugus oleyl : 2
oksietilen
Perbedaan Brij 30, 35, dan 92 terletak pada jumpah rantai oksietilennya.
Secara kimia, polioksietilen alkil eter stabil dalam kondisi asam kuat. Namun, secara fisik
akan mempengaruhi stabilitas emulsi apabila bereaksi dengan elektrolit kuat
Polioksietilen alkil eter disimpan di dalam wadah kedap udara, kering dan sejuk
Inkompatibilitas:
Reaksi dengan iodide, garam merkuri, gugus fenol, salisilat, sulfonamide, dan tanin
menyebabkan kerusakan pada warna sediaan
Tidak bercampur dengan benzokain, tretionin, dan jenis obat lain yang mudah
teroksidasi
D. Emulgator Amfoter
Ciri-ciri emulgator amfoter:
Bermuatan negatif dan positif
Contoh emulgator amfoter, antara lain:
Asam amino, Fosfobetain
Betain, Lesitin
Penjabaran contoh:
Lesitin
Suhu 160-180 ˚C akan menyebabkan degradasi dalam waktu 24 jam
Lesitin harus disimpan di suhu kamar atau di atas suhu kamar, suhu di bawah 10 ˚C dapat
menyebabkan pemisahan.
Lesitin yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi farmasi (suntikan intramuskular
& intravena, nutrisi parenteral, formulasi, produk-produk topikal seperti krim dan salep,
formulasi nutrisi enteral dan parenteral) dan juga digunakan dalam kosmetik dan produk
makanan.
Pencampuran ester dan lesitin dapat menyebabkan hidrolisis
----------
Fungsi surfaktan berdasarkan nilai HLB
Cara menentukan HLB ideal dan tipe surfaktan dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya
sederhana. Ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase,
yaitu:
a. Fase I
Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktan.
Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira – kira. Bila
semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi atau
menambah emulgator
b. Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh dari fase
I. Dari kelima emulsi tersebut dipilih yang terbaik, maka diperoleh nilai HLB yang ideal
c. Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang idela dengan surfaktan bervariasi
atau campuran surfaktan. Dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran
surfaktan mana yang paling ideal.