Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOPATOLOGI

TIDUR DAN GANGGUANNYA

Disusun Oleh :
Nakita Raihan Ramadhani 1820901092
Riza Rahmawati 1820901108

Dosen Pengampu :
Umi Nur Holifah, M.Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok kepada kami. Makalah ini
ditulis dari hasil diskusi kami yang bersumber dari buku sebagai referensi, tak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen mata kuliah pengantar
psikologi kepribadian atas arahan dan bimbingannya. Kami berharap, dengan
membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca, dapat
membantu menambah pengetahuan, pengalaman dan referensi bacaaan bagi
pembaca Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki masih sangat kurang. Demikian makalah ini, semoga Allah SWT
meridhai usaha kita dan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan yang
membacanya, sehinggga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I.......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 5
PSIKOPATOLOGI TIDUR DAN GANGGUANNYA.............................................................. 5
DASAR ANATOMIK DAN NEUROFISIOPATOLOGIK........................................................ 5
GANGGUAN TERKAIT..........................................................................................................7
PENDEKATAN TERHADAP PASIEN DENGAN KELUHAN TIDUR.................................. 9
INSOMNIA............................................................................................................................ 10
GANGGUAN TIDUR TERKAIT DENGAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN
ALKOHOL DAN DADAH..................................................................................................... 12
MIMPI.................................................................................................................................... 15
HIPNOSIS............................................................................................................................. 16
APNEA SAAT TIDUR...........................................................................................................17
Dissomnia Terkait dengan Gerakan Ekstremitas........................................................... 17
Gangguan Gerakan Ekstremitas Periodik....................................................................... 18
Parasomnia.......................................................................................................................... 18
Somnambulisma................................................................................................................. 18
Pavor Nokturnus................................................................................................................. 19
Gangguan Perilaku saat Tidur REM................................................................................. 19
Bruksisma Saat Tidur......................................................................................................... 19
Enuresis Nokturna.............................................................................................................. 19
Parasomnia Aneka Ragam.................................................................................................20
Gangguan Tidur yang Berhhubungan dengan Penyakit Saraf..................................... 20
Gangguan Tidur yang Berhubungan dengan Gangguan Medik Lainnya.................... 21

3
Gangguan Tidur terkait dengan Ritme Sirkadian........................................................... 21
Gangguan Tidur kibat Pekerjaan Bergilir........................................................................ 21
Sindrom Fase tidur Lambat............................................................................................... 22
Sindrom Fase Tidur yang Dipercepat...............................................................................22
Gangguan Siklus Tidur yang Bukan 24 jam.................................................................... 22
Implikasi Medik dari Ritmisitas Sirkadian........................................................................22
Hibernasi.............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................24

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan tidur merupakan segala bentuk kondisi ketika secara kuantitas
maupun kualitas, proses tidur secara baik dan sempurna seseorang tidak terpenuhi.
Terdapat banyak jenis gangguan tidur. Ada beberapa faktor penyebab gangguan
tidur. Mulai dari faktor kondisi psikologis, kondisi biologis, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, faktor lingkungan, serta kebiasaan buruk atau tak sehat yang tidak
disadari oleh seseorang dengan gangguan tidur.
Faktor-faktor tersebut jarang berdiri sendiri. Contohnya adalah faktor kondisi
fisik tertentu yang dapat memicu timbulnya masalah psikologis. Begitupun
sebaliknya. Faktor psikologis juga dapat memengaruhi sistem saraf pusat sehingga
membuat kondisi fisik senantiasa siaga seperti saat cemas, tegang, atau stres.
Kondisi inilah yang lalu membuat kualitas tidur memburuk.
Gejala yang dialami orang dengan gangguan tidur cukup bervariasi, tergantung dari
tipe gangguan tidurnya. Misalnya pada orang yang mengalami sulit
tidur (insomnia), umumnya penderita sering kali membutuhkan waktu lebih dari 30 menit
untuk bisa tidur. Selain itu mereka pun hanya bisa tidur selama enam jam atau kurang,
setidaknya tiga hari berturut-turut dalam sebulan atau lebih. Gangguan tidur perlu dicari
tahu secara persis penyebab yang melatarinya. Dengan demikian, penanganan yang
diberikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Terapi terbaik adalah dengan mengatasi
penyebabnya. Selama penyebab yang mendasari masih ada, Anda akan terus mengalami
gangguan tidur.

B. Rumusan Masalah
1. Gangguan terkait tidur
2. Pendekatan terhadap pasien dengan keluhan tidur
3. Gangguan tidur yang terkait penyalahgunaan & ketergantungan Alkohol dan
Dadah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Gangguan terkait tidur
2. Untuk mengetahui Pendekatan terhadap pasien dengan keluhan tidur
3. Untuk mengetahui Gangguan tidur yang terkait penyalahgunaan &
ketergantungan Alkohol dan Dadah

5
BAB II
PEMBAHASAN

PSIKOPATOLOGI TIDUR DAN GANGGUANNYA


Definisi
Penurunan kesadaran yang fisiologik dan periodik karena inaktivasi yang
reversibel dari sistem siaga pada formatio retikularis dan hipotalamus disusul oleh
perubahan spesifik pada elektro- ensefalografi seperti dari gelombang alfa menjadi
gelombang yang lebih cepat dan kemudian kembali ke gelombang yang lambat.
Tidur normal biasanya menunjukkan adanva beberapa fase: fase gerak bola mata
cepat yang disebut tidur REM (gerakan mata apid) saat ini biasanya di- sertai mimpi
maka disebut juga tidur mimpi (dreamy sleep). juga disebut sebagai tidur paradoxal
atau de sinkronisasi, karena susah dibangunkan walau fase tidur berada dalam
stadium 1. Pada laki terjadi ereksi penis dan kemungkinan mimpi basah, sedangkan
fase tidur lain disebut tidur fase NREM (non-rapid eye movement) atau tidur ortodox
atau tidur sinkron. Pola tidur normal terjadi bila kurang dari 30 menit sudah tertidur
asal syarat tidur sudah terbiasakan. Dan berlangsung selama 1-10 jam, terbangun
keesokan harinya dalam suasana segar dan tegar.

DASAR ANATOMIK DAN NEUROFISIOPATOLOGIK


Tidur dianggapnya sebagai satu peristiwa fisiologi yang begitu saja, dan tidak
banyak dibahas, tetapi untuk dapat tidur tampaknya orang mempunya pusat tidur di
hipotalamus yang mengatur saat mengantuk dan saat harus bangun sesuai dengan
kebiasaan (habit) dan pembiasaan (conditioning yang sudah bertahun-tahun
dilakukan. Penelitian pada lesi otak, ahli berkesimpulan bahwa terdapat pusat tidur
(sleep centre) di bagian anterior hipotalamus (von Economo). Selain itu, tidur juga
melibatkan pusat lain vaitu formatio retikularis dari medula oblongata, talamus, dan
bagian basal lobus fronualis Sedangkan untuk bangun atau siaga melibatkan pusat
siaga (zwake centre) di hipotalamus posterior, formatio retikularis batang otak
(brainstem), otak tengah (midbrain), subtalamus, talamus, bagian basal dari lobus
frontalis berperan 'mensiagakan' atau mensiagakan EEG. Tidur juga dipermudah

6
dengan keadaan lingkungan yang monoton, dengan suara atau guncangan yang
berulang dan terus menerus. Keadaan ini membuat orang menjadi lebih mudah
terlena. Seorang anak juga akan lebih mudah tertidur bila ada sentuhan dari orang
yang biasa, seperti ibunya yang membelainya berulang. Pada orang yang dicegah
tidurnya selama 2 x 24 jam, biasanya tidak dapat menahan kantuk dan akan jatuh
tertidur meski dipaksakan untuk siaga. dorsal pons menimbulkan gejala seperti tidur
REM tanpa menimbulkan inhibisi desendens otot yang Tidur REM mempunyai
padanan neuroanatomik nya di daerah spesifik di pons. Lesi kecil di daerah
biasanya timbul bersamaan sedangkan mikro-injeksi karbakol (carbachol) ke daerah
itu membuat atonia otot tanpa tanda lain dari tidur REM Pada narkolepsi. paralisis
menyeluruh (complete) atau sebagian (partial) dan mendadak (abrupt) Tkatapleksi]
terjadi sebagai respons terhadap berbagai timuli. Pada anjing, injeksi fisostigmin
(zat penghambat kolinesterasa senural) meningkatkan frekuensi terjadinya
serangan kataplektik, sedangkan atropin mengurangi frekuensi itu. Sebaliknya, pada
gangguan perilaku saat tidur REM, pasien akan mengalami inhibisi motorik partial
yang berakibat timbulnya gerakan involunter, yang kadang bisa menjadi tindak
kekerasan (violent). Neurokimiawi Tidur juga melibatkan beberapa perubahan
neurokimiawi. Beberapa experimen yang melibatkan nuklei dorsorafe batang otak
menunjukkan bahwa serotonin merupakan neurotransmiter primer yang memudah-
kan tidur, sedangkan katekolamin dianggap bertang- gung jawab untuk
mensiagakan tidur. Beberapa penemuan kemudian membuktikan bahwa walaupun
sistem serotonin rafe itu berpengaruh pada tidur, ter- nyata tidak selalu
memudahkan, ternyata masih ba- nyak neurotransmiter lain yang berpengaruh
untuk menidurkan atau mensiagakan orang. Kafein mempunyai efek menyiagakan.
Hal ini berkaitan dengan adenosine, sedangkan efek hipnotik dari benzodiazepine
dan barbiturat menunjuk ke arah peran ligands endogen dari GABA-reseptor
kompleks. Beberapa zat yang menidurkan juga ditemukan, antara lain interleukin 1
dan prostaglandin E2 yang terkait dengan tidur NREM. Semua ini zat peptida yang
aktif secara imunologik sehingga diduga bahwa tidur juga terkait dengan sistem
imun.

7
GANGGUAN TERKAIT
I. Disomnia (Dyssomnias)
Gangguan tidur intrinsik
Ritme tidur terbalik seperti pada meningoensefalitis epidemika 1. Economo,
pasien tertidur siang hari namun malam hari gelisah dan tidak tidur.
Insomnia psikofisiologik
Insomnia idiopatik
Narkolepsi
Hipersomnia idiopatik dan berulang
Hipersomnia pasca traumatik
Sindrom apnea saat tidur
Gangguan gerakan periodik ekstremitas
Sindrom kaki resah (restless leg syndrome)
Gangguan tidur ekstrinsik Higiene tidur inadekuat (inadegquate sleep hygiene)
Gangguan tidur sebab lingkungan
Insomnia akibat ketinggian
Gangguan penyesuaian tidur
Gangguan yang terkait dengan awal-tidur
Insomnia akibat alergi makanan
Sindrom makan/minum waktu malam
Gangguan tidur akibat ketergantungan alkohol atau zat
Gangguan ritme tidur harian (circadian)
Sindrom perubahan zone waktu (jet-lag, time zone change)
Gangguan tidur akibat jam kerja (malam)
Sindrom fase tidur terhambat
Sindrom fase tidur terlalu awal
Gangguan siklus tidur bukan 24 jam

II. Parasomnia

8
Gangguan siaga (arousal disorders)
Siaga kebingungan (confusional arousals)
Tidur sambil berjalan, somnambulisma (sleep walking, somnambulism)
Pavor nokturnus (sleep terrors, night terrors)
Gangguan transisi siklus tidur
Gangguan gerak ritmik Somniloqui (sleeptalking, ngigau)
Sindrom kaki kejang (nocturnal leg cramps)
Parasomnia terkait dengan tidur REM
Mimpi buruk (night mares)
Paralisis nokturna (erep-erep (Sunda), ketindihan (Jawa), nocturnal paralysis]
Gangguan ereksi penis yang berhubungan dengan tidur
Ereksi penis nyeri yang berhubungan dengan tidur
Aritmia jantung terkait dengan tidur REM
Gangguan perilaku terkait dengan tidur REM
Parasomnia lain :
Bruksisma nokrurna (nocturnal bruxism)
Enuresis/enkopresis nokturna
Distonia paroksismal nokturna

III. Gangguan tidur terkait dengan gangguan medik/ psikiatrik

Terkait gangguan jiwa:


Insomnia akibat cemas neurotik, biasanya sulit tidur saat mau masuk tidur
Insomnia pada skizofrenia, terjadi pada fase tengah malam terbangun
Insomnia pada depresi endogen, terbangun pagi buta dan tidak dapat tidur lagi
Terkait penyakit saraf:
Gangguan degeneratif otak
Parkinsonisma
Insomnia keturunan yang fatal
Epilepsi nokturna (terkait dengan tidur)
Nyeri kepala akibat epilepsy
Insomnia yang terkait dengan kondisi medik lain

9
Penyakit tidur (slerping sickness) Leishmaniasis
Iskemia jantung nokturna
Penyakit paru obstruktif kronik
Asma terkait dengan tidur
Insomnia reflux gastro-esofageal
Gangguan ulkus ventrikuli
Sindrom fibrositis
Sindrom Klrin-Lewin (orang bisa tidur selama -5 hari/malam. tanpa makan, minum
kencing, buang air besar, dan lain-lain, kemudian disusul de- ngan bangun dan
tidak tidur untuk selama -5 hari berikut, dengan gejala polifagi. polidipsi dan poliuri).
(Sumber: Modifkasi dari the International Classification of Sleep Disorder)

PENDEKATAN TERHADAP PASIEN DENGAN KELUHAN TIDUR


Beberapa asas umum penting diketahui oleh dokter menghadapi keluhan
gangguan tidur pasien. Sering keluhan tidur pasien (misalnya insomnia kronik)
terlalu dibesarkan dibandingkan dengan beberapa ukuran objektif, biasanya tidur
malam dan siaga siang hari saling terkait dan dapat diprediksi, dengan
ditemukannya alat pengukur secara objektif kecenderungan tidur, kuantifikasi dari
gangguan siaga siang hari amat penting dalam menilai gangguan tidur. Bila terdapat
keluhan tidur, tetapi secara fisik baik dan siaga siang hari tidak terganggu,
pendekatan kita harus lebih konservatif. Pengobatan jangka panjang bagi keluhan
tidur yang sesekali dan jarang (isoloated) tidak dapat dibenarkan. Kecuali 3
pemeriksaan elektro-fisiologi yang di- kerjakan oleh polisomnografi, yang standar
juga direkam fungsi napasnya atau respirasi, bila terdapat kondisi payah respirasi
(respiratory efforts), aliran udara (air flow), dan saturasi oxigen (oxygen saturafion),
EMG ekstremitas bawah, dan EKG. Pengukuran fungsi kerja siang hari sebagai ind
dari cukupnya tidur malam, dapat dilakukan dengan pemeriksaan Multiple Sleep
Latency Test (MSLT), terd dari pengukuran secara berulang waktu interval van
digunakan untuk mulai masuk tidur, setiap 2 sekali dalam kondisi yang baku
(standardized) seelah satu jangka waktu tidur malam sebelumnya. Waktu latensi
rata-rata diukur dari 5-7 tes yang dilakukan setiap interval 2 jam saat siaga siang,
diambil sehaga ukuran objektif dari kecenderungan tidur siang hari Semua

10
gangguan tidur yang mengakibatkan somno lensi siang hari yang patologik dapat
dibedakan de ngan menggunakan MSLT. Kecuali itu, pengukuran mutipel dari awal
tidur, menunjukkan transisi lang- sung dari keadaan siaga ke tidur REM yang
menunjuk ke arah kondisi patologik yang khas (seperti narko- lepsi), akhirnya,
pengukuran pembesaran penis (penile tumescence) saat tidur, dapat digunakan
untuk menentukan etiologi dari disfungsi ereksi itu organik atau psikogenik.

INSOMNIA
Insomnia merupakan keluhan umum yang jumlahnya meningkat dengan
bertambahnya umur. Kira-kira setengah dari orang yang berumur antara 65-79 tahun
biasanya mengeluh akan gangguan tidur. Ohat tidur banyak dikonsumsi oleh orang
tua, tetapi perlu diteliti dahulu akan kebutuhannya. Bila menghadapi orang dengan
insomnia, perlu ditanyakan insomnia itu terjadi pada awal tidur, tengah malam atau
menjelang pagi buta dan setelah terbangun pukul 02.00-03.00 tidak dapat tidur lagi.
Insomnia sementara (fransient) dapat berlangsung selama 3-4 minggu, lewat masa
itu dianggap sebagai kronik. Kadang rekaman polisomnografik diperlukan untuk
membuktikan pada pasien bahwa ia sebenarnya tidur, walaupun ia menyangkal
bahwa dirinya tidur semalaman.

Insomnia Psikofisiologik
Merupakan gangguan perilaku, sang pasien biasanya mempunyai preokupasi
bahwa dirinya merasa tidak dapat tidur malam hari. Sering dipicu oleh peristiwa
emosional yang membuat stres. Namun, kebiasaan gangguan tidur itu terjadi jauh
setelah peristiwanya itu lewat. Pasien tersebut menjadi amat rentan dan justeru sulit
tidur karena takut tidak dapat tidur dan usaha mereka untuk tidur lebih membuat
pasien tidak dapat tidur. Insomnia itu merupakan respons yang terbiasakan
(conditioned) dan seolah hasil pem belajaran (learned). Pasien dengan insomnia
psiko fisiologik ini justeru akan mudah tertidur pada waktu yang tidak dijadwalkan
(dan tidak berusaha juga). atau diluar situasi rumah. Pada kasus ini, rekaman
polisomnografik menunjukkan gangguan tidur secara objektif. sering dengan latensi
tidur vang amat panjang, frekuensi terbangun yang sering, dan ber- ambahnya
jumlah tidur transisional stadium Terapi perilaku sering bermanfaat; latihan relascasi

11
dapat mempermudah tidurnya pasien tenitama bila kecemasan tinggi. Faktor
ekstrinsik sering menjadi penyebab sulit tidur ini, Penggunaan hipnotika yang
terbatas dapat menjadi katalisator untuk keberhasilan terapi perilaku. Perhatian
khustus harus diberikan pada higiene tidur dan koreksi dari faktor dan perilaku yang
mengganggu tidur.

Insomnia Ekstrinsik
Beberapa gangguan tidur disebabkan oleh faktor ekstrinsik. Gangguan
penyesuaian tidur (adjustment sleep disorder, juga disebut trsansitional situasional
insom ia), bisa terjadi setelah perubahan dalam kebiasaan tidur (seperti, tidur di
hotel yang asing, atau di rumah akit) atau secbelum atau sesudah peristiwa hidup
yang dahsyat, seperti pindah kerja, kematian orang yang dikasihi, penyakit, cemas
atas suatu tanggal penentuan, atau ujian. Bisa terjadi, pertambahan latensi tidur,
sering terbangun, dan terbangun saat pagi buta. Kesembuhan biasanya cepat
terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Higiene tidur yang kurang baik ialah semua pola
perilaku sebelum tidur atau lingkungan tempat tidur yang tidak memudahkan tidur.
Pada pengambilan riwayatnya, dokter akan menemukan bahwa mereka suka
menyalakan televisi sepanjang malam, atau langsung ingin tidur setelah pulang
kerja tengah malam. Suara dan sinar dalam kamar tidur dapat mengganggu tidur
juga, gerakan ekstremitas atau dengkuran dari teman seranjangnya. Jam dinding
yang bersinar, kecemasan yang meningkat soal waktu untuk persiapan tidur, makan
banyak, olahraga berlebihan, atau mandi air panas langsung sebelum mau tidur.
Pasien harus dinasihati untuk membuat kebiasan yang baik untuk tidur dan
mempersiapkan lingkungan tempat tidur sebaik mungkin.

Insomnia Karena Ketinggian di Udara


Pada ketinggian (high altitude) dapat menyebabkan sulit tidur. Pernapasan
Cheyne Stokes saat NREM menjadi tinggal setengahnya pada ketinggian, yang
kemudian akan pulih pada tidur REM. Apnea sentral biasanya sebagai penyebab
kondisi ini daripada apnea obstruktif saat tidur, keteraturan dari pola terhentinya
pernapasan membedakan apnea obstruktif dari pnea sentral pada ketinggian dari
permukaan air laut. Hipoksia dan hipokapnia secara bergantian menjadi penyebab

12
pernapasan yang periodik. Terangun yang sering dan kuualitas tidur yang buruk
herupakan karakteristika dari insomnia ketinggian tersebut yang lebih hebat pada
beberapa malam pertama dan kemudian dapat melanjut terus. Panjang waktu tidur
titak berubah, tapi lebih banyak terbangun pada awal tidurnya, dan sedikit waktu
digunakan untuk tidur gelombang lambat parda stadia 3 dan 4. Pemberian obat
asetazolamid dapat menurunkan waktu yang digunakan untuk napas periodik dan
menurunkan hipoksia pada tidur. Mertroxyproges teron asetat (MPA) juga
menurunkan mapas periodik itu, tetapi tidak menurunkan hipoksia secara mata
pada saat tidur pada ketinggian.

GANGGUAN TIDUR TERKAIT DENGAN PENYALAHGUNAAN &


KETERGANTUNGAN ALKOHOL DAN DADAH
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh periggunaan berbagai macam zat.
Kafein merupakan zat vang sering menyebabkan insomnia pada orang yang rentan.
Zat ini memperpanjang waktu latensi saat tidur, meningkatkan siaga dan
berkurangnya jumlah waktu tidur hingga 8-14 jam setelah memakainya. Beberapa
pasien merasa heran dan tidak percaya bahwa kopi sehagai penyebab insomnia.
Antara 3-5 cangkir hingga 15-20 cangkir kopi sehari bisa menyebabkan insomnia.
Oleh sebab itu pasien ini harus dihentikan penggunaan kopi sedikitnya 2 bulan
untuk menghilangkan efeknya. Demikian pula alkohol dan nikotin dapat
mengganggu tidur. Padahal pasien menggunakan kedua zat itu untuk relaksasi dan
memudahkan tidur. Walaupun sering kali orang menggunakan alkohol untuk
memudahkan tidur, tetapi akibatnya memudahkan bangun setelah awal tidur
sebentar. Konsumsi alkohol sebelum tidur merupakan pantangan bagi orang
dengan apnea saat tidur karena alkohol ternyata menghambat napas. Amfetamin
dan kokain ternyata menghambat tidur REM, yang akan menjadi normal dengan
penggunaan kronik. Pemutusan zat akan membuat rebound dari tidur REM.
Akhirnya e bound insomnia terjadi pada penghentian penggunaan benzodiazepin
dengan waktu eliminasi tengah yang pendek (short half life). Oleh sebab itu,
hipnotika tidak dianjurkan untuk penggunaan lama. Bila perlu pakai, pergunakan
dosis kecil atau sedang dan tidak melampaui 2-3 minggu. Penghentian harus
dilakukan secara lambat laun. Gangguan tidur juga terjadi sertelah penyalahgunaan

13
dan ketergantungan dadah. Yang nyata ialah setelah penggunaan tipe opioda,
amfetamin dan methamfetamin, orang yang berusaha untuk berhenti mendapat
halangan dari tidak tidur. Dan bila ia memakai lagi terasa tidurnya menjadi baik.
Karena itu para pemakai akan kembali memakainya lagi. Oleh sebab itu perlu para
penyalahguna dan ketergantungan dadah ini dihantu untuk dapat menghen- tikan
pemakaian dadah dengan diberikan beberapa obat yang membaritu tidurnya dan
dengan itu saja ia bisa mencoba menghentikan dadahnya. Obat vang terbaik
menurut pengalaman di Indonesia ialah beberapa: bisa diberikan Rivotril 1x 2 mg.
Clozaril 1x 25 mg, mungkin juga campuran antara obat anti- depresi dengan
anxiolitika dan beberapa obat anti psikotika, tetapi perlu dilakukan monitoring yang
cukup lama untuk dapat kembali dalam kondisi yang tidak memakai sama sekali
dan mantan pemakai bisa hidup dan tidur seperti sebelum ia menggunakan dadah.

Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur yang ditandai oleh sulitnya tidur pada jam yang
semestinya, baru menjelang pagi hari mulai tertidur dan melanjut terus sampai siang
dan hampir seluruh hari digunakan untuk tidur. Pasien akan terganggu
melaksanakan tugasnya pada siang atau sore hari.

Narkolepsi
Rasa kantuk yang tidak tertahankan pada siang hari dengan episode tidur
vang tidak dikehendaki, ticur malam terganggu dan katapleksi (rasa lemas yang
mendadak atau hilangma tonus otot, sering dicetus kan oleh meningkatnya emosi)
merupakan gejala yang sering pada narkolepsi. Beberapa pasien meng- alami
kelumpuhan otot dan/atau halusinasi pada awal tidur atau saat bangun tidur. Derajat
gangguan bisa bervariasi, pasien bisa mempunyai 2-3 serangan katapleksi sehari
atau dalam satu dekade, hebatnya dan lamanya serangan juga bervariasi, seperti
kendurnya rahang hawah sejenak hingga kelumpuhan flaksid seluruh otot tubuh
untuk 20-30 menit.
Diagnosis narkolepsi haras memenuhi 4 syarat berikut.
1. omnolensi berlebih di siang hari
2. katapleksi

14
3. halusinasi hipnagogik
4. paralisis nokturna (rasa kelumpuhan otot berkehendak tidur) yang amat tidak
enak dirasakan saat awal tidur
Tiga gejala yang tersebut akhir merupakan manifestasi dari regulasi tidur REM vang
abnormal dan memang terkait dengan sindrom narkolepsi. Semua pasien dengan
narkolepsi mempunyai gejala somnolensi di siang hari yang tidak menetap, tetapi
ke-3 gejala terakhir selalu ada. Delapan puluh persen pasien mempunyai gejala
katapleksi ringan dan sedikit vang mengeluh halusinasi hipnagogik atau paralisis
nokturna (ketindihan). Kadang terdapat "perilaku automatik saat bangun (keadaan
seperti kesurupan (trancelike state) dengan perilaku motorik yang sederhana tetap
dipertahankan] yang memperkuat adanya somnolensi di siang hari, walaupun hal ini
tidak spesifik. Pasien dengan narkolepsi sering pula mela- porkan gangguan yang
cukup mengganggu saat tidur malam, hal ini suatu gejala yang dapat membedakan
narkolepsi dari somnolensi di siang hari oleh sebah lain.
Riwayat keluarga penting untuk evaluasi pasien dengan somnolensi di siang
hari yang banyak. Pengamatan seksama pada saudara kandung dan anak dari
pasien narkolepsi, terutama pada umur jangkitannya yang khas yaitu pada umur 20-
an (dekade ke 2 Dapat mengarahkan ke diagnosis yang tepat. Diagnois dan
narkolepsi pada seseorang yang memurut riwayat diduga mengidap narkolepsi
bergantung pada ) secara objektif nyata terdapat somnolensi siang han yang
berlebih, terutama menggunakan MSET (multiple sleep lateney test) setelah
rekaman tidur malam, pencatatan regulasi tidur REM abnormal saat mask tidur
hingga terjadinya tidur REM pada rekaman polisomnografik atau pemastian dari
MSLT Terapi untuk narkolepsi biasanya simptoma Somnolensi diobati dengan
stimulansia, amfeta digunakan pada masa lampau, tetapi kini penggunaannya
dibatasi karena efek sampingannya, kemudian metilfenidat (Ritalin) merupakan obat
terpilih ini, tetapi pemolin mempunyai waktu eliminasi ngah yang lebih panjang dan
sedikit efek samping annya Terapi terhadap katapleksi, halusinasi hipnagogik dan
paralisis nokturna (ketindihan) dapat digunakan antidepresiva senyawa trisiklik yang
secara sebagian efektif untuk peredam REM. Yang terbaik digunakan ialah
protriptylin, hanya penggunaannya agak terba tas karena efek antikolinergik yang
membuat kering mulut. Obat lain dapat dipertimbangkan ialah viloxa zine-HCI dan

15
fluoxetin (Prozac, Kalxetin, Antiprestin, Zac, Lodep, Nopress). Gama-hidroxi-butirat
(GHB) adalah obat yang baru diuji coba di Kanada dan Eropa, belum di Amerika
Serikat, tampaknya mempunyai efek baik terhadap gangguan tidur malam. Terapi
perilaku dengan mengurangi tidur malam dan tidur siang yang terstruktur dapat
membantu penyandang narkolepsi untuk mengatasi somnolensi stang hari yang
berlebih, tetapi belum dapat menggantikan seluruh terapi farmakologik.

MIMPI
Mimpi buruk (nightmares) merupakan mimpi yang tidak nyaman : sering
mimpi buruk yang menakutkan itu akibat dari pengalaman yang menakutkan dan
pengidapnya tidak dapat berbuat apa-apa. Mimpi yang terjadipada tidur REM (gerak
bola mata cepat) itu dan rasa takut saat mimpi buruk merupakan satu pengalaman
yang khas dari paralisasi nokturna yang terjadi dalam fase tersebut.

Sejak adanya budaya manusia, mimpi telah digunakan untuk melambangkan


sesuatu, contohnya zaman Firaun sudah diceritakan bahwa Yusuf, anak Yahudi itu
yang dijual oleh ke-11 kakaknya untuk mendapatkan sekeping uang telah diminta
Firaun untuk menafsirkan mimpinya yang isinya ialah: ketika Firaun sedang berdiri
di tepi sungai Nil, munculla dari dalam sungai Nil 7 ekor sapi yang ngamuk, setelah
itu muncul pula 7 ekor sapi yang kurus dan jelek. Ketujuh sapi yang kurus jelek itu
memakan habis tuju sapi yang gemuk. Tetapi setelah sapi kurus itu selesai makan,
masih saja kurus dan jelek seperti sebelumnya. Pada saat lain Firaun juga
bermimpi : terdapat tujuh butir gandum yang bertunas, dan tumbuh pada satu
tangkai, butir itu bagus dan montok. Kemudian tujuh butir gandum lainnya muncul
tetapi semua layu dan kurus, butir yang layu dan kurus itu menelan 7 butir gandum
yang gemuk dan bagus itu. Yusuf dapat mengartikan mimpi itu dan tafsirannya ialah
bahwa di Mesir saat itu akan terjadi 7 taun kelimpahan makanan dan minuman,
kemudian disusul dengan datangnya 7 tahun yang hasil panennya buruk, dan
seluruh negeri akan kekurangan pangan. Sejak itu Yusuf ditunjuk sebagai menteri
urusan pangan dan diperintahkan untuk menyimpan makanan selama berlimpah
untuk nantinya dimakan dimasa paceklik. Demikian mimpi digunakan untuk

16
membahas teori psikiatrik tentang asal-muasal dari brnturan batin (conflicts) juga:
pembahasan mendalam soal mimpi telah dilakukan oleh Sigmund Freud (1876).

Mimpi biasanya diingat dan dilukiskan sebagai satu peristiwa psikis: mimpi
buruk sering dikeluhkan dan merupakan gejala utama pada depresi. Memang mimpi
adalah suatu pengalaman yang amat kompleks dan sulit untuk ditafsirkan dan
dianalisis. Untuk menerima mimpi sebagai suatu gejala, dan bukan hanya sebuah
pengalaman yang patut diingat, hal itu harus dicamkan sebagai suatu afek yang
tidak menyenangkan. Seorang pasien mungkin dapat mengungkapkan sebuah
mimpi yang menyenangkan bila diminta, tetapi mereka tidak mengeluhkan ini
sebagai suatu gejala, atau minta agar diilangkan. Namun, bila mimpi itu terkait
dengan cemas, takut, keadaan yang menyesatkan, atau sebuah firasat jelek, dan
bila isi atau temanya selalu berulang. Hal itu akan dikeluhkan dan dinyatakan
sebagai afek yang merundungi saat itu: kemungkinan wawasan konflik yang
menimbulkan distress akan dimunculkan dalam isi mimpi itu. Mimpi yang tidak
menyenangkan dengan peristiwa yang traumatik dialami secara berulang
merupakan sesuatu yang tidak khas dari gangguan stress pasca trauma sesudah
suatu malapetaka yang besar.

HIPNOSIS
Hipnosis merupakan suatu manuver yang melibatkan seseorang subjek dan
seorang pe-hipnotis yang keduanya setuju untuk dilaksanakan dengan konsekuensi
timbulnya berbagai peristiwa seperti kelumpuhan, halusinasi, amnesia. Baik pada
saat dilaksanakannya hipnosis itu atau beberapa saat kemudian, sesuai dengan
intruksi dari pe-hipnotis. Keduanya sepakat untuk berusaha dengan keras agar hal
itu terjadi dan menurut suatu aturan perilku yang sesuai. Subjek akan
mempergunakan mekanisma penyangkalan untuk melaporkan tentang peristiwa itu
sesuai dengan atauran yang sudah disetujui bersama. Hipnosis dapat digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri, pengobatan wanita dengan hiperemesis gravidarum,
beberapa kesulitan fungsi seksual, terutama untuk mengatasi kecemasan.

Menurut Merskey, induksi dari hipnosis membutuhkan kontrak secara implisit.


Subjek harus mau dan kooperatif, subjek harus santai dan mau berimaginasi.

17
Lapang kesadarannya menyempit dan hanya tertuju pada instruksi dari
hipnoterapisnya dan menerima distorsi realitasnya. Sesudah induksi hipnosis
berhasil, auto-hipnosis juga dapat dilakukan. Marskey menyatakan bahwa beberapa
hal berikut ini merupakan sifat khas hipnosis.
1. Subjek tidak lagi membuat rencana dirinya.
2. Atensi ditujukan secara selektif, misalnya hanya terhadap suara dari pe-
hipnotis.
3. Pengkajian terhadap realitas menurun, distoris diterima begitu saja.
4. Sugestibilitas menigkat.
5. Subjek yang sudah dihipnotis dengan sendirinya melakukan peran yang aneh.
6. Terdapat amnesia pasca-hipnosis.

APNEA SAAT TIDUR


Disfungsi napas saat tidur merupakan penyebab yang sering dan serius dari
somnelensi siang hari. Banyak orang akan berhenti napas selama 15-150 detik dari
12-ratusan kali selama malam hari saat tidur. Terhentinya hapas dikarenakan
obstruksi jalan napas, tiadanya upaya napas atau kombinasi dari kedua kondisi
tersebut. Bila tidak dikenali dan tidak diberikan terapi yang adekuat. Dapat
mengakibatkan komplikasi kardiovaskular yang serius serta meningkatkan
mortalitas. Kondisi ini banyak terjadi pada usia lanjut.
Terapi untuk kondisi ini dapat diberikan untuk berbagai fase:
Bila ringan:
Turunkan berat badan jika terdapat obesitas, jangan minum alkohol, perbaiki
kelancaran napas dari hidung, jangan tidur dalam posisi tengadah.
Bila berat:
Medikasi dengan antidepresiva trisiklik cukup baik, terutama protriptyline 20-30 mg
pada saat mau tidur.

Dissomnia Terkait dengan Gerakan Ekstremitas


Pasien dengan disomnia dan terkait dengan sindrom kaki resah merasa
adanya dorongan yang tidak dapat dilawan untuk menggerakkan kakinya bila
sedang tidak tidur dan inaktif. Hal ini terjadi bila pasien sedang berbaring ditempat

18
tidur saat akan tidur. Pasien merasa adanya sensasi sesuatu yang merayap dan
merambat didalam betisnya, yang dapat dilerai dengan mengerakkan kakinya,
terutama dengan berjalan. Penyakit ini yang sifatnya kronik, idiopatik dapat timbul
hilang dengan berjalannya waktu, dan dapat diperhebat oleh kafein. Hampir semua
pasien dengan sindrom kaki resah ini juga mengalami gerakan ekstremitas periodik
saat tidur. Secara keseluruhan, beberapa kondisi ini merupakan diagnosis utama
pada satu perdelapan seluru pasien dengan insomnia.

Gangguan Gerakan Ekstremitas Periodik


Gangguan gerakan ekstremitas periodik ini merupakan gangguan utama
yang ditemukan pada rekaman polisomnografik pada 17% pasien dengan keluhan
insomnia dan 11% pada pasien dengan somnolensi berlebih di siang hari. Biasanya
terjadi ekstensi dari ibu jari kaki yang ritmik dan stereotipik tiap 0,5-5,0 detik dan
dorsofleksi dari kaki tiap 20-40 detik pada saat tidur NREM stadium 1 dan 2, dalam
beberapa episode yang berlangsung dalam hitungan menit hingga jam.
Kebanyakan episode ini terjadi pada awal tidur hingga tengah malam. Gangguan ini
terjadi bersamaan dengan keanekaragaman gangguan tidur lainnya seperti
narkolepsi, apnea saat tidur dan lain macam insomnia. Namun perlu dipikirkan
bahwa gerakan ini disebabkan secara sekunder oleh gangguan siklus tidur itu
sendiri dan bukan sebaliknya. Angka kejadiannya bertambah dengan umur, 44%
dari orang sehat yang berumur 65 tahun lebih yang tidak mempunyai keluhan tidur
dan juga pasien dengan sindrom kaki resah, semua mempunyai gangguan gerakan
kaki periodik ini.

Parasomnia
Parasomnia diartiakn sebagai gangguan perilaku saat tidur yang terkait
dengan kesiagaan yang singkat atau partial, tetapi tidak ada gangguan yang
mencolok pada tidur itu sendiri atau fungsi sehari-harinya, biasanya banyak terjadi
pada kanak kanak tapi bisa malanjut ke usia dewasa. Secara mudahnya
parasomnia itu ialah semua perilaku yang terjadi disiang hari namun timbul pada
malam hari saat orang tertidur.

19
Somnambulisma
Pasien yang mengidap gangguan ini melakukan kegiatan motorik automatik
yang berkisar dari gerakan yang sederhana hingga yang majemuk. Orang bisa
meninggalkan tempat tidurnya, berjalan, buang air kecil agak sembarangan, keluar
dari rumah dalam keadaan tidak sadar. Sukar dibangunkan dan akibat yang tidak
diinginkan atau fatal bisa terjadi. Gangguan ini banyak terjadi pada kanak kanak
dan remaja.

Pavor Nokturnus
Gangguan ini biasanya timbul pada anak kecil, Anak-anak akan mendadak
teriak, menunjukkan siaga autonomik, keringat dingin, takikardia dan hiperventilasi.
Anak akan sulit untuk dibangunkan dan jika berhasil tidak bisa ingat peristiwa yang
terjadi bahkan masih menjerit terus walaupun sudah dibangunkan dan nampaknya
pikiran sudah jernih.

Gangguan Perilaku saat Tidur REM


Gangguan ini merupakan parasomnia yang timbul dari tidur REM dan bukan
tidur NREM, Biasanya merundungi orang laki setengah umur yang mempunyai
riwayat penyakit neurologik. Gejala yang ditampilkan ialah tindak kekerasan saat
tidur, yang dilaporkan oleh teman seranjangnya. Pada saat bangun pasien
melapporkan akan bayanggan yang jelas tetapi tidak menyenangkan.

Bruksisma Saat Tidur


Bruksisma ialah suara gemeretak yang terjadi karena geseran involunter
antara gigi yang kuat saat tidur. Pasien biasanya tidak menyadari akan peristiwa itu
dan data tentang kondosi parasomnik ini berasal dari teman sekamarnya atau
teman sekasur yang siaga dan terganggu oleh suara gemeretak yang keras itu.
Terapi pun tidak ada yang spesifik, lebih ditujukan pada melindungi gigi-gigi,
penggunaan protektor karet dapat menolong.

20
Enuresis Nokturna
Mengompol seperti juga somnabulisma dan pavor nokturnus merupakan
gangguan parasomnik yang timbul saat tidur NREM pada anak kecil. Dibawah umur
3-5 tahun, enuresis masih dianggap normal. Kondisi ini membaik dengan sendirinya
masa akhir baliq dan prevalensi sekitar 1-3% pada masa remaja akhir, dan jarang
pada masa dewasa. Batas umur untuk diobati tergantung pada kekhawatiran dari
orang tua dan sang pasien sendiri. Pada pasien yang enuresisnya merupakan
sumber masalah, farmakoterapi simtomatik perlu dilaksanakan sambil memperbaiki
penyebabnya. Obat yang dapat digunakan ialah oxybutinin dan imipramine.

Parasomnia Aneka Ragam


Parasomnia yaitu semua perilaku yang dikerjakan oleh manusia disiang hari,
tetapi terjadi pada saat tidur di malam hari dan menyebabkan gangguan
kenyamanan tidur. Contoh: kapitis nokturna (kegiatan membenturkan kepala saat
tidur), somniloqui, mimpi buruk dan kejang kaki saat tidur. Gangguan tidur yang
berhubungan dengan gangguan medik psikiatrik, juga disebut gangguan tidur yang
terkait dengan gangguan mental.

Skizofrenia. Gangguan tidur nyata pada tengah malam antara pukul 00.00-
03.00. pada kondisi ini faal dan arsitektur tidur berbeda. Adapun pada skizofernia
kronik, pasien biasanya tidak terlalu terganggu tidurnya. Pasien dengan ganggun
cemas sulit masuk tidur pada fase awal tidur, dan gangguan afektif tipe depresi,
imsonia justru pada fase akhir tidur antara pukul 03.00 sampai menjelang fajar.
Gangguan obsesif-kompulsif dan alkoholisma kronik juga sulit tidur.

Depresi. Biasanya insomnia dapat terjadi pada awal, tengah atau fase akhir
tidur, tetapi lebih spesifik yang terakhir kadang terjadi juga hipersomnia, terutama
pada remaja dan pasien depresi yang berhubungan dengan musim. Sering pada
gangguan afektif depresi justru gangguan tidur merupakan gejala pertama yang
timbul sebelum gejala depresinya muncul, dan juga sebelum tanda kesembuhan
depresi tampak, tidur sudah membaik dahulu.

21
Pada mania dan hipomania, latensi tidur memanjang, sedang waktur tidur
total mengurang, pasien obsesif-kompulsif gangguan tidurnya sesuai dengan orang
yang depresi endorgen. Alkoholnisme kronik kurang adanya tidur NREM juga tidur
REM berkurang, sering terbangun sepanjang malam.

Gangguan Tidur yang Berhhubungan dengan Penyakit Saraf


Berbagai penyakit saraf dapat menyebabkan gangguan tidur melalui
meknisme yang langsung. Non spesifik (seperti rasa nyeri pada spondilosis,
servikalis atau nyeri pinggang) atau melalui kerusakan struktur saraf sentral yang
terkait dengan fungsi menidurkan atau pengendalian tidur itu. Nyeri kepala dapat
menimbulkan sksaserbasi dengan situasi gangguan tidur itu. Epilepsi dapat
menimbulkan gejala gangguan tidur. Biasanya riwayatnya kadang menunjukkan
tindakan kekerasan yang abnormal saat tidur, dan diagnosis hadingnya termasuk:
gangguan perilaku saat tidur dan gerakan periodik saat tidur.

Gangguan Tidur yang Berhubungan dengan Gangguan Medik Lainnya.


Asma, merupakan gangguan sesak napas akibat resistrensi yang lebih hebat
untuk aliran udara di saluran udara paru pada malam hari karena keseimbangan
katekolamni dan histamin yang berubah sehingga menggangu tidur malamnya.
Penyait paru obstruktif kornik, juga terkait dengan gangguan tidur, patogenesianya
karena hipoksia dan hiperkapnia sekunder akibat hipoventilasi alveolar. Dan masih
banyak penyakit lainnya.

Gangguan Tidur terkait dengan Ritme Sirkadian


Beberapa gangguan tidur bukan karena susah masuk atau menciptakan tidur,
tetapi akibat penetapan tidurnya. Gangguan penetapan waktu tidur dapat
disebabkan oleh gangguan organik (jadi dafek intrinsik pada pemicu sirkadian atau
daya responya terhadap rangsang yang memicu tidur) atau faktor lingkungan (yaitu
karena gangguan pemaparan terhadap pemicu tidur dari lingkungannya).

Gangguan Tidur kibat Pekerjaan Bergilir


Banyak orang berkerja diwaktu malam hari baik yang menetap maupun
bergilir. Penelitian terhadap mereka menunjukkan bahwa rata rata sistem penetapan

22
waktu sirkadian gagal untuk menyesuaikan secara mulus terhadap jadwal waktu
kerja tersebut. Hal ini menunjukkan pada tidak persesuaian antara jadwal kerja dan
istirahat yang dikehendaki dan daya kerja dari pemacu pada tidur siang hari.
Akibatnya dari kekurangan tidur dan tidak adanya kesesuaiannya jadwal
menimbulkan kesiap siagaan dan kinerja yang menurun dan meningkatkan resiko
bahaya kerja bagi pekerja malam. Para pekerja malam lebih beresiko mendapat
gangguan jantung, gastrointestinal dan reproduktif.

Sindrom Fase tidur Lambat


Sindrom ini ditandai dengan:
1. Saat awal tidur dan bangun selalu lebih lambat dari yang diinginkan.
2. Lama tidur sesungguhnya selalu sama panjang dengan tidur biasa.
3. Polisomnografik sepanjang malam pada umumnya normal, kecuali untuk
lambatnya tidur.
Fase lambat ini dapat disebabkan oleh:
1. Pamacu sirkadian endogen yang abnormal panjang periode intrinsiknya.
2. Pemacu yang kemampuan memajukan fasenya berkurang secara abnormal
3. Jadwal pra tidur yang tidak beraturan, ditandai oleh malam yang sering bila
pasien menginginkan tidak tidur hingga melampaui tengah malam.
Umumnya sulit membedakan faktor tersebut karena pasien yang secara abnormal
mempunyai periode intrinsik yang panjang cenderung untuk “memilih” kegiatan larut
malam karena mereka tidak dapat tidur pada saat itu. Pasien biasanya seorang
dewasa muda.

Sindrom Fase Tidur yang Dipercepat


Sindrom ini merupakan kebalikan dari sindrom fase lambat, sering timbul
pada usia lanjut. Pasien dengan sindrom ini mengeluh adanya tidur yang
berkepanjangan disiang hari, sehingga susah bagi mereka untuk mempertahankan
siaga sore hari walaupun pada saat kegiatan sosial.

Gangguan Siklus Tidur yang Bukan 24 jam


Para pasien yang dirundung gangguan ini tidak mampu untuk
mempertahankan hubungan fase yang stabil antara output dari pemicu dan hari

23
yang mengandung 24 jam. Orang ini secara khas akan selalu mengundurkan waktu
tidur dan bangunnya secara teratur sehingga tidak lagi mengikuti pola jalannya
waktu yang 24jam per hari itu.

Implikasi Medik dari Ritmisitas Sirkadian


Dengan memahami peran dari ritmisitas sirkadian pada patofisiologis
penyakit dapat memudahkan penegagakan diagnosis dan mencaapai terapi.
Prosedur diagnostik akan terpengaruh oleh pengumpulan data pada siang hari.
Contohnya pengukuran tekanan darah akan berubah lebih tinggi pada siang hari
menjelang senja, suhu tubuh. Desamethasone Suppression Test, penentuan
plasma kortisol.

Hibernasi
Satu macam tidur yang dilakukan oelh sebagianbesar hewan yang hidup
didaerah dengan 4 musim. Bila musim dingin mereka akan mencari tempat dilubang
tanah dan benar tidur dengan metabolisme yang sekecil mungkin, temperatur tubuh
menurun, tidak bergerak dan tidak makan atau minum. Mereka akan bangun
kembali pada musim semi tiba. Tidur semacam ini juga digunakan untuk terapi
terhadap pasien dengan skizofrenia. Pasien diberikan chlorpromazine dalam dosis
kecil awalnya kemudian lambat laun dinaikkan ban dari 25 mg sekali sehari,
kemudian 3x25 mg, dan setiap minggu dinaikkan 3x50 mg, kemudian 3x100 mg,
dinaikkan pula menjadi 3x300 mg setelah diberikan hingga setinggi ini untuk 2
minggu. Dan pasien hanya di bangunkan untuk makan saja, dan setelah itu
diturunkan lambat laun lagi sehingga kembali ke dosis kecil dan kemudian
dihentikan setelah 1 bulan atau 1 ½ bulan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Witjaksana M, dkk. (2013). Psikopatologi & Fenomemologi. Jakarta: Penerbit


buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai