2. Membedakan antara pewarnaan non vital, supravital dan vital dengant teliti
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong sehingga
unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali / diamati dengan mikroskop. Proses
timbulnya warna terkait dengan terjadinya ikatan antara molekul tertentu yang terdapat pada
daerah dan struktur jaringan yang tertentu. Sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
terdapat dalam sinar yang berasal dari cahaya matahari atau lampu mikroskop yang
dipaparkan pada sajian yang telah diwarnai akan diabsorpsi (diserap) atau diteruskan. Zat
warna yan terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu
sehingga jaringan tersebut akan tampak berwarna. Rasuane Noor, 2014; M Aulia Yusuf,
2013).
a. Supaya unsur-unsur dalam jaringan tampak jelas, dan dapat dibedakan bagian-
bagiannya di bawah mikroskop
Pewarnaan merupakan proses yang penting, Tanpa pewarnaan, sel dan jaringan
tumbuhan akan transparan sehingga sulit untuk diamati. Pewarnaan adalah proses pemberian
warna pada jaringan sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat diamati dengan
mudah menggunakan mikroskop. Proses timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai terkait
dengan terjadinya ikatan molekul antara zat warna dengan jaringan tertentu. Zat warna yang
terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga
jaringan akan tampak berwarna. Setiap bagian dari sel mempunyai sifat-sifat yang khusus,
sehingga afinitas bagian-bagian tersebut terhadap zat warna juga berbeda-beda. Zat warna juga
mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan, sesuai dengan sifat-sifatnya. Dua
macam zat warna yang mempunyai sifat sama dapat memberikan kemampuan yang berbeda
dalam mewarnai suatu jaringan sehingga sangat perlu mengenali sifat-sifat zat warna. Saat ini,
pewarna sintetik lebih sering digunakan daripada pewarna alami. (admin bio, 2018).
Pewarnaan vital, maka proses pewarnaan dilakukan selagi jaringan/sel masih dalam
keadaan hidup. Sel-sel yang masih hidup tersebut diharapkan mampu untuk menyerap warna
maupun mengikat/memfagosit partikel-partikel zat warna. Dengan demikian zat warna yang
hendaknya yang tidak bersifat toksik bagi sel-sel tersebut. Sebagai contoh, tinta china dan
lithium carmine secara umum digunakan untuk mengamati penyebaran sifat sel-sel RES,
karena sel-sel tersebut mampu memfagosit zat warna.
Pewarnaan supra-vital diharapkan pada hasil kultur sel dan jaringan. Perwarnaan sel
yang masih hidup dan tidak difiksasi, oleh karena itu disebut pewarnaan supravital. Dalam
arti yang sangat luas, zat warna mencakup bahan organic dan bahan anorganik, yang
mengadakan ikatan dengan jaringan lebih jelas untuk diamati. Ditinjau dari berbagai segi,
maka zat warna dapat kita bedakan atau kelompokan pada kategori-kategori tertentu. Berikut
ini adalah pembagian zat warna bergasarkan berbagai kategori tersebut.
b. Zat warna basa, adalah garam-garam dari basa pembawa warna dengan
radikal asam yang tidak berwarna.
a. Zat warna alami, berupa zat warna yang diperoleh dari alam, baik dari
tumbuhan maupun dari hewan, contoh hematokillin, adalah zat warna yang
berasal dari tumbuhan (Hehatoxylin campechianum)
b. Zat warna sintetis, mencakup jenis-jenis zat warna yang dibuat di pabrik.
Contoh: basic fuchsin, dibuat dari campuran analin dan paratoluidin.
a. Zat warna substantife Jenis zat warna yang mampu mewarnai jaringan
secara langsung. Contoh janus green B, Neutral red.
b. Zat warna ajektif ,Jenis zat warna yang pada penggunaannya, agar mampu
mewarnai jaringan, harus menggunakan bantuan mordan. Contoh
hematoxillin dari formula Ehrlich. Pada formula tersebut diberikan pula
kalium alumunium secara berlebihan yang berfungsi sebagai mordan.
c. Pewarnaan rangkap tiga (triple staining), menggunakan tiga jenis zat warna,
contohnya formula Marllory triple staining yang menggunakan zat-zat
warna acid fuchsin, aniline blue serta orange G.
Pemilihan jenis zat warna didasarkan pada objek spesifik jaringan yang akan diamati,
yaitu :
1. Dinding sel
Pewarna yang biasa digunakan untuk mewarnai dinding sel adalah Toluidine blue.
Selain itu, terdapat sejumlah metode yang cepat dan sederhana yang digunakan untuk
mewarnai komponen-komponen dinding sel seperti Ruthenium red untuk mewarnai
pektin, Calcoflour untuk mewarnai selulosa, Phloroglucinol atau safranin untuk
mewarnai lignin, dan Aniline blue, Recorcinol blue atau Astra-blue untuk mewarnai
kalose. Safranin adalah zat warna yang mengandung basa kuat, memberikan warna
merah pada preparat. Beberapa kelemahan safranin adalah harganya yang mahal, mudah
rusak, dan sulit dalam penyimpanan.
3. Viabilitas sel
Terdapat beberapa metode perwarnaan untuk melihat viabilitas sel, akan tetapi
yang paling sering digunakan adalah dua jenis fluorokrom yaitu fluorescein diacetate
(FDA) dan propidium iodine. Kedua jenis pewarna tersebut digunakan untuk
mendeteksi sel hidup atau sel mati pada jaringan maupun pada suspensi sel. Sel yang
hidup akan terlihat berwarna hijau atau biru.
5. Asam nukleat
6. Lipid
Pewarna yang digunakan untuk mewarnai lipid adalah Sudan IV atau Sudan hitam.
Selain itu, pewarna Nile blue juga sering digunakan untuk mewarnai asam lemak seperti
fosfolipid. Pewarna tersebut bekerja dengan baik pada jaringan segar.
Pewarnaan pada hewan seperti pewarnaan inti, pewarnaan membran sel, bagian-bagian
sitoplasma, pewarnaan sabut syaraf, dll.
3. Larutkan zat warna dalam pelarut yang benar dengan memperhatikan urutan
4. Aduk zat warna dengan baik agar seluruh partikel zat warna terlarut dengan baik
a. Tuangkan larutan zat warna ke dalam wadah yang sesuai untuk proses
pewarnaan dengan menyaringnya menggunakan kertas saring
Pelarut yang umum dipakai dalam proses pewarnaan adalah air dengan derajat
keasaman yang netral (pH 7). Disamping itu juga dapat digunakan cairan pelarut lainnya
seperti etilalkohol (etanol) dengan derajat konsentrasi yang bervariasi. Bila tidak ada
keterangan dalam proses pelarutan yang menggunakan alkohol berarti konsnetrasi alkohol
yang digunakan adalah alkohol absolut dengan konsentrasi 99.9%.
Pulasan Hematoxilin-Eosin
Pulasan (pewarna) yang sering digunakan secara rutin adalah pewarnaan yang dapat
digunakan untuk memulas inti dan sitoplasma serta jaringan penyambungnya yaitu pulasan
hematoksilin-eosin (HE). Pada pulasan HE digunakan 2 macam zat warna yaitu hematoksilin
yang berfungsi untuk memulas nti sel dan memberikan warna biru (basofilik) serta eosin
yang merupakan counterstaining hematoksilin, digunakan untuk memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang berbeda.
Hematoksilin merupakan zat warna alami yang pertama kali dipakai tahun 1863.
Hematoksilin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan
lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawaan hematoksilin yang dipakai
adalah bentuk oksidasinya yaitu hematein. Proses oksidasi senyawaan hematoksilin ini
dikenal sebagai Ripening dan dapat dipercepat prosesnya dengan menambahkan senyawaan
yang bertindak sebagai oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium
permanganat dan sodium iodat.
Selama proses oksidasi berlangsung kemampuan hematoksilin utuk mewarnai inti sel
akan terus berlangsung dan akan berkurang bila proses oksidasi telah selesai. Untuk
memperpanjang proses ini larutan hematoksilin dapat disimpan dalam wadah tertutup dan
disimpan dalam ruangan gelap. Dalam kondisi terpapar oleh cahaya sebaiknya larutan
diganti sekurangnya seminggu sekali. Jenis hematoksilin yangsering dipakai adalah mayer,
delafied, Erlich, Bullard dan Bohmer, sedangkan counterstaining yang dipakai adalah eosin,
safranin, dan phloxine.
1. Hematoksilin Erlich
4. Botol berisi larutan hematoksilin Ehrlich kemudian ditutup secara longgar dengan
gumpalan kapas dan disimpan ditempat terang selama 1-2 bulan sehingga
hematoksilinnya teroksidasi menjadi haematin. Proses ini dikenal sebagai
pematangan
2. Hematoksilin Delafield
Larutan zat warna ini tahan bertahun-tahun dalam penyimpanan, bisa digunakan
3 hari setlah pembuatan, counterstaining dengan menggunakan 0.5-1% larutan eosin
dalam air, waktu inkubasi 15-20 menit. Formula larutan pewarna ini adalah
6. Setelah 3 hari simpan dalam botol tertutup dan lindungi dari cahaya
3. Hematoksilin Mayer
4. Hematoksilin Harris
Larutan pewarna yang dapat dipakai segera setelah selesai dibuat, counterstaining
dengan 0.5-1% larutan eosin dan waktu inkubasinya adalah 15-20 menit. Formulanya
adalah sebagai berikut
7. Hentikan pemanasan dan tempatkan wadah berisi larutan tersebut di dalam wadah
berisi air dingin hingga laurtan hematoksilin menjadi dingin
9. Tambahkan 2-4ml asam asetat glasial per 100ml Larutan untuk meningkankan
ketajaman warna inti
Larutan Counterstaining
1. Larutan Eosin
Larutan eosin yang digunakan terdiri atas larutan stok (Stock solution) dan larutan
kerja (working solution). Adapun kedua larutan ini adalah sebagai berikut 1% Stock
Alkohol-Eosin.
Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan asam asetat glasial 0.5ml untuk
setiap 100 ml larutan dan aduk dengan baik
2. Larutan Phloxine
Laurtan phloxine terdiri atas larutan stock eosin, stock phloxine, working solution
dan larutan Safran. Larutan-larutan tersebut adalah sebagai berikut
Stock Eosin
Stock Phloxine
Working Solution
2% Alkohol Safran
2. Mewarnai inti sel dengan baik dan jelas dengan background yang tidak
bewarna
3. Hasil konsisten
4. Prosedurnya sederhana
b. Hidrasi dengan serial Alkohol 100% (2x2 min) – 95% (2min) – 90% (2 min) –
80% (2 min) - 70% (2min) – Distilled water (3min)
e. Observasi di bawah mikroskop, bila masih terlalu biru cuci lagi di air mengalir
selama beberapa menit. Bila sudah cukup warnanya lanjutkan ke langkah
selanjutnya
g. Dehidrasi dalam serial alkohol dengan gradasi meningkat perlahan mulai 70%
hingga 100% masing-masing 2 menit.
b. Hidrasi dalam larutan alkohol dengan gradasi yang menurun dari 100%-95%-90%-
80%-70%
e. Celup dalam campuran asam-alkohol secara cepat 3-10 celup cek differensiasi warna
di bawah mikroskop
f. Bilas dalam air mengalir secara singkat
g. Celup sebanyak 3-5 kali dalam larutan ammonium atau lithium karbonat hingga
potongan bewarna biru cerah
h. Cuci dalam air mengalir selama 10-20 menit Bila pencucian tidak maksimal jaringan
sulit terwarna oleh Eosin
b. Hidrasi dalam larutan alkohol dengan gradasi yang menurun dari 100%-95%-
90%-80%-70%
Hasil/interpretasi
Pulasan Giemsa
a. Pewarnaan darah
c. Pewarnaan Riketsia
Pulasan ini menggunakan fiksasi buffer formalin, metoda blok parafin dengan ketebalan
potongan 4-7 mikron. Larutan yang dipakai adalah
Glyserin …………………………………….. 66 ml
Campurkan glyserin dengan bubuk Giemsa, masukkan dalam oven 60 C selama 2 jam
i. Dehidrasi dalam alkohol dengan konsentrasi yang meningkat secara bertahap 70%,
80%, 90%, 95%, absolut
Fite Faraco adalah metoda pulasan khusus untuk mendeteksi bakteri tahan asam (BTA)
seperti tuberkulosis dan lepra. Fiksasi yag digunakan adalah buffer formalin 10%, metoda
blok parafin dengan ukuran 4-7 mikron. Larutan yang digunakan adalah
Deparafinisasi dengan Campuran minyak kacang dan xylol (1:2) dilakukan 2 kali
masing-masing selama 12 menit
Cuci dengan alkohol asam 1% selama 1 menit hingga jaringan bewarna merah
jambu
Cuci dengan air mengalir
Hasil/ Interpretasi hasil: Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna merah
Teknik pewarnaan:
d. Aquades
f. Aquades
Hasil:
Serabut jaringan ikat : biru
Inti : merah
6. Aquades
7. Verhoef 15 menit
8. Aquades
9. FeCl3 beberapa celup hingga jaringan elastik tampak gelap dari jaringan sekitarnya.
11. Aquades
Hasil:
6. Aquades
9. Aquades 2 kali
11. Aquades
13. Aquades
Hasil:
5. Aquades
9. Aquades 5 - 10 menit
11. Aquades
Hasil:
A B
Gambar 5.1 Contoh Pewarnaan Periodic Acid
Keterngan:
A. Tampak multiple budding sel (→) pada perbessaran 450x
B. Tampak multiple budding sel (→) pada perbessaran 1000x
Pewarnaan GMS-HE
A B
Gambar 5.3 Contoh Pewarnaan GMS-HE
Keterangan:
A. Tampak multiple budding sel (→) pada pembesaran 1000x.
B. Tampak multiple budding sel yang mempunyai bentukan khas seperti kemudi
kapal
Pewarnaan Haematoxilyn Eosin
A B
Gambar 5.4 Contoh Pewarnaan Haematoxilin Eosin
Keterangan:
A. Tampak adanya bentukan sclerotic bodies yang berwarna coklat (→), pada
pembesaran 450x
B. Tampak adanya bentukan sclerotic bodies yang berwarna coklat (→), pada
pembesaran 1000x.
Pewarnaan KOH
A B
Gambar 5.6 Contoh Pewarnaan Alcian Blue – PAS
Keterangan:
A. Gambar perbesaran 450x
B. Gambar perbesaran 1000x
Pewarnaan Mayer’s Mucicarmine
A B
Gambar 5.7 Contoh Pewarnaan Mayer’s Mucicarmine
Keterangan:
A. Perbesaran 450x
B. Perbesaran 1000x
Pewarnaan Giemsa
A B
Gambar 5.9 Contoh Pewarnaan Toluidine Blue
Keterangan:
A. Perbesaran 450x
B. Perbesaran 1000x
Pewarnaan Gram Twort
A B
Gambar 5.10 Contoh Pewarnaan Gram Twort
Keterangan:
A. Perbesaran 1000x
B. Perbesaran 450x
A B
Gambar 5.14 Contoh Pewarnaan Safranin
(A: Batang sirih melintang, B: akar Rhoe discolor)
A B
Gambar 5.20 Contoh Pewarnaan Methylene Blue
(A: Sel Yeast, B: Clostridium tetani)
Pewarnaan alizarin red ini digunakan untuk mendeteksi proses klasifikasi pada
tulang embrio. Tulang yang diwarnai menggunakan alizarin red akan berwarna
merah tua apabila tulang tersebut telah mengalami kalsifikasi. Warna ini muncul
karena zat warna yang diberikan terikat oleh kalsium pada matriks tulang (Jasin,
1989). Teknik pewarnaan pada tulang dengan zat warna alizarin red. Bagian dalam
modifikasi akan berwarna merah. Bagian tersebut seperti: tulang dahi (frontal),
tulang rahang, radius ulna, tulang ujung jari, scapula, tulang rusuk, femur, tibia, serta
fibula (Sukra, 2000).
Alat dan bahan yang digunakan adalah cawan petri, baki, 8 botol sampel, kertas
label, spuit injeksi tanpa jarum, pipet tetes, fetus mencit (Mus musculus), larutan
alkohol 96%, akuades, KOH 1%, KOH 2%, larutan pewarna AR, NaCl fisiologis,
larutan penjernih A (gliserin 20 bagian + KOH 4% 3 bagian + akuades 77 bagian),
larutan penjernih B (gliserin 50 bagian + KOH 4% 3 bagian + akuades 47 bagian),
dan larutan penjernih C (gliserin 75 bagian + akuades 25 bagian).
Cara Kerja:
10. Larutan diganti dengan larutan penjernih A, B dan C dan direndam masing-
masing selama 1 jam.
1.3.1.2 Tugas
Setelah membaca modul unit 5, dan melihat tayangan video melalui link Metode
pewarnaan jaringan dan membaca ppt. dan membaca ppt. Kerjakan latihan soal di bawah ini
secara mandiri.
1.3.1.3 Diskusi
Sebelum kegiatan diskusi dimulai, dimohon mahasiswa mencari pasangan sendiri-
sendiri, jika jumlah anggota kelas ganjil maka diperkenankan diskusi bertiga. Tuliskan
pasangan saudara di forum kelas agar diketahui yang lain. Pastikan bahwa tidak ada satupun
dari saudara yang tidak mendapatkan pasangan. Jika semua mahasiswa sudah memperoleh
pasangan. Selanjutnya bekerjalah berpasangan terkait hal-hal berikut:
Diskusikan tentang pewarnaan vital, non vital dan supravital. bersama pasangan.
Kritisi pekerjaan teman, Diskusikan pula tentang penggolongan dan pemilihan zat warna.
Berikan saran perbaikan untuk pekerjaan teman, kemudian diperbaiki sama-sama. Setelah
direvisi, Unggah pekerjaan kelompok saudara sebagai Produk Unit 5 KB 1_Kelompok.
1.3.1.4 Refleksi
Setelah mahasiswa mempelajari modul, mengerjakan tugas dan berdiskusi, Hal-hal
menarik apa yang dapat saudara temukan pada pembelajaran ini. Adakah kendala kendala
yang ditemui dalam metode paraffin. pada tahap yang dipelajari di unit 5 KB 1 ini. Tuliskan
di laman LMS.
1.3.2.2 Tugas
Setelah membaca modul unit 5 materi materi hal-hal yang harus dipersiapkan
sebelum pewarnaan, Pengolahan zat warna, Identifikasi Tehnik Pewarnaan Preparat, Metode
Pewarnaan tulang dan melihat tayangan video melalui link Metode pewarnaan dan membaca
ppt. Kerjakan latihan soal di bawah ini secara mandiri.
1.3.2.3 Diskusi
Sebelum kegiatan diskusi dimulai, dimohon mahasiswa mencari pasangan sendiri-
sendiri , jika jumlah anggota kelas ganjil maka diperkenankan diskusi bertiga. Upayakan
bertukar pasangan dari kelompok sebelumnya. Tuliskan pasangan saudara di forum kelas
agar diketahui yang lain. Pastikan bahwa tidak ada satupun dari saudara yang tidak
mendapatkan pasangan. Jika semua mahasiswa sudah meperoleh pasangan. Selanjutnya
bekerjalah berpasangan terkait hal-hal berikut :
1.4 Rangkuman
1. Pewarnaan merupakan proses yang penting, Tanpa pewarnaan, sel dan jaringan
tumbuhan akan transparan sehingga sulit untuk diamati.
2. Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan sehingga unsur jaringan
menjadi kontras dan dapat diamati dengan mudah menggunakan mikroskop.
5. Pewarnaan vital, maka proses pewarnaan dilakukan selagi jaringan/sel masih dalam
keadaan hidup perwarnaan sel yang masih hidup dan tidak difiksasi,disebut
supravital
6. Zat warna dapat dibedakan berdasarkan sifatnya (asam, basa) berdasarkan asalnya
(alami, sintetis), berdasarkan kemampuan menyerap zat warna (substantif dan
ajektif), jumlah/komposisi zat warna (tunggal/ rangkap); berdasarkan strukturnya
(umum, khusus)
7. Pemilihan jenis zat warna didasarkan pada obyek spesifik yang akan diamati seperti
dinding sel, membran sel. Lipid, asam nukeat, pewarnaan inti, sitoplasma, sabut
syaraf dll.
1.5 Penilaian