Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR ORGANISASI

Organisasi sebagai kumpulan orang-orang tidak dapat dilepaskan dari


lingkungan, karena pada dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari
lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu memahami
lingkungan apa saja yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan organisasi. Kegiatan manajemen yang akan dilakukan semestinya
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan organisasi, baik
yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

Secara garis besar lingkungan organisasi dapat dibagi dua, yaitu


lingkungan internal ataupun lingkungan yang terkait dengan eksistensi suatu
organisasi, dan lingkungan eksternal atau lingkungan yang terkait dengan kegiatan
operasional organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan.
Lingkungan eksternal ini dapat terbagi juga menjadi dua, yaitu lingkungan yang
terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi, atau yang sering
dinamakan sebagai lingkungan mikro dari organisasi, dan lingkungan yang tidak
terkait secara langsung dengan kegiatan operasional organisasi atau lingkungan
makro dari organisasi.

Lingkungan makro juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan lokal
dan internasional. Lingkungan internal organisasi, adalah berbagai hal atau
berbagai pihak yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi. Dan
mempengaruhi langsung terhadap setiap program, kebijakan hingga “denyut
nadi”nya organisasi. Lingkungan internal organisasi mencakup para pemilik
organisasi (owners), para pengelola atau tim manajemen (board of managers or
directors), para staf, anggota atau para pekerja (emplayees) serta lingkungan fisik
organisasi (physical work environment).

Pemilik organisasi adalah para pemilik organisasi yang secara historis


maupun hukum dinyatakan sebagai pemilik akibat adanya penyerataan modal, ide,
ataupun berdasarkan ketentuan lainnya yang dinyatakan sebagai pemilik
organisasi, para pemegang saham, anggota (koperasi), atau juga individu juga
perusahaan tersebut bersifat individu dari segi kepemilikan. Tim manajemen
adalah orang-orang yang menurut para pemilik organisasi atau perusahaan
dinyatakan ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari
untuk periode-periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara profesional
berdasarkan tugasnya masing-masing dan dalam metode tertentu harus
melaporkan setiap kegiatannya kepada para pemilik. Para anggota atau para
pekerja merupakan unsur sumber daya manusia (SDM) yang sangat dominan
dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya merupakan yang paling
besar dalam sebuah organisasi.

Para pekerja inilah yang sehari-hari bergelut dengan aktivitas operasional


dengan menjalankan tugas-tugas kesehariannya, berdasarkan apa yang telah
ditetapkan oleh tim manajemen perusahaan. Lingkungan fisik organisasi seperti
bangunan, uang, peralatan, barang persediaan, dan lain-lain merupakan
lingkungan tempat setiap saat orang-orang dalam organisasi perusahaan
berinteraksi dan memanfaatkannya untuk didayagunakan.

Untuk menggunakan sumber daya tersebut seefektif dan seefisien mungkin


perusahaan perlu pula memahami bagaimana sumber daya yang termasuk
kedalam lingkungan kerja fisik dari organisasi ini dapat dikelola dengan baik,
termasuk juga lingkungan ekternal atau lingkungan yang terkait denga kegiatan
operasional organisai dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan.
Dalam kegiatan operasional, perusahaan berhadapan dan senantiasa berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan yang terkait langsung
atau lingkungan mikro perusahaan dan lingkungan yang tidak terkait langsung
atau lingkungan makro perusahaan. Lingkungan mikro terdiri atas oelanggan
(custumer), pesaing (competitor), pemasok (supplier), dan mitra strategis
(strategic partner). Lingkungan makro perusahaan terbagi dua, yaitun lingkungan
lokal dan internasional. Lingkungan lokal dapat berupa para pembuat peraturan
(regulator), pemerintah (goverment), masyarakat luas pada umumnya (societyi),
lembaga yang terkait dengan kegiatan perusahaan seperti organisasi non
pemerintah. Lingkungan internasional dapat berupa peraturan internasional, pasar
keuangan internasional, kesepakatan antar negara dalam kegiatan tertentu.

STRUKTUR ORGANISASI
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Terdapat enam kunci yang
perlu disampaikan kepada manajer bila mereka merancang struktur organisasinya.
Elemen tersebut adalah spesialis pekerjaan, departementalisasi, rantai komando,
rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi. Terdapat beberapa pendekatan
yang dapat digunakan dalam penyusunan struktur organisasi, yaitu pendekatan
berdasarkan fungsi, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, berdasarkan
pelanggan, berdasarkan tempat dan matriks.

Pembuatan Struktur Organisasi Berdasarkan Fungsi

Penentuan sub-subbagian dari organisaisi atau proses departementalisasi


yang pertama adalah berdasarkan fungsi. Berdasarkan pendekatan ini, proses
departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi tertentu yang mesti dijalankan
dalam suatu organisasi. Dala organisasi bisnis misalnya, terdapat pekerjaan yang
terkait dengan pelayanan.

Pembuatan Struktur Organisasi Berdasarkan Jenis Pelayanan

Pendekatan kedua dalam departementalisasi adalah berdasarkan pelayanan


atau jasa yang diberikan setiap bagian. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan
bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenis pelayanan yang
dibuat oleh organisasi.

Pembuatan Struktur Organisasi Berdasarkan Pelanggan

Pendekatan ketiga dalam departementalisasi adalah berdasarkan pelanggan


bagian-bagian. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam
organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran
pelanggan dari organisasi.

Pembuatan Struktur Organisasi Berdasarkan Tempat

Pendekatan keempat dalam depertementalisasi adalah berdasarkan faktor


keempat. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi
ditentukan berdasarkan wilayah organisasi beroperasi. Selain pendekatan
tersebut, terdapat proses departementalisasi yang menggabungkan fungsional
dengan pendeatan lain, dan model ini disebut juga dengan matriks.

Istilah spesialisaisi kerja atau pembagian tenaga kerja untuk


mendeskripsikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah
menjadi pekerjaan yang terpisah. Hakikat spesialisasi kerja adalah bahwa seluruh
pekerjaan lebih baik dipacah-pecah menjadi sejumlah langkah, bukan dilakukan
oleh individu. Setiap langkah diselesaikan oleh individu yang berlainan. Pada
hakikatnya, individu yang mempunyai spesialisasi mengerjakan bagian dari suatu
kegiatan, bukan mengerjakan seluruh kegiatan. Struktur organisasi ruang rawat
terdiri atas struktur bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk, dan bagan dapat
digunakan bergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.

Ruang rawat sebagai wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan


perlu memiliki struktur organisasi, namun ruang rawat tidak termasuk dalam
struktur organisasi rumah sakit bila dilihat dari surat keputusan Menteri Kesehatan
No. 1045/Menkes/Per/XI/2006. Oleh karena itu, direktur rumah sakit perlu
menerbitkan surat keputusan yang mengatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan keputusan surat direktur tersebut, dibuat struktur organisasi ruang
rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal, dan dapat juga dilihat posisi setiap bagian,
wewenang, dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat
pula disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.

BUDAYA ORGANISASI

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, budaya organisasi pada dasarnya


merupakan nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh organisasi terkait
dengan lingkungan tempat organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Budaya
organisasi penting sekali untuk dipahami karena banyak pengalaman menunjukan
bahwa ternyata budaya organisasi ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana
organisasi bsinis menjalankan kegiatan sehari-hari, namun sangat memengaruhi
bagaimana kinerja yang dicapai oleh sebuah organisasi bisnis. Budaya organisasi
pada dasarnya mencerminkan “apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani” oleh
organisasi.

Budaya organisasi sangat berbeda dari satu perusahaan dengan perusahaan


lain. Akan tetapi, pada intinya apa yang dianut oleh perusahaan dapat menentukan
kesuksesan yang dapat mereka raih. Meski demikian, budaya organisasi berbeda
tidak saja antarperusahaan, namun antarbagian diperusahaan. Bagian pemasaran
dan SDM barangkali memiliki budaya organisasi yang lebih fleksibel dibanding
bagian keuangan dan produksi. Karena kecenderungan ini terdapat disetiap
organisasi, budaya organisasi merupakan faktor yang akan menentukan
bagaimana tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Budaya organisasi merupakan nilai dan keyakinan yang dipegang oleh


organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apa
yang dirasakan, dialami oleh setiap perusahaan dari mulai mereka membangun
bisnisnya hingga kesuksesannya bahkan juga tidak terkecuali kegagalan yang
pernah dialaminya, membangun budaya dalam berorganisasi. Berdasarkan
pemahaman tersebut, faktor yang akan menentukan terbentuknya budaya
organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh orgnisasi itu sendiri. Pengalaman
dapat berupa kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan dapat disebabkan oleh
adanya konsep bisnis yang tepat, pendekatan menejeman yang baik, dan lain-lain.
Sebaliknya kegagalan disebabkan oleh ketidaktepatan konsep bisnis yang
dijalankan, pendekatan manajemen yang buruk, atau bahkan mungkin faktor
lingkungan eksternal yang tidak sanggup diantisipasi oleh perusahaan. Fase-fase
kesuksesan dan kegagalan ini pada dasarnya menentukan bagaimana budaya
organisasi terbentuk dan diyakini kemudian oleh organisasi tersebut sebagai
konsep normadan nilai yang dianut dan memengaruhi keseluruhan cara kerja.

Bagaimana menejeman semestinya bertindak berdasarkan budaya


organisasi yang dianut dan dijalani, yang pada dasarnyabudaya organisasi ini jelas
dari kepentingannya, namun tidak mudah untuk diidentifikasi karena cenderung
tidak terwujud. Pada dasarnya, para menejer perlu memahami budaya organisasi
apa yang dianut saat ini, diyakini oleh lingkungan saat ini, dan kemudian perlu
memiliki keyakinan untuk mempertahankan dan atau mengubah budaya tersebut
sesuai dengan tujuan organisasi yang imgin dicapai dalam jangka panjang. Tidak
setiap budaya organisasi harus dipertahankan, adakalanya budaya organisasi justru
harus diubah. Akan tetapi, seorang menejer perlu memahami budaya organisasi
mana yang harus diubah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
begitu pesat, misalnya, mendorong setiap orang atau perusahaan untuk melakukan
perubahan secara tepat. Ada 4 macam budaya organisasi, diantaranya :

1. Budaya Klan
2. Budaya Adokrasi
3. Budaya Hierarki
4. Budaya Pasar

FUNGSI PENGORGANISASIAN DALAM MANAJEMEN


KEPERAWATAN

Fungsi pengerorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga


mempunyai perananan penting seperti fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi (manusia dan
bukan manusia) akan diatur penggunaanya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan
fungsi pengorganisasian dengan baik, menejer harus memahami berbagai prinsip
pengorganisasian.

Terdapat empat hal yang menjadi dasar untuk melakukan proses


pengorganisasian meliputi pembagian kerja, pengelompoka pekerjaan, penentuan
relasi antar bagian dalam organisasi, serta penentuan mekanisme untuk
mengintegrasikan aktivitas antar bagian dalam organsasi atau koordinasi. Ruang
rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatantermasuk perawat yang
bertanggung jawab dalam penyelsaian masalah kesehatan klien.

Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal dapat


menentukan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. Pengorganisasian
pelayanan keperawatan diruang rawat meliputi struktur orgnisasi ruang rawat,
pengelompokan kegiatan (metode penugasan dan pengawasan), koordinasi
kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja yang bertujuan memberikan
gambaran tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk
mencapai tujuan.

Dengan memahami fungsi pengorganisasian, perawat juga dapat lebih


mudah mempelajari fungsi aktuasi. Melalui fungsi aktuasi, diketahui gambaran
tentang proses bimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh staf sesuai dengan
pembagian tugas yang merupakan bagian dari fungsi pengorganisasian. Fungsi
aktuasi dapat mengarahkan staf dalam melaksanakn tugas-tugas pokoknya untuk
mencapai tujuan organisasi.

Fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan


koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas,
tenaga kerja, dan komunikasi. Pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai kegiatan, menetapkan
tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pemimpin
kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada
kaitannya dengan personel, finansial, material, dan tata cara untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Berdasarkan penjelasan tersebut,
organisasi juga dapat dipandang sebagai wadah kerja sam sekelompok orang yang
bersifat statis. Organisasi juga dapat dikaji dari proses kerja sama. Dalam hal ini
organisasi dilihst dari proses kerja sama staf yang berisi uraian tugas untuk
mencapai tujuan organisasi yang bersift dinamis. Organisasi juga dapat dikaji dari
bagaimana pemimpin menggunakan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
sebagai alat pemimpin.

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :

1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan


secara efektif
2. Penataan setiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam
organisasi.
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola.

Hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat, dan
pembinaan cara berkomunikasi yang efektif antar perawat juga merupakan aspek
yang penting. Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan klien, misalnya unit rawat anak memerlukan kegiatan asuhan
yang bertujuan memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya. Pengorganisasian
dapat diuraikan sebagai rangkaian aktivitas dalam menyusun suatu kerangka kerja
yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha kerja sama. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membagikan, mengelompokkan pekerjaan yang harus
dilakukan, menerapkan, menjalin hubungan kerja anatar bagian, dan menjalin
hubungan antarstaf dan atasan.

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, manajer keperawatan


dapat mengetahui :

1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok. Tugas pokok staf


dan prosedur kerja merupakan dokumen dari fungsi pengorganisasian,
digunakan sebagai panduan kinerja staf keperawatan.
2. Hubugan organisator antarmanusia yang menjadi anggota atau staf
organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi.
3. Pendekatan wewenang. Manajer atau pimpinan organisasi dapat
meilimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas-tugas
pokok yang diberikan kepada mereka.
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Tugas
staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan
semaksimal mungkin untuk membantu staf, baik secara individu
maupun kelompok, mencapai tujuan organisasi.

Terdapat enam langkah penting dalam melaksanakan fungsi pengorganisasian


dalam menejemen keperawatan, yaitu :

1. Tujuan organisasi institusi layanan keperawatan harus dipahami oleh


staf. Tujuan organisasi telah disusun pada fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban
tugas pokok organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi. Untuk
itu, ia membagi tugas pokoknya kepada staf yang ada. Dari sini, akan
muncul gagasan departementalisasi, pengembangan bidang-bidang,
seksi-seksi, dan lain-lain sesuai dengan kegiatan pokok.
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang
praktis (elemen kegiatan). Pembagian tugas pokok kedalam elemen
kegaitan harus mencerminkan apa yang harus dikerjakan oleh staf.
4. Mentepakan kewajiban yangn harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya. Pengaturan ruangan dan dukunganlat-alat
kerja adalah salah satu contohnya.
5. Penugasan personel yang cakap
6. Pendelegasian wewenang. Tugas staf dan mekanisme pelimoahan
wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi.
Dengan meggunakan prinsip kerja integrasi, diharapkan semua kegiatan
ruangan dapat diselesaikan.

PRINSIP PENGORGANISASIAN KEGIATAN PELAYANAN


KEPERAWATAN
1. Pembagian kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi adalah bahwa pekerjaan dibai-
bagi sehingga setiap orang memilki tugas tertentu. Oleh karena itu, kepala
bidang keperawatan perlu mengetahui tentang
a. Pendidikan dan pengalaman setiap staf, peran dan fungsi perawat yang
diterapkan di Rumah Sakit.
b. Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan
kedudukan dalam organisasi.
c. Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab.
d. Mengetahui hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga
non keperawatan.
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian tugas adalah pelimpihan wewenang dan tanggung jawab
kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan
pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran
kelompok melalui usaha orang lain, yang merupakan inti manajemen.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengembangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa
percaya diri, berkulitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap, dan penyesuaian
antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antara perawat
denngan anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Koordinasi dapt dilakuka dengan cara komunikasi terbuka, dialog, pertemuan,
atau rapat, pencatatan dan pelaporan, pembakuan formulir yang berlaku.
4. Manajemen Waktu
Manajemen waktu yang dapat dilakukan perawat adalah
a. Mengatur jadwal kerja
b. Disiplin dengan jadwal kerja
c. Memompa, memotivasi perawat, selalu bersemangat dalam menjalankan
sesuatu.
d. Tetap tenang dan fokus.
e. Berusaha sebaik mungkin.

PENGORGANISASIAN LAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus


dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan
untuk memudahkan pembagia tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki serta kebutuhan pasien.

1. Model Penugasan Fungsional


Pengorganisasian layanan asuhan keperawatan dengan model
penugasan fungsional merupakan penerapan fungsi pengorganisasian
dalam tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan pada pembagian
tugas mennurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada model fungsinal,
pemberiian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelsaian tugas dan
prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau bebrapa tugas
untuk dilaksanakn kepada semua pasien yang dirawat disuatu ruangan.
Prioritas utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai
dengan kebututahan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuha
psien secara holistik, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan
keperawatan sering terabaikan. Komunikasi diantara perawat sangat
terbatas. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanna
asuhan keperawtan yang diberikan, dan kurang merasakan hubungan
saling percaya dengan perawat. Komunikasi antar staf sangat terbatas
dalam membahs masalah pasien. Pada model ini kepala ruangan
menentukan tugas perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan
melaporkan tugas yang dikerjakan kepada kepala rungan. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien, dan memikirkan setiap
kebutuhan pasien secara kompehernsif. Informasi yang disampaikan
bersifat verbal, sering kali terlupakan karena tidak didokumentasikan dan
tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan keperawatan.
Dengan menggunakan model ini, kepala ruangan kurang mempunyai
waktu untuk membantu staf mempelajari cara terbaik dalam memenuhi
kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil
asuhan keperawatan.
2. Model Penugasan Alokasi Pasien/Keperawatan Total
Model penugasan alokasi pasien atau keperawatan total merupakan
pengorganisasian pelayanan askep untuk satu atau bebrapa pasien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau selama perode tertentu atau
sampai pasien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan pasien.
Keuntungannya adalah:
a. Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Memberi kesempatan untuk melakukan perawatan yang komheensif
c. Motivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
d. Mendukung penerapan proses keperawatan
e. Kepuasan tugas secara keselurahan.
Kerugiannya adalah :
a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
b. Peserta didik sulit melatih keterampilan dalam perawatan besar
c. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian.

Anda mungkin juga menyukai