Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH BIOPROSES

“TEKNIK PERHITUNGAN MIKROBA”

Dosen Pengampu :

Yanty Maryanty

Disusun Oleh :

1. Dwi Putri Agustin / 2031410132


2. Linda Athalia / 2031410047
3. Muhammad Yusron Firnanda / 2031410058

Kelas : 1A – D3 TEKNIK KIMIA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroba merupakan Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut
sebagai mikroba atau mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai
mikroba bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan
mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad
yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam
mikron, 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat
dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang
berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar. Untuk menentukan
jumlah miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan
mikroba diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam
media dengan cara – cara tertentu tergantung dari macam dan sifat – sifat
mikroba.banyak metode yang digunakan dalam menaksir secara kuantitatif dari
suatu populasi bakteri (Anonim, 2013).
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri merupakan
organisme uni seluler (sel tunggal), prokariota/prokarioti tidak mengandung
klorofil, serta berukuran microscopic (sangat kecil). Bakteri tidak hanya
merugikan bagi manusia ada juga yang memiliki manfaat, antara lain :
Escherechia coli, Acetobacter Xylinum, Streptococcus termophylus (Daniel,
2008).
Colony bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu, perhitungan jumlah colony bakteri berfungsi untuk
mengetahui jumlah populasi bakteri dalam suatu bahan, semisal makanan,
minuman, air minum, dan lain sebagainya, dan juga berfungsi untuk
menentukan populasi suatu bakteri dalam tubuh, sehingga dapat mengetahui
dosis obat yang digunakan. Cara perhitungaan ini didasarkan pada anggapan
bahwa sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam sampeljika dibiarkan akan
membentuk suatu colony bakteri yang nampak dan terpisah. Jadi yang terhitung
adalah kuman yang hidup dan dapat tumbuh membentuk suatu suasana media
yang disediakan, pada sampel yang di periksa tidak semua jenis bakteri hidup
dan dapat tumbuh dalam suasana incubate yang disediakan (Suyatno, 2014).
Perhitungan bakteri adalah suatu cara atau suatu metode yang bisa
digunakan untuk dapat menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh di media
pembiakkan bakteri. Untuk dapat mempermudah penghitungan koloni suatu
bakteri juga diperlukan pengetahuan serta wawasan tentang morfologi bakteri
tersebut sehingga suatu media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan
sifat bakteri tersebut. Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni
dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka
dengan menghitung jumlah koloni bakteri, maka dapat diketahui penyebaran
koloni bakteri yang ada pada media pembiakkan bakteri. Jumlah bakteri pada
suatu media dapat juga dihitung dengan menggunakan berbagai cara, tergantung
pada jenis media dan juga jenis bakteri.
Ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri
secara kuantitatif dari suatu populasi koloni bakteri. Proses penghitungan sel
bakteri juga dapat dilakukan dengan beberapa metode baik secara langsung
maupun tidak langsung.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan mikroba?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan perhitungan mikroba?
1.2.3 Bagaimana cara menghitung mikroba?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu : 1.
1.3.1 Untuk mengetahui cara menyiapkan peralatan dan media tumbuh yang steril
untuk digunakan pada penentuan jumlah sel mikroba.
1.3.2 Untuk mengetahui cara menghitung jumlah atau massa sel mikroba dari
berbagai golongan.
1.3.3 Untuk mengetahui cara menentukan jenis sel mikroba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perhitungan Mikroba


Perhitungan bakteri atau bisa diebut Enumerasi adalah suatu cara yang
dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sebaran bakteri yang tumbuh pada suatu
media. Secara kuantitatif koloni sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung
populasinya secaracumum atau juga dengan kata lain menghitung seluruh sel
bakteri yang ada dalam media termasuk juga sel yang mati dan menghitung sel
bakteri hidup dengan menggunakansuatu teori pendekatan (Stainer, 1986).
Untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup dapat dilakukan setelah
suspensi bahan atau biakan bakteri diencerkan dengan beberapa kali dan
ditumbuhkan dalam medium dengan suatu cara tertentu tergantung dari macam
bahan dan sifat bakterinya (Anonim, 2013).
Viable count method adalah cara penghitungan bakteri secara tidak langsung
yang dilakukan dengan menghitung koloni sel bakteri yang terdapat di media secara
langsung. Tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada juga beberapa syarat
perhitungan yang harus untuk bisa dipenuhi seperti jumlah koloni tiap petri dish
antara 30 – 300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih
yang jumlahnya mendekati 300. Tidak ada koloni bakteri yang menutup lebih besar
dari setengah luas petri dish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader. Perbandingan
jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt – turut antara pengenceran
yang lebih besar dengan suatu pengenceran yang sebelumnya, jika sama atau lebih
kecil dari 2 hasilnya dirata – rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah
mikrobia darihasil pengenceran yang sebelumnya. Jika dengan ulangan setelah
memenuhi syarat maka hasilnya juga dirata – rata (Schlegel, 2994).
Perhitungan bakteri merupakan salah satu cara yang juga dilakukan dengan
tujuan untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada
suatu media, baik itu koloni sel bakteri yang hidup maupun koloni sel bakteri yang
mati. Ada dua cara perhitungan bakteri, secara langsung dan perhitungan bakteri
secara tidak langsung. Perhitungan jumlah suatu bakteri secara langsung biasa
dipakai untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang
hidup. Sedangkan perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung biasa dipakai
untuk bisa menentukan jumlah bakteri yang hidup saja.
Ada 4 cara yang umum digunakan untuk memperkirakan besar populasi
mikroorganisme, yaitu :
- Perhitungan langsung (direct count) jumlah sel atau biomassa mikroorganisme
- Pengukuran langsung (direct measurement) biomassa mikroorganisme
- Perhitungan tidak langsung (indirect count) jumlah sel
- Perkiraan tidak langsung (indirect estimate) biomassa mikroorganisme
A. Perhitungan Secara Langsung
Perhitungan jumlah suatu bakteri secara langsung biasa dipakai untuk
menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
Contoh perhitungan bakteri secara langsung yaitu menggunakan kamar hitung
(Counting Chamber), menggunakan pengecatan dan pengamatan mikroskopik,
dan menggunakan filter membran.
1) Kamar Hitung (Counting Chamber)
Perhitungan ini dapat menggunakan hemositometer. Peteroff Hauser
Bacteria Counter atau alat-alat lain yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah
dengan menempatkan satu tetes suspense bahan atau biakanmikroba pada
alat tersebut ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan
mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar kecilnya mikroba.
Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah
diketahui volumenya, dari alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikroba
tiap cc.
Prinsip dari perhitungan Petroff-Hauser yaitu melakukan perhitungan
dengan pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala
seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2, dan
setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil. Alat haemocytometer
digunakan di bawah mikroskop, sisinya mempunyai ukuran 0,05 mm.
Sedangkan satu kotak sedang berukuran nilai 0,2 mm. Dan tebal nya adalah
0,1 mm. Jumlah sel per mL sampel dapat dihitung sebagai berikut :
1. Jumlah sel dalam 25 kotak besar = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak
2. Jumlah sel per mm3 sampel = Jumlah sel dalam 25 kotak besar ×
(1/0,02)
3. Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per mm3 sampel × 103
4. Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak × 50 ×
103 Misalnya : didapatkan jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel
mikroba, maka jumlah sel per ml sampel adalah: 12 × 1,25 × 106 = 1,5 ×
107.
Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang
hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu
kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu
kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini
adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang
hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan hemasitometer adalah
dapat menghitung jumlah sel yang hidup maupun yang mati, tergantung dari
pewarna yang digunakan. Misalnya. Bila pewarna trypan blue dicampurkan
kedalam larutan sel maka sel yang hidup tidak akan berwarna dan sel yang
mati akan berwarna biru. Kelebihan lainnya adalah morfologi sel dapat
diamati, dapat mengevaluasi homogenitas dan data mendeteksi.
2) Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas
benda, suspensi bahan atau biakan mikroba yang telah diketahui volumenya
diratakan diatas gelas benda pada suatu luas tertentu. Setelah itu preparat
dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel mikroba tiap bidang pemandangan
mikroskopik. Luas bidang pemandangan mikroskopik dihitung dengan
mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah mikroba yang terdapat pada gelas
benda seluruhnya dapat dihitung. Dengan perhitungan dapat diperoleh
jumlah mikroba tiap cc bahan/cairan yang diperiksa.
Cara yang hampir sama dan biasa dipakai untuk menghitung jumlah
bakteri , ialah dengan mencampurkan 1 cc biakan bakteri dengan 1 cc darah
manusia. Setelah homogen dibuat preparat mikroskopik. Dari perbandingan
jumlah rata-rata jumlah sel bakteri dan jumlah sel darah merah dalam tiap
bidang pemandangan, jumlah bakteri tiap cc dapat dihitung ,sebab darah
manusia yang normal mengandung 5 juta sel darah merah tiap
cc.Perbandingan darah dengan bakteri yaitu 1:1.
3) Filter Membran
Mula-mula disaring sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau
biakan mikroba, kemudian disaring dengan filter membran yang telah
disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel rata-rata tiap saat
satuan luas pada filter membran, dapat dihitung jumlah sel dari volume
suspense yang disaring. Jika perhitungan secara biasa susah, perlu dilakukan
pengecatan pada filter membran, kemudian filter membran dijenuhi dengan
minyak imersi supaya tampak transparan.
Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan
banyak peralatan. Kelemahannya sebagai berikut :
a) Sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup.
Karena itu keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah
jumlah total sel yang ada di dalam populasi. Pada beberapa macam sel
eukariotik, penambahan zat warna tertentu (misalnya biru metilen
sebanyak 0,1 %) pada sampel yang akan dihitung dapat membedakan sel
hidup dari sel mati. Pada sel khamir misalnya baik sel hidup maupun sel
mati akan menyerap biru metilen namun hanya sel hidup mampu
mereduksi zat warna tersebut secara enzimatik menjadi tidak berwarna;
jadi sel-sel mati akan tampak biru.
b) Sel-sel yang berukuran kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, seperti
bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan
digunakannya lensa obyektif celup minyak, sehingga kalau tidak teliti
tidak terhitung. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel
sehingga menjadi lebih mudah dilihat.
c) Untuk mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus cukup
tinggi, minimal untuk bakteri 106 sel/mL. Hal ini disebabkan dalam setiap
bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat
dihitung
d) Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel mikroba di dalam bahan
yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan, karena hal
tersebut akan mengganggu dalam perhitungan sel.
e) Kelemahan lain adalah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat
kecil seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan
digunakannya lensa obyektif celup minyak. Hal ini biasanya diatasi
dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kadang-
kadang sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel
individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel
tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilen
diamin tetraasetat dan Tween 80 sebanyak 0,1 %. (Natsir, 2007)
B. Perhitungan Secara Tidak Langsung
Perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung biasa dipakai
untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup / yang mati saja. Contoh
perhitungan secara tidak langsung yaitu menggunakan centrifuge,
menggunakan prinsip kekeruhan (turbiditas / turbidimetri), menggunakan
perhitungan elektronik (Elektronic Counter), berdasarkan analisa kimia,
berdasarkan berat kering, menggunakan cara pengenceran, menggunakan
cara most probable number (MPN), menghitung dengan metode cawan,
berdasarkan jumlah koloni.
1) Menggunakan Centrifuge
Harus ditutup kapas supaya tidak terkontaminasi bakteri lain.
Caranya adalah 10 cc biakan cair mikroba dipusingkan dengan
menggunakan centrifuge biasa dan digunakan untuk
dipertanggungjawabkan, maka kecepatan dan waktu centrifuge harus
diperhatikan. Setelah diketahui volume mikroba keseluruhannya , maka
dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel mikroba tiap cc, yaitu
dengan membagi volume mikroba keseluruhan dengan volume rata-rata
tiap sampel. Dengan kecepatan 3500-6000 rpm dan dengan waktu 5-10
menit.
2) Berdasarkan Kekeruhan (Turbiditas / Turbidimetri)
Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung
jumlah bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer.
Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan
oleh ukuran dan jumlah). Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau
semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi peningkatan
kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical density
(absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700
nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah
organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga
pengukuran optical density (ditentukan dengan spektrofotometer).
Dasar penentuan cara ini adalah jika seberkas sinar dilakukan pada
suatu suspensi bakteri, maka makin pekat (keruh) suspensi tersebut makin
besar intensitas sinar yang diabsorbsi, sehingga intensitas sinar yang
diteruskan makin kecil.
Untuk keperluan ini digunakan alat-alat seperti fotoelektrik,
turbidimeter, elektrofotometer,spektrofotometer, nefelometer, dan alat-
alat lainyang sejenis. Alat- alat tersebut menggunakan sinar
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu.
Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi- kondisi lainnya konstan. Metode
pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan , yaitu
pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium
yang keruh. instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai
Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung.
Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur deagan den-an larutan
standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi
turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil,
rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan
berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Dengan mengetahui presentase sinar yang diabsorbsi (sinar yang
dteruskan) dan dibandingkan dengan standar mikroba yang telah
diketahui jumlahnya tiap cc, maka dapat diketahui jumlah mikroba
tersebut tiap ccnya.
Alat yang paling sederhana untuk penentuan cara tersebut dapat memakai
komparator blok, tetapi penggunaan alat ini kesalahannya sangat besar
sebab pengamatannya hanya menggunakan mata biasa
3) Menggunakan Perhitungan Elektronik (Elektronic Counter)
Alat ini dapat digunakan untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik
secara tepat. Prinsip kerja alat ini yaitu adanya gangguan-gangguan pada
aliran ion-ion (listrik) yang bergerak diantara dua electrode. Penyumbatan
sementara oleh sel mikroba pada pori sekat yang terdapat diantara kedua
electrode itu menyebabkan terputusnya aliran listrik. Jumlah pemutusan
aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan
yang mengandung mikroba merupakan ukuran jumlah mikroba dalam
cairan tersebut.
4) Berdasarkan Analisa Kimia
Cara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikroba. Makin
banyak sel-sel mikroba, makin besar hasil analisa kimianya secara
kuantitatif. Yang dipakai sebagai dasar penentuan umumnya kandungan
protein, asam- asam nukleat (DNA dan RNA) atau fosfor dari asam-asam
nukleat.
5) Berdasarkan Berat Kering
Cara ini terutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang
misalnya dalam industry mikrobiologi.Kenaikan berat kering suatu
mikrobia berarti juga kenaikan sintesa dan volume sel-sel yang dipakai
untuk menentukan jumlah mikrobia.
6) Menggunakan Cara Pengenceran
Cara pengenceran ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba yang
hidup saja Dasar perhitungannya adalah dengan mengencerkan sejumlah
volume tertentu suatu suspense bahan atau biakan mikroba secara
bertingkat, setelah diinokulasikan ke dalam medium dan diinkubasikan,
dilihat pertumbuhan mikrobanya. Misalnya suatu seri pengenceran
dengan kelipatan sepuluh pada pengenceran 1:10000 , tetapi pada
pengenceran 1:100000 tidak ada pertumbuhan, berarti secara teoritis
jumlah mikroba pada suspense bahan atau biakan mikroba antara 10000
dan 100000 tiap cc per ml sampel.
7) Menggunakan Cara Most Probable Number (MPN)
Menggunakan media cair, contoh laktosa broth. Prinsip metode ini
adalah menggunakan media cair di dalam tabung reaksi dan
menggunakan tabung durham (untuk melihat gas). Perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu ditumbuhi mikroba setelah
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif
dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas di
dalam tabung durham (tabung kecil dengan posisi terbalik). Metode MPN
biasanya dilakukan untuk pengujian air minum, dengan 3-5 seri tabung.
8) Menghitung Dengan Metode Cawan
Prinsip metode ini adalah sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan padamedia agar padat, maka sel mikroba tersebut akan
berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata tanpa mikroskop. Sebaiknya jumlah koloni mikroba yang
tumbuh dan dapat dihitung berkisar antara 30-300 koloni. Metode cawan
dengan jumlah koloni yang tinggi (>300) sulit untuk dihitung sehingga
kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel
membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah yang benar, namun
pengenceran yan terlalu tinggi akan mengahasilkan jumlah koloni yang
rendah/menghancurkan koloni. Metode perhitungan cawan merupakan
cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba.
Keuntungan:
1) Hanya sel yang hidup yang dapat dihitung.
2) Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.
3) Digunakan untuk isolasi & identifikasi mikroba
Kerugian:
1) Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang
sebenarnya karenabeberapa sel yang berdekatan membentuk satu
koloni.
2) Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda
pula.
3) Mikroba yang tumbuh harus pada media padat dan membentuk koloni
yang kompak,jelas serta tidak menyebar.
4) Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa
hari sehingga pertumbuhankoloni baru dapat dihitung
Metode cawan ada dua cara:
a. Metode tuang
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan
memasukkan hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran,
diambil 1 ml larutan uji dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian
dimasukkan ke media cair steril dengan suhu kira-kira 50oC sebanyak 15
ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan jangan dibuka terlalu lebar
untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri digerakkan di atas meja
dengan gerakan melingkar seperti angka 8, gunanya untuk menyebarkan
sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan
dalam inkubator denganposisi terbalikpada suhu 35oC-37oC selama 24
jam. Koloni yang terbentuk dihitung dengan Quebec Colony Counter.
Larutan pengencer yang biasa digunakan adalah NaCl 0,9%; larutan
buffer fosfat, atau larutan ringger.
b. Metode permukaan
Caranya: media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri,
setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu
diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian
diinkubasi dalam inkubator. Cara ini dilakukan minimal duplo (2 kali),
misalkan yang pertama 60 koloni dan yang kedua 64 koloni.
9) Berdasarkan Jumlah Koloni
Cara ini paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikroba.
Dasarnya adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan
10 dari masing-masing-masing pengenceran diambil 1 cc dan dibuat
taburan dalam Petridis (pour plate) dengan medium agar yang macam dan
caranya tergantung pada macamnya mikroba. Setelah diinkubasikan
dihitung jumlah koloni tiap Petridis dari masing-masing pengenceran.
Dari jumlah koloni tiap Petridis dapat ditentukan jumlah bakteri tiap cc
atau gram bahan, yaitu dengan mengalikan jumlah koloninya dengan
pengenceran yang dipakai.
Misalnya jika pengenceran yg dipakai 103 dan koloni yang didapat
45 koloni bakteri, maka bakteri tiap cc adalah
45 koloni bakteri x 103 = 45.000 bakteri.
Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam Petridis dapat
digunakan “colony counter” yang biasanya dilengkapi dengan register
elektronik. (Natsir,2007)

2.2 Karakteristik Fisik , Mikro dan Kimia Media


A. PDA (Potato Dextrose Agar)
Medium Potato Dekstrose Agar (PDA) menurut konsistensinya termasuk
medium padat, berdasarkan susunan kimianya termasuk non-sintetik/semi
alamiah. Berdasarkan fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum
karena dapat digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur.
Medium PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur (kapang). Komposisinya
terdiri dari dekstrose yang berfungsi sebagai sumber karbon, kentang sebagai
sumber karbohidrat, agar berfungsi memadatkan medium dan aquades berfungsi
sebagai pelarut dan sumber oksigen Medium ini akan berwarna putih keruh saat
sebelum dipanaskan dan berwarna putih bening setelah dipanaskan
(Yuliar,2008).
B. PCA (Plate Count Agar)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di
atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic
hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L
kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA
ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di
dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang
menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak
yeast mensuplai vitamin B kompleks. Media plate count agar (PCA) dapat
berfungsi sebagai media untuk menumbuhkan mikroorganisme. Untuk
penggunaannya, digunakan PCA instant sebanyak 22,5 gram untuk 1 Liter
aquades.
C. OMEA
Karakteristik fisik dari media ini antara lain yaitu memiliki warna coklat
pucat saat sebelum dilakukan pemanasan dan berwarna coklat tua setelah
mengalami pemanasan. Media ini mengandung aquades 50 ml, malt ekstrak 30
g/l , pepton 3 g/l dan agar 15 g/l. MEA pada umumnya digunakan sebagai media
pertumbuhan khamir. Didalam media tersebut mengandung unsur O yang
merupakan salah satu mineral yang dapat menunjang pertumbuhan khamir.
D. NA (Nutrien Agar)
Medium Nutrien Agar (NA) berdasarkan susunan kimianya merupakan
medium non-sintetik/semi alamiah, berdasarkan konsistensinya merupakan
medium padat. Medium ini dibuat dalam dua jenis, yaitu NA miring dan NA
tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak
digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan
oksigen. NA digolongkan pada medium umum sebab dapat digunakan untuk
menumbuhkan beberapa jenis bakteri. Nutrien Agar (NA) merupakan suatu
medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan
alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging
dan pepton dengan menggunakan agar sebagai pemadat, karena sifatnya yang
mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktan sehingga
tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak daging dan
pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein,
nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Aquades berfungsi sebagai
pelarut dan untuk menghomogenkan larutan. Nutrien Agar (NA) merupakan
medium untuk menumbuhkan bakteri (Waluyo, 2007).
E. NA-Ca
Media ini menggunakan median Na dan mineral. Mineral merupakan bagian
dari sel, unsur penyusun sel yaitu C, O, N, H dan P. Unsur mineral lain yang
diperlukan oleh sel yaitu K, Ca, Mg, Ma, S, dan Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo,
Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu dan sebagainya yang tidak dipoerlukan jasad. Unsur yang
digunakan dalam jumlah besar dapat disebut dengan unsur makro, dalam jumlah
sedang disebut dengan unsur oligo, dan jumlah sedikit disebut unsur mikro.
Unsur mikro tersebut sering terdapat sebgai ikutan pada garam unsur makro, dan
dapat masuk dalam medium lewat kontaminan gelas tempatnya, atau partikel
debu. Unsur mineral yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan bakteri,
khususnya BAL maka digunakan mineral dengan unsur Ca dalam media NA
sehingga berfungsi untuk membantu menyusun sel, selain itu juga untuk
mengatur osmose, kadar ion H+ (keasaman, Ph) dan potensial oksidasi reduksi
(redoks potensial) medium.

2.3 Karakteristik Morfologi, Fisiologi dan Kimia Mikroba


A. Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan cara
sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan
mengandung informasi genetik dan memiliki sistem biosintetik dan penghasil-
energi yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Sejumlah bakteri,
bersifat parasit intraseluler obligat contohnya Chlamydiae dan Rickettsiae.
Dalam beberapa hal bakteri berbeda dari eukariot. Bakteri tidak memiliki
ribosom 80S maupun organel bermembran, seperti nukleus, mitokondria,
lisosom, retikulum endoplasma maupun badan golgi, bakteri tidak memiliki
flagela fibril 9+2 atau struktur silia seperti pada sel eukariot. Bakteri memiliki
ribosom 70S dan kromosom sirkuler tunggal (nukleoid) tanpa sampul yang
disusun oleh asam deoksiribonukleat untai- ganda (DNA) yang bereplikasi
secara amitosis. Jika terjadi pergerakan sering disebabkan adanya struktur
flagela filamen-tunggal. Sejumlah bakteri memiliki mikrofibril eksternal (pili
atau fimbria) yang berfungsi untuk menempel. Mycoplasma tidak memiliki
dinding sel, sedangkan eubakteria lainnya menghasilkan struktur sampul dengan
susunan senyawa kimianya mirip peptidoglikan dinding sel. Eubakteria yang
berdinding sel dan archaebakteria dapat berbentuk kokus (bola), basil (batang),
batang melengkung atau spiral. Struktur kimia sampul eubacteria sering
digunakan untuk membedakannya ke dalam kelompok bakteri Gram-positif,
Gram-negatif, dan “acid-fast” (tahan-asam).
Menurut Muchtadi (1989), sebagian besar bakteri mempunyai pertumbuhan
antara 45 – 55oC dan disebut golongan bakteri thermofilik. Beberapa bakteri
mempunyai suhu pertumbuhannya antara 20 – 45oC disebut golongan bakteri
mesofilik, dan lainnya mempunyai suhu pertumbuhan dibawah 20oC disebut
bakteri psikrofilik. Muchtadi juga menyatakan bahwa pada umumnya bakteri
membutuhkan air (Avalaible Water) yang lebih banyak dari kapang dan ragi.
Sebagian besar dari bakteri dapat tumbuh dengan baik pada aw mendekati 1,00.
Ini berarti bakteri dapat tumbuh dengan baik dalam konsentrasi gula dan garam
yang rendah kecuali bakteri – bakteri yang memiliki toleransi terhadap
konsentrasi gula dan garam yang tinggi. Media untuk sebagian besar bakteri
mengandung gula tidak lebih dari 1% dan garam tidak lebih dari 0,85% (larutan
garam fisiologis). Konsentrasi gula 3% - 4% dan garam 1 – 2% dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri.
Menurut Fardiaz(1992), bakteri tumbuh dengan cara pembelahan biner, yang
berarti satu sel membelah menjadi dua sel. Waktu generasi yaitu waktu yang
dibutuhkan oleh sel untuk membelah, bervariasi tergantung dari spesies dan
kondisi pertumbuhan. Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat
heterotropik yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya. Dalam
metabolismenya bakteri heterotropik menggunakan protein, karbohidrat, lemak
dan komponen makanan lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk
pertumbuhannya. Jika tumbuh pada bahan pangan, bakteri dapat menyebabkan
berbagai perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan cita rasa
bahanpngan tersebut. Perubahan yang dapat terlihat dari luar yaitu perubahan
warna, pembentukan lapisan pada permukaan makanan cair atau padat,
pembentukan lendir, pembentukan endapan atau kekeruhan pada miniman,
pembentukan gas, bau asam, bau alkohol, bau busuk dan berbagai perubahan
lainnya.
B. Kapang
Kapang merupakan sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi
dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang
penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam
industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan.
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis (Fardiaz,s. 1989).
Hifa kapang tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu
tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang
dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu
massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang
membedakan grup-grup didalam fungi. Hifa dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertil yang membentuk
bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas
permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien
terjadi pada permukaan miselium. Sifat-sifat kapang baik penampakan
makroskopik ataupun mikroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
kapang. Menurut Waluyo ( 2007), kapang dapat dibedakan menjadi dua
kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan
hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam ruangan- ruangan, dimana
setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat
yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas
bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya
C. Khamir
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran 5 dan 20
mikron. Biasanya berukuran 5–10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat
berbagai macam bentuk ragi tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel
khamir dapat berbebtuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel–sel khamir sering
di jumpai secara tunggal, tetapi apabila anak–anak sel tidak dilepas kan dari
induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut
pseudemisellium. Khamir tidak bergerak karena tidak mempunyai flagela.
Beberapa jenis khamir membentuk kapsul disebelah luar (Buckle,2008).
Dinding sel khamir terdiri atas khitin. Sel yang masih muda dinding selnya
tipis dan lentur, sedangkan yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah
dinding sel terdapat membran sitoplasma yang bersifat permiabel selektif. Tipe
sel khamir adalah Eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir, perlu
dipelajari sifat-sifat morfologi dan fisiologinya. Sifat-sifat morfologi yang perlu
dipelajari meliputi bentuk, ukuran sel, dan jumlah spora, cara–cara
perkembangbiakan, pembentukan pseudemycellium, ordian, giant cdony,
klamidospora, blastospora dan sebagainya. Sifat–sifat fisiologis meliputi
pengijian asimilasi C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan
gelatin, reduksi nitrat dan sebagainya (Dwidjoseputro, 2010).
Waluyo (2007) mengatakan bahwa sel khamir mempunyai ukuran yang
bervariasi, yaitu dengan panjang 1,5 mm sampai 20,50 mm dan lebar 1 sampai
10 m. Bentuk khamir bermacam – macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival
yaitu bulan panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung
(tringuler), berbentuk botol, bentuk apikulat atau lemon, membentuk
spedomiselium, dan sebagai ukuran dan bentuk sel khamir dalam kultur yang
sama mungkin berbeda–beda karena pengaruh perbedaan dan kondisi
lingkungan selama pertumbuhan .
Pengamatan sel khamir dapat dilakukan dengan cara pengecetan sederhana
yaitu pemberian warna pada khamir dengan menggunakan larutan tunggal suatu
warna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi. Pewarnaan sederhana
yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel khamir dan untuk mengetahui morfologi dan
susunan selnya serta membedakan sel yang mati dan yang hidup (Balley, 2007).

2.4 Karakteristik Bahan dan Mikroba yang Berperan Dalam Bahan


A. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapangRhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh.
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai
macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe
memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Kelompok jamur yang paling berperan dalam pembuatan tempe adalah genus
Rhizopus. Jamur Rhizopus sp telah diketahui sejak lama sebagai jamur yang
memegang peranan utama pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe. Jamur
Rhizopus sp akan membentuk padatan kompak berwarna putih yang disebut
sebagai benang halus/biomasa. Benang halus/biomasa disebabkan adanya
miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai dan menghubungkan
biji-biji kedelai tersebut. Jenis Rhizopus sp sangat beragam sehingga perlu
diisolasi serta diidentifikasi morfologi dan sifat-sifatnya. Identifikasi
berdasarkan morfologi jamur yaitu dengan mengamati sporangiofor, sporangium
dan sporangio-spora.
R. oligosporus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi
kacang kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang
memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi
komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih
mudah terserap tubuh (Jennessen et al., 2008). R. oligosporus dapat tumbuh
optimum pada suhu 30- 35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan suhu
maksimum 42 °C. Pertumbuhan R. oligosporus mempunyai ciri-ciri koloni abu-
abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam
kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih
dari 1000 μm dan diameter 10-18 μm. Sporangia globosa yang pada saat masak
berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 μm. Klamidospora
banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula,
terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa,
elip atau silindris dengan ukuran 7-30 μm atau 12-45 μm x 7-35 μm (Madigan
dan Martinko, 2006).
Secara tradisional, Rhizopus untuk inokulum biasanya diambil dari daun
bekas pembungkus tempe, yang dikenal dengan sebutan “usar”. Namun
demikian, penggunaan usar ini sangat terbatas dan hanya untuk produksi skala
kecil. Daun pembungkus tempe yang biasa digunakan sebagai usar yaitu daun
waru (Hibiscus tilacius), daun jati (Tectona grandis), atau daun pisang (Musa
paradiciaca) .Usar dibuat dengan membiarkan spora Rhizopus dari udara
tumbuh pada kedelai matang yang ditaruh diantara dua lapis daun, permukaan
bagian bawah kedua daun tersebut memiliki rambut-rambut halus (trikoma) di
mana spora dan miselium kapang dapat melekat. Setelah terjadi pertumbuhan
maka Rhizopus sp. pada tahap selanjutya akan membentuk spora yang berfungsi
sebagai benih untuk berkembangbiak, setelah tahap ini usar siap dijadikan
sebagai pembungkus tempe.
B. Kecap
Kecap merupakan produk olahan yang mempunyai tekstur kental, berwarna
coklat kehitaman, dan digunakan tambahan makanan yaitu sebagai penyedap
makanan. Kecap manis memiliki kadar gula yang tinggi karena ada penambahan
gula pada proses pengolahannya. Sebagian besar dari kecap di Indonesia
menunjukkan adanya perbedaan kandungan gula, kandungan asam, dan
konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan perlakuan fermentasi.
Mikroba yang berperan didalamnya yaitu Aspergillus oryzae dan Rhizopus
Oligosporus.
Menurut Waluyo (2007), ciri-ciri Aspergillus adalah Hifa septat dan
miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat dibawah
permukaan merupakan hifa vegetatif sedangkan yang muncul diatas permukaan
adalah hifa fertil. Koloni kelompok. Konidiofora septat dan nonseptat, muncul
dari “foot cell” (yaitu sel miselium yang bengkak dan berdinding tebal).
Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata
dimana tumbuh konidia. Sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna
atau tidak berwarna. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat
atau hitam. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 0 C atau lebih .
C. Tape
Secara umum tape dikenal ada dua macam, yaitu tape singkong dan tape
ketan. Tape memiliki rasa yang manis dan sedikit mengandung alkohol,
memiliki aroma yang menyenangkan, bertekstur lunak dan berair. Tape
merupakan pangan fermentasi yang cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut
setelah kondisi optimum tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi. Hasil
fermentasi lanjut dari tape adalah produk yang asam beralkohol sehingga tidak
enak dikonsumsi lagi. Mikroba yang berperan dalam pembuatan tape adalah
Amylomyces rouxii. Kapang Amylomyces rouxii dapat menghidrolisis pati
menjadi gula. Untuk mendapatkan aroma tape ketan yang baik biasanya
digunakan tiga mikroba sekaligus yaitu Amylomyces rouxii, Endomycopsis
fibuliger, dan Hansenula anoma, sedangkan untuk tape singkong menggunakan
Amylomyces rouxii dan Endomycopsis fibuliger .
D. Terasi
Terasi merupakan produk perikanan yang berbentuk pasta. Bahan baku yang
biasa digunakan untuk terasi berkualitas baik. Sedangkan terasi bermutu rendah
biasanya dibuat dari limbah ikan, sisa ikan sortiran dengan bahan tambahan
biasanya tepung tapioka atau tepung beras, dan berbagai jenis ikan kecil (teri)
atau udang kecil (rebon). Umumnya terasi digunakan untuk campuran membuat
sambal, adakalanya digunakan pula untuk campuran pada masakan lain.
Kandungan padatan (protein, garam, Ca dan sebagainya) terasi udang sekitar 27-
30%, air 50-70% dan garam 15- 20%. Sedangkan terasi yang dibuat dari
kandungan protein 20- 45%, kadar air 35- 50%, garam 10-25% dan komponen
lemak dalam jumlah yang kecil sedangkan kandungan vitamin B12 cukup
tinggi.
Mikroba yang ditemukan pada produk akhir fermentasi dengan penambahan
garam pada ikan terutama dari jenis Micrococci dan penurunan pada jumlah
mikroba Flavobacterium, Achromobacter, Pseudomonas, Bacillus dan Sarcina
yang semula banyak terdapat pada ikan. Mikroba yang dapat diisolasi dari
terasiantara lain bakteri Micrococcus, Aerococcus, Corynebacterium,
Flavobacterium, Cytophaga,Bacillus, Halobacterium dan Acinetobacter.
E. Tauco
Tauco merupakan bahan makanan yang berbentuk pasta, berwarna
kekuningan sampai coklat dan mempunyai rasa spesifik, dibuat dari campuran
kedelai dan tepung beras ketan. Dalam 100 gram tauco terdapat kandungan
nutrien seperti protein sebesar 12%, lipid sebesar 4,1%, karbohidrat sebesar
10,7%, serat sebesar 3,8%, kalsium sebesar 1,22 mg, zat besi sebesar 5,1 mg dan
seng sebesar 3,12 mg Pembuatan tauco, dilakukan melalui dua tahap fermentasi,
yaitu fermentasi kedelai yang dilakukan oleh kapang (mold fermentation) dan
fermentasi yang dilakukan oleh khamir dan bakteri dalam larutan garam (brine
fermentation) (Rahayu, 1989).
Proses fermentasi pada tauco melalui dua tahapan, yang pertama tahap
proses pembuatan tempe. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: penghilangan
kotoran, sortasi, penghilangan kulit, perendaman atau prefermentasi, perebusan,
penirisan, pengemasan, inkubasi atau fermentasi di ruangan terbuka (Hidayat,
2006; Heid dan Joslyn, 1967). Selama proses fermentasi berlansung terjadi
perubahan sifat fisiko- kimia pada tempe. Pada perubahan fisik, kedelai akan
mengalami perubahan terutama tekstur. Tekstur kedelai akan menjadi semakin
lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Hifa kapang juga mampu menembus permukaan kedelai sehingga dapat
menggunakan nutrisi yang ada pada biji kedelai. Hifa kapang akan
mengeluarkan berbagai macam enzim ekstraseluler dan menggunakan
komponen biji kedelai sebagai sumber nutrisinya (Hidayat, Masdiana dan
Suhartini, 2006).
Perubahan fisik lainnya adalah peningkatan jumlah hifa kapang yang
menyelubungi kedelai. Hifa ini berwarna putih dan semakin lama semakin
kompak sehingga mengikat kedelai yang satu dengan kedelai lainnya menjadi
satu kesatuan. Pada tempe yang baik akan tampak hifa yang rapat dan kompak
serta mengeluarkan aroma yang enak .
Perubahan kimia pada tempe karena adanya bantuan protein yang
menghasilkan enzim proteolitik yang menyebabkan degradasi protein kedelai
menjadi asam amino, sehingga nitrogen terlarut meningkat dari 0,5 menjadi
2,5% . Adanya lemak menyebabkan kapang akan menguraikan sebagain besar
lemak dalam kedelai selama fermentasi. Pembebasan asam lemak ditandai
dengan meningkatnya angka asam 50-70 kali setelah fermentasi. Adanya
karbohidrat akan didegradasi oleh kapang Rhizopus oligosporus yang
memproduksi enzim pendegradasi karbohidrat seperti amilase, selulase atau
xylanase. Selama fermentasi, karbohidrat akan berkurang karena dirombak
menjadi gula-gula sederhana
2.5 Kurva Pertumbuhan Mikroba
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jumlah mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam
cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang ditentukan.
Ada dua cara penghitungan jumlah mikroba yaitu
a) Penghitungan jumlah mikroba secara langsung (direct method)
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik
yang mati maupun yang hidup. Penghitungan secara langsung dilakukan di bawah
mikroskop atau dengan partikel elektronik. Perhitungan secara langsung juga dapat
dilakukan menggunakan counting chamber, menggunakan cara pengecatan dan
menggunakan filter membran.
b) Penghitungan jumlah mikroba secara tidak langsung (indirect method)
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik
yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang
hidup saja tergantung cara yang digunakan. Pada penghitungan tidak langsung, sel
mikroba dalam sampel dikonsentrasikan dan di tanam pada media yang sesuai
pembentukan koloni dalam medium agar digunakan untuk memperkirakan jumlah
mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel. Perhitungan jumlah mikroba secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sentrifuge, berdasarkan
kekeruhan, berdasarkan berat kering, perhitungan elektronik, berdasarkan analisa
kimia, menggunakan pengenceran,menggunakan cara Most Probable Number
(MPN), metode cawan, dan berdasarkan jumlah koloni.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat dengan masih terdapat kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
tercapainya suatu kesempurnaan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4729/E.%20BAB
%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y
2. https://www.academia.edu/17546484/PERHITUNGAN_JUMLAH_BAKTERI_An
dree_Firmansyah
3. https://www.academia.edu/22382268/laporan_tetap_perhitungan_mikroba
4. https://id.scribd.com/doc/211447589/PERHITUNGAN-JUMLAH-SEL-MIKROBA
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Ria Tariza
Pertanyaan : Coba contohkan perhitungan mikroba dari perhitungan secara
langsung dan perhitungan secara tidak langsung ?
Jawab :
a. Perhitungan mikroba secara langsung yaitu cara perhitungan mikroba yang
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba yang dihitung secara keseluruhan,
baik yang mati atau yang hidup.
Berbagai cara perhitungan mikroba secara langsung menggunakan :
Menggunakan Kamar Hitung (Counting Chamber), Menggunakan Cara
Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik, Menggunakan Filter Membran.
b. Perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba
dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang
digunakan.
Berbagai cara perhitungan mikroba secara tidak langsung menggunakan :
Menggunakan Centrifuge, Berdasarkan kekeruhan (turbiditas/turbidimetri),
Menggunakan Perhitungan Elektronik (Elektronic Counter), Berdasarkan
Analisa Kimia, Berdasarkan Berat Kering, Menggunakan Cara Pengenceran
Menggunakan Cara Most Probable Number (MPN), Menghitung Dengan
Metode Cawan, Berdasarkan Jumlah Koloni.

2. Jumriati Nursiati
Pertanyaan : Dalam perhitungan secara langsung ada 3 cara salah satunya
menggunakan kamar hitung, dalam penjelasan kamar hitung bahwa bisa
menggunakan cara hemositometer, peterof hauser, dan bacteria counter, pertanyaan
saya sebutkan alat lainnya dalam perhitungan mikroba selain 3 alat tersebut
(hemositometer, peterof hauser, dan bacteria counter) ?
Jawab :
Prinsip kerja menggunakan kamar hitung atau Counting Chamber yaitu dasar
perhitungannya dengan menempatkan satu tetes suspense bahan atau biakan
mikroba pada alat hemositometer kemudian ditutup dengan gelas penutup kemudian
diamati dengan mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar kecilnya
mikroba.
Alat yang digunakan pada metode kamar hitung atau Counting Chamber yaitu
Hemositometer, mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes.

3. Dhia Lailatul Faizah


Pertanyaan : Mengapa pada metode centrifuge bakteri harus dipusingkan terlebih
dahulu?
Jawab :
Centrifuge digunakan untuk mengendapkan atau memekatkan sel mikroorganisme
sehingga dapat dipisahkan antara medium dan sel nya yang mengendap.Centrifuge
modern umumnya dapat mencapai daya sentrifugasi 3000 gram yang merupakan
kekuatan yang cukup untuk mendepositkan bakteri dalam waktu yang singkat.
Maksud dari dipusingkan yaitu biakan cair mikroba digoncangkan didalam
centrifuge dengan kecepatan tertentu dan dala jangka waktu tertentu dan kemudian
didiamkan sekitar 10 – 15 menit agar dapat dipisahkan antara medium dan sel nya
yang mengendap.

4. Padma Widyaningrum
Pertanyaan : Dari ketiga cara perhitungan secara langsung manakah yang paling
akurat untuk menghitung mikroba? Jelaskan.
Jawab :
Terapat 3 metode dalam perhitungan secara langsung yaitu menggunakan Kamar
Hitung (Counting Chamber), menggunakan Cara Pengecatan dan Pengamatan
Mikroskopik, Menggunakan Filter Membran.
Berdasarkan 3 metode tersebut yang paling akurat untuk menghitung mikroba
adalah dengan menggunakan kamar hitung (chamber count), karena setiap sel dalam
suspensi contoh dengan volume yang sangat sedikit dan telah diukur secara teliti,
diukur dengan menggunakan slide khusus yaitu kotak penghitung (counting
chamber). Volume cairan yang terdapat pada tiap kotak kecil pada kotak hitung
dapat diketahui secara pasti sehingga jumlah sel dalam tiap kotak dapat terlihat dan
dihitung, jadi jumlah sel/ml larutan sel dapat diketahui.

5. Sofi Octavia Dewi


Pertanyaan : Jelaskan tentang alat hemositometer dan peteroff hauser bacteria
counter

Jawab :

 Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang


hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu
kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu
kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini
adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang
hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.
 peteroff hauser bacteria counter adalah alat yang digunakan untuk
menghitung bakteri

6. Yorly Alvita
Pertanyaan : Pada perhitungan mikroba secara tidak langsung ada yang
berdasarkan analisa kimia. Tolong jelaskan kembali bagaimana cara menghitung
mikroba berdasarkan Analisa kimia dan berikan contohnya.
Jawab :

7. Novia Lailatul Lasari


Pertanyaan : Mengapa penempatan cawan durham harus dalam posisi terbalik dan
apa kelebihan serta kekurangan metode ini?
Jawab :
• Karena pada tabung reaksi terdapat tabung durham yang berfungsi untuk
menunjukan adanya gas yang dibentuk oleh bakteri / mikroorganisme. Dan
posisinya dibalik itu agar bisa mengetahui dan adanya gas tersebut serta agar gas di
dalam tabung durham tidak menguap.
• Kelebihan: mampu menghitung koloni dalam jumlah dan tidak menghitung
terlalu banyak karena jumlah bakterinya sudah ada pada tabel jadi untuk
pendataannya lebih mudah.
• Kekurangan: hasilnya tidak pasti / tidak kuantitaif serta alat yang digunakan
begitu banyak jadi terkesan ribet prosedurnya pun tergolong rumit jadi di pabrik
pabrik metode ini kebanyakan sudah tidak dipakai lagi.

8. Ahmad Basith Taqiyudin


Pertanyaan : Bagaimana cara menghitung koloni?
Jawab :
Perhitungan bakteri secara langsung
1. Menggunakan Filter Membran
2. Menggunakan Cara Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
3. Menggunakan kamar hitung
Perhitungan bakteri secara tidak langsung
1. Menggunakan Centrifuge
2. Berdasarkan kekeruhan (turbiditas/turbidimetri)
3. Menggunakan Perhitungan Elektronik (Elektronic Counter)
4. Berdasarkan Analisa Kimia
5. Berdasarkan Berat Kering
6. Menggunakan Cara Pengenceran
7. Menggunakan Cara Most Probable Number (MPN)
8. Menghitung Dengan Metode Cawan
9. Berdasarkan Jumlah Koloni

9. Fransiska Dian Nurfala


Pertanyaan : Sebutkan kelebihan dan kekurangan perhitungan mikroba secara
tidak langsung menggunakan perhitungan elektronik !
Jawab :
Kelebihan dari perhitungan mikroba dengan metode perhitungan elektronik
(Electronik Counter) adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan akurat, serta
dapat menghitung sel dengan jumlah besar. Sedangkan kekurangannya adalah tidak
dapat menghitung bakteri yang disebabkan adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati

10. Rosita Amanda Dewi


Pertanyaan : Jumlah tabung positif dalam metode MPN itu bergantung pada apa?
Jawab :
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu
sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai. Semakin besar
jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan)
maka semakin sering tabung positif yang muncul. Dan semakin kecil jumlah sampel
yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin
jarang tabung positif yang muncul. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat
bergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh oleh pipet yang
memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu, homogenisasi sangat
mempengaruhi metode ini

11. Tegar Rochmad Oddy Pramanto


Pertanyaan : Dari perhitungan mikroba secara tidak langsung, metode apa yang
sering digunakan dan apa kelebihan metode tesebut dari metode perhitungan
mikroba secara tidak langsung lainnya?
Jawab :
Metode yang sering digunakan yaitu metode cawan, hal ini dikarenakan metode
cawan tidak memerlukan biaya mahal dan praktis. Kelebihan dari metode cawan
dibanding metode lain yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah mikroba jika terlalu
banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran.

12. Ananda Suci Wulandari


Pertanyaan : Apa itu larutan buffer fosfat/larutan ringer? Apa saja yang
terkandung di dalam larutan itu?
Jawab :
 Larutan buffer fosfat adalah larutan buffer netral dengan kisaran pH 7.
Larutan buffer fosfat mengandung monosodium fosfat (NaH2PO4) dan basa
konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4).
 Larutan ringger adalah larutan dari beberapa garam yang dilarutkan dalam
air dengan tujuan menciptakan larutan isotonik. Larutan ringer biasanya
mengandung natrium klorida , kalium klorida , kalsium klorida, dan natrium
bikarbonat , yang terakhir digunakan untuk menyeimbangkan pH .
Penambahan lainnya dapat mencakup sumber bahan bakar kimiawi untuk
sel, termasuk ATP dan dekstrosa , serta antibiotik dan antijamur

13. Nur Laili Yunifa


Pertanyaan : Apakah cara menghitung jumlah bakteri berdasarkan berat kering
hanya digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang?
Jawab :
Iya, perhitungan mikroba berdasarkan berat kering hanya dapat digunakan pada
penentuan jumlah benang (miselium) jamur karena metode ini hanya dapat
digunakan pada organisme eukariot. Jamur merupakan organisme eukariotik karena
sel jamur sudah mempunyai membran inti sedangkan bakteri merupakan organisme
prokariotik karena sel bakteri tidak mempunyai membran inti.

14. Nadia Rahma Putri


Pertanyaan : Sebutkan masing – masing contoh mikroba di setiap perhitungan
baik langsung maupun tidak langsung !
Jawab :
a. Perhitungan secara langsung :
- Kamar hitung (counting chamber)
Contoh : Aspergillus Niger
- Pengecatan dan pengamatan mikroskopik
Contoh : Clostridium Perfringens
- Filter membran
Contoh : Fecal Streptococcus
b. Perhitungan secara tidak langsung :
- Centrifuge
Contoh : Mycobacterium Tuberculosis
- Turbiditas / turbidimetri
Contoh : Streptococcus Mutans
- Perhitungan elektronik (electrpnic counter)
Contoh : Lactobacillus Bulgaricus
- Analisa kimia
Contoh : Staphylococcus sp.
- Berat kering
Contoh : Pleurotus sp.
- Pengenceran
Contoh : Chrysonilia sitophila
- Most Probable Number (MPN)
Contoh : Enterobacter aerogenes
- Metode cawan
Contoh : Spodoptera litura
- Jumlah koloni
Contoh : S. tuberosum L.
15. Muhammad Shodiq Raharja
Pertanyaan : Jelaskan maksud dari berat kering!
Jawab :
Bobot suatu bahan setelah bahan tersebut dikeringkan terus lalu akan di periksa di
alat mikrobae.

16. Mohammad Farhan Fiko


Pertanyaan : Bagaimanakah rumus perhitungan mikroba?
Jawab :
Dalam perhitungan mikroba secara tidak langsung yaitu berdasarkan jumlah koloni,
menggunakan rumus untuk pengencerannya. Misalnya jika pengenceran yg dipakai
103 dan koloni yang didapat 45 koloni bakteri, maka bakteri tiap cc adalah
45 koloni bakteri x 103 = 45.000 bakteri.

17. Fidela Ghani Prasetyo


Pertanyaan : Dalam teknik perhitungan tak langsung adakah metode yang lebih
akurat dalam perhitungan mikroba ?
Jawab :
Metode perhitungan mikroba secara tidak langsung yang paling akurat adalah
metode cawan karena perhitungan hanya kepada mikroba yang
masih hidup sehingga hasilnya lebih akurat

18. Humairoh Nabila


Pertanyaan : Untuk perhitungan secara tidak langsung, berdasarkan berat kering
apakah ada contoh lain selain jamur benang?
Jawab :
Selain jamur benar metode berat kering bisa digunakan untuk Pleurotus sp

Anda mungkin juga menyukai