Dalam kajian ushul fiqh, seperti yang telah dibahas oleh para usshuliyyun. Bahwa urf
dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek kajian pertama, urf dilihat dari aspek bentuk
materialnya, kedua urf dilihat dari aspek cakupannya. Ketiga, urf dilihat dari aspek
keabsahannya sebagai dalil untuk dijadikan sandaran hukum islam
Ditinjau dari segi materialnya. Urf diklasifikasikan menjadi dua macam : pertama, urf
qauli, yaitu kebiasaan masyarakat yang menggunakan kebiasaan tertentu untuk
mengungkapkan sesuatu sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami masyarakat.
Kedua, urf amali adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau
muamalah keperdataan.
Dilihat dari aspek cangkupannya, urf dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian : urf
amm (kebiasaan yang bersifat umum) dan urf khas (kebiasaan yang bersifat khusus). Adapun
yang dimaksud urf amm adalah kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas diseluruh
masyarakat dan si seluruh daerah. Sementara urf khas adalah kebiasaan yang berlaku di
kalangan pedagang apabila terdapat cacat tertentu pada barang yang dijual, maka
konsumen dapat mengembalikannya.
Para fukaha dalam mazhab fiqih, pada dasarnya bersepakat untuk menjadikan urf secara
umum selama tidak bertentangan dengan syariat islam sebagai dalil hukum islam (hujjah
syar’iyyah). Perbedaan pendapat diantara mereka terjadi mengenai limitasi atau batasan
dua lingkup aplikasi dari urf itu sendiri
Dengan demikian, secara umum ‘urf dapat dijadikan sebagai dalil dalam penetapan
hukum islam.
Dalam transaksi ekonomi syariah, uf atau kebiasaan dapat dijadikan sebgai salah satu
pertimbangan dalam menetapkan hukum dalam transaksi ekonomi dan keuangan yang
berbasis syariah.