Anda di halaman 1dari 2

A.

DEFINISI URF DAN DASAR HUKUMNYA


Dalam kajian ushul fiqih, adat dan urf digunakan untuk menjelaskan tentang
kebiasaan yang berkembang dimasyarakat. Kata urf secara etimologi yaitu sesuatu yang
dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Sementara adat adalah sesuatu perbuatan
yang dikerjakan secara berulang tanpa hubungan rasional. Dalam konteks ini, adat dan urf
adalah yang telah biasa berlaku, diterima dan dianggap baik oleh masyarakat.
Secara terminologi, urf di definisikan sebagai kebiasaan mayoritas umat, baik dalan
perkataan maupun perbuatan. Menurut abdul karim zaidah, istilah urf berarti sesuatu yang
telah dikenali oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan dikalangan mereka, baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun pantangan – pantangan dan juga bisa disebut dengan adat.
Menurut istilah ahli syara’, tidak ada perbedaan antara ‘urf dan adat (adat kebiasaan).
Namun dalam pemahaman biasa diartikan bahawa pengertian adat lebih umum di banding
dengan urf.
Dengan demikian suatu kebiasaan dapat dikatakan sebagai urf jika memnuhi hal hal
tersebut : pertama, kebiasaan itu harus disukai banyak orang. Kedua, kebiasaan harus
dilakukan secara berulang ulang. Ketiga, kebiasan itu harus populer dan dikenal oleh banyak
komunitas.
B. KLARFIKASI URF DALAM BERBAGAI ASPEKNYA

Dalam kajian ushul fiqh, seperti yang telah dibahas oleh para usshuliyyun. Bahwa urf
dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek kajian pertama, urf dilihat dari aspek bentuk
materialnya, kedua urf dilihat dari aspek cakupannya. Ketiga, urf dilihat dari aspek
keabsahannya sebagai dalil untuk dijadikan sandaran hukum islam

Ditinjau dari segi materialnya. Urf diklasifikasikan menjadi dua macam : pertama, urf
qauli, yaitu kebiasaan masyarakat yang menggunakan kebiasaan tertentu untuk
mengungkapkan sesuatu sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami masyarakat.
Kedua, urf amali adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan biasa atau
muamalah keperdataan.

Dilihat dari aspek cangkupannya, urf dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian : urf
amm (kebiasaan yang bersifat umum) dan urf khas (kebiasaan yang bersifat khusus). Adapun
yang dimaksud urf amm adalah kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas diseluruh
masyarakat dan si seluruh daerah. Sementara urf khas adalah kebiasaan yang berlaku di
kalangan pedagang apabila terdapat cacat tertentu pada barang yang dijual, maka
konsumen dapat mengembalikannya.

C. KAIDAH TENTANG URF DAN KONTRADIKSINYA DENGAN DALIL

Suatu urf yang berlaku di tengah tengah masyarakat adakalanya bertentangan


dengan nash dan dalil hukum islam lainnya. Dalam konteks ini, para ushuliyyun memberikan
perincian dalam merumuskan pertentangan dalil urf dan dalil hukum lainnya sebagai
berikut.

Pertama, pertenangan kebiasaan(‘urf) dengan nash yang bersifat khusu dan


terperinci. Kedua, pertentangan kebiasaan dengan nash yang bersifat umum. Ketiga,
pertentangan antara urf dan nash yang mana nash tersebut datang terlebih dahulu
ketimbang tradisi (‘urf) yang berkembang di masyarakat itu sendiri.
D. KEDUDUKAN URF DALAM PANDANGAN FUKAHA

Para fukaha dalam mazhab fiqih, pada dasarnya bersepakat untuk menjadikan urf secara
umum selama tidak bertentangan dengan syariat islam sebagai dalil hukum islam (hujjah
syar’iyyah). Perbedaan pendapat diantara mereka terjadi mengenai limitasi atau batasan
dua lingkup aplikasi dari urf itu sendiri

Dengan demikian, secara umum ‘urf dapat dijadikan sebagai dalil dalam penetapan
hukum islam.

E. APLIKASI URF DALAM EKONOMI DAN KEUNGAN

Dalam transaksi ekonomi syariah, uf atau kebiasaan dapat dijadikan sebgai salah satu
pertimbangan dalam menetapkan hukum dalam transaksi ekonomi dan keuangan yang
berbasis syariah.

Anda mungkin juga menyukai