Fromm (Feist,Feist,Roberts, 2017) mengemukakan bahwa Individu yang berkepribadian sehat dapat bekerja, mencintai, dan berpikir produktif, maka yang mengalami gangguan kepribadian ditandai oleh tiga bagian masalah, khususnya kegagalan untuk menghasilkan cinta dan kasih sayang. Fromm (1981) menyatakan bahwa individu-individu yang memiliki kepribadian secara psikologis terganggu tidak akan mampu mencintai serta untuk membentuk kesatuan dengan orang lain telah gagal. Fromm membahas gangguan kepribadian yang berat, yaitu : 1. Nekrofilia Nekrofilia istilah yang artinya cinta akan kematian. Pada gangguan tersebut mengacu pola kelainan penyimpanan seksual di mana keinginan individu untuk kontak sesuksual dengan mayat. Akan tetapi, Fromm (1964, 1973) menggunakan nekrofilia dalam pengertian yang lebih umum untuk menenujukkan tertarik akan kematian. Nekrofilia merupakan penyesuaian karakter alternatif bagi biophilia. Secara alami, individu akan mencintai kehidupan, akan tetapi suatu keadaan sosial menghambat biofilia tersebut memungkin untuk mengadopsi orientasi nekrofilia. Kepribadian nekrofilia akan membenci kemanusiaan. Indvidu tersebut rasis, penghasut perang, preman, menyukai pertumpahan darah, kehancuran, teror, dan penyiksa. Kesenangan akan diperoleh dengan menghancurkan kehidupan. Pendukung hukum dan keteraturan; menyenangkan jika membicarakan tentang penyakit, kematian, serta penguburan. Kotoran, pembusukan, mayat, dan feses merupakan hal yang akan membuat individu tersebut terpesona. Individu tersebut lebih memilih malam serta suka mengerjakan sesuatu hal dalam kegelapan di bawah bayangan dibandingkan siang hari. Individu nekrofilia tidak sekedar bertingkah laku destruktif. Tingkah laku destruktif merupakan cerminan karakter dasar. Keseluruhan tingkah hidup individu dengan nekrofilia merupakan seputar kematian, kahancuran, penyakit, serta pembusukan walaupun semua individu bertingkah laku agresif dan destruktif sewaktu-waktu. 2. Narsisme Berat Narsisme berat sama seperti semua individu menampilkan beberapa perilaku nekrofilia, begitu juga semua individu memiliki beberapa kecenderungan narsistik. Indvidu yang sehat akan menunjukkan bentuk narsisme yang baik, seperti ketertarikan akan tubuh sendiri. Akan tetapi, bentuk buruknya, narsisme menghalangi persepsi kenyataan, sehingga sesuatu yang dimiliki individu narsistik dinilai tinggi dan milik individu lain akan tidak bernilai. Keterpakuan pada tubuh sering menyebabkan hipokondriasis atau kesehatan diri sendiri akan perhatian obsesif. Fromm (1964) membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan akan rasa bersalah yang terjadi sebelum pelanggaran. Individu yang terobsesi akan diri sendiri cenderung meginternalisasi pengalaman individu dan merenungkan kesehatan fisik serta kebaikan moral. 3. Simbiosis Inses Simbiosis inses merupakan ketergantungan ekstreem akan ibu atau pengganti ibu. Simbiosis inses merupakan bentuk berlebihan dari obsesi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Pria yang terobsesi terhadap ibu membutuhkan wanita yang peduli, memanjakan, dan mengagumi. Individu merasa cemas dan tertekan ketika kebetuhan tersebut tidak terpenuhi. Kondisi tersebut secara umum normal dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Simbiosis inses tersebut akan membuat individu tidak akan terpisahkan dengan ibunya atau pengasuh. Keprbadian individu tersebut bercampur dengan orang lain seperti pengasuh yang menjaganya, sehingga jati diri mereka akan hilang. Simbiosis inses akan bermula ketika masa bayi sebagai ketertarikan alami dengan ibu. Ketertarikan tersebut akan lebih fundamental serta krusial dibandingkan kertetarikan lainnya seperti seksual dalam perkembangan Oedipal. Individu-individu yang hidup dengan hubungan simbiosis inses merasa sangat cemas dan takut ketika hubungan tersebut terancam. Individu tersebut yakin akan tidak dapat hidup tanpa pengganti ibu. Orientasi inses akan mengubah kekuatan bernalar, menghancurkan kapasitas untuk cinta autentik, dan mencegah manusia mencapai kemandirian. Daftar Pustaka Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2017). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.