Anda di halaman 1dari 17

EKSTRAKSI SOKHLET

I. Pendahuluan

A. Latar belakang

Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu.

Makin tinggi suhu yang digunakan, makin tinggi ekstrak yang

diperoleh. Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan berbagai

tingkat suhu belum tentu memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap sifat antibakterinya Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada

suhu yang berbeda perlu dilakukan.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi

komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini

merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut

kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami

perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika

bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.

Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut

dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut

karena efektivitasnya.
B. Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan :

a. Dapat merangkai alat untuk sistem ekstraksi padat cair dan dapat

memahami prinsip kerja dari pemisahan untuk sistem padat cair.

b. Dapat memisahkan dan menentukan kadar lemak dan minyak yang

terkandung dalam buah kelapa parut.

C. Prinsip Percobaan

Mekanisme kerja praktikum ini berdasarkan prinsip like

dissolved like, senyawa lemak yang terkandung dalam minyak kelapa

bersifat non-polar akan larut dalam pelarut yang bersifat non polar juga

seperti, n heksana.

II. Teori

Tanaman kelapa telah sejak ratusan tahun di kenal di seluruh

kepulauan Nusantara. Kelapa merupakan salah satu penghasil bahan

makanan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari kenyataan bahwa 75% dari minyak nabati dan 8% dari

konsumsi protein bersumber dari kelapa. Selain itu tanaman kelapa

merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat

dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan menghasilkan keuntungan.

Oleh karena itu kelapa mempunyai arti yang sangat penting bagi

kehidupan dan perekonomian di Indonesia. Luas areal pertanaman kelapa


di Indonesia pada tahun 1982 sebagai berikut: pertanaman milik rakyat

seluas 2.846.610 ha, milik swasta 57.401 ha dan negara 17.610 hal. Dari

data ini terlihat hampir seluruh pertanaman kelapa adalah tanaman milik

rakyat/petani yang posisi ekonominya relatif rendah. Kelapa hasil

pertanaman rakyat sering mengalami fluktuasi baik jumlah maupun

harganya. Pada saat kelapa melimpah, harganya akan mengalami

penurunan sampai rendah sekali. Dalam kondisi seperti ini rakyatlah yang

mengalami kerugian, sehingga perlu pemanfaatan yang optimal dari buah

kelapa agar dapat meningkatkan nilai jual dari buah kelapa. Di samping itu

upaya tersebut harus dapat menjamin daya simpan maupun kegunaannya,

antara lain adalah diawetkan menjadi kelapa parut kering (Witono, 2008).

Menurut Khopkar, beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem

ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang

diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Ada sistim ekstraksi

yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung

melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke

fasa organic. Pelarut organik sebagian besar mempunyai berat jenis dan

kekentalan tinggi, maka menyebabkan sukarnya proses pemindahan solut

dari fasa air ke fasa organik. Untuk mempermudah proses tersebut

kekentalan fasa organik harus diturunkan dengan cara menambahkan

pengencer organik. Salah satu pengencer organik yang sering digunakan

adalah kerosin (Purwani, 2008).


Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu.

Makin tinggi suhu yang digunakan, makin tinggi ekstrak yang diperoleh.

Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan berbagai tingkat suhu

belum tentu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sifat

antibakterinya Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada suhu yang berbeda

perlu dilakukan (Pambayun, 2007).

Ekstraksi padat cair (leaching) merupakan salah satu unit operasi

pemisahan tertua yang digunakan untuk memperoleh komponen zat

terlarut dari campurannya dalam padatan dengan cara mengontakkannya

dengan pelarut yang sesuai. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan

mengaduk suspensi padatan di dalam tangki atau dengan menyusun

padatan tersebut dalam suatu unggun tetap (fixed bed), kemudian cairan

pelarut mengalir di antara butiran padatan, cara ini cara ini disebut cara

perkolasi. Penelitian ini bertujuan mengembangkan teori perkolasi ke

dalam proses ekstraksi padat cair yang dilakukan dalam unggun tetap.

Tujuan penelitian dicapai melalui penurunan model matematika yang

disusun berdasarkan teori perkolasi serta percobaan ekstraksi biji jarak

menggunakan pelarut n-heksan di dalam kolom unggun tetap untuk

menguji model tersebut. Persamaan model memberikan kurva sejarah

konsentrasi (kurve breakthrough) yang menggambarkan konsentrasi zat

terlarut dalam cairan keluar kolom terhadap waktu ekstraksi dalam

besaran-besaran tak berdimensi. Besaran-besaran yang divariasikan adalah


laju alir pelarut dan tinggi unggun.Model yang paling mendekati hasil

percobaan ternyata adalah model difusi film dimana sebagai pengendali

proses ekstraksi adalah model difusi film dimana sebagai pengendali

proses ekstraksi adalah tahanan difusi film. Meski demikian masih

diperlukan koreksi terhadap hasil model ini. Parameter-parameter yang

berpengaruh terhadap unjuk kerja ekstraksi padat cair di dalam kolom

unggun tetap adalah jumlah tahap, jumlah unit transfer massa difusi

film,dan parameter kapasitas. Semakin tinggi laju alir pelarut, maka

koefisien transfer massanya semakin besar sehingga penurunan konsentrasi

zat terlarut dalam cairan keluar kolom terjadi lebih cepat, yang berarti

kemiringan kurva breaktroughnya juga makin besar (Budiani, 2001).

Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra

(daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya.

Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai

30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%.

Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa

trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya

merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum

dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak

seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam

lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi

sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan


(Ketaren, 1986). Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri

yang sangat ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian

trigliseridanya . Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C


8

– C ), khususnya asam laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak


14

rantai sedang ini (medium chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak

kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh terhadap beberapa

senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang

didayagunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (VCO, virgin

coconut oil) (Anonim, 2006).

n-Heksan adalah senyawa yang berbentuk cairan dan mudah

menguap, uapnya mudah terbakar dan menyebabkan kemandulan. Dapat

berakibat fatal bila tertelan dan memasuki saluran pernafasan. Bila kontak

langsung dengan kulit dapat merusak kulit tersebut. Beracun bagi mahluk

dalam air dengan dampak jangka panjang. Tetapi ada tindakan pertolongan

pertama pada kecelakaan yaitu bila kontak langsung pada kulit cuci

dengan air banyak, setelah kontak langsung pada mata bilas dengan air

yang banyak dengan kelopak mata terbuka, bila tertelan hati-hati bahaya

penghirupan jaga saluran pernafasan tetap terbuka, sesudah itu berikan

arang aktif 20 – 40 gram dalam 10% slurry. Jangan berikan minum susu

atau minuman keras (Anonim, 2011).


III. Metode Praktikum

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

 Seperangkat alat sokhlet 1 set

 Elektromantel 1 buah

 Kertas saring 3 buah

 Statif dann klem 1 buah

 Benang secukupnya

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

 n-heksana

 kelapa parut
B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Kelapa parut
- Ditimbang 50 gram

50 gram parutan kelapa


- Dibungkus dengan kertas saring
- Diikat dengan benang agar tidak
terlepas
- Dimasukkan dalam alat soxhlet
- Dirangkai dalam rangkaian alat
sokhlet.
- Diekstraski dengan menggunakan
pelarut n-heksan
- Proses ekstraksi dilakukan
selama 2 jam atau ± 12 kali
sirkulasi

Minyak kelapa dan pelarutnya


- dipisahkan

Minyak kelapa n-Heksan

- Ditimbang
- Dihitung kadar minyak

% E = 10,6 %
IV. Hasil Pengamatan

A. Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Kelapa parut ditimbang 50 gram
3. Berat labu alas bulat 101,4 gram
4. Dimasukan n-heksan 2/3 volume labu
mengenai sampel.
5 Dipanaskan Timbul gelembung pada n-
6. Diekstraksi selama 20 kali heksan
ekstraksi Minyak dalam n-heksan
7. Ditimbang minyak dalam
labu 106,7 gram dan minyaknya
berwarna kuning
Rangkaian alat Ekstraksi Padat-Cair:

B G

C
D

Keterangan :

A. = Tabung refluks

B. = Tabung sokhlet yang berisi sampel (kelapa parut)

C. = Labu alas bulat

D. = Elektromantel

E. = Selang Air keluar

F. = Selang Air masuk

G. = sumber listrik
Gambar Buah Kelapa Tua

B. Perhitungan
Dik : Berat labu alas bulat + bulat = 106,7 gram
Berat labu alas bulat = 101,4 gram
Berat minyak = 106,7 gram – 101,4 gram = 5,3
gram
Brat sampel = 50 gram
berat senyawaterekstraksi
%E = × 100 %
jumlah bahan yang terekstraksi
5,3 gram
= × 100 %
50 gram

= 10,6 %
C. Pembahasan

Pada percobaan kali ini kami akan melakukan percobaan tentang

ekstraksi sokhlet. Ekstraksi sokhlet ini digunakan untuk mengekstraksi

senyawa yang terlarut dalam bahan padatan dengan menggunakan

pelarut yang dapat melarutkan senyawa yang akan ditentukan. Jika suatu

komponen dari campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam

pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut.

Tujuan dari ekstraksi sokhlet ini adalah untuk memahami prinsip kerja

dari pemisahan untuk sistim padat cair dan memisahkan kadar lemak

dan minyak yang terkandung dalam kelapa. Perlakuan pertama yaitu

menimbang kelapa yang telahh dilarut sebanyak ± 50 gram. Kemudian

memasukkan bahan yang akan diekstraksi kedalam filter dalam hal ini

yaitu kelapa kemudian dibungkus dengan kertas saring dan diiikat

dengan benang perlakuan ini bertujuan agar bahan yang akan diekstraksi

ini tidak terlepas atau terhambur . Selanjutnya untuk perlakuan yang lain

menimbang berat awal labu adapun beratnya yaitu 101,4 gram dan

mengisi labu pemanas dengan pelarut yaitu n-heksana kira-kira sebanyak

2/3 volume labu hal ini dilakukan agar minyak yang diperoleh dari

padatan kelapa parut lebih banyak. Selanjutnya memasukkan sampel

kedalam ruang sokhlet dan dilakukan ekstraksi selama 2 jam atau ± 12x

sirkulasi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya jika dilakukan

ekstraksi sebanyak 11 x sirkulasi atau dibawah 10 x sirkulasi maka hasil


ekstraksi yang didapat tidak akan sempurna, sebaliknya jika dilakukan

di atas 12 x sirkulasi, waktu yang dibutuhkan sangat lama lagi karena

untuk sirkulasi diatas 12 x hasilnya akan tetap sama dengan 12 x

sirkulasi. Setelah selesai ekstraksi sebanyak 12 x ekstraksi dilakukan

pemisahan antara pelarut dengan minyak. Sebenarnya untuk melakukan

pemisahan harus dilakukan destilasi tetapi karena destilasi

membutuhkan waktu yang lebih lama lagi maka dilakukan pemisahan

dengan cara penguapan, uap pelarut tidak lagi dibiarkan turun ke labu

alas bulat melainkan ditampung dalam wadah yang telah disediakan.

Dari percobaan diatas, dihasilkan rendemen 10.6 %. Menurut penelitian

berat kelapa parut dalam 1 buah kelapa sekitar 150 gram. Sehingga,

untuk percobaan ekstraksi kali ini sudah cukup bagus.


V. Kesimpulan

Adapun kesimpuan dari percobaan sokhlet ini adalah :

1. Rangkaian alat ekstraksi padat cair dapat dirangkai dengan

menyambungkan labu alas bulat dengan tabung sokhlet dan kemudian

tabung sokhlet dihubungkan denga refluks, lalu dipasang selang pada

refluks.

2. Prinsip percobaan dari praktikum ini adalah pemisahan berdasarkan

kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam

suatu campuran, berdasarkan prinsip like dissolved like, senyawa

polar larut dalam pelarut polar dan senyawa on polar larut dalam

pelarut non polar.

3. Kadar minyak dari kelapa parut 50 gram adalah 10,6 %.

1.
DAFTAR PUSTAKA

Andaka, Ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah


Dengan Pelarut n-Heksana. Jurnal Teknologi. 2(1). 80-88.

Candra, Wisnu Surya Adi dan Muhammad Syafei Sugiharto, 2009. Pengaruh
Jumlah Tray dan Perbandingan Solven pada Ekstraksi Minyak
Nyamplung. Universitas Diponegoro. Semarang.

Rudi, La, 2009. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.


UNHALU. Kendari.

Tabin, Amin. 2010. Klasifikasi Kelapa (Cocos nucifera L.).


http://amintabin.blogspot.com/2010/09/klasifikasi-kelapa-cocos
nucifera l.html. [15 Mei 2011].

Timotius, K.H., 2003. Komposisi Minyak Biji Mengkudu (Morinda Citrifolia


L.). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 15(3). 262 – 265.

Widioko, Septian Ardi dan Wawan Rustyawan, 2009. Proses Ekstraksi


Kontinyu Lawan Arah Dengan Simulasi Batch Tiga Tahap :
Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane
dan Iso Propil Alkohol. Universitas Diponegoro. Semarang.

Witono, Yuli. 2008. Kajian Teknologi Pembuatan Kelapa Parut Kering yang
Bermuttu dan Berdaya Simpan Tinggi. Laporan Hasil Penelitian
Universitas Jember. Jember
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK

PERCOBAAN III

EKSTRAKSI SOKHLET

OLEH

NAMA : RAHMAT
STAMBUK : A1C4 09 068
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KIMIA
KELOMPOK : V (ENAM)
ASISTEN : MUH. ILHAM S.Pd

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Anda mungkin juga menyukai