Q: Skoring covid yang standar menggunakan bakan skoring yang mana ya? A: Bila yang dimaksudkan standar adalah yang sudah berulang – ulang dilakukan validasi dan terbukti selalu dapat memberikan hasil yang baik di semua tempat, saya rasa belum ada yang dapat dikatakan standar, beberapa penelitian memberikan “skoring” untuk variable – variable yang ditemukan membantu memprediksi motalitas atau prognosis pasien, berdasarkan set data yang mereka miliki, tentunya setiap sistem ini perlu diperhatikan benar – benar karakteristik data dasar pasien yang digunakan, apakah dapat diaplikasikan pada karakteristik pasien yang kita jumpai. Penjelasan yang lebih lengkap di luar topik bahasan kita kali ini.
2. Perdana Aditya Rahman 01:33 PM
Q: Yth. dr. Simon: Apakah semua pasien COVID-19 perlu dievaluasi Troponin dan NT-pro-BNP? A: Ada peneliti yang menganjurkan untuk membantu triage dan prognosis pasien – pasien COVID, namun apakah algoritme yang diajukan tersebut benar – benar memberikan hasil luaran (outcome) klinis yang berbeda tentunya masih perlu diuji cobakan lebih lanjut.
3. Fatimah Agustiani 01:40 PM
Q: Pertanyaan ditujukan kepada dr simon: Pasa pasien covid dan riwayat pjk, setelah krs sampai berapa lama pemberian anticoagulan dan bagaimana dengan pemakaian cardioaspirin yang selama ini diminum A: Sekali lagi, pengalaman dan pengetahuan kita mengenai COVID masih terbatas, kita memiliki data pada pasien sebelum era COVID yang sempat dirawat karena penyakit non bedah (acute medical illness hospitalized patients) dapat memiliki risiko DVT yang lebih meningkat sampai 90 hari pasca perawatan. Beberapa faktor risiko juga diketahui meningkatkan risiko DVT ini seperti usia lanjut dan penyakit kronis seperti kanker. Bagaimana profil pada pasien COVID-19 belum dapat dikatakan secara pasti. Apabila diputuskan untuk dilakukan pemberian anticoagulant profilaksis, aspirin dapat dihentikan pada pasien PJK stabil (bukan dalam 1 tahun pertama serangan jantung akut, atau tindakan invasive pada pembuluh darah koroner)
4. Winarko Luminturahardjo 01:45 PM
Q: Pertanyaan utk dr Simon, pada pasien covid19 yang mendapatkan hidroksi klorokuin (HCQ) dan QT interval memanjang, apakah HCQ harus distop, berapa lama atau dapat diadjust dosisnya? A: Pemberian HCQ pada dosis yang dianjutkan dan lama waktu yang dianjurkan (5 hari) pada beberapa laporan dapat meningkatkan QT interval, namun kejadian TdP relative sangat jarang. Apabila ditemukan pemanjangan QT interval, koreksi penyebab yang dapat dikoreksi seperti elektrolit, dan sapih obat2an lain yang memperpanjang QT interval. Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan HCQ diserahkan kepada DPJP, apakah benefit dinilai lebih besar dibandingkan potensi harm.
5. Rizki Febriawan 01:49 PM
Q: Selamat siang dokter. ijin bertanya. bagaimanakah Cara membedakan miokarditis dan infark pada gambaran EKG dimasa pandemi ini? apakah pemberian steroid memberi manfaat pada case miokarditis? terima kasih A: Sulit untuk membedakan, dan Sebagian disebabkan karena laporan mengenai miokarditis COVID juga masih tersebar – sebar. Kombinasi dari gambaran klinis dan serial EKG, bila diperlukan echocardiografi mungkin dapat membantu, namun pada akhirnya lebih penting untuk melakukan stabilisasi hemodinamik daripada hanya sekedar mengetahui apakah ada tidaknya myocarditis. Hal ini juga karena kita pun belum memiliki terapi definitive yang akan “menyembuhkan” seandainya myocarditis COVID ditegakkan. Di lain pihak manajemen invasive untuk infark miokard pada pasien COVID memerlukan lab kateterisasi yang khusus dan tidak semua tempat dapat melakukan, sehingga pada akhirnya Kembali ke manajemen stabilisasi hemodinamik.
6. Indiyah Suryani 01:53 PM
Q: Pemeriksaan apa saja yang direkomendasikan untuk mengetahui gangguan cardiovaskuler untuk pasien covid, dan evaluasi pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah berapa lama? A: Belum ada rekomendasi spesifik karena COVID ini masih baru; untuk pasien pada umumnya yang memberikan gejala penurunan fungsi jantung, biasanya dianjurkan setidaknya untuk dilakukan evaluasi treadmill test (menilai kapasitas fungsional dan respons jantung terhadap stress fisik) dan echocardiografi. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dipertimbangkan pemeriksaan lebih lanjut.
7. Mochamad Fachrureza 01:54 PM
Q: Selamat siang. Izin bertanya kepada dr Simon, apakah perlu dilakukan screening kadar troponin pada pasien covid 19 dengan underlying riwayat penyakit kardiovaskular tanpa ada gejala angina? Bagaimana dengan terapi AF pada pasien covid apakah ada perbedaan dengan AF pada non covid? Terima kasih. A: Sama dengan jawaban sebelumnya, troponin mungkin dapat membantu dalam stratifikasi prognosis namun belum ada saran definitive perubahan terapi berdasarkan hasil troponin semata – mata. Dokter penanggung jawab yang perlu memastikan perlu tidaknya dilakukan suatu pemeriksaan bila tidak akan merubah diagnosis atau tatalaksana, atau algoritme mana yang digunakan. Khusus untuk AF, manajemen utama berupa pencegahan stroke dan mengurangi laju nadi (rate control) serupa pada pasien non covid (jangan karena COVID, kita lupa stroke prevention pada pasien AF), sebaliknya anticoagulant dapat diberikan lebih lama sesuai dengan CHADSVASC score (khusus pada AF yang tidak disertai kelainan Mitral stenosis atau protesa valve), dan pada semua AF yang mengalami kelainan mitral stenosis sedang - berat / katup protesa.
8. dr. Susy Erwinasari 01:54 PM
Q: To dr Simon. Efektivitas pemberian antiplatelet pada pasien covid 19 dengan myocard infark. Terimakasih A: Belum ada studi mendetil mengenai hal ini, namun kita tetap beranggapan bahwa terapi antiplatelet masih diperlukan pada pasien COVID dengan miocard infarct. Sebagai catatan, Pasien pasca miocard infarct meskipun tidak dilakukan manajemen invasive, tetap memerlukan dual antiplatelet selama 12 bulan, bila pasien karena COVID nya memerlukan anticoagulant, maka penggunaan anticoagulant + single antiplatelet sudah cukup memadai pada sebagian besar kasus. Pada beberapa kasus saja yang dapat dipertimbangkan triple therapy (anticoagulant + dual antiplatelet), keputusan mengenai hal ini akan mempertimbangkan profil manfaat dan risiko dari pencegahan thrombosis dan perdarahan pada setiap individu pasien. 9. Yosefin Ratnaningtyas 01:56 PM Q: Saya Yosi dari Purwokerto. Ingin bertanya kepada dr. Simon Salim, bagaimana penanganan pasien dengan nyeri dada dan EKG ST Elevasi + rontgen paru clear tadi di era Covid bila kita dapatkan di daerah yang tidak memiliki sumber daya cukup, apakah tetap diterapi sebagai ACS? A: Ada beberapa laporan kasus pasien dicurigai sindrom coroner akut, dan paru2 bersih, ternyata Ketika dilakukan pemeriksaan angiografi coroner didapatkan hasil yang bersih, dan follow up mendapatkan pasien ternyata mengalami cardiac involvement dari COVID dengan manifestasi paru yang sangat minimal. Penanganan tetap sebaiknya sesuai standar penanganan SKA, namun dengan protokol keamanan tenaga medis sesuai dengan menghadapi COVID. Saat ini menurut saya pribadi sebaiknya dalam menghadapi semua pasien, kita selalu menganggap pasien tersebut berpotensi menularkan COVID, sehingga APD yang digunakan jangan kendor hanya karena diagnose COVID tidak dinyatakan atas pasien tersebut.
10. Roynikko - 01:56 PM
Q: Saya dr. Roynikko, izin bertanya ke narasumber.. Apakah terdapat laporan kasus mengenai Covid dengan kejadian vaskulitis? A: Ada beberapa, meskipun sekali lagi pengetahuan kita mengenai hal ini masih terbatas, dan manifestasinya tidak sebanyak / seberat kelainan organ lain seperti paru dan jantung. Karena fokus utama dari penanganan COVID pada Sebagian besar centre adalah untuk meningkatkan survival, patofisiologi vasculitis pada COVID mungkin memerlukan waktu lagi untuk lebih established
11. Risna Sagitasari 01:57 PM
Q: Saya dr. risna, Samarinda ingin bertanya pads dr. Simon: kapan waktu yang optimal untuk pemberian obat golongan ARB, pagi atau malam? A: Pertanyaan ini di luar topik pembahasan kita kali ini. Tapi menurut saya, belum ada bukti yang cukup meyakinkan bahwa perbedaan waktu minum obat akan memberikan major outcome yang berbeda mengingat obat yang digunakan sekarang didesain untuk memberikan efek 24 jam. Mungkin ada beberapa laporan yang menunjukkan perbaikan proteinuria atau rasio tekanan darah malam dan pagi hari, namun saya pribadi belum yakin untuk menganjurkan timing tertentu Ketika mengkonsumsi obat yang didesain bekerja untuk 24 jam. Mungkin ke depan kita dapat memperoleh penelitian – penelitian lain yang lebih meyakinkan.
12. Nikko Darnindro 01:57 PM
Q: T inverter luas, apa bisa jadi penanda miokarditis? Apakah tropinin bisa diganti ck ckmb? A: EKG hendaknya menjadi alat bantu diagnosis dan bukan penentu diagnosis satu – satunya. Kecuali kelainan aritmia yang ditangkap pada EKG pada saat aritmia itu muncul, barulah EKG memiliki nilai diagnostic yang tinggi, pada kondisi lain seperti kelainan gelombang t, bisa terjadi pada berbagai kelainan, dan tidak bisa serta merta dihubungkan ke myocarditis. Troponin dan CK CKMB memiliki beberapa perbedaan sensitifitas dan spesifisitas organ jantung, dan berbeda dalam kondisi fungsi ginjal yang berbeda – beda pula.
13. DINAR YUDISTIRA FIRDAUS 01:58 PM
Q: Mohon ijin bertanya dok, merujuk dari casereport terkait myocarditis pada cov19 dgn klinis ACS, apakah perlu dilakukan konfirm cov19 pada semua pasien dengan klinis ACS? bagaimana manajemen tatalaksana dalam menunggu hasil konfirm cov19 tersebut dok? A: Manajemen ACS sebaiknya tidak tertunda bila memungkinkan pada kasus yang sedang menunggu konfirmasi COVID. Hal – hal seperti stabilisasi hemodinamik, pemberian antiplatelet tentunya sudah dapat dikerjakan sambil menunggu hasil. Kebijakan untuk melakukan skrining COVID diserahkan kepada fasilitas kesehatan masing- masing, namun saya pribadi menganjurkan apapun hasilnya dari skrining (misal rapid test COVID dan CT scan paru memberikan hasil negative covid), perlakukan semua pasien sebagai potensial menularkan COVID, sehingga APD tidak diturunkan hanya karena diagnose COVID tidak tegak.
14. Margiastoeti Margiastoeti 02:00 PM
Q: ke dr. simon: Bagaimana menjaga karyawan yang sudah pasang ring agar tidak terpapar c19, dan apakah bisa bekerja shift (2 hari pagi, 2 hari siang, 2 hari malam dan 2 hari off). Terimakasih (dr. margiastoeti, IHC Mulia Industrindo) A: Pertanyaan ini di luar topik yang kita bahas. Tidak terpapar covid dilakukan dengan karantina, menurunkan risiko penularan menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak (mengurangi kepadatan dan ventilasi udara yang baik), dan cuci tangan. Shift termasuk membantu karena diharapkan dapat mengurangi kepadatan, tapi bukan shift pada dirinya sendiri yang menurunkan risiko penularan. Ketika dilakukan shift namun tidak disiplin dalam menggunakan masker, dan menjaga jarak (Ketika makan duduk dekat2 buka masker dan ruangan tertutup yang padat) tentunya shift menjadi kurang manfaatnya.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis