Anda di halaman 1dari 4

Sesi 3.

2 (14 Agustus 2020)

Dr. dr. C Singgih Wahono, Sp.PD-KR

1. Niniek Budiarti 02:28 PM


Bagaimana dampak COVID-19 pada pasien SLE, apakah memperburuk keadaan dan menjadikan
flare SLE atau justru sebaliknya? Terimakasih
Jawaban : Terimakasih pertanyaannya dr. Niniek. Sampai sekarang belum ada penelitian yang
cukup valid tentang ini, namun ada case series oleh Mathian dkk., pada 17 pasien SLE yang
terkena COVID. Pneumonia virus didiagnosis pada 13 (76%) pasien, dengan gagal napas pada 11
(65%) dan ARDS pada 5 (29%). Tiga pasien menderita gagal ginjal akut, dengan dua pasien
membutuhkan hemodialisis. Jadi kemungkinan pasien SLE yang terkena COVID-19, akan
memburuk keadaannya. Maturnuwun.
Reff: Mathian A, Mahevas M, Rohmer J, Roumier M, Cohen-Aubart F, Amador-Borrero B, et al. Clinical course of
coronavirus disease 2019 (COVID-19) in a series of 17 patients with systemic lupus erythematosus under long-term
treatment with hydroxychloroquine. Ann Rheum Dis 2020;annrheumdis-2020-217566

2. Rindy Bilhani 02:37 PM


Selamat siang kepada dr singgih, mengenai hiperkolesterol pada pasien SLE, untuk terapinya
bagaimana? riwayat penggunaan atorvastatin menjadi hepatitis drug induce, apakah ada terapi
obat yang lain? gaya hidup sehat sudah diterapkan (riwayat sle hampir 15 tahun)
Jawaban : Terimakasih pertanyaanya dr. Rindy. Hiperkolesterolemia pada SLE memang harus
diterapi, baik non farmakologi maupun farmakologi, karena memang meningkatkan
morbiditas/mortalitas karena CAD. Bisa diberikan sebagai pengganti statin adalah Gemfibrozil.
Terimakasih.

3. Tohari 02:40 PM
Yth Dr. dr. C. Singgih Wahono, SpPD KR. Terima kasih atas penjelasannya, Saya Tohari dari RSUD
Bangka Tengah, Bangka Belitung. izin bertanya jika klinis belum begitu jelas dan pemeriksaan
penunjang tidak tersedia, apakah ada tips bagi dokter di FKTP dalam menscreening dari klinis
saja? dan apa saja kriteria rujukan bagi pasien suspek SLE tersebut dari klinis dan pemfis saja,
mengingat begitu banyak manifestasi klinis sehingga semakin cepat terdiagnosis, terima kasih
dokter.
Jawaban :
Terimakasih pertanyaanya dr. Tohari.

Kecurigaan terhadap penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai dua atau lebih kriteria ini:
1. perempuan usia muda dengan keluhan/manifestasi klinis pada dua organ atau lebih;
2. gejala konstitusional : kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi), penurunan berat badan;
3. muskuloskeletal : artritis, artralgia, miositis;
4. kulit : ruam kupu-kupu (butterfly/malar rash), fotosensitivitas, lesi membran mukosa,
alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis;
5. ginjal : hematuria, proteinuria, silinderuria, sindrom nefrotik;
6. gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen;
7. paru : kelainan pleura (pleuritis, efusi pleura), lesi parenkim paru (pneumonitis, alveolitis,
bronkiektasis, penyakit interstisial paru), vaskular (hipertensi pulmonal, emboli pulmonal);
8. jantung : perikarditis, endokarditis, miokarditis;
9. retikuloendotelial : limfadenopati, splenomegali, hepatomegali;
10. hematologik : anemia, leukopenia, limfopenia, trombositopenia;
11. neuropsikiatri : kejang, psikosis, neuropati kranial dan perifer, sindrom otak organik, mielitis
transversa, gangguan kognitif, neuropati kranial dan perifer, sefalgia yang tidak jelas
penyebabnya.
Pasien yang dicurigai LES perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan atau dirujuk kepada dokter
spesialis penyakit dalam atau subspesialis reumatologi atau subspesialis lain sesuai dengan
keterlibatan organnya. Pada kasus anak, pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis anak atau
subspesialis terkait
Referensi: IRA. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus
Sistemik. (bisa didownload melalui website IRA: www.reumatologi.or.id ).

4. Brury Rosally 02:44 PM


Selamat siang dokter Singgih, perkenalkan saya dr.Brury dari Rumah sakit Jiwa Menur Surabaya.
Mohon izin menanyakan bagaimana cara menentukan adanya manifestasi neuropsychiatri atau
tidak pada pasien dengan gangguan jiwa pada pasien wanita usia subur.? Terimakasih
Jawaban :
Terimakasih pertanyaannya dr. Bruri. Untuk menentukan apakah ini gangguan otak organic
karena lupus atau tidak, bila secara klinis saja, maka dilihat ada atau tidak keluhan klinis
mengarah ke SLE (demam, fatigue, artritis, rambut rontok, fotosensitivitas, dll). Secara
laboratoris: anemia, leukopenia, trombossitopenia, proteinuria, dll).
Kecurigaan terhadap penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai dua atau lebih kriteria ini:
1. perempuan usia muda dengan keluhan/manifestasi klinis pada dua organ atau lebih;
2. gejala konstitusional : kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi), penurunan berat badan;
3. muskuloskeletal : artritis, artralgia, miositis;
4. kulit : ruam kupu-kupu (butterfly/malar rash), fotosensitivitas, lesi membran mukosa,
alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis;
5. ginjal : hematuria, proteinuria, silinderuria, sindrom nefrotik;
6. gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen;
7. paru : kelainan pleura (pleuritis, efusi pleura), lesi parenkim paru (pneumonitis, alveolitis,
bronkiektasis, penyakit interstisial paru), vaskular (hipertensi pulmonal, emboli pulmonal);
8. jantung : perikarditis, endokarditis, miokarditis;
9. retikuloendotelial : limfadenopati, splenomegali, hepatomegali;
10. hematologik : anemia, leukopenia, limfopenia, trombositopenia;
11. neuropsikiatri : kejang, psikosis, neuropati kranial dan perifer, sindrom otak organik, mielitis
transversa, gangguan kognitif, neuropati kranial dan perifer, sefalgia yang tidak jelas
penyebabnya.
Pasien yang dicurigai LES perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan atau dirujuk kepada dokter
spesialis penyakit dalam atau subspesialis reumatologi atau subspesialis lain sesuai dengan
keterlibatan organnya. Pada kasus anak, pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis anak atau
subspesialis terkait
Referensi: IRA. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus
Sistemik. (bisa didownload melalui website IRA: www.reumatologi.or.id ).

5. Arif Rahman Hakim 02:46 PM


Selamat siang Dok, izin bertanya, untuk diagnosis SLE, apakah masih bisa digunakan kategori
DOPAMINE RASH? dimana 4 dari 11 berarti tegak diagnosis? Terima kasih.
Jawaban :
Terimakasih pertanyaannya dr. Arif. Kriteria yang anda maksud adalah kriteria klasifikasi SLE ACR
1997. Kriteria ini masih boleh digunakan dok, tetapi memang sensitivitas spesifisitasnya sedikit
di bawah kriteria ACR/EULAR 2019. Dan mohon dipahami semua kriteria ini bukanlah kriteria
diagnosis pasti. Diagnosis pasti harus dikonfirmasi oleh dokter yang ahli, baik SpPD, maupun
SpPD konsultan (Reumatologi, Alergi-imunologi) bila ada.

6. dr. ABD. HALIM 02:54 PM


Apakah pembentukan antibodi terhadap covid 19 terganggu sehingga memperberat covidnya
atau SLE flare?
Jawaban :
Terimakasih pertanyaannya dr Abd Halim. Sampai sekarang belum ada penelitian yang cukup
valid tentang ini, namun ada case series oleh Mathian dkk., pada 17 pasien SLE yang terkena
COVID. Pneumonia virus didiagnosis pada 13 (76%) pasien, dengan gagal napas pada 11 (65%)
dan ARDS pada 5 (29%). Tiga pasien menderita gagal ginjal akut, dengan dua pasien
membutuhkan hemodialisis. Jadi kemungkinan pasien SLE yang terkena COVID-19, akan
memburuk keadaannya. Terimakasih.
Reff: Mathian A, Mahevas M, Rohmer J, Roumier M, Cohen-Aubart F, Amador-Borrero B, et al. Clinical course of
coronavirus disease 2019 (COVID-19) in a series of 17 patients with systemic lupus erythematosus under long-term
treatment with hydroxychloroquine. Ann Rheum Dis 2020;annrheumdis-2020-217566

7. Yaldiera Utami 02:54 PM


Selamat siang dokter, saya dari Pekanbaru ijin bertanya kepada dr. Singgih bagaimana
pemberian steroid pulse dose pada pasien nefritis lupus yg masih ada kecurigaan TB paru?
terima kasih dok.
Jawaban :
Terimakasih pertanyaannya dr. Yaldiera. Apabila terbukti TB paru, steroid pulse dose dapat
diberikan dan obat TB juga diberikan. Saya pernah punya beberapa kali pengalaman mengobati
pasien seperti in, memang tidak mudah. Bahkan pulse cyclophosphamide juga diberikan.
Ada literatur berupa case report dan case series yang bisa anda baca disini:
https://lupus.bmj.com/content/6/Suppl_1/A206.1
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5376776/

8. Damayanti Mustikarini 02:56 PM


Yth. dr. Singgih, di puskesmas saya pernah menemukan kasus dengan hasil labnya kadar asam
urat yang sangat tinggi diobati sebagai gout tapi penurunannya tidak sampai normal kemudian
kami rujuk ternyata pasien didiagnosis dan terapi sebagai SLE gambaran asam urat yg tinggi itu,
apakah salah satu gejala SLE atsu komplikasi dari SLE?
Jawaban :
Terimakasih pertanyaannya dr. Damayanti. Sayangnya kita tidak tahu pasien ini wanita atau
pria? Umur? Apakah ada gejala klinis, misalnya artritis?
Hiperurisemia terjadi karena kurangnya ekskresi asam urat melalui ginjal (90%), sisanya karena
produksi yang berlebihan baik dari tubuh maupun karena asupan. Ada kemungkinan pasien
tersebut mengalami gangguan ginjal, sehingga terjadi penurunan ekskresi asam urat. Dapat juga
ini suatu koinsiden, yaitu terdapat hiperurisemia asimptomatik, bersamaan dengan SLE.
Terimakasih.
Kecurigaan terhadap penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai dua atau lebih kriteria ini:
1. perempuan usia muda dengan keluhan/manifestasi klinis pada dua organ atau lebih;
2. gejala konstitusional : kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi), penurunan berat badan;
3. muskuloskeletal : artritis, artralgia, miositis;
4. kulit : ruam kupu-kupu (butterfly/malar rash), fotosensitivitas, lesi membran mukosa,
alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis;
5. ginjal : hematuria, proteinuria, silinderuria, sindrom nefrotik;
6. gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen;
7. paru : kelainan pleura (pleuritis, efusi pleura), lesi parenkim paru (pneumonitis, alveolitis,
bronkiektasis, penyakit interstisial paru), vaskular (hipertensi pulmonal, emboli pulmonal);
8. jantung : perikarditis, endokarditis, miokarditis;
9. retikuloendotelial : limfadenopati, splenomegali, hepatomegali;
10. hematologik : anemia, leukopenia, limfopenia, trombositopenia;
11. neuropsikiatri : kejang, psikosis, neuropati kranial dan perifer, sindrom otak organik, mielitis
transversa, gangguan kognitif, neuropati kranial dan perifer, sefalgia yang tidak jelas
penyebabnya.
Pasien yang dicurigai LES perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan atau dirujuk kepada dokter
spesialis penyakit dalam atau subspesialis reumatologi atau subspesialis lain sesuai dengan
keterlibatan organnya. Pada kasus anak, pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis anak atau
subspesialis terkait
Referensi: IRA. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus
Sistemik. (bisa didownload melalui website IRA: www.reumatologi.or.id ).

Anda mungkin juga menyukai