Anda di halaman 1dari 19

“Kepemilikan”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hadis Ekonomi
Dosen pengampu : Masyhuri Rifa'i, M.Ag.

Oleh:
Riswan (19050102094)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan
penyusunan makalah mata kuliah Hadist Ekonomi dengan judul " Kepemilikan "
tepat pada waktunya.
 
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya. 

Kendari, 13 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. TUJUAN..................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
1. Hadist kepemilikan.................................................................................................5
2. Pengertian Hak Milik..............................................................................................7
3. Pembagian Hak Milik............................................................................................10
4. Sebab-Sebab Kepemilikan....................................................................................12
5. Klasifikasi Milik.....................................................................................................14
6. Contoh Kepemilikan Tanah..................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemilikan Allah SWT adalah kepemilikan yang hakiki. Bahwa
sesungguhnya apa yang ada dalam langit dan bumi tentunya dengan segala
isinya adalah milik Allah SWT. Selain pemilik yang hakiki, Allah SWT juga
pewaris yang hakiki. Sebaliknya, kepemilikan manusia adalah kepemilikan
yang tidak hakiki. Kepemilikan manusia bersifat semu dan sementara.
Kesemuan ini dibuktikan dibuktikan dengan bahwa kepemilikan ini hanya
berlaku antar sesama manusia saja.

B. Rumusan Masalah
1. Hadist apa sajakah yang membahas tentang kepemilikan?
2. Apa saja yang dibahas tentang kepemilikan?
3. Apa saja hak milik yang terkandung dalam kepemilikan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui hadist yang membahas tentang kepemilikan
2. Mengetahui definisi dari kepemilikan
3. Mengetahui hak milik yang terkandung dalam kepemilikan

4
BAB II

PEMBAHASAN
1. Hadist kepemilikan

‫ل‬55‫اء رج‬55‫ول هللا أرأيت أن ج‬55‫ال يارس‬55‫لم فق‬55‫ه و س‬55‫ل هللا علي‬55‫عن ابي هريرة قال جاء رجل الي رسول هللا ص‬
‫ قال‬:‫فأنت شهيد‬:‫قال أرأيت إن قتلني قال‬:‫ قاتله‬:‫قال أرأيت إن قا تلني قال‬:‫ فال تعطه ما لك‬: ‫يريدأخد مالي قال‬
1
)‫ هو في النار (رواه مسلم‬: ‫أرأيت إن قتلته قال‬

Artinya : Dari Abu Hurairah RA berkata : ada seorang laki-laki menghadap


Rasulullah SAW, ia berkata : ya Rasulullah bagaimana pendapat kamu jika ada
seorang laki-laki yang ingin merampas hartaku ?. Rosulullah menjawab jangan
kau berikan hartamu, ia berkata: bagaiman pendapat kamu jikalau ia ingin
membunuhku ?, Rasulullah bersabda : bunuhlah dia, ia berkata : bagaiman
pendapatmu jika dia telah membunuhku ?, Rasulullah bersabda : kamu mati
syahid, ia berkata : bagaimana pendapatmu jikalau aku berhasil membunuhnya : ia
masuk neraka (HR Muslim).

‫ه من‬55‫من زرع في أرض قوم بغير إذنهم فليس ل‬: ‫عن رافع بن خديج قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
2
)‫الزرع شيء وله نفقته(رواه أبو داود‬

Artinya : Dari Rafi’ bin Khadij RA brkata: Rasulullah bersabda: barang siapa
menanam tanaman di lahan seorang kaum tanpa seizinnya, maka ia tidak berhak
mendapatkan hasil tanamannya sedikitpun dan walaupun ia telah mengeluarkan
modal (biaya) mengelolanya (HR Abu Daud)I

‫احبها‬5‫ا ص‬5‫ان فيه‬5‫إن ك‬5‫ية ف‬5‫دكم على ماش‬5‫ إذا أتى أح‬: ‫ال‬5‫لم ق‬5‫لى هللا وس‬5‫بي هللا ص‬5‫دب أن ن‬5‫مرة بن جن‬5‫عن س‬
‫تأذنه وإال فليحتلب‬55‫ه فليس‬55‫إن أجاب‬55‫ا ف‬55‫وت ثالث‬55‫ا فليص‬55‫إن لم يكن فيه‬55‫رب ف‬55‫ه فليحلب وليش‬55‫إن أذن ل‬55‫فليستأذنه ف‬
3
.)‫وليشرب وال يحمل (رواه ابو داود‬

1
Riwayat muslim, hadist ke 377
2
Riwayat abu daud, hadist ke 3405
3
Riwayat abu daud, hadist ke 2621

5
Artinya: DARI Samara Bin Jundub RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
jika salah satu diantara kalian mendatangi ternak, apabila ada pemiliknya,
hendaklah minta izinnya, apabila telah diizinkan, maka ia bisa memeras dan
meminum susunya, akan tetapi apabila tidak ada pemiliknya, hendaklah minta izin
sampai tiga kali, apabila ia telah menjawabnya berarti ia telah mengizinkannya,
dan jika ia tidak menjawabnya, maka ia boleh memeras dan meminum susunya
dan tidak boleh membawanya (HR Abu Daud)

‫ار‬5‫اء والكإل والن‬5‫ركاء فى ثالث فى الم‬5‫لمون ش‬5‫لم المس‬5‫ه وس‬5‫لى هللا علي‬5‫عنن ابن عباس قال قال رسلو هللا ص‬
4
)‫وثمنه حرام قال أبو سعيد يعنى الماء الجارى (رواه ابن ماجهط‬

Artinya : Dari Ibnu Abbas RA berkata sesungguhnya Nabi saw barkata : orang
muslim berserikat dalam tiga hal yaitu: air, rumput (pohon), api (bahan bakar),
dan harganya haram. Abu Said berkata: maksudnya: air yang mengalir (HR Ibnu
Majah).

‫ا‬55‫ سمعت رسول هللا صلي هللا عليه وسلم قال من قتل دون م‬: ‫حديث عبد هللا بن عمر و ر ضي هللا عنهما قال‬
.‫له فهو شهيد‬

Diriwayatkan dari pada Abdullah bin Amru r.a katanya : Aku mendengar
Rosulullah s.a.w bersabda : siapa yang di bunuh karena mempertahankan hartanya
adlah mati sahid.

‫ال‬55‫ جاء رجل إلى النبي صلى هللا عليه وسلم فسأله عن اللقطة فق‬:‫حديث زيدبن خالد الجهني رضياهلل عنه قال‬
‫ك أو‬5‫ال ل‬5‫الة الغنم ق‬5‫ال فض‬5‫ا ق‬5‫أنك به‬5‫احبها و إال فش‬5‫اء ص‬5‫إن ج‬5‫نة ف‬5‫ا س‬5‫ا ثم عرفه‬5‫اعرف عفاصها ووكاعه‬
‫بالخيك أو للذئب قال فضالة اإلبل قال ما لك ولها معها سقاؤها وحذاؤها ترد الماء و تأكل الشجر حتى يلقاها‬
.‫ربها‬

Diriwayatkan dari pada Zaid bin Khalid al-Juhani r.a katanya: seorang lelaki
datang gi ke temenghadap Nabi s.a.w untuk bertanya tentang barang yang di
temuinya. Rasulullah s.a.w serahkanlah kepadanya. Sekiranya tiada yang datang,
maka terserahlah kepadamu. Orang itu bertanya lagi, bagaiman kalau barang
4
Riwayat ibnu majah, hadist ke 2566

6
temuan itu berupa kambing ? Rasulullah s.a.w bersabda: untukmu atau untuk
saudaramu atau untuk serigala (berarti boleh diambil). Lelaki itu bertanya lagi,
bagaiman pula jika yang ditemui itu adalah seekor unta ? Rasulullah s.a.w
menjawab dengan bersabda: apa pedulimu terhadapnya? Ia (unta itu) sudah
membawa bekas air dan kasutnya sendiri (kuat menahan dahaga bebrapa hari dan
kuat berjalan).Ia mampu pergi ke tempat-tempat air dan memakan pokok-pokok
kayu sehinggalah ia di temui oleh tuannya.

‫درى‬55‫ أت‬:‫ل‬55‫ا ولى قي‬55‫ فلم‬, ‫ه‬55‫ه ل‬55‫أرب فقطع‬55‫د ى بم‬55‫ الملح ال‬, ‫ول هللا ص م‬55‫ انه استقطع رس‬:‫عن ابيض بن حمل‬
)‫ فر جعه منه (رواه ابو ابيد و ابو داود‬,‫ماقطعت له؟ اانما اقطعته الماء العد‬

Dari Abyadh bin Hammal, bahwa ia meminta Rasulullah saw agar memberikan
ladang garam di ma’rib, kemudian Rulullah memberikan kepadanya. Setelah
Abyadh pergi dikatakan kepada Nabi saw: wahai Rasulullah tahukah engkau apa
yang engkau berikan kepadanya? Sungguh engkau telah memberinya” air mata”
yang tak pernah putus. Kemudian Rasulullah menariknya lagi (H.R Abu Daud)
Hadist Gharib.5

2. Pengertian Hak Milik


A. Asal-usul Hak
Setiap manusia hidup bermasyarakat, saling tolong menolong dalam
menghadapi berbagai macam persoalan untuk menutupi kebutuhan antara
yang satu dengan yang lain. Ketergantungan seseorang kepada yang lain
dirasakan ada ketika manusia itu lahir. Setelah dewasa,manusia tidak ada
yang serba bisa. Seseorang hanya ahli dalam bidang tertentu saja, seperti
seorang petani mampu (dapat) menanam ketela pohon dan padi dengan
baik, tetapi dia tidak mampu membuat cangkul. Jadi, petani mempunyai
ketergantungan kepada seorang ahli pandai besi yang pandai mebuat
cangkul, juga sebaliknya, orang yang ahli dalam pandai besi tidak sempat
menanam padi, padahal makanan pokoknya adalah beras. Jadi seorang
yang ahli dalam pandai besi memiliki ketergantungan kepada petani.

5
Ahim abdurahhim, dalil-dalil naqli seri ekonomi islam,(yogyakarta:UPFE, 2001) hlm 26-27

7
Setiap manusia mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi
pertentangan-pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-
masing perlu ada aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar
manusia tidak melanggar dan memperkosa hak-hak orang lain. Maka,
timbullah hak dan kewajiban di antara sesame manusia.

Hak milik diberi gambaran nyata oleh hakikat dan sifat syariat islam
sebagai berikut.

 Tabiat dan sifat syariat islam ialah merdeka (bebas). Dengan tabiat
dan sifat ini umat islam dapat membentuk dirinya, suatu kepribadian
yang bebas dari pengaruh Negara-negara Barat dan Timur dan
mempertahankan diri dari pengaruh-pengaruh Komunis (sosialis)
dan Kapitalis (individual).
 Syariah islam dalam menghadapi berbagai kemusykilan senantiasa
bersandar kepada maslahat (kepentingan umum) sebagai salah satu
sumber dari sumber-sumber pembentukan hukum islam.
 Corak ekonomi Islam berdasarkan Alquran dan Al-Sunnah, yaitu
suatu corak yang mengakui adanya hak pribadi dan hak umum.
Bentuk ini dapat memelihara kehormatan diri yang menunjukkan jati
diri. Individual adalah corak kapitalis seperti Negara Amerika
Serikat, sedangkan sosialis adalah ciri khas komunis seperti Negara
Rusia pada tahun 1980-an, sementara itu, ekonomi yang di anut
dalam islam ialah sesuatu yang menjadi kepentingan umum
dijadikan milik bersama, seperti rumput, api dan air, sedangkan
sesuatu yang tidak menjadi kepentingan umum dijadikan milik
pribadi.

Menurut pengertian umum, hak ialah:“suatu ketentuan yang digunakan


oleh syara’ untuk menetapkan suatu kekuasaan atau sesuatu beban
hukum.”

8
Pengertian hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli
Ushul,yaitu :“sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur atas dasar
harus ditaati untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik
mengenai orang maupun mengenai harta.”

Ada juga hak yang di definisikan sebagai berikut : “kekuasaan


mengenai sesuatu atau sesuatu yang wajib dari seseorang kepada yang
lainnya.”

Milik dalam buku Pokok pokok Fiqh Muamalah dan Hukum


Kebendaan dalam Islam, didefinisikan sebagai berikut : “kekhususan
terdapat pemilik suatu barang menurut syara’ untuk bertindak secara bebas
bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada penghalang syar’i.”

Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara’,
orang tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik akan dijual
maupun akan digadaikan, baik dia sendiri maupun dengan perantara orang
lain. Berdasarkan definisi milik tersebut, kiranya dapat dibedakan antara
hak dan milik, untuk lebih jelas dicontohkan sbagai berikut; seorang
pengampu berhak menggunakan harta orang yang berada di bawah
ampuannya, pengampu punya hak untuk membelanjakan harta itu dan
pemilik nya adalah orang yang berada di bawah ampuannya. Dengan kata
lain dapat dikatakan “tidak semua yang memiliki berhak menggunakan
dan tidak semua yang punya hak penggunaan dapat memiliki”.

Hak yang dijelaskan di muka, adakalanya merupakan sulthah, adakalanya


merupakan taklif.

a. Sulthah terbagi dua, yaitu sulthah ‘ala al nafsi dan sulthah ‘ala syai’in
mu’ayanin.
 Sulthah ‘ala al-Nafsi ialah hak sesorang terhadap jiwa seperti hak
hadlanah (pemeliharaan anak).

9
 Sulthah ‘ ala syai’in mu’ayain ialah hak manusia untuk memiliki
seorang berhak memiliki sesuatu, seperti seorang berhak memiliki
sebuah mobil.
b. Taklif adalah orang yang bertanggung jawab, taklif adakalanya
tanggungan pribadi (‘ahdah syakhshiyah) seperti seorang buruh
menjalankan tugasnya, adakalanya tanggungan harta (‘ahdah maliyah)
seperti membayar hutang.

3. Pembagian Hak Milik


Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mal
dan ghair mal.

Hak mal ialah : “sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan
benda-benda atau utang-utang.”

Hak gahir mal terbagi kepada dua bagian,yaitu hak syakhshi, yaitu hak
syakhsi, dan hak ‘aini. Hak syakhsi ialah : “suatu tuntutan yang ditetapkan
syara’ dari seseorang terhadap orang lain.”

Hak ‘aini ialah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan orang
kedua. Hak ‘aini ada dua macam ashli dan thab’i. Hak ‘aini ashli ialah adanya
wujud benda tertentu dan adanya shahub al-haq seperti hak malkiyah dan hak
irtifaq.

Hak ‘aini thab’i ialah jaminan ynag ditetapkan untuk seseorang yang
mengutangkan uangnya atas yang berutang. Apabila yang berutang tidak
sanggup membayar, maka berhak menahan barang itu.

Macam-macam hak ’aini ialah sebagai berikut.

a. Haq al-milkiyah ialah hak yang memberikan pemiliknya hak wilayah.


Boleh dia memiliki, menggunakan, mengambil manfaat,
menghabiskannya, merusakkannya, dan membinasakannya, dengan
syarat tidak menimbulkan kesulitan bagi orang lain.

10
b. Haq al-intifa’ ialah hak yang hanya boleh di pergunakan dan diusahakan
hasilnya. Haq al-Isti’mal (menggunakan) terpisah haq al Istighal
(mencari hasil), misalnya rumah yang diwakafkan untuk didiami. Si
mauquf ‘alaih hanya boleh mendiami, ia tidak boleh mencari keuntungan
dari rumah itu.
c. Haq al-irtifaq ialah hak memiliki manfaat yang ditetapkan untuk suatu
kebun atas kebun yang lain, yang dimiliki bukan oleh pemilik kebun
pertama. Misalnya saudara Ibrahim memiliki sawah di sebelahnya sawah
saudara Ahmad. Air dari selokan dialirkan ke sawah saudara Ibrahim.
Sawah tuan Ahmad pun membutukan air. Air dari sawah saudara Ibrahim
dialirkan kesawah Tuan Ahmad dan air tersebut bukan milik saudara
Ibrahim.
d. Haq al-istihan ialah hak yang diperoleh dari harta yang digadaikan. Rahn
menimbulkan hak ‘aini bagi murtahin, hak itu berkaitan dengan harga
barang yang di gadaikan, tidak berkaitan dengan zakat benda, karena rahn
hanyalah jaminan belaka.
e. Haq al-ihtibas ialah hak menahan sesuatu benda. Hak menahan barang
(benda) seperti hak multaqih (yang menemukan barang) menahan barang
luqathah .
f. Hak qarar (menetap) atas tanah waqaf, yang termasuk hak menetap atas
tanah wakaf ialah :
 Haq al-hakr ialah hak menetap di atas tanah wakaf yang di sewa, untuk
yang lama dengan seizing hakim.
 Haq al-ijaratain ialah hak yang diperoleh karena ada akad Ijarah dalam
waktu yang lama, dengan seizin hakim, atau tanah wakaf yang tidak
sanggup dikembalikan ke dalam keadaan semula misalnya karena
dengan harga yang menyamai harga tanah, sedangkan sewanya dibayar
setiap tahun.
 Haq al-qadar ialah hak menambah bangunan yang dilakukan oleh
penyewa.
 Haq al-marshad ialah hak mengawasi atau mengontrol.

11
g. Haq Al-murur ialah
“Hak.. manusia menempatkan bangunannya di atas bangunan orang lain.”
h. Haq ta’alli ialah
”hak manusia untuk menempatkan bangunannya di atas bangunan orang
lain.”
i. Haq al-jiwar ialah hak yang timbul disebabkan oleh berdempetnya batas-
batas tempat tinggal, yaitu hak-hak untuk mencegah pemilik uqar dari
menimbulkan kesulitan terhadap tetangganya
j. Haq Syafah atau haq syurb ialah:
“kebutuhan manusia terhadap air untuk diminum sendiri dan untuk
diminum binatangnya serta untuk kebutuhan rumah tangganya.”

Ditinjau dari Hak syirb, air dibagi menjadi 3 macam, yaitu :


1. Air umum yang tidak memiliki oleh seseorang,misalnya air sungai, rawa
rawa, telaga, dan yang lannya. Air milik bersama (umum) boleh digunakan
oleh siapa saja dengan syarat tidak memadharatkan orang lain.
2. Air di tempat tempat yang ada pemiliknya, seperti sumu yang dibuat oleh
seseorang untuk mengairi tanaman di kebunnya, selain pemilik tanah
tersebut berhak untuk menguasai tempat air yang dibuat oelh pemiliknya.
Orang lain boleh mengambil manfaat dari sumur tersebut atas seizin
pemilik kebun.
3. Air yang terpelihara, yaitu air yang dikuasai oleh pemiliknya, dipelihara
dan disimpan di suatu tempat yang telah disediakan misalnya air di kolam,
kendi, bejana bejana tertentu.6

4. Sebab-Sebab Kepemilikan
Harta berdasarkan sifatnya bersedia dan dapat dimiliki oleh manusia,
sehingga manusia dapat memiliki suatu benda. Faktor-faktor yang
menyebabkan harta dapat dimiliki antara lain :

6
Suhendi,hendi, fiqih muamalah (Jakarta : PT RajaGrafindo persada, 2013) hlm 31

12
a. Ikraj al Mubahat, untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh seseorang)
atau :
“harta yang tidak termasuk dalam harta yang dihormati (milik yang sah)
dan tidak ada penghalang syara’ untuk dimiliki.”
Untuk memiliki benda-benda mubahat diperlukan dua syarat, yaitu :
 Benda mubahat belum diikhrazkan oleh orang lain. Seseorang
mengumpulkan air dalam satu wadah, kemudian air tersebut
dibiarkan, maka orang lain tidak berhak mengambil air tersebut, sebab
telah di-ikhraz-kan orang lain.
 Adanya niat (maksud) memiliki. Maka seseorang memperoleh harta
mubahat tanpa adanya niat, tidak termasuk ikhraz, umpamanya
seorang pemburu meletakkan jaringnya di sawah, kemudian terjeratlah
burung burung, bila pemburu meletakkan jaringnya sekedar untuk
mengeringkan jarringnya, ia tidak berhak memiliki burung-burung
tersebut.
b. Khalafiyah, yang dimaksud dengan khalafiyah ialah :
“bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di tempat yang
lama, yang telah hilang berbagai macam haknya.”
Khalafiyah ada dua macam, yaitu:
 Khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat
muwaris dalam memiliki harta-harta yang ditinggalkan muwaris
disebut tirkah.
 Khalafiyah syai’an syai’in yaitu apabila seorang merugikan milik
orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak di
tangannya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta. Maka khalafiyah syai’an syai’in ini
disebut tadlmin atau ta’widl (menjamin kerugian).
c. Tawallud min Mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah di
miliki, menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut. Misalnya bulu
domba menjadi milik pemilik domba.

13
Sebab pemilikan tawallud min mamluk dibagi kepada dua pandangan
(I’tibar), yaitu:
 Mengingat ada dan tidak adanya ikhtiar terhadap hasil-hasil yang
dimiliki (I’tibar wujud al ikhtiyar wa’adamihi fiha).
 Pandangan terhadap bekasnya (I’tibar atsariha).
Dari segi ikhtiar, sebab malaiyah (memiliki) di bagi dua macam, yaitu
ikhtiyariyah adalah :“sesuatu yang manusia mempunyai hak ikhtiar
dalam mewujudkannya.”
Sebab-sebab ikhtiyariyah ada dua, yaitu ikhraj al-mubahat dan’uqud.

Sedangkan yang di maksud dengan jabariyah ialah:


“sesuatu yang senantiasa tidak mempunyai ikhtiar dalam
mewujudkannya.”

Sebab-sebab jabariyah ada dua macam, yaitu iris dan tawallud min
al-mamluk.

d. Karena penguasaan terhadap penguasaan terhadap milik Negara atas


pribadi yang sudah lebih dari tiga tahun, Umar r.a ketika menjabat khalifah
ia berkata; sebidang tanah akan menjadi milik seseorang yang
memanfaatkannya dari seseorang yang tidak memanfaatkannya selama
tiga tahun”. Hanafiyah berpendapat bahwa tanah yang belum ada
pemiliknya kemudian dimanfaatkan oleh seseorang, maka orang itu berhak
memiliki tanah itu.7

5. Klasifikasi Milik
 Milik dalam fiqh muamalah secara garis besar dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:

1. Milk tam, yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaatnya
sekaligus, artinya bentuk benda (zat benda) dan kegunaannya dapat

7
Noor Harisuddin,fiqih muamalah 1,(Surabaya:CV.Salsabila putra pratama, 2014) hlm 5

14
dikuasai. Pemilikan tam bisa diperoleh dengan banyak cara, jual beli
misalnya.
2. Milk naqishah, yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari
benda tersebut, memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau
memiliki manfaat (kegunaan)nya saja tanpa memiliki zatnya.

 Milik dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Milk al’ain atau di sebut pula dengan milk al raqabah, yaitu memiliki
semua benda, baik benda tetap maupun benda-benda yang dapat
dipindahkan seperti pemilikan terhadap rumah, kebun, mobil dan
motor, pemilikan terhadap benda-benda disebut milk al-‘ain.
2. Milk al-manfaah, yaitu seseorang yang hanya memiliki manfaatya saja
dari suatu benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf dan lainnya.
3. Milk al-dayn, yaitu kepemilikan karena adanya utang, misalnya
sejumlah uang dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda
yang dirusakkan. Utang wajib dibayar oleh orang yang berutang.

 Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik di bagi
menjadi dua bagian yaitu :

1. Milk al-mutamayyiz, yang dimaksud milk al-mutamayyiz adalah:


“sesuatu yang berpautan dengan yang lain, yang memiliki batasan-
batasan, yang dapat memisahkan dari yang lain.”
Misalnya antara sebuah mobil dan seekor kerbau sudah jelas batas-
batasnya.

2. Milk al-sya’i atau milk al-musya, yaitu :


“Milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari kumpulan
sesuatu, betapa besar atau betapa kecilnya kumpulan itu.”

15
Misalnya memiliki sebagian rumah, seperti daging domba dan harta-
harta yang dikongsikan lainnya, seperti seekor sapi yang di beli oleh
empat puluh orang, untuk disembelih dan dibagikan dagingnya. 8

6. Contoh Kepemilikan Tanah


Kita tidak menemukan halangan bagi aplikasi kesimpulan pembahasan kita
tentang tambang-tambang ini, kecuali jika ada consensus penting (ijma
ta’abbudi) yang menyatakan sebaliknya. Keberadaan tambang disebidang
tanah milik individu tertentu tidak cukup dijadikan dasar bagi penyerahan
kepemilikan tambang itu – sebagai milik pribadi – kepada individu tersebut.
Dari sudut pandang hukum sebagaimana telah kita pahami melalui pembahasan
yang telah lalu, hak kepemilikan individu atas tanah muncul berdasarkan dua
hal; reklamasi dan masuknya sebuah wilayah ke pangkuan Darul Islam secara
sukarela. Individu yang mereklamasi sebidang tanah mendapat hak atas tanah
tersebut, sementara orang yang menyerah secara sukarela diizinkan tetap
memiliki tanah nya. Menurut argumentasisyar’I, kedua dasar ini tidak
mencakup tambang-tambang yang erada dalam perut bumi, hanya mencakup
tanah tanah di atasnya. Argumentasi syar’I ihwal reklamasi adalah teks hukum
yang menyatakan, “siapa saja yang mereklamasi sibidang tanah, ia
mendapatkan hak dan klaim terbaik atasnya. Ia harus membayar pajak
berkenan dengan tanah tersebut. “Jelas bahwa teks ini memberikan orang yang
melakukan reklamasi, hak atas tanah yang direklamasinya, bukan tas karena
kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Sementara argumentasi syar’I ihwal milik pribadi para individu yang secara
sukarela menyerah (pada Negara Islam) adalah: Islam melindungi jiwa dan
harta mereka. Jadi, orang yang memeluk Islam jiwanya dilindungi, begitu pula
hartanya yang ia miliki sebelum berislam – semua tetap menjadi miliknya.
Prinsip ini berlaku atas tanah dan tambang yang terkandung di dalamnya.
Masalahnya akan lain jika orang yang memeluk Islam tidak memiliki tambang
sebelum dia berislam. Prinsip perlindungan atas jiwa dan harta dalam Islam

8
Suhendi, hendi, fiqih muamalah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2013) hlm 31-41

16
tidak mencakup kepemilikan baru. Bagi individu yang menerima Islam, prinsip
ini melindungi hartanya yang ia miliki sebelum ia berislam. Dan tambang itu
(yang baru ia miliki setelah menerima islam) tidak termasuk dalam kategori
harta tersebut. Islam menghormati dan mengakui haknya atas tanah yang
dimilikinya sebelum memeluk Islam, maka tanah itu tetap menjadi miliknya
dan tidak diambil alih darinya.

Dalam syari’ah tidak terdapat teks yang menyatakan bahwa kepemilikan


tanah juga mencakup setiap dan segala kekayaan yang terkandung di
dalamnya.

Maka kita memahami bahwa kecuali jika ada consensus penting (ijma’
ta’abbudi) yang menyatakan sebaliknya, secara hukum kita dapat menyatakan
bahwa tambang-tambang yang berada dalam tanah milik individu tidak
menjadi individu pemilik tanah tersebut. Namun, hak individu pemilik tanah
(atas tanahnya) harus diperhatikan, karena reklamasi dan eksploitasi tambang
9
bergantung pada kehendak (izin) pemilik tanah.

9
Muhammad baqir, buku induk ekonomi islam, (Jakarta:Zahira Publising House, 2008) hlm 226-
228

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelas di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai
isi makalah yang saya buat.

1. Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk


memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan
menggunakannya untuk tujuan pribadi.
2. Kepemilikin yang bisa dijadikan alat untuk mempertahankan
berlangsungnya kehidupa suatu masyarakat meiliki beberpa sebab
kepmilikan, di antaranya bekerrja, warisan, kebutuhan harta untuk
menyambung hidup, pemberian negara kepada rakyatnya, dan harta yang
diperoleh tanpa ada kompensasi atau tenaga.
3. Adapun kepemilikan yang sah di dalam ilmu muamalah ada dua macam,
yaitu : milik sempurna, dan milik tidak sempurna. Yang dimakasud milik
sempurna adalah memiliki atas zad benda ( raqadah ) dan mamfaatnya
adalah milik sempurna, sedangkan milik tidak sempurna adalah milik atas
salah satu zat benda atau mamfaatnya saja.
4. Sedangkan dalam memperoleh harta agar bisa menjadi kepemilikan dan
bisa digunakan oleh pemilikmnya ada beberarap cara, yaitu : menguassai
benda mubah, akad pemindahan milik, penggantian milik dari orang yang
telah meninggal. Dan syuf’ah

B. Saran
Jadi saran saya kepada semua yang hidup dalam dunia ini dalam hal harta
yang dimiliki janganlah samapai takut untuk bersedekah, berzakat, karena hatra
yang kita milikan dalam konsep Agama Islam itu hanya sementara atau titipan
yang perlu di jaga dan di gunakan untuk perbuatan yang baik. Karen kiata
manusia hanya sebagai pengelola atas harta yang kita miliki di duni ini, tetapi
itu semua akan kembali kepada pemilik sebenarnya nanti pada waktunya, yaitu
Allah SWT.

18
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar. Asas-asas hukum muamalh (hukum perdata
Islam).Yogyakarta. UII Pres. 2000.

An-Nabhani, Taqyuddin. Membangun sisitem ekonomi alternatif, perspektif


islam. Surabaya. Risalah Gusti. 2009.

19

Anda mungkin juga menyukai