Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
Nurweni Saptawuryandari
Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220
Pos-el: wenisaptawuryandari@yahoo.com
(Diterima 13 Juni 2012; Disetujui 15 April 2013)
Abstract
The objective of this writing is to find out the meanings behind Chairil
Anwar’s poems. Some poems contain many figurative languages, Chairil’s
unique expressions, which are often remembered and repeated by today’s youth.
In addition, Chairil’s poems also have poetic elements which evoke lovely sounds
when they are performed, for instance, “Derai-Derai Cemara”, “Pada Sebuah
Kamar”, and “Yang Terampas dan Yang Putus”. Those three poems are
semiotically analyzed to reveal their substances and meanings. The method used
in this paper is qualitative descriptive method, which presents the writing bases
on the contents of literary works. The library approach is used as the writing
method. The result shows that Chairil Anwar’s poems have specific meanings
which can be used as reading materials and messages to be known by the
readers.
Keywords: unique expression, poetic elements, comprehensive meaning
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah mengetahui makna dari
teks-teks puisi Chairil Anwar. Beberapa puisi Chairil Anwar sarat dengan
bahasa kiasan yang berupa ungkapan khas milik Chairil yang selalu didengung-
dengungkan oleh generasi muda. Selain itu, puisi-puisi Chairil juga memiliki
unsur-unsur kepuitisan yang menimbulkan bunyi yang indah apabila dibacakan.
Puisi tersebut, antara lain, ”Derai-Derai Cemara”, ”Pada Sebuah Kamar”, dan
”Yang Terampas dan Yang Putus”. Ketiga puisi itu dianalisis secara semiotik
untuk dapat diungkapkan isi dan makna dari puisi tersebut. Metode yang
digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif yang memaparkan
tulisan berdasarkan isi karya sastra, sedang teknik penulisannya adalah studi
pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi yang ditulis oleh Chairil
Anwar mempunyai makna yang dapat dijadikan bahan bacaan dan pesan-pesan
untuk diketahui oleh pembaca.
Kata-kata kunci: ungkapan khas, makna menyeluruh, pesan-pesan
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95 - 104
96
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
dibacakan pembacanya. Namun, jika mana tidak tahu. Oleh karena itu, kita
dipahami dengan baik maka akan terasa harus tetap menjalankan kehidupan ini
makna dari metafora dan gaya bahasa sampai saatnya tiba dipanggil Yang Maha
yang diungkapkan dalam puisi-puisi Kuasa “Yang Terampas dan Yang Putus”.
Chairil. Ketajaman ungkapan yang
diungkapkan atau ditulis dalam puisi LANDASAN TEORI
Chairil Anwar, yang diaktualisasikan
lewat gaya bahasa dalam beberapa Sesungguhnya, teori strukturalisme-
puisinya sangat menarik untuk dibahas semiotik merupakan penggabungan dua
sehingga diperoleh gambaran yang lebih teori strukturalisme dan semiotik.
konkret tentang masalah tersebut. Bagian- Keduanya berhubungan erat; semiotik
bagian atau unsur-unsur dalam puisi merupakan perkembangan strukturalisme
mempunyai makna dalam hubungannya (Yunus dalam Pradopo, 1994: 125).
dengan yang lain dan keseluruhannya. Menganalisis sebuah karya sastra
Oleh karena itu, strukturnya harus dengan menggunakan teori strukturalisme
dianalisis dan unsur-unsurnya yang berarti menganalisis semua unsur-unsur
merupakan tanda-tanda yang bermakna yang terkandung dalam karya sastra.
yang terdapat di dalamnya harus Unsur-unsur itu saling berhubungan erat.
dijelaskan. Dengan demikian, jelaslah Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak
bahwa untuk menganalisis puisi, analisis mempunyai arti dengan sendirinya,
semiotik tidak dapat dipisahkan dengan melainkan artinya ditentukan oleh
analisis struktural. Berdasarkan latar hubungannya dengan unsur-unsur lainnya
belakang di atas, tulisan ini akan yang terlibat dalam situasi itu. Makna
membahas masalah bagaimana struktur, penuh suatu satuan atau pengalaman dapat
makna, dan masalah apa yang terdapat dipahami hanya jika terintegrasi ke dalam
dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Puisi- struktur yang merupakan keseluruhan
puisi yang akan dijadikan bahan dalam dalam satuan-satuan itu (Hawkes dalam
tulisan ini dibatasi dan hanya berjumlah 3 Pradopo, 1995: 142). Antara unsur-unsur
(tiga) buah yang dipilih secara acak. Puisi- struktur itu ada koherensi atau pertautan
puisi itu adalah “Derai-Derai Cemara”, erat; unsur-unsur itu tidak otonom,
“Kepada Kawan”, dan Yang Terampas melainkan merupakan keseluruhan dalam
dan Yang Putus”. Pemilihan ketiga puisi satuan-satuan itu (Hawkes dalam Pradopo,
tersebut karena di dalam puisi-puisi 1995: 142). Unsur-unsur dalam puisi,
tersebut isinya secara tersurat dan tersirat biasa dikenal dengan sebutan sarana
mengungkapkan masalah kehidupan kepuitisan, antara lain, adalah bahasa
sehari-hari yang terjadi di sekeliling kita. kiasan yang berupa metafora,
Masalah kehidupan di rumah yang sangat personifikasi, perbandingan, dan sinedoks;
rumit, dengan kondisi rumah yang kecil citraan; dan sarana retorika yang berupa
dan sempit “Pada Sebuah Kamar”, ulangan kata, ulangan baris, ulangan bait,
masalah kehidupan yang suka atau tidak dan pararelisme. Jadi, untuk memahami
suka, senang atau tidak senang, tetap puisi haruslah diperhatikan jalinan atau
harus dijalankan karena itu semua pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian
merupakan bagian dari kehidupan “Derai- keseluruhan. Unsur-unsur dalam puisi
Derai Cemara”, dan masalah bahwa hidup mempunyai makna yang harus dijelaskan
itu pasti akan berakhir, tetapi kapan dan di melalui analisis semiotik.
97
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104
98
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
oleh metafora adalah memperjelas lukisan gambaran pikiran dan bahasa yang
dan menghidupkan lukisan. Metafora menggambarkannya disebut imaji
membuat lukisan lebih menyenangkan dan (Altenbernd, 1970: 12), Jenis citraan
membujuk pendengar serta membuat lebih bermacam-macam, antara lain, citraan,
menarik (Becker, 1978: 292). penglihatan, pendengaran, penciuman,
Personifikasi merupakan kiasan percecapan, rabaan, dan pikiran. Jenis
perseorangan. Kiasan ini memberi sifat- sarana retorika, antara lain, ulangan kata,
sifat manusia kepada benda-benda mati, ulangan frasa, paralelisme, dan ulangan
baik konkret maupun abstrak. bait. Sarana retorika lainnya adalah litotes,
Personifikasi membuat gambaran atau hiperbola, penjumlahan, paradoks, dan
lukisan menjadi hidup dan memberi antitesis.
tanggapan yang konkret. Di samping itu
juga memberi efek dramatis kepada ide Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
yang secara normal tidak terwujud
(Altenbernd, 1970: 22). Sinedoks adalah Puisi pertama yang akan dianalisis
kiasan untuk mendramatisasi dan untuk adalah puisi berjudul “Pada Sebuah
melihat kejadian langsung dari sumber Kamar”.
yang menimbulkan peristiwa hingga
Pada Sebuah Kamar
gambaran lebih konkret, Sinedoks ada dua
macam, pertama, sinedoks bagian untuk
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
keseluruhan (pars pro toto) termasuk ke
Pada dunia. Bulan yang menyinar ke
dalam sarana retorika untuk menonjolkan
dalam
suatu hal dengan menyebutkan salah satu
Mau lebih banyak tahu
bagian yang terpenting dari keseluruhan
“Sudah lima anak bernyawa di sini
hal, keadaan, atau benda dalam hubungan
Aku salah satu!”
tertentu, misalnya orang hanya disebutkan
Ibuku tertidur dalam tersendu
suara, mata, tangan, atau bagian tubuhnya
Keramaian penjara sepi selalu
yang lain. Dengan cara itu, lukisan
Bapakku sendiri terbaring jemu
menjadi lebih jelas dan lebih ekspresif.
Matanya menatap orang tersalib di
Kedua, sinedoks keseluruhan untuk
batu!
sebagian (totum pro parte), bermaksud
Sekeliling dunia bunuh diiri!
melebih-lebihkan suatu hal atau peristiwa
Aku minta adik lagi pada
dengan generalisasi atau melihat sesuatu
Ibu dan Bapakku, karena mereka
secara keseluruhan untuk menonjolkan
berada
sebagian. Sarana kepuitisan lainnya
Di luar hitungan: Kamar begiini,
adalah citraan. Sarana kepuitisan ini
3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup
fungsinya dekat dengan bahasa kiasan.
nyawa!
Dalam puisi, untuk memberi gambaran
yang jelas dan menimbukan suasana yang
Bait pertama dalam puisi ”Pada Sebuah
khusus, membuat lebih hidup gambaran
Kamar” terdapat bahasa kiasan berupa
dalam pikiran dan pengindraan, serta
hiperbola.
menarik perhatian penyair juga
mempergunakan gambaran-gambaran
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
angan. Gambaran angan dalam sajak
Pada dunia. Bulan yang menyinar ke
disebut citraan, sedangkan setiap
dalam
99
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104
100
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
101
Kandai, Vol.9, No. 1, Mei 2013; 95- 104
Pada bait pertama ditulis cemara Malam tambah merasuk, rimba jadi
menderai sampai jauh mengandung semati tugu
makna untaian kehidupan yang sudah
berjalan cukup panjang sehingga hari Di karet, di karet (daerahku y.a.d)
(waktu terus berganti dan berjalan, mau sampai juga deru dingin
tidak mau usia bertambah tua dan badan
semakin renta (ada beberapa dahan Aku bebenah dalam kamar, dalam
ditingkap merapuh). Apabila ditambah diriku jika kau dating
oleh kehidupan yang keras, tetapi tidak Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru
terasa (dipukul angin yang terpendam). padamu;
Pada bait berikutnya ditulis aku Tapi kini hanya tangan yang bergerak
sekarang orangnya bisa tahan lantang
mengungkapkan bahwa si aku lirik yang
sudah berpengalaman dalam kehidupan Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan
dapat menahan diri karena usianya sudah peristiwa berlalu beku
tidak muda lagi (sudah berapa waktu
bukan muda lagi). Namun, ketika masih Sarana kepuitisan pada puisi di atas
muda si aku lirik sudah mempunyai suatu berupa bahasa kiasan adalah personifikasi.
masalah (tapi dulu memang ada suatu
bahan) yang satu ini bukanlah suatu Malam tambah merasuk, rimba jadi
masalah yang harus diperhitungkan (yang semati tugu
bukan dasar perhitungan kini).
Bait berikutnya hidup hanya menunda Kutipan di atas mengiaskan keadaan
kekalahan mengandung makna bahwa malam yang dingin dengan suasana rimba
dalam kehidupan yang panjang dan penuh (hutan yang sepi sehingga kelihatan kaku
liku ini hanyalah memperpanjang masalah (tugu) tidak ada denyut kehidupan.
hidup sehingga suka atau tidak suka Sarana keputisan lainnya adalah
kehidupan ini harus dijalankan. Meskipun sarana retorika berupa ulangan kata
pada akhirnya, semuanya menjadi mudah seperti kutipan berikut.
terlupakan, terutama sekali masa kecilnya
dulu (tambah terasing dari cinta sekolah Di karet, di karet (daerahku y.a.d)
rendah). Akibatnya, ada sesuatu yang dalam diriku jika kau datang
tidak dapat dilakukan dengan sungguh-
sungguh (dan tahu, ada yang tetap tidak Bahasa kiasan lainnya adalah
diucapkan) yang akhirnya sebelum perbandingan, pada kutipan berikut.
semuanya selesai dengan baik si aku lirik
mengatakan tidak sanggup lagi melakukan Tubuhku diam dan sendiri, cinta dan
semuanya. peristiwa berlalu beku
102
Nurweni Saptawuryandari: Analisis Semiotik Puisi Chairil Anwar
104