Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Dengan Menjadi Mahasiswa Berprestasi Sebagai Upaya Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air Silvia Tita Sari
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Dengan Menjadi Mahasiswa Berprestasi Sebagai Upaya Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air Silvia Tita Sari
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
(Hartaji, 2012: 5). Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai
memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan
dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat
yang cenderung melekat pada diri sebagian besar mahasiswa.
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama yang
melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari sekolah
menengah atas menuju universitas. Seorang mahasiswa rata-rata berumur 18 tahun ke
atas, dimana mereka telah berada di masa-masa remaja akhir. Di masa-masa ini, seorang
mahasiswa cenderung telah menganggap dirinya bisa melakukan apapun yang diinginkan.
Pada usia remaja, wawasan mereka bertambah luas melampaui batas-batas keluarga.
Ketika telah beranjak remaja, sikap-sikap baru mulai terbentuk, tidak hanya terhadap
dirinya sendiri tetapi juga kepada orang lain. Setiap remaja dalam dunia sosialnya, dalam
pergaulannya, mulai berusaha untuk mencapai kedewasaan, ia ingin tenggelam dalam
berbagai kegiatan dan berusaha untuk mendapat perhatian dari orang lain.
Ketika menjadi mahasiswa, merupakan transisi dari masa remaja akhir menuju
dewasa. Banyak perubahan pula yang terjadi. Seorang mahasiswa akan mulai menerima
keadaan fisiknya, mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang
sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya, mampu bergaul dengan teman
sebaya maupun yang lebih tua, menemukan panutan (contoh) dalam bertingkah laku dan
bersikap, mengetahui dan menerima kemampuan yang dimiliki, dan mulai tidak
bergantung pada orang lain, khususnya orang tua.
Kedewasaan akan mulai berkembang ketika telah menjadi mahasiswa. Seorang
telah dapat berdiri sendiri dalam hidupnya dan tidak selalu meminta pertolongan orang
lain dan telah dapat mempertanggungjawabkan moral dan kelakuannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa ialah
penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas di kampus, mulai memiliki intelektualitas
yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, dan memiliki
kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan kepribadiannya.
Mahasiswa juga telah sadar bahwa prestasi itu penting, sehingga mereka berupaya sebaik
mungkin untuk menggapai apa yang dicita-citakan dengan penuh tanggung jawab dan
kemandirian.
Masa depan suatu bangsa, salah satunya ditentukan oleh bagaimana kualitas
generasi mudanya, sebagai cikal bakal generasi penerus untuk membangun bangsa
menjadi besar. Jika bangsa tersebut memiliki generasi muda yang tangguh dan berkualitas
maka kuat dan kokohlah bangsa tersebut di masa yang akan datang. Untuk itu semua
bangsa berlomba-lomba meningkatkan kualitas generasi mudanya. Dan banyak pihak
sepakat bahwa semua berawal dari bagaimana kita meningkatkan mutu pendidikan yang
nantinya akan memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi generasi muda tersebut.
Dunia atau kehidupan perguruan tinggi/kampus oleh banyak orang dianggap dunia
atau masa yang sangat penting, jauh lebih penting dari masa sekolah. Pendidikan tinggi
melalui kegiatan penelitian dan keilmuan dapat menghasilkan berbagai pemikiran dan
konsep-konsep yang tepat, cemerlang, dan bermanfaat untuk meningkatkan harkat,
martabat, dan taraf hidup manusia. Mahasiswa merupakan salah satu bagian penting dari
seumber daya manusia Indonesia dan sekaligus merupakan aset bangsa. Hal ini
disebabkan karena seorang mahasiswa sebagai sosok yang beranjak dari masa remaja
akhir menuju masa dewasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikan pendidikannya
dengan baik, dan setelah lulus mereka dapat memberikan karya nyata, kontribusi dan
sumbangsih dari apa yang didapat kepada masyarakat dan bangsa. Di sisi lain dalam
mengarungi kehidupan di kampus, setiap individu (mahasiswa) mendapat kebebasan yang
jauh melebihi masa sekolah. Hal ini menuntut kedewasaan dalam menyikapinya.
Dukungan dan totaliats dari semua pihak sangat diperlukan dalam mendidik para
mahasiswa sebagai aset bangsa.
Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa kita semua berkewajiban
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak akan bisa usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa hanya dilakukan oleh sebagian kecil pihak. Harus ada peran serta dari semua
pihak untuk menyuskeskan keinginan mulia Bangsa Indonesia tersebut. Upaya
mencerdaskan bangsa sangat penting, karena dengan memiliki masyarakat yang cerdas,
maka suatu bangsa akan mampu menajga kekayaan/aset-aset negara dan berperan aktif
dalam komunikasi/kerjasama dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dan yang paling
penting adalah bahwa suatu bangsa yang cerdas akan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
Untuk menjadi cerdas tidak hanya dicekoki dengan teori-teori akademik saja,
melainkan perlu pula mengembangkan bakat dan minat seorang mahasiswa. Maka dari
itu, Perguruan Tinggi juga perlu untuk memperhatikan aspek lain yang diperlukan oleh
mahasiswa, misalnya aspek peningkatan minat dan bakat yang dimiliki oleh tiap
mahasiswa.
Mungkin bagi seorang mahasiswa baru, ada semacam “keterkejutan” setelah
mengetahui bagaimana sebenarnya kehidupan mahasiswa itu, karena mahasiswa baru
harus mulai bersikap dewasa, tidak lagi membawa sikap dan tingkah laku yang kekanak-
kanakan seperti masa SMA.
Di kampus, mahasiswa selain belajar tentang akademik (teori) dan
mengembangkan bakat minat, juga diberikan kesempatan untuk belajar berorganisasi,
baik intra maupun ekstra kampus. Namun bagi mahasiswa yang ingin terlibat untuk
bergabung dengan organisasi, hendaknya memahami bahwa perbedaan pendapat adalah
hal yang wajar, dan janganlah membawa perbedaan visi, misi dan ideologi dari organisasi
kepada kehidupan kampus.
Perlu diketahui bahwa salah satu sisi menarik dan menyenangkan dari dunia
mahasiswa ditinjau dari sudut pandang para mahasiswa. Tidak setiap hari mereka kuliah.
Tidak selalu setiap hari mereka ada jadwal kuliah. Dari sinilah banyak jenis-jenis
mahasiswa terbentuk, mulai dari mahasiswa gaul, mahasiswa student, dan mahasiswa
organisatoris. Mahasiswa gaul ini merupakan mahasiswa yang selalu mengutamakan
model pakaian, rambut, gadget dan segala yang berbau kekinian, doyan nongkrong, dan
paling up to date dengan berita-berita yang sedang hangat dibahas,namun tipe
mahasiswa ini cenderung memiliki banyak teman karena karakternya yang terbuka dan
humoris. Berbeda dengan mahasiswa student, mahasiswa student adalah maahsiswa yang
rajin, tekun, nongkrong-nya di perpustakaan dan selalu memiliki Indeks Prestasi yang
tinggi. Jenis mahasiswa berikutnya adalah mahasiswa organisatoris, yaitu mahasiswa yang
kreatif dan kritis terhadap persoalan, memiliki jiwa kepemimpinan tinggi dan tentunya
menjadi orator kampus. Mahasiswa dikatakan berprestasi adalah ketika mampu
menyeimbangkan antara menjadi mahasiswa gaul, student, dan organisatoris. Semakin
mampu seorang mahasiswa mengkolaborasikan ketiga dimensi di atas semakin tinggi
prestasi yang akan mereka gapai. Mengkolaborasikan hal tersebut tidaklah mudah
dilakukan oleh mahasiswa, banyak tantangan yang akan dihadapi. Sebelum berbicara
terlalu jauh, mahasiswa berprestasi adalah mahasiswa yang mendapatkan kepuasan dari
dalam dirinya dengan hasil yang ia raih dan dihargai oleh masyarakat. Kepuasan terhadap
nilai diukur dari seberapa jauh seseorang mampu mencerahkan jiwa dan pikiran saat
kesuksesan atau prestasi yang mereka raih tanpa besar kepala.
Sepertinya menjadi mahasiswa gaul dan mahasiswa student sudah menjadi bagian
dari hidup mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa yang aktif tidak semua mahasiswa
melakukannya. Padahal dengan menjadi mahasiswa aktif, banyak manfaat yang dapat
diperoleh ; memiliki banyak teman, memiliki pengalaman, dan tentunya memperbanyak
link yang dapat membantu kita. Salah satu kegiatan positif yang ada di kampus dan
banyak diminati oleh para mahasiswa adalah aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik
di tingkat jurusan, fakultas , maupun kampus. Pada tingkat jurusan, sering dikenal dengan
sebutan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Setiap jurusan di perguruan tinggi hampir
pasti selalu memiliki organisasi HMJ. Kegiatan utama yang dilakukan oleh HMJ biasanya
adalah kegiatan yang berbau ilmiah dan sosial. Beberapa diantaranya ; seminar mengenai
isu-isu mutakhir terkait dengan bidang ilmu dibarengi kegiatan mengundang pakar-pakar
yang berkompeten sebagai pembicara, kunjungan ke perusahaan atau organisasi terkait
dengan keilmuan, bakti sosial, pendidikan dan latihan (diklat) dan kompetisi. Seorang
Ketua HMJ Administrasi Pendidikan di Universitas Negeri Malang, yang sering disapa Mas
Amir menuturkan bahwa awalnya mengikuti organisasi karena penasaran dan ingin
belajar. Namun setelah cukup lama ia menyadari aktif di organisasi itu banyak
manfaatnya. Ia mengaku bahwa ia memiliki keluarga baru, memiliki teman baru,
mendapat relasi, dan karena Mas Amir ini adalah mahasiswa jurusan Administrasi
pendidikan ia mengaku dapat mengamalkan apa yang sudah dipelajari di bangku kuliah
secara praktis di organisasi tersebut.
Kemudian tingkatan yang lebih tinggi adalah kegiatan di tingkat fakultas dan
universitas, dimana kegiatan yang dapat dilakukan ataupun agenda rutin tahunan
biasanya lebih beragam dan melibatkan mahasiswa dari jurusan dan angkatan yang
berbeda serta dari fakultas yang berbeda juga. Kegiatan kemahasiswaan tingkat fakultas
dan universitas terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang merupakan organisasi
eksekutif dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang merupakan organisasi legislatif.
Badan Eksekutif Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang
merupakan lembaga eksekutif tertinggi di tingkat Perguruan Tinggi. Salah seorang
mahasiswa yang aktif dalam keorganisasian yaitu BEM Fakultas Ilmu Pendidikan di
Universitas Negeri Malang, yang sering dipanggil Kak Adhit memaparkan bahwa mengikuti
organisasi, khusunya BEM itu mendapat banyak manfaat mulai dari dapat belajar
aktualisasi diri dan mengerti seluk beluk kehidupan pemerintahan di kampus. Awalnya Kak
Adhit mengikuti BEM karena keinginan untuk belajar berorganisasi, membangun jaringan
dengan sesama anggota BEM, belajar mendisiplinkan diri dan membina orang lain, serta
memberikan ide baru yang mungkin bisa membantu membangun kemajuan Fakultas,
khususnya FIP.
Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang
tugasnya menyampaikan aspirasi mahasiswa, mengawasi kinerja lembaga eksekutif, dan
membentuk kebijakan bersama dengan lembaga eksekutif kampus.
Dalam berkomitmen mengikuti organisasi haruslah dibarengi dengan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Tidak hanya mencari popularitas saja. Tanggung Jawab itu
sendiri memiliki arti kesadaran diri manusia terhadap semua tingkah laku dan perbuatan
yang disengaja atau pun tidak di sengaja. Tanggung jawab merupakan kewajiban tiap
individu. Bagaimana cara agar mahasiswa terlatih untuk mengemban tanggung jawab?
1. Membiasakan untuk disiplin
Seorang mahasiswa harus mampu memahami bagaimana menyelesaikan
pekerjaan dan kapan pekerjaan bisa selesai tepat waktu dan tunatas. Menjadi
orang yang mampu mendisiplinkan diri sendiri berarti mampu menentukan
target dan mencapainya tanpa terkecoh oleh hal lain.
2. Ingat tujuan akhir yang ingin dicapai
3. Belajar menghadapi kesulitan
Seorang mahasiswa perlu memahami cara menghadapi semua tantangan hidup
agar mengerti bagaimana cara bersikap untuk menghadapinya
4. Biasakan bekerja multitasking
Keterampilan penting lainnya dalam bertanggung jawab adalah kemampuan
melakukan beberapa tugas sekaligus. Caranya adalah dengan mengatur semua
kegiatan agar bisa berjalan baik pada saat yang sama.
5. Belajar berkomitmen dan konsisten