Anda di halaman 1dari 6

FILSAFAT ILMU DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI

Oleh :

La Ode Abdul Rakhman [A062181016]

PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
ILMU DAN FILSAFAT ILMU

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk
kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti
cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam
pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan
perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan,
terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.

Filsafat merupakan di mulai dengan rasa ingin tahu dan dimulai dengan rasa ragu-
ragu untuk mendapatkan pengetahuan dan sebuah kepastian dalam artian gerbang segala ilmu
pengetahuan dari filsafat di dapatkan dari kajian ilmu pengetahuan baru. Berfilsafat di
dorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat
berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan
yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-
ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya.

Karakteristik berfikir filsafat adalah sebagai berikut :

a. Sifat menyeluruh, bahwa filsafat mencakup segala aspek ilmu dalam segi pandang itu
sendiri sebagai contoh bahwa seorang ilmuan tidak akan puas mengenal ilmu dari segi
pandang ilmu itu sendiri. dia juga akan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi
pengetahuan yang lainnya.
b. Sifat mendasar, bahwa filsafat sebagai landasan fundamental sebagai contoh seorang
ilmuan tidak akan selalu melihat bintang-bintang diatas namun juga membongkar
tempat berpijak secara fundamental.
c. Sifat spekulatif, dalam artian berandai-andai melampaui batas-batas pengetahuan
ilmiah sebagai contoh Misalnya seorang ilmuwan memikirkan salah satu dari
beberapa kejadian alam yang disebut “hujan”. Ilmuwan dapat memikirkan sebab-
sebab terjadinya hujan dan memberikan deskripsi tentang kejadian itu. Dalam suatu
kawasan ilmuwan dapat meramal daerah-daerah mana yang terkena hujan yang tinggi
rendahnya hujan dapat dinyatakan dalam bentuk ukuran yang besifat kuantitatif.
Namun ilmuwan tidak mempersoalkan maksud dan tujuan hujan, karena hal itu di luar
batas kewenangan ilmiah. Ia tidak menanyakan apakah ada “kekuatan” atau “tenaga”
yang mampu menimbulkan hujan. Ilmuwan tidak memikirkan apakah kekuatan atau
tenaga yang menimbulkan hujan itu berwujud materi atau bukan-materi. Pemikiran
tentang “maksud”, “tujuan” dan “kekuatan” itu bersifat spekulatif, artinya melampaui
batas-batas pengetahuan ilmiah.

B. CIRI-CIRI FILSAFAT
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai
karakteristik tertentu. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir yang
disebut berfilsafat yaitu :
a. Berfikir dengan teliti, dan
b. Berfikir menurut aturan yang pasti.

Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf, dan berfikir yang demikianlah yang
disebut berfilsafat Sementara itu Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri ber-Filsafat
atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir
sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan
berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah
diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan
yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara
menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.

C. FILSAFAT: PENERATAS PENGETAHUAN

Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir dari ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun
sosial. Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi
menyeluruh melainkan sektoral. Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu
masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.Dalam tahap selanjutnya ilmu menyatakan
menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada
hakikat alam sebagaimana adanya.
Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas
kedalam tahap religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang
dijadikan postulat ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran
religi.tahap kedua orang mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang
menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system
pengetahuan di atas dasar postulat metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap
pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-asa yang digunakan di uji secara positif dalam proses
verifikasi yang obyektif.

Tahap mula,filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu.Tahap yang kedua adalah


pertanyaan yang berkisar tentang ada:tentang hidup dan eksistensi manusia.Tahap yang
ketiga adalah kejelesan yang dapat ditangkap oleh pendengar tentang apa yang sedang di
utarakan.

D. CABANG-CABANG FILASAT

Pokok permasalahan yang di kaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut
benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang di angga baik dan mana yang di anggap
buruk (etika) serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga
cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: hakikat
keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran semuanya
terangkum dalam metafisika dan kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantarannya filsafat
ilmu. Cabang –cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:

1. Epistemologi ( Filsafat pengetahuan)


2. Etika ( Filsafat moral)
3. Estetika ( Filsafat seni)
4. Metafisika
5. Politik ( Filasafat pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat pendidikan
8. Filsafat hukum
9. Filsafat sejarah
10. Filsafat matematika
E. FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan
antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan
teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering di bagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-
masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial, dan tidak
mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-
pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduannya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.

F. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun
dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan
ke duanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk
mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks
lebih memahami khazanah intelektuan manusia.

Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai
hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara
ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan
dalam ha! sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan
pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.

Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa
keduanya menggunakan berflkir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta
dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis,
berfikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada
pengetahuan yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu
mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam
pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman
mdra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan
filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif
dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih
bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi
kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan
bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema
masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan
klaim agama, moral serta seni.

Anda mungkin juga menyukai