Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media Sosial adalah perangkat media yang berfokuskan kepada

keberadaannya bisa dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengguna dalam

beraktifitas secara online [CITATION YAV16 \l 1033 ]. Dari tahun ke tahun

media Sosial ini semakin berkembang pesat sampai kita bisa merasakan

perkembangan teknologi tersebut di zaman ini karena media Sosial

merupakan media berbasis internet yang digunakan untuk menjalin

komunikasi dengan orang lain[CITATION Skripsi \l 1033 ].

Media Sosial bisa diartikan sebagai sebuah media berbasis internet

dimana penggunanya yang disebut user dapat berpartisipasi dan

menciptakan sebuah karya berupa konten seperti blog, forum, jejaring

Sosial, wiki dan ruang dunia virtual yang dilengkapi dengan teknologi

multimedia yang canggih setiap tahunnya yang dimana setiap orang bisa

membagikan berbagai informasi ke berbagai belahan dunia dengan

mudahnya [ CITATION RSu14 \l 1033 ].

Media Sosial pun dapat mempercepat penyebaran informasi dan

juga mempermudah kita untuk berkomunikasi jarak jauh dengan biaya

relatif lebih murah dengan fitur yang memang sudah disediakan

sedemikian rupa dengan fungsi dan tampilan yang menarik dimana untuk

mempermudah penggunanya, namun dampak negatifnya adalah akan

1
2

menimbulkan candu apabila melebihi dosis penggunaan dan juga dapat

serta persoalan etika dan hukum karena kontennya yang bisa saja

melanggar aturan serta privasi yang dimana menjadikan fenomena tersebut

menjadi pisau bermata dua yang disatu sisi memiliki dampak yang sangat

baik bagi kelangsungan hidup manusia dan di satu sisi lain memiliki

dampak yang sangat buruk bagi perkembangan hidup manusia yang

dimana salah satunya berdampak pada kondisi kejiwaan pemakainya

sendiri apabila digunakan dengan intensitas yang berlebihan. Kondisi

kejiwaan yang sering disangkut pautkan dengan kecanduan bermedia

Sosial adalah FOMO (Fear of Missing Out) adalah kecemasan dimana

seseorang takutt ketinggalan berita yang berefek kepada kestabilan emosi

seseorang[ CITATION Akb18 \l 1033 ].

Menurut Andarwati dan Sankarto mengemukakan bahwa aspek

dari intensitas penggunaan internet itu adalah mencakup frekuensi dan

durasi dalam menggunakan internet tersebut baik mencari informasi untuk

pendidikan maupun hanya sekedar mencari hiburan saja [ CITATION Sri05 \l

1033 ]. Untuk intensitas penggunaan internet, Indonesia berada di posisi

teratas dengan jumlah persentase sebesar 64% penduduk yang mengakses

internet dengan akses internet dalam sehari bisa mencapai 8 jam lamanya

yang dimana 3 jam 36 menit sisanya digunakan untuk mengakses media

Sosial yang mencapai 59%, angka ini mengalami kenaikan sebesar 8,1%

dari tahun lalu [ CITATION WeA20 \l 1033 ].


3

Sedangkan menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara

Jasa Internet Indonesia ditemukan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh

pengguna internet di Indonesia bisa mencapai 8 jam lebih lamanya dengan

persentase sebesar 19,5 %, untuk 3-4 jam lebih ada sekitar 12,4% dan 2-3

jam sekitar 12.3 %. Alasan kebanyakan para responden dari hasil survei

tersebut mengatakan bahwa menggunakan internet untuk mengakses

media Sosial (51,5%), berkomunikasi lewat pesan (29,3%), mencari

hiburan (21,7%) [ CITATION Aso18 \l 1033 ].

Penggunaan media Sosial dengan intensitas yang lama ini

dipengaruhi dari sudah meratanya akses internet yang disediakan oleh

pemerintah dalam menunjang keberlangsungan hidup masyarakat.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menjelaskan bahwa ada

kenaikan sebesar 8,9% pengguna internet dari tahun 2018 sampai 2019-

2020 dimana pada tahun 2018 terdapat 171,17 juta jiwa pengguna internet

dari populasi penduduk Indonesia sebanyak 264,16 juta jiwa berarti ada

sekitar 64,8 % dan pada tahun 2019-2020 ada 196,71 juta jiwa dari

populasi 266,91 juta dengan persentasi 73,7 %. Ini disebabkan karena

sangat mudahnya mendapatkan akses internet dan sudah banyaknya

perangkat-perangkat yang dapat menunjang masyarakat untuk mengakses

internet seperti smartphone, laptop atau personal computer , tablet, konsol

game hingga virtual reality device[ CITATION Aso18 \l 1033 ].

Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia bahwa pengguna internet yang paling aktif kebanyakan


4

diduduki oleh orang dengan usia antara 20- 24 tahun dengan persentase

sebesar 14,1 yang selanjutnya dengan renyang usia 15-19 tahun dengan

persentase 9,6 dan untuk remaja yang berusia 10-14 tahun ada 5,5%. anak

berusia remaja yaitu berkisar usia 15-19 tahun. Pada survei ini

menunjukkan remaja cukup aktif dalam mengakses internet yang dimana

mereka berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat, mereka bisa menjadi sangat berpengaruh terhadap penggunaan

internet dan media Sosial ini dikarenakan rasa keingintahuan mereka yang

besar yang dimana mereka belum bisa memfilter mana yang baik dan

mana yang buruk, ini lah mengapa anak remaja paling mudah

mendapatkan dampak negatif dari menggunakan media Sosial dibanding

dampak positifnya [ CITATION Aso18 \l 1033 ].

WHO mendefinisikan bahwa remaja adalah individu yang berusia

sekitar 10-24 tahun. Remaja ini adalah masa pertumbuhan transisi dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengalami beberapa perubahan

seperti fisik, seksual, psikologis dan Sosial pada waktu yang bersamaan.

Namun perubahan ini cukup bisa menjadi peluang mereka lebih rentan

terhadap masalah kesehatan salah satunya kesehatan mental [ CITATION

WHO19 \l 1033 ].

Santrock mendefinisikan remaja merupakan sebuah perubahan

perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mencakup

beberapa aspek diantaranya yaitu biologi, kognitif dan perubahan Sosial

yang berlangsung antara 10-19 tahun [ CITATION San \l 1033 ]. Masa remaja
5

merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang

tercakup dalam ”strom and stress”. A Bandura mengemukakan bahwa

masa remaja menjadi masa yang penuh dengan pertentangan dan

pemberontakan karena terlalu memfokuskan pemikiran-pemikiran bebas

dan ringan dari ketidaktahuan mereka [CITATION Sin04 \l 1033 ].

Masa remaja adalah masa penting dan juga unik yang banyak

sekali informasi di dalam setiap tahap perkembangannya, kebanyakan

mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik namun kondisi

tersebut dapat bermasalah apabila mereka mengalami beberapa perubahan

emosi dampak dari lingkungan mereka, pertumbuhan mereka kadang tidak

disertai dengan kematangan berpikir dan emosional.

Pada perkembangan emosional tahap remaja tengah ditemukan

mengalami naik turun yang cukup signifikan diakibatkan oleh beberapa

faktor diantaranya seperti lingkungan, lingkungan berperan cukup besar

dalam mempengaruhi suasana hati seseorang [ CITATION Set16 \l 1033 ]

Diperkirakan ada sekitar 10-20% secara global remaja mengalami

gangguan kondisi kesehatan mental, namun kasus ini kurang terdiagnosa

sehingga tidak ada perawatan yang lebih lanjut. Apabila semakin

didiamkan dan faktor risiko yang dialami oleh remaja semakin besar maka

besar pula peluang gangguan pada kesehatan mental mereka salah satunya

gangguan kestabilan emosi mereka [ CITATION WHO19 \l 1033 ].


6

Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain

depresi atau kecemasan, remaja dengan gangguan emosi juga bisa

mengalami sifat mudah marah, frustasi atau marah berlebihan. Gejala

dapat tumpang tindih di lebih dari satu gangguan emosional dengan

perubahan suasana hati dan ledakan emosi yang cepat dan tidak terduga.

Remaja yang lebih muda juga dapat mengalami gejala fisik yang

berhubungan dengan emosi seperti sakit perut, sakit kepala atau mual

[ CITATION Pun171 \l 1033 ].

Secara global, depresi adalah penyebab keempat penyakit dan

kecacatan di antara remaja berusia 15-19 tahun dan kelima belas untuk

mereka yang berusia 10-14 tahun. Kecemasan adalah penyebab utama

kesembilan untuk remaja berusia 15-19 tahun dan keenam untuk mereka

yang berusia 10-14 tahun. Gangguan emosional dapat sangat

mempengaruhi area seperti tugas sekolah dan kehadiran di sekolah.

Pengunduran diri Sosial dapat memperburuk isolasi dan kesepian. Lebih

buruk lagi, depresi bisa menyebabkan bunuh diri. [ CITATION Vio18 \l 1033 ].

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan ada lebih dari 19 juta jiwa

penduduk yang usianya diatas 15 tahun terkena gangguan mental

emosional dan lebih dari 12 juta jiwa orang berusia diatas 15 tahun

diperkirakan telah mengalami depresi [CITATION Dep19 \l 1033 ].

Chaplin mengatakan bahwa kestabilan emosi merupakan terbebas

dari kegundahan suasana hati dan memiliki kontrol emosi yang baik. Bisa

dikatakan bahwa kestabilan emosi adalah suatu kondisi dimana seseorang


7

benar-benar memiliki pendirian dan mampu menghadapi segala persoalan

dengan beryanggung jawab penuh dengan emosi yang tetap sama tanpa

menyakiti dirinya maupun orang lain [ CITATION Cha18 \l 1033 ] . Kestabilan

emosi bukan salah satunya dari penentu pola kepribadian seseorang,

namun kestabilan emosi dapat membantu untuk mengontrol

perkembangan emosi salah satunya perkembangan remaja. Konsep emosi

yang stabil di semua tingkatan adalah sebuah cerminan dari perkembangan

emosi yang normal.Stabilitas emosi adalah satu dari beberapa indikator

kesehatan mental. Jika remaja tidak memiliki kontrol emosi, akan

menyebabkan kecemasan dan inferioritas perasaan [ CITATION Sha17 \l 1033

].

SMP Al-Azhary Cianjur adalah salah satu sekolah menengah

pertama swasta yang terletak di kota Cianjur yang beralamatkan di Jl.H.

Askio Panembong Cianjur Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dengan

izin operasional pada tahun 2005 dan masih beroperasi sampai saat ini.

Sekolah ini memiliki jumlah kelas sebanyak 12 dengan murid berjumlah

218 siswa yang diantaranya kelas 7 berjumlah 61 siswa, kelas 8 berjumlah

71 siswa dan kelas 9 berjumlah 86 siswa. Sekolah ini memiliki berbagai

ekstrakurikuler untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan siswa

siswinya dan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sudah

memenuhi standar. Sekolah ini terakreditasi A dengan jumlah guru dan

tenaga didik sebanyak 16 orang dengan berbagai bidang di dalamanya.

Setelah peneliti melakukan pra observasi ditemukan bahwa pengguna


8

media Sosial di SMP Al-Azhary Cianjur cukup tinggi ditambah lagi

dengan kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan para siswanya selalu

aktif di media Sosial untuk menunjang pembelajaran daring yang sudah

ditetapkan oleh sekolah.

Menurut studi pendahuluan dari beberapa tenaga pendidik dan

guru SMP Al-Azhary Cianjur yang dapat peneliti wawancarai ditemukan

bahwa para guru mengeluhkan para muridnya yang tidak bisa memilih

waktu antara belajar dan bermain handphone khususnya media Sosial baik

sebelum pandemi maupun selama pandemi yang membuat konsentrasi

anak dalam memperhatikan pembelajaran teralihkan oleh kegiatan

bermedia sosial tersebut. Menurut pemaparan para guru-guru mereka

berpendapat bahwa handphone atau gadget itu memiliki pengaruh yang

cukup buruk bagi perkembangan anak didik mereka karena mereka jadi

lebih malas dan lebih memilih bermain handphone dibandingkan

memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pembelajaran,

kasus-kasus yang sering dilaporkan berupa sering merusak fasilitas yang

ada di sekolah tanpa maksud yang jelas, sering terlambat masuk kelas dan

kasus sindir menyindir hingga bullying lewat aplikasi WhatsApp. Menurut

pemaparan guru BK SMP Al-Azhary Cianjur ada sekitar 50% kasus

terlambat masuk ke kelas, 20% kasus merusak fasilitas sekolah dan 30%

yang baru-baru ini berupa kasus sindir menyindir lewat aplikasi Whatsapp.

Peneliti pun mewawancarai beberapa murid-murid yang sedang

berkunjung ke sekolah untuk mengumpulkan tugas, para murid


9

mengatakan kegiatannnya selama pandemic lebih banyak bermain

handphone dibanding sebelum pandemic yang kadang membuat mereka

jenuh karena bermain handphone terus menerus. Mereka kadang sering

marah-marah tanpa maksud yang jelas dan kualitas tidur mereka semakin

buruk karena sering menghabiskan waktu untuk bermedia Sosial. Peneliti

pun menanyakan perihal hubungan mereka dengan sesama teman sebaya

dan mengatakan bahwa banyak kesalahpahaman yang terjadi akhir-akhir

ini seperti sindir menyindir lewat aplikasi WhatsApp.

Media Sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi

dengan memberikan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta

membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Tidak dapat

dipungkiri bahwa media Sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam

kehidupan seseorang. Seseorang yang awalnya kecil bisa menjadi besar

dengan media Sosial, atau sebaliknya. Bagi masyarakat khususnya

kalangan remaja, media Sosial sudah menjadi candu yang membuat

penggunanya tiada hari tanpa membuka media Sosial. Ini disebabkan fitur

pada media Sosial yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia

terutama para remaja.

Perilaku kecanduan ini cukup menjadi andil yang besar bagi

siswa/i SMP Al-Azhary Cianjur yang tidak bisa memilih waktu antara

bermedia Sosial dengan belajar yang dikhawatirkan akan berefek pada

proses tumbuh kembang mereka salah satunya proses perkembangan

emosi.
10

Salah satu faktor dari kestabilan emosi adalah suasana hati yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor

lingkungan [ CITATION Set16 \l 1033 ] . Pada era serba teknologi ini membuat

faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi semakin beragam, salah

satunya adalah gaya hidup manusia modern yang tidak lepas dari yang

namanya media Sosial yang dapat memicu timbulnya gejala depresif yang

dikenal dengan sebutan “ Facebook depression”. Gejala ini muncul akibat

dari seringnya melihat postingan yang berisi kesenangan seseorang yang

membuat berkurangnya rasa percaya diri orang tersebut karena tidak

bernasib sama yang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang yang

kemudian akan berdampak pada kestabilan emosi. Beberapa orang akan

lebih mudah mengalami penularan emosi dari postingan yang bersifat

negatif yang menghasilkan kestabilan emosi yang tidak stabil [ CITATION

Can11 \l 1033 ].

Efek lain dari penggunaan media Sosial yang berlebihan lain pun

adalah FOMO saat dimana seseorang merasakan kecemasan apabila

ketinggalan berita, mereka akan selalu update hal-hal lain meskipun hal

tersebut bohong adanya. Kecemasan ini bisa berdampak kepada kestabilan

emosi yang kacau.[CITATION Akb18 \l 1033 ]

Berdasarkan latar belakang diatas fokus dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui tentang hubungan intensitas penggunaan media Sosial

terhadap kestabilan emosi pada anak usia remaja kelas 9 Smp Al-Azhary

Cianjur.
11

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa media Sosial adalah

sebuah media yang berbasis internet yang memungkinkan penggunanya

untuk bisa membagikan berbagai konten di dalamanya yang bisa dilihat

oleh banyak orang yang dimana apabila intensitasnya berlebih akan

menimbulkan rasa candu bagi penggunanya. Menurut data yang telah

dijelaskan diatas menunjukkan adanya peningkatan penggunaan media

Sosial setiap tahunnya dan pengguna media Sosial terbesar ada pada anak

usia remaja yang memiliki kestabilan emosi yang terbilang labil dimana

mereka lah yang paling aktif sebagai pengguna media Sosial dan menurut

data departemen kesehatan bahwa sudah banyak ditemukan anak usia

diatas 15 tahun mengalami gangguan emosional dan depresi.

Dengan demikian peneliti menarik rumusan masalah apakah ada

Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Kestabilan

Emosi Pada Anak Usia Remaja Kelas 9 di SMP Al-Azhary Cianjur ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial

Terhadap Kestabilan Emosi Pada Anak Usia Remaja Kelas 9 di SMP

Al-Azhary Cianjur .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui intensitas penggunaan media Sosial pada anak

usia remaja di SMP Al-Azhary Cianjur


12

b. Untuk mengetahui kestabilan emosi anak usia remaja di SMP Al-

Azhary Cianjur

c. Untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan media Sosial

terhadap kestabilan emosi anak usia remaja kelas 9 di SMP Al-

Azhary Cianjur

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menempatkan pada anak usia remaja harus

diberikannya pengawasan lebih dalam penggunaan media Sosial.

2. Manfaat Teoritis

Hasil kajian ini dijangka memberi pandangan sebagai sains

untuk pembangunan sains kejururawatan yang berkaitan dengan

kesehatan jiwa pada anak usia remaja.

3. Manfaat Metodologis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu keperawatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi bagi para pengajar, mahasiswa dan peneliti

selanjutnya tentang kemajuan riset keperawatan khususnya untuk

mengatasi kondisi kestabilan emosi pada anak usia remaja.


13

Anda mungkin juga menyukai