Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI AIR (IL-2203)


MODUL 6
PENGAMATAN JAMUR, MIKROALGAE, PROTOZOA

Nama / NIM : Kevin Jairus / 15718020


Hikmal Maulana Ahsan / 15718021
Salsa Nabila Stefany / 15718022
Kelompok :8
Tanggal Praktikum : Senin, 14 Oktober 2019
Tanggal Pengumpulan : Jumat, 1 November 2019
PJ Modul : Jayanti Ramadhany (15716036)
Asisten Kelompok : Larasati Putri Defi (15715015)
Analis : Dian Nur Syamsiah

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
MODUL 6

PENGAMATAN JAMUR, MIKROALGAE, PROTOZOA

PERCOBAAN : PENGAMATAN PLANKTON DAN BENTHOS

I. TUJUAN
1. Menentukan jenis mikroalgae pada sampel air di Situ 2
2. Menentukan jenis plankton pada sampel di Situ 2
3. Menentukan jenis protozoa pada sampel di Situ 2

II. HASIL PENGAMATAN


 Plankton

Hasil Pengamatan Keterangan


Jumlah total plankton yang
teramati di mikroskop berjumlah
13 dengan jenis plankton yang
bergerak berjumlah 4 dan
plankton yang tidak bergerak
berjumlah 9. Warnanya tidak bisa
ditentukan. Ukuran mikroskopis,
hidup mengambang pada air yang
tenang. Bentuk tidak teramati
dengan dengan kasat mata.

Hanya teramati 4 plankton


berjenis protozoa. Ada yang
bergerak cepat tiba-tiba dan ada
yang bergerak lambat berputar di
tempat dan ada yang berpindah
tempat. Ukurannya mikroskopis
dan hidup mengambang pada air
yang tenang.
Organisme : Protozoa
Jenis : Sarcodina, Sporozoa
Bentuk : Coleps octospinus,
Paramecium, S. mytilus
Warna : -
Hanya teramati 9 plankton
berjenis zootoplankton.
Ukurannya mikroskopis sekitar
0,2-2 mm dan hidup
mengambang diam pada air.

Organisme : Zooplankton
Bentuk : Bervariasi
Warna : -

(sumber : kelompok 1&2)

HASIL PENGAMATAN KETERANGAN


Jumlah total plankton yang
teramati di mikroskop berjumlah
3. Berwarna bening, dengan kata
lain tidak memiliki kloroplas
yang biasanya berwarna hijau.
Ukuran mikroskopis, hidup
mengambang pada air yang
tenang. Bentuk tidak teramati
dengan jelas.

Organisme: zooplankton
Sumber : Kelompok 9 & 10
Jenis: ukuran plankton terlalu
kecil sehingga sulit untuk dilihat
organ alat geraknya

Tidak terdapat kloroplas

Hanya teramati 1 plankton


berwarna hijau berbentuk spiral
dengan ukuran mikroskopis,
hidup mengambang pada air yang
tenang. Bentuk tidak tabung
spiral.
Organisme : fitoplankton

Bentuk :spiral

Warna : berwarna hiau

Sumber : Kelompok 9 & 10

 Benthos

Hasil Pengamatan Bentos Kelompok Keterangan


7&8
Jumlah total bentos : 26 buah, terdiri
atas :
1. Siput : 14 buah
2. Kerang : 12 buah
Jenis Bentos : Siput tanpa pintu
Kelompok : Molusca
Ciri-ciri :
- Di sungai berarus lambat
- Menempel pada batu
Memiliki sebuah cangkang memilin,
tanpa operculum.

Jenis Bentos : Siput tanpa pintu


Kelompok : Molusca
Ciri-ciri :
- Di sungai berarus lambat
- Menempel pada batu
Tidak memiliki operculum

Jenis Bentos : kerang kijing


Kelompok : Molusca
Ciri :
- Mempunyai 2 keping
cangkang yang dihubungkan
dengan engsel.
- Hidup pada substrat lumpur.

Hasil Pengamatan Bentos Kelompok Keterangan


11&12
Jenis bentos : Siput berpintu
Kelompok : Mollusca
Ciri-ciri :
1. Merupakan hewan invetebrata
(tidak mempunyai tulang
belakang)
2. Ditemukan di daerah perairan
berarus lambat dan juga
daerah berlumpur
3. Berukuran besar dan warnanya
putih dengan goresan cokelat
dan hitam pada area cangkang

Jenis bentos : Kerang


Kelompok : Mollusca
Ciri-ciri :
1. Ditemukan di daerah lumpur
2. Terdapat dua cangkang yang
disatukan seperti engsel

 Alga

Hasil Pengamatan Bentos Kelompok Keterangan


3&4
Terdapat 4 jenis mikroalga :
1 – Oedogonium sp.
2 – Melosira sp.
3 – Gonium sp.
4 – Oscillatoria sp.

Hasil Pengamatan Alga Kelompok Keterangan


5&6
Oedogonium sp.

Hasil Pengamatan Alga Kelompok Keterangan


7&8
Gonium sp. dan Ulothrix sp.

Pengamatan menggunakan
perbesaran 1000x.
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS CARA KERJA

Pada percobaan modul tujuh ini, dilakukan pengamatan dan indetifikasi


terhadap ciri-ciri plankton,bentos, mikroalgae dan protozoa. Dalam percobaan ini,
pertama-tama alat untuk pengambilan sampel disiapkan. Setelah itu, tentukan
lokasi yang sekiranya terdapat banyak sampel tersebut dimana letak lokasi
tersebut pada bagian pinggir Situ 2. Pengambilan sambel dilakukan selama
kurang lebih 1 jam. Setelah pengambilan sampel, dilakukan pengmatan dan
indetifikasi dari masing-masing sampel tersebut.

Pada pengambilan sampel mikroalgae dan protozoa hanya menggunakan


botol yang sampelnya berasal dari air Situ 2. Untuk pengamatan mikroalgae dan
protozoa, pertama-tama adalah pindahkan sampel dari botol sebesar satu tetes ke
kaca objek. Lalu, kaca objek tersebut ditutup dengan kaca penutup. Setelah itu,
keringkan bagian bawah preparat jika bagian bawahnya basah agar lebih mudah
diamati dengan mikroskop. Kemudian, preparat tersebut diamati dengan
mikroskop dan tentukan jenis sampel tersebut dengan kunci determinasi.

Pada pengambilan sampel bentos, alat yang digunakan adalah ember, jala
surber, dan gayung. Metode pengambilan sampel bentos dengan jala surber ini
disebut surber sampling.Pertama-tama, cari bentos di titik yang berbeda dengan
kelompok lain. Kemudian, kumpulkan sampel sebanyak mungkin di ember.
Setelah pengambilan sampel sudah selesai, dilakukan perhitungan seberapa
banyak bentos terhadap jenisnya.

Sedangkan untuk pengambilan sampel planton, alat yang digunakan


adalah plankton net dan gayung. Pertama-tama, tuangkan air sampel sebanyak 30
kali dengan menggunakan gayung ke plankton net. Air sampel diambil di
beberapa titik yang berbeda pada bagian pinggir situ 2. Setelah itu, keluarkan air
pada plankton net ke suatu wadah yang lain yang dapat menampung air tersebut.
Kemudian pindahkan air tersebut ke kaca Sedgewice Rafler Vebauer sebanyak 2-
3 tetes. Setelah dipindahkan, dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop dan tentukan jenis sampel tersebut dengan kunci determinasi
B. ANALISIS HASIL PENGAMATAN
 Plankton

Setelah dilakukan percobaan, plankton yang teramati tidak banyak. Pada


pengamatan pertama, kelompok 1 dan 2 hanya menjumpai 13 individu plankton.
Untuk kelompok 9 dan 10, awalnya hanya teramati 3 individu plankton, kemudian
ditemukan 1 individu plankton tambahan. Setelah diamati lebih lama lagi, ada 4
protozoa bergerak dengan alat gerak yang berbeda. Alat gerak yang teramati
adalah kaki semu (pseudopodia) dan bulu cambuk (flagella). Sisanya merupakan
zooplankton dengan bentuk bervariasi. Zooplankton merupakan plankton hewani
karena bersifat heterotroph yaitu tidak mampu memproduksi bahan organic dari
bahan anorganik. Oleh karena itu kelangsungan hidupnya bergantung pada zat
organic yang dihasilkan oleh fitoplankton. Fitoplankton merupakan plankton
nabati yang bersifat autotroph, ditandai dengan warna hijau yang berarti plankton
tersebut mengandung klorofil. Karena kemampuannya dalam menghasilkan
makanan, fitoplankton disebut sebagai produsen primer. Fitoplankton yang
teramati pada percobaan ini berbentuk spiral yang berwarna hijau. Meskipun
spiralnya sangat kecil namun masih bisa diamati

 Alga

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 3, 4, 5, 6, 7,


dan 8 terhadap suatu sampel air yang disediakan oleh asisten praktikum, teramati
ada lima jenis alga yang teramati. Setelah dirujuk kepada beberapa literatur,
ditentukan kelima jenis alga tersebut masing – masing adalah Oedogonium sp.
(Wijoyono dkk, 2013), Melosira sp. (Wirosaputro, 1990), Gonium sp. (Wijoyono
dkk, 2013), Oscillatoria sp. (Wijoyono dkk, 2013), dan Ulothrix sp. (Wikipedia).
Oedogonium sp adalah salah satu jenis alga hijau yang banyak ditemukan di air
tawar yang dangkal, alga jenis ini hidup menempel di bebatuan dalam air.
Oedogonium sp. termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Chlorophyta, kelas
Chlorophyceae, ordo Oedogoniales, famili Oedoniaceae, dan genus Oedogonium.
Melosira sp. termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Chrysophyta, kelas
Bacillariophyceae, ordoCoscinodiscophycidae, famili Melosirales, dan genus
Melosira. Gonium sp. termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Chlorophyta, kelas
Chlorophyceae, ordo Volvocales, famili Goniaceae, dan genus Gonium.
Sedangkan Oscillatoria sp. termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Cynophyta,
kelas Cynaphyceae, ordo Oscillatoriales, famili Oscilatoriaceae, dan genus
Oscilatoria. Ulothrix sp. termasuk dalam divisi Clorophyta, kelas Clorophyceae,
ordo Ulothrixcales, family Ulothricaceae, dan genus Ulothrix. Ulothrix sp.
merupakan alga hijau yang hidup di air tawar yang airnya tidak terlalu hangat dan
hidup menempel pada batu – batu atau dasar dari perairan. Alga hijau sangat
membantu dalam menghasilkan oksigen terlarut dalam air (DO), maka dari itu
sampel air yang diamati dalam percobaan ini termasuk memiliki kadar DO yang
baik. Selain itu, alga hijau memiliki kemampuan fotosintesis yang mana proses ini
membutuhkan cahaya matahari. Berdasarkan teramatinya beberapa jenis alga
hijau dalam sampel air ini dan kebutuhannya terhadap sinar matahari untuk
berfotosintesis, diduga sampel air yang diambil adalah dari perairan cukup bersih
sehingga cahaya matahari tidak terhalang sampai ke alga hijau tersebut.

 Benthos

Berdasarkan jenis bentos yang ditemukan oleh kelompok 7 dan 8 di Situ II


Institut Teknologi Bandung Kampus Jatinangor, dapat ditentukan kadar air yang
ada dalam situ tersebut apakah baik atau malah buruk kualitas airnya. Namun,
Sepertinya kami melakukan kesalahan dalam cara pengambilanmnya, seharusnya
kami menggunakan kerukan , lalu dalam 1 kali mengeruk dihitung berapakah
jumlah bentos yang di dapat dan termasuk dalam jenis bentos apa. Namun, dengan
cara kerja kami kemarin, pada bagian analisis ini, kami akan lebih fokus pada
jenis bentos apakah yang diperoleh. Pada praktikum ini kami menemukan 3 jenis
bentos berbeda, namun secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai Kerang
dan Siput, dengan ciri-ciri yang sudah dicantumkan pada tabel.

Pada dasarnya bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan air
tawar, sehingga semakin ke tengah jumlah bentos semakin sedikit. Spesies bentos
dapat dikelompokkan berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena
bahan organik ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut.

a. Intoleran : Organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan yang


sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya akan bahan
organic . Organisme ini tidak dapat tumbuh bila kondisi perairan
mengalami penurunan kualitas.
b. Fakultatif : Organisme yang bisa tumbuh dan berkembang dalam
kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar dibandingkan
intoleran.Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan
yang banyak bahan organic, namun tidak dapat mentolerir tekanan
lingkungan.
c. Toleran : Yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang
dalam kondisi lingkungan yang luas , sering dijumpai di kondisi
lingkungan yang jelek.

Seluruh spesies bentos yang kami jumpai adalah molusca, dimana molusca
termasuk sebagai Makrozoobentos. Tidak ditemukannya makrozoobentos pada
suatu perairan, artinya kondisi lingkungan tersebut sudah sangat tercemar.
Semakin tercemar suatu perairan, semakin sedikit ragam zoobentos yang ditemui ,
namun masih ada faktor eksternal lain yang mempengaruhi kadar kebersihan
suatu danau. Karenanya, kita menggunakan perhtiungan jumlah indeks bentos,
untuk menarik suatu kesimpulan. Kami menggunakan suatu rumus hitungan
menurut Shannon-Weinner untuk mengetahui keanekaragaman jenis . Bentos
yang di dapatkan dari situ 2 adalah siput dan kerang masing – masing 14 dan 12
buah.
Menggunakan rmus indeks :

H’ ¿−∑ ❑ ¿)

Dengan :
H : Indeks keberagaman Shannon-Weinner
ni : Jumlah individu per species
N : Jumlah total individu

Dengan kriteria indeks sebagai berikut :

H’<1 : Keanekaragaman rendah

1<H’≤3 : Keanekaragaman sedang


H’>3 : Kenakaragaman tinggi

Sehingga, menurut perhitungan tersebut, indeks keberagaman pada siput tanpa


pintu ialah :
14 14
H’ ¿−( log )
26 26

H’ = 0.1447628605
Dan indeks keberagaman pada kijing ialah :
12 12
H’ ¿−( log )
26 26

H’= 0.1549809701

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus indeks keberagaman yang


menunjukkan nilai kurang dari 1, dapat dikatakan bahwa keanekaragaman bentos
di Situ 2 termasuk keanekaragaman rendah. Kualitas air mempengaruhi
banyaknya keberagaman bentos yang terdapat dalam perairan . Hal ini seperti
yang sudah disebutkan dalam pengklasifikasian 3 kelompok bentos diatas .
Karena hanya sedikit bentos yang mampu beradaptasi dalam kondisi tercemar,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, semakin sedikit jumlah bentos yang
ditemui, maka kualitas air semakin bersih.

Selanjutnya, berdasarkan hasil praktikum kelompok 11 dan 12 ditemukan


bentos di pinggiran perairan Situ 2 ITB Jatinangor. Jenis bentos yang banyak
ditemukan ialah jenis Mollusca, yaitu siput berpintu dan kerang. Menurut Heni
(2007) mengemukakan bahwa hewan makrobenthos mempunyai sifat yang relatif
menetap dan mempunyai pergerakan yang sangat terbatas, sehingga hewan ini
secara langsung akan terkena dampak dari perubahan lingkungan. Begitu pula
pada jenis bentos kerang berukuran kecil yang ditemukan tidak selalu dalam
kondisi utuh. Rata-rata daerah bentos yang ditemukan di daerah berlumpur
ditandai dengan cangkang jenis bentos yang dilumuri lumpur berwarna cokelat
sehingga perlunya dibersihkan dengan air mengalir.

Berdasarkan jumlah bentos yang telah dikumpulkan kelompok 11 dan 12,


jumlah siput berpintu berjumlah 40 dan kerang berjumlah 11. Menggunakan
perhitungan Shannon-Weiner didapatkan jumlah indeks keberagaman :
Indeks keberagaman pada siput berpintu :

40 40
H’ ¿− log
51 51

H’ ¿ 0,082753

Indeks keberagaman pada kerang :

11 11
H’ ¿− log
51 51

H’ ¿ 0,143685

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh indeks keberagaman siput


berpintu dan kerang masing-masing adalah 0,082753 dan 0,143685. Dari kedua
hasil perhitungan tersebut, dapat ditentukan bahwa jumlah indeks keberagaman
adalah 0,226438. Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Weiner,
jumlah indeks keberagaman ini termasuk dalam kategori rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa perairan tersebut dalam kondisi tidak tercemar.

C. JAWABAN PERTANYAAN
Tidak Ada

D. ANALISIS KESALAHAN

Pada pengambilan sampel dapat terjadi kesalahan yang dapat


menyebabkan kesalahan dalam pengamatan dan indetikasi pada plankton, bentos,
mikroalgae, dan protozoa. Hal tersebut dapat terjadi oleh beberapa faktor faktor
yang disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. Faktor pertama
adalah penentuan lokasi pengambilan sampel oleh praktikan yang hanya pada
beberapa titik saja sehingga keanekaragaman spesies hanya sedikit. Faktor kedua
adalah kesalahan dalam menggunakan metode surber sampling. Dalam
penggunaan metode tersebut, dilakukan dengan cara teknik menendang. Namun
pada saat pelaksanaan tidak dilakukan teknik tersebut karena faktor lokasi yang
tidak memungkinkan. Faktor lokasi yang tidak memungkinkan seperti lokasi yang
cukup terjal dan kedalaman air yang cukup dalam sehingga sulit untuk melakukan
teknik tersebut. Dengan itu, teknik pengambilan sampel tersebut dilakukan
dengan memasukkan jala ke dalam air lalu pasir dimasukkan ke dalam jala dengan
posisi lubang pada jala masuk ke dalam air. Hal-hal tersebutlah yang menjadi
penyebab sedikitnya jenis sampel bentos yang terkumpul.

E. APLIKASI MODUL DI BIDANG RIL

Pada percobaan modul tujuh ini dapat diaplikasikan di beberapa bidang


khususnya pada bidang Rekayasa Infrastruktur Lingkungan. Salah satunya adalah
untuk mengetahui kualitas dari suatu sungai yang akan dijadikan sumber air.
Dalam pembangunan akses air bersih di suatu daerah, sebelumnya harus
diperlukan pengujian kualitas air yang akan dijadikan sebagai sumber air yaitu
sungai. Pengujian kualitas air ini dilakukan agar air yang didistribusikan dapat
digunakan dan kualitas air tersebut dapat dikatakan bersih yang tidak tercemar.
Oleh karena itu, diperlukan pengamatan dan analisis lokasi sumber air tersebut
agar dapat diolah dengan proses yang dibutuhkan.

IV. KESIMPULAN
1. Jenis mikroalgae pada sampel air di Situ 2 adalah sebagai berikut :

 Chlorophyta : Scenedesmus sp, Gonium sp,


Oedogonium sp, Koliella sp. Gonium sp

 Chrysophyta : Melosira sp

2. Jenis plankton pada sampel air di Situ 2 adalah sebagai berikut :

 Zooplankton : flagella dan pseudopodia

 Fitoplankton : spiral bewarna hijau

3. Jenis protozoa pada sampel air di Situ 2

 Molussca : siput berpintu, siput tanpa pintu, kerang


kijing, dan kerang.

V. DAFTAR PUSTAKA

 Muntalif, Dr. Barti Setiani, Firdayati, Mayrina, SSi., MT, Trihartomo,


Didit, S.Si. 2016. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Bandung
: Institut Teknologi Bandung.
 Manwell, R.D.2012. Introduction to Protozoology, second revised edition,
Dover Publications Inc., New York.
 Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI Press.
 Odum, E.P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Edisi ke -3. Terjemahan dari
Fundamentals of Ecology olef T.Samingan dan B. Srigandono. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta
 Deni Udayana. 2014. Bentos sebagai Indikator Biologi untuk
Menentukan Tingkat Pencemaran Perairan. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis.
Vol. 19. No. 12.

VI. LAMPIRAN
 Kevin Jairus_15718020 : Tujuan, Analisis cara kerja, Analisis kesalahan,
Daftar pustaka, Kesimpulan
 Hikmal Maulana Ahsan_15718021 : Hasil pengamatan, analisis alga dan
benthos, dan merapikan laporan.
 Salsa Nabila Stefany_15718022 : Hasil pengamatan dan analisis
plankton, merapihkan laporan

Anda mungkin juga menyukai