Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S
DENGAN POST OP DEBRIDEMENT DI RUANG NURI RS SARI MULIA
BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

PROGRAM STUDI PROFESI NER


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN POST OP DEBRIDEMENT


DI RUANG NURI RS SARI MULIA BANJARMASIN

27 September 2020

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

Banjarmasin, 28 september 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep) (Angelina


Indriyana,S.Kep.,Ners)
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN POST OP DEBRIDEMENT


DI RUANG NURI RS SARI MULIA BANJARMASIN

27 September 2020

Disusun Oleh:

Devi Cahyana

NIM: 11194692110095

Banjarmasin, 28 september 2021

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep) (Angelina


Indriyana,S.Kep.,Ners)
NIK. NIK.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Anatomin dan Fisiologi Sistem


a. Anatomi Sistem
Anatomi Pankreas Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke
limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata
lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun
manusia. Bagian kepala kelenjar pancreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh deodenum dan bagian pylorus dari lambung. Bagian badan
yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang kearah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pancreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2001).
b. Fisiologis Sistem
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas,
adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan
diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan
disimpan sebagai glikogen.Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup
untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi
hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi.
Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme
karbonhidrat.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase,
enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase
penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka
glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan
dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung
dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain
1) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja
insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
a) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
b) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
c) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
d) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
2) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growthhormone membentuk
suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia
akibat pengaruh insulin
c. Kebutuhan Dasar Manusia Mobilisasi
a. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.
Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan
immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk
tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan.
Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan
otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter dan Perry, 2015).
b. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan
konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal
(Potter dan Perry, 2015).
c. Jenis- jenis Mobilisasi
a) Mobilisasi Penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari.Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi dan saraf motoris, volunter dan sensoris untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu
untuk bergerakdengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulus skeletal, dislokasi sendi, dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel.
Contohnya, terjadinya hemiplagia karena stroke, praplegi karena
cedera tulang belakang dan khususnya untuk poliomyelitis
karena terganggunya sistem saraf motoris dan sensoris.
2. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk
membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses
penyembuhan luka dan potensial terjadi atau berkembangnya infeksi
sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan
maupun sepsis (Chadwick, 2012).
b. Etiologi
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi
neuropati, penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling
banyak menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan
deformitas kaku, yang sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic
Ulcers. Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan
kalus. Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering pasien harus
diamputasi, sehingga faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya amputasi (Frykberg dalam Dafianto, 2016).
c. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Indikasi dilakukannya tindakan debridement menurut Majid (2011)
sebagai berikut :
a. Luka dengan proses pemulihan lambat disertai fraktur tulang akibat
kecelakaan atau trauma. Jenis fraktur ini biasanya merusak kulit
sehingga luka terus mengeluarkan darah dan hematoma. Jika
kondisi fraktur sangat parah dan memerlukan pencangkokan
tulang, debridemen akan dilakukan untuk membersihkan dan
mempersiapkan area fraktur untuk prosedur cangkok.
b. Pasien yang terdiagnosis osteomielitis. Kondisi ini ditandai dengan
tulang yang meradang akibat infeksi. Kondisi ini jarang terjadi di
negara maju dan umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus yang dapat menyebar hingga sumsum tulang.
c. Pasien yang terdiagnosis pertumbuhan lesi jinak pada tulang.
Dalam kasus tertentu, pencangkokan tulang diperlukan untuk
menyempurnakan pengobatan, dan debridemen tulang merupakan
salah satu proses yang harus dijalani.
d. Pasien diabetes dengan luka terbuka pada tangan atau kaki yang
beresiko mengalami infeksi. Infeksi kaki cukup umum di antara
pasien diabetes, umumnya memerlukan perawatan khusus dan
agresif untuk menyelamatkan anggota tubuh dari amputasi total.
e. Korban kebakaran, terutama dengan cedera yang agak dalam
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya tindakan debridement menurut Majid (2011)
sebagai berikut :
a. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
b. Gangguan pada proses pembekuan darah
c. Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka
(raw surface) yang timbul
d. Tujuan Debridement
Menurut OTA (2010) tujuan dilakukan tindakan debridement yaitu :
1. Ekstensi dari luka akibat trauma untuk identifikasi zona cidera (injury
zone)
2. Deteksi dan membuang benda-benda asing terutama yang organik
3. Deteksi dan membuang jaringan yang tidak viable
4. Reduksi kontaminasi bakteri
5. Membuat luka baru yang resisten terhadap kontaminasi bakteri
e. Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes
melitus adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh adanya 17 tiga
faktor yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ucers yaitu Iskemik,
Neuropati, dan Infeksi. Neuropati perifer merupakan multifaktorial dan
diperkirakan adalah akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum,
disfungsi endotel, defisiensi mioinositol, perubahan sintesis mielin dan
menurunnya aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan
edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose
(Frykberg dalam Dafianto, 2016). Keadaan hiperglikemia akan
meningkatkan metabolisme glukosa melalui jalur sorbitol. Sorbitol yang
meningkat dapat mengakibatkan keadaan neuropati pada pasien DM.
Keadaan makroangiopati diabetik mempunyai gambaran hispatologis berupa
aterosklerosis. Pada keadaan makroangiopati diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular dan apabila mengenai arteri-arteri perifer dapat
mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai klaudikasio
intermiten dan gangren pada ekstermitas (Price & Wilson dalam Dafianto,
2016).
f. Pathway

Ulkus, luka bakar, jaringan nekrotik

Pembedahan debridement

Pre operasi Intra operasi Post operasi

Ulkus, luka Kurangnya Tindakan pembedahan Jaringan Jaringan


bakar, informasi terputus terbuka
jaringan
nekrotik

ansietas Luka insisi


Merangsang Proteksi
area sensorik kurang
Kerusakan Integritas kulit

Resiko perdarahan
Pengeluaran Masuknya
histamine dan mikroorganisme
prostaglandin

Resiko Infeksi
Nyeri
Akut

Sumber : (Mutaqqin, 2008)


g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering muncul pada ulkus diabetik (Arisanti
dalam Yunus, 2010), yaitu:
a. Sering kesemutan
b. Nyeri kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa berkurang
d. Kerusakan jaringan (nekrosis)
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
g. Kulit kering
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum tindakan debridement
menurut Majid (2011) sebagai berikut :
1. Rontgen
2. Laboratorium: darah lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, analisa gas
darah (untuk penderita luka bakar dengan kecurigaan trauma inhalasi),
serum elektrolit, serum albumin.
i. Penatalaksanaan
Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk
ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan
debridement biasa, off-loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotik
dan pengelolaan komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien
akan membantu dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.
a. Debridement
Debridement luka dapat mempercepat penyembuhan dengan menghapus
jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing, dan mengurangi beban
bakteri. Cara konvensional adalah menggunakan pisau bedah dan
memotong semua jaringan yang tidak diinginkan termasuk kalus dan
eschar.
b. Dressing Bahan dressing kasa saline-moistened (wet-to-dry); dressing
mempertahankan kelembaban (hidrogel, hidrokoloid, hydrofibers,
transparent films dan alginat) yang menyediakan debridement fisik dan
autolytic masing-masing; dan dressing antiseptik (dressing perak,
cadexomer). Dressing canggih baru yang sedang diteliti, misalnya gel
Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang
digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang
positif.
c. Off-loading Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan
plantar dengan mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk
menghindari pergeseran dan gesekan, dan untuk mengakomodasi
deformitas.
d. Terapi medis Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan
penggunaan diet diabetes, obat hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi
pada jaringan lunak dan tulang adalah penyebab utama dari perawatan
pada pasien dengan ulkus diabetik di rumah sakit. Gabapentin dan
pregabalin telah digunakan untuk mengurangi gejala nyeri neuropati DM.
e. Terapi adjuvan Strategi manajemen yang ditujukan matriks ekstraselular
yang rusak pada ulkus diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit
yang tumbuh dari sumber autologus atau alogenik ke kolagen atau asam
polylactic. Hieprbarik oksigen telah merupakan terapi tambahan yang
berguna untuk ulkus diabetik dan berhubungan dengan penurunan tingkat
amputasi. Keuntungan terapi oksigen topikal dalam mengobati luka
kronis juga telah tercatat.
f. Manajemen bedah Manajemen bedah yang dapat dilakukan ada yaitu
wound closure (penutupan luka), revascularization surgery, dan amputasi.
Penutupan primer memungkinkan untuk luka kecil, kehilangan jaringan
dapat ditutupi dengan bantuan cangkok kulit, lipatan atau pengganti kulit
yang tersedia secara komersial. Pasien dengan iskemia perifer yang
memiliki gangguan fungsional signifikan harus menjalani bedah
revaskularisasi jika manajemen medis gagal. Hal ini mengurangi risiko
amputasi pada pasien ulkus diabetik iskemik. Amputasi merupakan
pilihan terakhir jika terapi-terapi sebelumnya gagal.
j. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2015) diagnosa yang sering muncul antara lain:
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun
karena penyempitan pembuluh darah.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin atau penurunan masukan oral.
c. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
atau penurunan fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme
(ulkus DM)
DAFTAR PUSTAKA

Chadwick, H, S. 2012. Debridement of diabetic foot wounds. Nursing standard/RCN


Publishing. 26 (24). 51-58
Majid, A. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Perioperatif Edisi Pertama. Yogyakarta:
Gosyen Publising

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. alih bahasa Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. 2012. NANDA
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
OTA Open Fracture Study Group. A New Classification Scheme for Open Fractures.
J Orthop Trauma. 2010; 24 (8) 457-65
Vowden, K & Vowden, P. 2011. Debridement made easy. Wounds UK. 7 (4).1-4.

Anda mungkin juga menyukai