Zdocs - Tips - Makalah Diabetes Insipidus1docx
Zdocs - Tips - Makalah Diabetes Insipidus1docx
MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES INSIPIDUS”
DISUSUN OLEH :
IKA LESTARI
SUKMAWATY. P
SITTI RAHMAH
SYARIFATUN NISAA JAMAL
IRMAYANI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II KONSEP MEDIS ..................................................................................... 4
A. Definisi ........................................................................................................ 4
B. Klasifikasi.................................................................................................... 4
C. Etiologi ........................................................................................................ 6
D. Manifestasi klinis ........................................................................................ 7
E. Patofisiologi ................................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 8
G. Komplikasi .................................................................................................. 9
H. Penatalaksanaan .......................................................................................... 9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................ 11
A. Pengkajian .................................................................................................. 11
B. Diagnosis keperawatan............................................................................... 14
C. Rencana Keperawatan ................................................................................ 16
BAB IV PENUTUP .............................................. Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ............................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
penderita diabetes insipidus untuk menentukan Asuhan Keperawatan yang
tepat untuk penderita Diabetes Insipidus.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk menjadi bahan belajar bagi kami, rekan-rekan, teman
sejawat serta untuk meminimalisir kesalahan tindakan praktik keperawatan yang
2
disebabkan oleh ketidakpahaman dalam asuhan keperawatan penyakit Diabetes
Insipidus sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
3
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
B. Klasifikasi
4
kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan
ADH. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain
itu, diabetes insipidus sentral (DIS) juga timbul karena gangguan
pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptiko
hipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk
sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik
ADH (desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray,
maupun pil. Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum
hanya jika haus. Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air
sehingga ginjal mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap
perubahan keseimbangan cairan dalam tubuh.
5
overload yang berakibat intoksikasi air (suatu kondisi dimana konsentrasi
Na dalam darah rendah/hiponatremia) dan dapat berefek fatal pada otak.
Belum ditemukan pengobatan yang tepat untuk diabetes insipidus
dipsogenik.
C. Etiologi
Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera kepala. Diabetes
insipidus juga dapat disebabkan oleh ginjal yang tidak berespon terhadap ADH
yang bersirkualasi karena berkurangnya reseptor atau second massager. Jenis
diabetes insipids ini disebut nefrogenik, yaitu berasal di ginjal. Penyebab
diabetes insipidus nefrogenik meliputi , sifat resesif terkait- X dan genetic,
penyakit ginjal, ipokalemia, dan hiperkalsemia. (Elizabeth, 2009 hal 312)
Menurunnya produksi antidiuretic hormone (ADH) oleh hipotalamus atau
meningkatnya produksi ASH oleh pituitary mebahayakan kemampun ginjal
untuk mengonsentrat urin. Halini mengakibatkan eskresi sejumlah besar urin
cair. Pasien kemudian minum banyak cairan untuk mengganti urin yang banyak
keluar. (Mary, 2014 hal 353)
Penyebab lain diabetes insipidus yaitu kegagalan bulus renalis dalam merespon
ADH: bentuk nefrogenik ini dapat terkait dengan hipokalemia, hypokalsemia
dan obat-obatan (seperti litium, demeklosiklin). (Brunner, 2013, hal 209)
6
D. Manifestasi klinis
a. Polyuria : pengeluaan urin encer yang bayak setiap harinya (berat enis
1,001 atau bertahap pada orang dewasa)
b. Polydipsia : pasien terus menerus merasa haus, minum 2-20 l cairan/hari,
disertai keinginan untuk minum air dingin
c. Polyuria terus belanjut walaupun tanpa penggantian cairan
d. Jika diabetes insipidus yang dialami merupakan keturunan, gejala
primernya dapat muncl setelah kelahiran; pada dewasa, awitan dapat
terjadi secara bertahap atau mendadak.(Brunner, 2013, hal 209)
E. Patofisiologi
Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus,
termasuk didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar
hipofisis di sela tursika, trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus.
Gangguan sekresi vasopresin antara lain disebabkan oleh Diabetes Insipidus
dan sindrom gangguan ADH. Pada penderita Diabetes Insipidus, gangguan
ini dapat terjadi sekunder dari destruksi nucleus hipotalamik yaitu tempat
dimana vasopressin disintetis (Diabetes Insipidus Sentral) atau sebagai
akibat dari tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin (Diabetes
Insipidus nefrogenik).
Diabetes Insipidus sentral (DIS) disebabkan oeh kegagalan pelepasan
hormone antideuretik (ADH) yang secara fisiologis dapat merupakan
kegagalan sintesis atau penyimpanan, selain itu DIS juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptiko hipofisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH
disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan.
Istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN) dipakai pada Diabetes
Insipidus yang tidak responsive terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis
DIN dapat disebabkan oleh:
7
1. kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam
medulla renalis.
2. kegagalan utilisasi gradient pada kegagalan dimana ADH berada
dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal.
Kehilangan cairan yang banyak melalui ginjal ini dapatdikompensasikan
dengan minum banyak air. Penderita yang mengalami dehidrasi, berat badan
menurun, serta kulit dan membrane mukosa jadi kering. Karena meminum
banyak air untuk mempertahankan hidrasi tubuh, penderita akan mengeluh
perut terasa penuh dan anoreksia. Rasa haus dan BAK akan berlangsung
terus pada malam hari sehingga penderita akan merasa terganggu tidurnya
karena harus BAK pada malam hari.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji deprifasi cairan : cairan tidak diberikan selama 2-12 jam sampai pasien
kehilangan 3% - 5% BBnya. Ketidakmampuan untuk mengkatkan berat
jenis dan osmolalitas urin selama uji dilakukan merupakan tanda diabetes
insipidus.
2. Prosedur diagnostic lainnya berupa pengukuran kadar ADH dan osmolalitas
urin serta plasma secara bersamaan dan juga terapi uji coba desmopressin
(fasopresin sintetis) dan inklusi intravena (IV) larutan saline hipertonik.
(Brunner, 2013, hal 209)
Interpretasi hasil tes
1. Glokusa darah normal mengindikasikan bahwa diabetes insipidus
bukanlah komlikasi dari diabetes mellitus
2. Gravitasi khusus pada urin rendah berkaitan dengan meningkatnya cairan
didalam urin
3. BUN naik, mengndikasikan dehidrasi karena konsentrasi zat pada cairan
naik
4. Elektrolit mengndikasikan dehidrasi; Na dan Cl akan naik jika konsentrat
naik
8
5. Tes vasopressin callege. Pasien dengan diabetes insipidus akan mencatat
bahwa pengeluarannya turun dan halus.
6. Jika jumlah urin turun dan gravitasi urin tertentu naik, maka masalahnya
adalah pada kelenjar pituitary dan ginjal normal.
7. Jika keluaran urin tetap tidak berubah dan gravitasi spesifik urin tetap
rendah, maa kelenjar pituitary normal dan ginjal bermasalah.
8. Adanya tumor pituitary atau tumor hipotalamus pada MRI
(Mary, 2014 hal 353)
G. Komplikasi
1. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila jumah air yang diminum tidak
adekuat.
2. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan
dpat terjadi gagal jantung kongesti.
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi bertujuan untuk :
(1) Mengganti ADH (biasana diberikan sebagai program terapi jangka
panjang). (2) Memastikan penggantian cairan yang adekuat.
(3) Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab patologi intracranial.
Nefrogenik memerlukan pendekatan penatalaksanaan yang berbeda.
Terapi farmakologis
1. Desmopresin (DDAVV), diberikan intra nasal, 1 atau 2 kali
pemberian tiap hari untuk mengontrol gejala.
2. Pemberian ADH intramuskular (vasopressin tanak dalam minyak) tiap
24-96 jam untuk menurunkan volume urin (kocok dengan kuat atau
hangatkan; diberikan pada malam hari, rotasikan sisi injeksi untuk
mencegah lipodistropi)
9
3. Klofibrat (atromid-S), suatu agen hipolipidemik, diketahui memiliki
efek antidiuretic pada pasien yang mengalami fasokresim
hipotalamikresi dual; klorpropamida (diabinese) dan diuretic tiasin
juga dapat digunakan pada tahap ringan penyakit karena obat-bat ini
menguatkan efek fasopresin
4. Diuretic tiazin, deplesi garam ringan, dan inhibitor prostaglandin
(ibuprofen[advil, motrin], indomestasin[Indocin], dan aspirin)
digunakan untuk mengatasi bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus.
b. Penetalaksanaan keperawatan
1. Intruksikan pasien dan anggota keluarga untuk menjalani pengobatan
dan perawatan tindak lanjut dan tindakan kegawatdaruratan.
2. Berikan intruksi khusus dalam bentuk lisan dan tulisan, yang meliputi
efek terapi dan efek samping obat-obatan; peragakan cara pemberan
obat yang benar dan observasi pasien ketika melakukan peragaan
ulang.
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan gelang identifikasi medis dan
membawa informasi medikasi tentang gangguan ini setiap saat.
(Brunner, 2013, hal 210)
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Airway : Adanya sumbatan jlan nafas (secret, reflex batuk, dll)
Breathing : Terdapat suara tambahan (Ronchi, Whizing,ngorok, dll)
Circulation : Periksa perdarahan eksternal dan internal, TD, Nadi,
Warna kulit
Disability : Kesadaran, Gcs, Ukuran pupil, dan Respon pupil di cahaya
2. Pengkajian Sekunder
Keadaan Umum : Meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan
respon verbal klien.
Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda,
kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
Riwayat penyakit sebelumnya : Ditanyakan apakah sebelumnya klien
pernah ada riwayat trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian
obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial, riwayat keluarga
menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
Mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
b. Pola nutrisi metabolic
c. Nafsu makan klien menurun.
d. Penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.
11
1. pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi urine klien
kaji karakteristik urine klien
klien mengalami poliuria (sering kencing)
klien mengeluh sering kencing pada malam hari (nokturia).
2. pola aktivitas dan latihan
kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan
kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih
sulit bergerak)
kaji penurunan kekuatan otot
3. pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus
mengalami kencing terus menerus saat malam hari sehingga
mengganggu pola tidur/istirahat klien.
4. pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
5. pola persepsi diri/konsep diri
kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang
mengalami sakit.
Kaji dampak sakit terhadap klien
Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet
sehat dan latihan).
6. pola peran/hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap
pekerjaannya
kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
7. pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
12
Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
8. pola koping/toleransi stress
kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari
stress
system pendukung dalam mengatasi stress
9. pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap
sembahyang tiap ada kesempatan.
B1-B6
1. Pernafasan B1 (Breath)
Inspeksi : frekuensi nafas normal (20/menit), Bentuk dada
simetris, penggunaan otot bantu napas tidak tampak.
Perkusi : sonor/redup.
Palpasi : gerakan thorak simetris
Auskultasi : suara napas resonan, tidak ada bunyi yang
menunjukkan gangguan.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Inspeksi : (-) peningkatan JVP,(-) tanda cyanosis
Perkusi : Perkusi untuk menentukan letak jantung (jantung
pada batas kanan di intercosta 6, atas intercosta 2, kiri
intercosta 8, bawah intercosta 4/5) untuk mengetahui
terjadinya kardiomegali.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada letak anatomi jantung.
Auskultasi : Irama jantung regular, tidak ada bunyi jantung
tambahan, TD : 90/60 mmHg,Nadi : Bradikardi
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Pasien tidak mengalami Pusing, orientasi baik, tidak ada
perubahan pupil, kesadaran kompos metis dengan skala GCS
= 15, reflek motorik penilaian 6,reflek pada mata pada
penilaian 4,reflek Verbal pada penilaian 5.
13
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Adanya penurunan pembentukan hormon ADH jadi intensitas
untuk berkemih semakin banyak untuk tiap harinya.Output
yang berlebih (frekuensi BAK ≥ 6x/hari) apalagi pada malam
hari (nokturia).
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Pada penurunan pembentukan hormon ADH ini juga
menyababkan Klien menjadi dehidrasi jadi sistem pencernaan
juga terganggu. Pada Px diare terjadinya peningkatan bising
usus dan peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya
absorbsi makanan akibatnya gangguan metabolisme usus,
sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram perut, mual,
muntah.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering
dan pucat, bayi sering menangis, tampak kurus karena penurunan
berat badan yang cepat, muntah, kegagalan pertumbuhan, membran
mukosa dan kulit kering.
2) Palpasi
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering,
takikardia, takipnea.
3) Auskultasi
Tekanan darah turun (hipotensi).
B. Diagnosis keperawatan
14
2. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d
sering buang air kecil, nokturia.
3. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menunjukkan
presepsi yang keliru terhadap masalah.
4. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur d.d mengeluh tidak puas
tidur dan sering terjaga.
5. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir akibat dari
kondisi yang dihadapi, gelisah, sulit tidur.
15
C. Rencana Keperawatan
16
Berikan posisi modified Trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
17
Terapeutik
Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
Batas asupan cairan, jika perlu
Edukasi
Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluarana urine
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
18
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
4. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur d.d mengeluh tidak puas
tidur dan sering terjaga.
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
Penyebab : Kurangnya kontrol tidur
Gejala & tanda mayor :
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh tidak puas tidur
3. Mengeluh pola tidur berubah
4. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala & tanda minor :
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.
Intervensi :
Dukungan Tidur
Observasi
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur
Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
minum banyak sebelum tidur)
Terapeutik
19
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Sesuaikan jadwal pemberian obat/tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga.
Edukasi
Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
5. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir akibat dari
kondisi yang dihadapi, gelisah, sulit tidur.
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab : Kurang terpapar informasi
Gejala & tanda mayor :
1. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
2. Sulit berkonsentrasi
3. Tampak gelisah
4. Sulit tidur
Gejala & tanda minor :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Merasa tidak berdaya
4. Frekuensi nafas meningkat
5. Frekuensi nadi meningkat
6. Tekanan darah meningkat
7. Muka tampak pucat
20
8. Sering berkemih
Intervensi :
Reduksi Ansietas
Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis.
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
21
BAB IV
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
DiGiulio, M., Donna Jakson & Jim Keogh. 2014. Keperawata Medikal Bedah. Edisi
1. Yokyakarta: Rapha Publishing PPNI, 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
Corwin Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3. EGC. Jakarta.
23