Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma merupakan suatu cara memecahkan masalah yang di anut oleh

suatu masyarakat pada masa tertentu. Paradigma juga dapat diartan sebagai

cara pandang, nilai-nilai, metode-metode dan prinsip dasar.

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan

istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh

suatu paradigma. Jadi dapat diartikan paradigma adalah suatu pandangan

mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu

cabang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam

merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana

seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus

dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu paradigma

mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh

ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan

tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu

masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin

berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain

1
seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Dan pada makalah ini

penulis akan membahas mengenai paradigma pembangunan dalam bidang

politik.

Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka

pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah

dan tujuan. Sesuatu yang dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan

sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah

kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting

dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Namun paradigama

di Indonesia belum di laksanakan secara optimal, masih banyak paradigma di

bidang-bidang tertentu yang belum sesuai dengan fungsinya dan berbeda antara

teori yang ada dengan kenyataan yang selama ini terjadi.

Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan

ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur

pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila

sebagai dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945.

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup/

pegangan hidup/ pedoman hidup/ petunjuk hidup. Dalam hai ini, Pancasila

dipergunakan sebagai petunjuk hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-

hari. Dengan kata lain,Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua

kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat di segala bidang.

Semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan

merupakan pancaran dari semua sila Pancasila.

2
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh

manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat

untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang

bertujuan untuk melaksanakan pembangunan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan paradigma?

b. Apakah yang dimaksud dengan paradigma pembangunan?

c. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma

pembangunan?

d. Bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang

politik ?

e. Apakah paradigma dalam bidang politik telah sesuai dengan kenyataan

yang ada?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian paradigm.

b. Untuk mengetahui pengertian paradigma pembangunan.

c. Untuk mengetahui pancasila sebagai paradigma pembangunan.

d. Untuk mengetahui pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam

bidang politik.

e. Untuk mengetahui paradigma dalam bidang politik telah sesuai dengan

kenyataan yang ada.

3
1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah :

a. Dengan memahami nilai nilai Pancasila maka proses kehidupan dalam

segala aspek akan dapat berjalan dengan baik.

b. Menciptakan masyarakat madani.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Kata paradigma sendiri berasal dari Inggris yakni pada abad

pertengahan yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483

yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola. Sedangkan dalam bahasa

Yunani disebut paradeigma (paradeiknunai) yang berarti untuk

membandingkan, bersebelahan atau memperlihatkan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma diartikan sebagai kerangka berpikir.

Istilah paradigma pada awalnya berkembang di dunia ilmu pengetahuan,

terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara

terminologis, tokoh yang menemukan istilah tersebut adalahThomas S Kuhn.

Menurutnya, ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.

Dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution yang

terbit tahun 1962 pengertian paradigma dijabarkan dalam dua konsep utama

yaitu :

a. Paradigma semacam model berpikir yang dijadikan contoh oleh para

ilmuan yang melakukan kegiatan keilmuannya di dalam paradigma itu.

Sehingga paradigma berfungsi sebagai alat bantu para illmuwan dalam

merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab,

5
bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang

bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.

b. Paradigma merupakan kerangka keyakinan atau komitmen intelektual

yang memberi batasan tentang masalah dan prosedur serta metode

penyelesaiannya. Secara singkatParadigma adalah suatu asumsi-asumsi

dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum sehingga merupakan sumber

hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang

menentukan sifat, ciri serta karakter dari ilmu pengetahuan tersebut.

Istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung

pengertian sumber nilai, kerangka berpikir, orientasi dasar, sumber asas, serta

arah dan tujuan dari perkembangan, perubahan, serta proses dalam bidang

tertentu. Selanjutanya istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak

hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang

politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam

pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi,

sumber, tolak ukur, arah dan tujuan. Jika sesuatu dijadikan paradigma berarti

sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur, arah, dan tujuan dari

sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan

penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

2.2 Pengertian Pembangunan

a. Kata pembangunan yang dalam bahasa inggris disebut development

menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan ekspansi yang bertalian

6
dengan keadaan yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai

kemajuan di masa yang akan datang.

b. Secara sederhana, pengertian Pembangunan adalah serangkaian kegiatan

yang mengarah pada perubahan dengan tata nilai yang lebih baik atau

lebih maju.

c. Pada dasarnya, perubahan-perubahan yang diinginkan bagi bangsa

Indonesia adalah perubahan yang mengarah keselarasan, keserasian, dan

keseimbangan antara kemajuan lahir dan batin, jasmani dan rohani, atau

dunia dan akhirat.

d. Pembangunan tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif artinya

pembangunan tidak hanya mencakup bidang material tetapi juga spiritual.

e. Di dalam pembangunan terjadi proses perubahan yang terus menerus

menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.

Dengan kata lain, kata pembangunan mengandung pemahaman akan

adanya penalaran dan pandangan yang logis, dimanis dan optimis.

2.3 Penyelerasan Pembangunan

Agar pembanguan nasional dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sesuai

dengan visi dan misinya sehingga terwujud tujuan nasional maka

pembangunan harus dilaksanakan berdasarkan dasar negara dan ideologi serta

pandangan hidup bangsa dan negara pancasila. Dengan kata lain pancasila

harus dijadikan sebagai paradigma pembangunan sehingga terwujud

masyarakat yang adil dan makmur serta maju tetapi berkepribadian Indonesia.

7
Paradigma Pembangunan adalah model/pola yang merupakan sistem berpikir

sebagai upaya untuk melaksanakan perubahan yang direncanakan guna

mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik.

2.4 Definisi Paradigma Pembangunan

Kata paradigma (Inggris: paradigm), mengandung arti model, pola atau

contoh. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan

seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan yang

sebagian berubah-ubah. Paradigma juga dapat diartikan suatu gagasan sistem

pemikiran.

Menurut Thomas S. Khun, paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis

yang umum (merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum,

metode, serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat

menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan tersebut.

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali

mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu

didominasi oleh suatu paradigma.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa

yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah

paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu

pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan

ekonomi.

8
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka

pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah

dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai

kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting

dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai

paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar,

kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang

dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan

penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

nasional.

Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar

negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan

hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan

tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan

pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.

Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat

manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.

b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

9
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya

meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa,

raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan

nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.

Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam

meningkatkan harkat dan martabat manusia indonesia sesuai dengan nilai-nilai

kemanusiaan dan tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-

undang Dasar 1945 dengan rincian sebagai berikut:

a. Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah indonesia

b. Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau

nasional, adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

c. Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Yang

perwujudanya terletak pada tatanan pergaulan masyarakat internasional.

Pada hakikatnya, pembangunan nasional merupakan pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, sehingga

dalam pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan hal-hal berikut:

a. Adanya keselarasan, keserasian, keseimbangan serta kebulatan yang utuh

dalam seluruh kegiatan pembangunan

b. Pembangunan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah dan

masyarakat

10
c. Adanya pemerataan pembangunan untuk seluruh mesyarakat dan seluruh

wilayah tanah air

d. Objek maupun subjek pembangunan adalah seluruh manusia dan

masyarakat Indonesia, oleh karenanya pembangunan haruslah

berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia-manusia maju yang

memiliki kepribadian Indonesia.

Pembangunan dilakukan dengan tujuan meningkatkan mutu serta taraf

hidup suatu masyarakat menjadi lebih baik. Sehingga dalam pembangunan

terdapat tiga proses, yaitu:

a. Emansipasi bangsa : yaitu usaha bangsa melepaskan diri dari

ketergantungan pada bangsa lain dengan tujuan agar dapat berdiri sendiri

dengan kekuatan sendiri.

b. Modernisasi : yaitu upaya untuk mencapai taraf dan mutu kehidupan yang

lebih baik.

c. Humanisasi : yaitu pembangunan untuk menciptakan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, cerdas dan

terampil, berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, disiplin,

kritis terhadap lingkunagan, bertanggung jawab serta mampu membangun

dirinya dengan tujuan membangun bangsanya.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan

martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan

dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan

11
manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan keamanan.

2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara

normatif berisi anggapan dasar, kerangka acuan, keyakinan, acuan, serta

pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, serta pemanfaatan

hasil-hasil pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini

sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan

kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan

negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak

berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan

bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga dalam

segala aspek pembangunan nasional harus berlandaskan pada nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.

Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat

manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

12
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya

meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa,

raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan

nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Hasil maupun

pelaksanaan pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu hanya

mementingkan kebutuhan manusia, namun mengabaikan pertimbangan etis.

Untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan diatas, harus

terpenuhi 3 syarat, yaitu:

a. Menghormati Hak Asasi Manusia artinya pembangunan tidak

mengorbankan manusia tetapi harus dapat meningkatkan harkat dan

martabat manusia,

b. Pembangunan harus dilaksanakan dengan demokratis, artinya melibatkan

masyarakat sebagai tujuan dari pembangunan untuk mengambil keputusan

apa yang menjadi kebutuhannya,

c. Pembangunan itu penciptaan taraf minimum keadilan sosial, sehingga tidak

terjadi kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi bukan semata-

mata karena kemalasan individu tetapi karena struktur sosial yang tidak

adil.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan

martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan

dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia. Pembangunan, meliputi:

a. bidang politik,

13
b. ilmu pengetahuan

c. ekonomi

d. sosial budaya

e. pertahanan keamanan

f. agama

2.6 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Politik

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai

subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari

kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat

dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia

sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.

Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik

Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik

demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas

kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik

didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena

itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral

ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral

keadilan.

14
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara

dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik

yang santun dan bermoral.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan

bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang

ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.

Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik:

a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,

budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari

b. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam

pengambilan keputusan

c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan

berdasarkan konsep mempertahankan persatuan

d. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan

yang adil dan beradab

e. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan

kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut

perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang

mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan),

masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-

nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah:

15
a. nilai toleransi

b. nilai transparansi hukum dan kelembagaan

c. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)

d. bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).

2.7 Peranan Pancasila Dalam Reformasi Politik

a. Pancasila sebagai Paradigma reformasi politik

Landasan aksiologi (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia

adalah sebagaimana terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu

pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar

Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan

Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Nilai demokrasi politik yang terkandung dalam Pancasila

merupakan fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri

negara kita dalam kenyataanya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana

kerohanian berdasarkan nilai-nilai tersebut, dan pada realisasinya baik pada

masa orde lama maupun orde baru negara lebih mengarah pada praktek

otoritarianisme yang mengarah pada porsi kekuasaan yang terbesar kepada

16
presiden. Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabar dalam

pasal-pasal UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat 2 menyatakan :

“ kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh

majelis permusyawaratan rakyat”

Pasal 2 ayat 2 menyatakan,

“ Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota

dewan paerwakilan rakyat, ditambah utusan dari daerah dan golongan

menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal 5 ayat 1 menyatakan,

“Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”

Pasal 6 ayat 2 menyatakan,

“ Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat dengan suara terbanyak “

Adapun esensi dari pasal-pasal tersebut berdasarkan UUD 1945 adalah :

1) Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara

2) Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh MPR

3) Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, dan bertanggung jawab

kepada MPR

4) Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh presiden baik sendiri

maupun bersama dengan lembaga lain, kekuatanya berada dibawah

MPR atau produk-produknya.

17
Perlu diketahui pula bahwa rakyat adalah asal mula kekuatan negara,

oleh sebab itu paradigma ini merupakan dasar pijak dalam reformasi politik.

Dan reformasi politik atas sistem politik harus melalui Undang-undang yang

mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada

paradigma nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Susunan Keanggotaan MPR

Untuk melakukan suatu perubahan terhadap susunan keanggotaan

MPR, DPR dan DPRD , terlebih dahulu harus melakukan reformasi

terhadap peraturan perundang-undangan yang merupakan dasar acuan

penyusunan keanggotaan MPR DPR. Susunan MPR yang termuat dalam

Undang-undang politik no.2/1985 dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai

Pancasila bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat seperti yang tertuang

dalam semangat UUD 1945. maka dari itu rakyat bertekad melakukan

reformasi dengan mengubah sistem politik tersebut melalui sidang istimewa

MPR tahun 1998 yang kemudian dituangkan dalam UU Politik tahun 1999,

adapun perubahan yang telah dilakukan antara lain pasal 2 ayat 2 yang

menyatakan bahwa :

1) Jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang

2) Jumlah anggota DPR hasil Pemilu sebanyak 500 orang

3) Utusan Daerah sebanyak 135 orang, yaitu 5 orang dari setiap Daerah

Tingkat 1

4) Utusan Golongan sebanyak 65 orang

18
Kemudian perubahan yang mendasar berikutnya pasal 2 ayat 3 yaitu

utusan daerah dipilih oleh DPR. Dan DPR dipilih berdasarkan hasil pemilu

yang bersifat demokratis.

Susunan Keanggotaan DPR

Perubahan keanggotaan DPR tertuang dalam UU no.4 pasal 11

adalah sebagai berikut :

1) Pasal 4 ayat 2 menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas,

a) anggota partai politik hasil pemilu

b) anggota ABRI yang diangkat

2) Pasal 11 ayat 3 menjelaskan,

a) anggota partai hasil pemilu sebanyak 462 orang\

b) anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang

namun berkaitan dengan keanggotaan ABRI di DPR masih ada

sebagian masyarakat yang menolak, akhirnya berdasarkan sidang

istimewa MPR tahun 1998 anggota ABRI dikurangi secara bertahap.

hal ini berdasar pada pertimbangan dan hasil musyawarah masih

perlu partisipasi ABRI dalam sistem demokrasi demi persatuan dan

kesatuan bangsa.

19
3) Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat 1

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I yang tertuang dalam UU

Politik no.4 tahun 1999, sebagai berikut :

a) Pasal 18 ayat 1 bahwa pengisian anggota DPRD Tingkat I dilakukan

melalui Pemilu dan pengangkatan

b) Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas anggota

partai politik hasil pemilihan umum, dan anggota ABRI yang

diangkat

c) Pasal 18 ayat 3 menyatakan jumlah anggota DPRD I ditetapkan

sekurang-kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang

termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat.

Susunan Keanggotaan DPRD II

Susunan keanggotaan DPRD II yang tertuang dalam UU Politik No.

4 Tahun 1999 adalah :

1) Pasal 25 ayat 1, menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan

berdasar pada hasil Pemilu dan pengangkatan

2) Pasal 25 ayat 2 menyatakan, DRPD II terdiri atas anggota partai politik

hasil Pemilu, dan anggota ABRI yang diangkat

3) Pasal 25 ayat 3 menyatakan, jumlah anggota DPRD II ditetapkan

sekurang-kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang

termasuk 10% anggota ABRI yang diangkat.

Demikian perubahan atas UU tentang susunan Anggota MPR, DPR,

dan DPRD yang diharapkan mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana

20
terkandung dalam sila keempat Pancasila yang merupakan Paradigma

demokrasi.

b. Reformasi Partai Politik

Dalam UU Politik no.3 tahun 1975, Jo UU No.3 tahun 1985

ditentukan bahwa partai politik dan golongan karya hanya meliputi 3

macam, yaitu, Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai

Demokrasi Indonesia, ketentuan ini tidak mencerminkan nilai kerakyatan

sebagaimana terkandung dalam sila keempat Pancasila, dan tidak sesuai

pula dengan semangat UUD 1945 pasal 28, serta hakikat nilai Pancasila

yang bermakna keaneka ragaman akan tetapi tetap satu kesatuan. Dalam

mengatur adanya partai politik tertuang dalam UU no.2 tahun 1999 tentang

partai politik yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta

keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya. Adapun ketentuanya adalah

sebagai berikut:

1) Pancasila sebagai dasar negara dari NKRI dalam anggaran dasar partai

2) Asas atau ciri, aspirasi dan program partai politik tidak bertentangan

dengan pancasila

3) Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara

Republik Indonesia yang telah mempunyai hak pilih

4) Partai politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama

dengan lambang negara asing, bendera kesatuan RI sang merah putih,

bendera negara asing gambar perorangan dan nama serta lambang partai

lain yang telah ada.

21
Atas ketentuan UU tersebut maka semakin banyak partai-partai

politik baru yang hingga saat ini mencapai 114 partai politik, namun pada

kenyataanya, yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu hanya 48

partai politik. Dan partai itulah yang ikut dalam pemilu tahun 1999. dalam

pelaksanaan pemilu juga dilakukan adanya perubahan yang diatur dalam

UU no. 3 tahun 1999 tentang pemilu, yang berisi tentang kejujuran,

keadilan, langsung, umum, bebas, dan rahasia. Dan untuk penyelenggaraan

pemilu dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bebas dan

mandiri, yang terdiri atas unsur-unsur partai politik peserta pemilu dan

unsur pemerintah yang bertanggung jawab terhadap Presiden. Dengan

adanya ketentuan UU tersebut sistemik pelaksanaan Pemilu tahun 1999

akan bersifat demokratis, bahkan ditambah dengan adanya kebebasan untuk

membentuk pemantau Pemilu baik dari dalam maupun luar negeri.

c. Reformasi atas Kehidupan Politik

Untuk mencapai kehidupan politik yang benar-benar demokratis

maka harus dilakukan dengan cara Revitalisasi politik yaitu dengan

mengembalikan Pancasila pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya

seperti yang tertuang pada UUD 1945.

22
2.8 Perwujudan Nilai-nilai Pancasila dalam Pembangunan Kehidupan Politik

a. Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar

kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem politik yang berlaku dalam negara

harus mampu mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya HAM.

b. Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang

budi pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat

Indonesia

c. Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik

dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa

semata

d. Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat

manusia Indonesia

e. Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan

rakyat sebagai sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan.

f. Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.

2.9 Sistem Politik Indonesia

Politik merupakan interaksi antara masyarakat dengan pemerintah dalam

pembuatan keputsan dan kebijakan tentang kebaikan bersama dalam suatu

wilayah tertentu. Sedangkan sistem itu sendiri merupakan keseluruhan yang

kompleks dan terorganisasi. Jadi sistem politik adalah interaksi antara

pemerintah dan masyarakat dalam proses pembuatan dan pengambilan

23
kebijakan yang mengikat tentang kebaikan bersama antara masyarakat yang

berada dalam suatu wilayah tertentu.

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan

berbagai kegiatan dalam negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan

umum termasuk proses penentuan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan

penyusunan skala prioritasnya. Sistem politik Indonesia dalam rangka

mewujudkan cita-cita bangsa dan mencapai tujuan nasional maka harus sesuai

dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam menyelenggarakan politik negara,

yaitu keseluruhan penyelenggaran politik dengan memanfaatkan dan

mendayagunakan segala kemampuan aparatur negara serta daya dan dana demi

tercapainya tujuan nasional dan terlaksanannya tugas negara sebagaimana yang

ditetapkan dalam UUD 1945.

Didalam konsep dan sistem politik Indonesia terdapatnya proses sistem

politik dimana menjelaskan tingkah laku (sosial dan politik) yang dibuat oleh

manusia yang bertujuan untuk mengatur hubungan antara satu sama lain,

adanya struktur sistem politik guna untuk mengetahui struktur-stuktur yang ada

dipemerintahan seperti parlemen, kepala negara, kelompok yang

berkepentingan dan masih banyak lagi. Lalu adanya fungsi, dengan adanya

fungsi dapat mempermudah pemerintah dalam megambil keputusan dan

kebijakan yang mengikat mengenai nilai-nilai yang sifatnya material yang

mengarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan masyarakat.

24
Berbicara mengenai politik tidak ada habisnya karena politik sangat

berpengaruh dalam negara tersebut terutama di Indonesia. Indonesia menganut

sistem politik demokrasi pancasila yakni sistem politik yang didasarkan pada

nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan yang demokratis. Negara

dengan sistem politik demokrasi harus menjamin hak-hak masyarakat melalui

tatanan politik yang ditetapkan dalam konstitusi. Sistem demokrasi pancasila

memberikan kekuasaan dan membatasi kekuasaan pemerintahan berdasarkan

persetujuan yang diperintah rakyat.

Dengan adanya konsep dan sistem politik, maka menjadikan negara

menjadi terarah dan tidak melenceng dari peraturan yang telah ditetapkan,

sehingga negara menjadi tentram tanpa adanya gangguan dari pihak-pihak

yang tidak bertanggungjawab dalam negara.

Sistem politik Indonesia adalah sistem politik yang berdasarkan

demokrasi di mana keputusan tertinggi berada di tangan rakyat. Namun

kenyataannya, walaupun keputusan tertinggi berada di tangan rakyat, rakyat

tetap tidak mampu menciptakan kesejahteraan yang merata bagi masing-

masing individu di dalamnya.

Keputusan pemanfaatan lahan hutan sebagai areal pertambangan

contohnya, banyak rakyat kita yang bisa dengan mudah disogok dengan

sejumlah uang yang sebenarnya sangat tidak sebanding dengan pengerukkan

kekayaan negara yang dilakukan di areal-areal pertambangan tersebut.

Lalu, apakah untuk mewujudkan demokrasi itu kembali harus melalui

demonstrasi besar-besaran? Apakah demokrasi akan tegak jika penggulingan

25
kekuasaan kembali dilakukan? Atau apakah baru ada yang namanya demokrasi

setelah kasus kerusuhan seperti yang terjadi pada tahun 1998? Hal inilah yang

akhirnya patut kita renungkan bersama. Penerapan sistem dalam politik

demokrasi saat ini mati rasa. Bagaimana caranya kita menghidupkan sistem

politik berdasarkan demokrasi tersebut tanpa tindakan kekerasan, demonstrasi

yang berbuntut pengrusakan atau kekerasan yang akhirnya membuat jatuhnya

korban jiwa.

Dalam menghadapi permasalahan tersebut kita sebagai rakyat harus bisa

lebih selektif dalam memilih wakil rakyat. Jangan sampai mudah terkena bujuk

rayu janji-janji ataupun omongan calon wakil rakyat yang belum tentu ia penuhi

sesudah terpilih. Dan yang lebih parah lagi, jangan sampai hanya karena embel-

embel uang sogokan, kita memilih wakil rakyat yang tidak tepat. Yang nantinya

jika terjadi penyelewengan ataupun tindakan korupsi, yang salah bukan hanya

wakil rakyat (pejabat) tapi rakyat sendiri juga harusnya bisa instropeksi diri

karena itu adalah pilihan mereka yang tidak tepat pada saat pemilu. Sehingga

tidak akan terjadi penyesalan diakhir setelah pemilihan karena pilihan itu

menentukan nasib rakyat kedepannya.

Substansi politik adalah keputusan politik, karena keputusan politik itu

bersifat otoritif (sah dan mengikat masyarakat secara keseluruhan) dan

berlakunya dapat dipaksakan. Keputusan politik meliputi kebijakan

umum/publik dan keputusan yang menyangkut orang-orang yang akan

menyelenggarakan kebijakan publik (penjahat pemerintah). Kebijakan publik

merupakan program yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan

26
masyarakat/negara. Patokan atau acuan dalam suatu pengambilan keputusan

politik adalah ideologi, konstitusi, undang-undang, ketersediaan anggaran,

sumber daya manusia, efektivitas dan efisiensi, etika dan moral yang hidup

dalam masyarakat, dan agama.

Dilihat dari segi isi dan prosedur pembuatan keputusan politik dikenal 3

tipe, yaitu keputusan rutin, keputusan darurat, dan keputusan bukan keputusan

(Ramlan Surbakti, 1992). Keputusan rutin berisi upaya mengatasi dan mengatur

permasalahan yang kompleks, dan penyusunannya memerlukan waktu relatif

lama. APBN dan Undang-undang pokok di Indonesia dapat digolongkan

sebagai keputusan rutin.

Keputusan darurat, merupakan keputusan di buat untuk mengatasi suatu

keadaan darurat yang perlu penanganan segera. Seperti keputusan untuk

menghadapi perang dari luar, bencana alam, kekacauan politik, konflik sosial,

dan kekacauan ekonomi. Sedangkan yang dimaksud keputusan bukan

keputusan, untuk memberikan istilah pada keputusan yang sebenarnya tidak

mengandung konsekuensi secara hukum, bersifat vertikal dan kalaupun bersifat

tertulis dimaksudkan hanya untuk menenangkan masyarakat. Keputusan ini

sama sekali tidak disertai kehendak politik yang kuat untuk mewujudkannya.

Sistem politik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

politik dipandang sebagai sistem. Setiap sistem memiliki sifat:

a. terdiri dari banyak bagian-bagian

b. bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung

27
c. sistem itu memiliki perbatasan (boundaries) yang memisahkan dengan

lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain;

Bagian atau unsur sistem politik yang bersifat universal adalah fungsi

politik dan struktur politik. Menurut Gabriel A.Almond (dalam Muchtar

Mas’oed, 1981) ilmuwan politik yang mendalami tentang sistem politik, fungsi

politik dalam sistem politik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu fungsi input

dan fungsi output. Fungsi input meliputi: artikulasi kepentingan, agregasi

kepentingan, sosialisasi politik, komunikasi politik, dan rekrutmen politik.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa pembangunan

yang didasarkan pada nilai – nilai Pancasila diarahkan untuk meningkatkan

harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial,

dan aspek kebutuhan.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan

diridengan zaman. Tetapi tidak berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat

diganti dengan nilai dasar lain. Dengan meniadakan jati diri bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar

Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa

Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif, dengan

memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia

sendiri.

Pancasila harus memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsa

Indonesia untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan

dihadapinya, terutama menghadapai globalisasi dan keterbukaan. Ideologi

Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan

budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber

nilai, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan.

29
Yang meliputi pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik,

poembangunan ekonomi, pembangunan social budaya, pengembangan

hankam, pembangunan pertahanan keamanan, dan sebagai reformsi, baik itu

reformasi hukum ataupun reformasi politik. Semuanya ditujukan untuk

membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat yang

semakin mapan.

Pancasila sebagai jati diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau

sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif.

Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk

realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,

eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi

Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan,

setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan

setiap orang Indonesia.

Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan

tinggi, budaya akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force

pengembangan hukum dan HAM. Yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri

itupun benar-benar ada dan terjadi disekitar kita.

30
3.2 Saran

Adapun saran yang bisa penulis paparkan dari makalah ini yaitu

sebaiknya kita lebih mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi

agar kita tidak menyimpang dari nilai – nilai pancasila yang merupakan asas

Indonesia.

31
DAFTAR PUSTAKA

Almarsudi Subandi, Pancasila dan UUD 1945 dalam paradigm reformasi, Bogor,
PT Rajagrafindo Persada, 2003.

A.T. Soegito, dkk. Pendidikan Pancasila. Revisi 2013. Semarang: MKU/MKDK-


LP3 Universitas Negeri Semarang, 2013.

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma, 2010.

Saepulloh Aep, Tarsono, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Islam, Bandung, BatikPres, 2011.

Suprapto, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Bumi Aksara, 2007.

Yudianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung, M2S, 2001.

Anda mungkin juga menyukai