PENGOLAHAN PERIKANAN
Oleh :
Adrian Sofyan
TPHL
5444421007
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami
masih dilimpahi kasih sayang-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan tentang denaturasi, koagulasi, dan
ketengikan ini dapat diselesaikan.
Dalam pengerjaan makalah ini kami selaku tim penyusun telah berusaha
sebaik mungkin, namun kami menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan,
sehingga dengan segala kerendahan hati, kami sangat terbuka untuk menerima
saran dan kritik. Kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku tim penyusun dan umumnya bagi semua
pihak yang telah membaca makalah mengenai program seleksi ini. Selain itu,
semoga makalah ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam membangun
bangsa Indonesia.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Tujuan Penelitian.........................................................................
II ISI
2.1 Denaturasi....................................................................................
2.2 Koagulasi.....................................................................................
2.2.1 Mekanisme Koagulasi.................................................................
2.2.2 Contoh produk perikanan yang jadi koagulasi..........................
2.3 Ketengikan..................................................................................
III KESIMPULAN.....................................................................................
Gambar Halaman
2.1 Denaturasi
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa
memutuskan ikatan kovalen. Menurut John M de Man (1989) Denaturasi dapat
didefinisikan sebagai perubahan besar dalam struktur alami yang tidak melibatkan
perubahan dalam urutan asam amino. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan
mempengaruhi protein yang berlainan sampai tingkat yang berbeda pula.
Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting ialah pH.
Garam dan pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi dengan hilangnya
aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi
seperti kelarutan (De Man 1989).
2.2 Koagulasi
Koagulasi adalah keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi sebagai
suatu koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak. Koagulasi juga
dapat diartikan sebagai kerusakan protein yang terjadi akibat pemanasan dan
terjadi adanya penggumpalan serta pengerasan pada protein karena menyerap air
pada proses tersrbut (Makfoeld, 2008). Koagulasi berbeda dari denaturasi
protein, dimana pada koagulasi protein sifat biologi dan aktivitas protein tidak
berubah.
2. Pengadukan
1. Secara fisik
- Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan
elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan.
- Pengadukan.
- Pendinginan, contoh: agar-agar
2. Secara kimia
2.3 Ketengikan
Ketengikan yang terjadi pada produk makanan akan terjadi bila komponen
cita-rasa dan bau mudah menguap akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan
minyak yang tak jenuh. Hal ini disebabkan oleh Otooksidasi radikal asam lemak
tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan adanya pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat
reaksi seperti : cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam
berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin seperti hematin, hemoglobin,
mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase (Suratinojo 1988). Bau tengik
yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil
pemecahan hidroperoksida. Ketengikan enzimatis disebabkan oleh aktivitas
organisme yang menghasilkan enzim tertentu yang dapat menguraikan trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim peroksidase dapat mengoksidasi
asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk peroksida. Berbagai jenis minyak atau
lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi proses
ketengikan.
Selama penyimpanan bahan produk makanan yang mengandung minyak
dan lemak mengalami perubahan fisika-kimia yang dapat disebabkan oleh proses
hidrolisis maupun oksidasi. Proses hidrolisis pada minyak atau lemak yang
mengandung asam lemak rantai pendek akan menghasilkan asam lemak bebas
yang menimbulkan bau tengik (Suratinojo 1988). Hidrolisis minyak atau lemak
umumnya terjadi sebagai akibat kerja enzim lipase atau mikroba. Proses hidrolisis
dipercepat oleh suhu, kadar air, dan kelembaban tinggi. Faktor Penyebab
Ketengikan dibagi atas tiga golongan, yaitu: 1. Oxidative rancidity (ketengikan
oleh oksidasi), 2. Enzymatic rancidity (ketengikan oleh enzim), 3. Hydrolytic
rancidity (ketengikan oleh proses hidrolisis). Ketengikan oleh oksidasi terjadi
karena proses oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tidak jenuh dalam
minyak.
Pada ikan-ikan yang mengandung lemak tinggi seperti ikan tembang
mudah terjadi oksidasi lemak yang menyebabkan bau tengik. Proses ketengikan
pada ikan menurut (Winarno 1997) disebabkan oleh oksidasi asam lemak tidak
jenuh dalam lemak. Proses ketengikan menurut (Winarno dan Jenie 1982)
disebabkan oleh adanya serangan oksigen pada lemak tidak jenuh yang
menyebabkan oksidasi lemak. Proses ketengikan ini dapat dihambat dengan
pemberian antioksidan. Salah satu tanaman mengandung antioksidan yang diduga
dapat menghambat ketengikan adalah kunyit. Hal ini dinyatakan oleh (Suprapti
dkk 1982) bahwa kunyit sering ditambahkan dalam pembuatan masakan ikan
tradisional seperti pindang, karena selain memberi rasa dan warna, kunyit juga
berfungsi sebagai pengawet. Selanjutnya (Rukmana 1994) menyatakan bahwa
kunyit mempunyai kemampuan alamiah untuk mencegah oksidasi lipid.
Daging yang berwarna merah mengandung mioglobin dan hemoglobin
yang bersifat prooksidan serta kaya akan lemak. Warna merah pada daging ikan
disebabkan kandungan hemoproteinnya tinggi yang tersusun atas protein mioety,
globin dan struktur heme. Di antara hemoprotein yang ada, mioglobin adalah
hemoprotein yang terbanyak. Lebih 80 % hemoprotein pada daging merah adalah
mioglobin dan hemoglobin. Kandungan mioglobin pada daging merah ikan tuna
dapat lebih dari 3500 mg/100 gram (Watanabe, 1990). Hal ini yang menyebabkan
mudahnya terjadi ketengikan pada daging merah ikan tuna (Okada, 1990).
Pencegahan ketengikan dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan
antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan
antioksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam
tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium
atau stainless steel, lemak harus dihindarkan dari logam besi atau tembaga.
Antioksidan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi berantai
pembentukan radikal yang melepaskan hydrogen. Seperti : tokoferol, lesitin,
fosfatida, sesamol, gosipol, asam askorbat, BHT. Antioksidan sekunder adalah
suatu zat yang dapat mencegah kerja prooksidan sehingga dapat di golongkan
sebagai sinergik. Seperti : asam sitrat dan EDTA.
BAB III
KESIMPULAN
Puspitasari Sari A.P. 2012. Pengawetan Suhu Rendah Pada Ikan dan Daging.
Makalah Ilmu Teknologi Pangan, Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakulta
Kedokteran, Universitas Diponegoro
Suratinojo, A., 1988. Pengaruh Enzim Bromelin dan Lama Pemeraman Terhadap
Perubahan Protein Daging Ikan Tembang (Sardinella fimbriata).
UNSRAT
Manado.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.