Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEKNIK NEGOSIASI BISNIS

KONSEP MEDIASI, KONSILIASI, DAN ARBITRASE

DISUSUN OLEH:

ZELAL LUL IKSAN 1710011211025

GILANG PRATAMA 1710011211036

ADINDA SALSABILA RAMADHANI 1810011211008

EGA SAPUTRI 1810011211011

DOSEN PENGAMPU

RENI YULIVIONA SE.,M.Si

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKNOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, krena atas karunia-Nya lah kami diberi
kesempatan menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teknik Negosiasi
Bisnis” makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “KONSEP
MEDIASI, KONSILIASI, DAN ARBITRASE” yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebsar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari ksempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada kita sekalian. Amiinn.

Padang, 06 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Mediasi..............................................................................................................3
B. Konsiliasi...........................................................................................................6
C. Arbitrase............................................................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dizaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami berbagai

polemic yang beredar di dalam masyarakat yang menibulkan suatu pertentang bahkan samai

menimbulkan perikaian diantara masyarakat. Pertikaian yang ada muncul dari berbagai masalah

yang biasanya timbul karena perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian

bermulai dari suatu persoalan yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan tersebut

menjadi besar. Persoalan ini sebainya cepat diselesaikan agar tidak menjadi besar. Di dalam

suatu pertikaian bisanya memerlukan perantara atau biasa disebut pihak ketiga yang dapat

membantu menyelesaikan persoalan tersebut.

Banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu dengan mediasi,

konsiliasi, dan arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digukanan agar pertikaian dapat segera

teratasi. Bermula dari penyelesaian dengan membicarakan baik-baik diantara kedua pihak yang

bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan

pihak ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka

dibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat

diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti pengadilan untuk menyelesaikan

masalah tersebut, cara ini bisa disebut dengan ligitasi. Secara keseluruhan cara-cara tersebut

dapat digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.

1
B. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan mediasi ?

b) Apa yang dimaksud dengan konsiliasi ?

c) Apa yang dimaksud dengan arbitrase ?

C. Tujuan Pembahasan

a) Untuk mengetahui apa itu mediasi dalam bisnis ?

b) Untuk memahami konsilasi ?

c) Untuk mengerti dan memahami arbitrase dalam kehidupan bisnis ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MEDIASI

Pengertian Mediasi Secara etimologi (bahasa), mediasi berasal dari bahasa latin mediare

yang berarti “berada di tengah” karena seorang yang melakukan mediasi (mediator) harus berada

di tengah orang yang bertikai atau bersengketa. Secara harfiah mediasi memiliki kata dasar

“media” yang berarti alat atau sarana komunikasi, atau dapat diartikan sebagai yang terletak

diantara dua pihak (orang, golongan dsb), perantara atau penghubung, secara keseluruhan dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia mediasi diartikan sebagai proses mengikutsertakan pihak ketiga

dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat.

Munir Fuady mendefinisikan mediasi adalah sebagai salah satu alternatif penyelesaian

sengketa dimana suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang

tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu

menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah

pihak, pihak ketiga yang membantu menyelesaikan sengketa tersebut disebut dengan pihak

mediator.

Keberhasilan mediasi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kualitas mediator

(training dan profesional), usaha – usaha yang dilakukan kedua belah pihak yang sedang

bersengketa, serta kepercayaan dari kedua belah pihak terhadap proses mediasi, kepercayaan

terhadap mediator, kepercayaan terhadap masing – masing pihak. Dalam suatu mediasi itu harus

mengandung unsur – unsur sebagai berikut :

3
1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.

2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa didalam perundingan. 3.

Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencar penyelesaian. 4.

Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung.

Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat

diterima pihak – pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. Moore membedakan

mediator menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Social network mediators

2. Authoritative mediators

3. Independent mediators

 Social network mediators yaitu mediator berperan dalam sebuah sengketa atas dasar

adanya hubungan sosial antara mediator dan para pihak yang bersengketa, misalnya bila

terjadi sengketa antara teman kerja dan teman usaha, mediator yang bala dari tokoh

agama termasuk dalam golongan ini.

 Authoritative Mediators yaitu mereka – mereka yang berusaha membantu pihak – pihak

yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan – perbedaan dan memiliki posisi yang

kuat sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir

dari sebuah proses mediasi. Dan selama dalam menjalankan perannya tidak boleh

menggunakan peran ataupun kewenangannya. Authoritative ini ada tiga tipe atau jenis

yaitu :

1. Tipe benovalent

4
2. Tipe Managerial

3. Tipe Vested

 Manfaat Mediasi

Adapun manfaat atau keuntungan atau keunggulan itu antara lain :

1. Relatif lebih murah dibandingkan dengan alternatif yang lainnya.

2. Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk menerima dan adanya rasa

memiliki putusan mediasi tersebut.

3. Dapat menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk menegosiasi sendiri sengketa

– sengketanya di kemudian hari.

4. Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah – masalah yang merupakan dasar dari

suatu sengketa.

5. Membuka kemungkinan adanya saling kepercayaan diantara pihak yang bersengketa,

sehingga dapat dihindari rasa bermusuhan dan dendam.

Adapun yang merupakan kewajiban dan tugas dari suatu mediasi dapat digolongkan menjadi

4 (empat) tahap, yaitu sebagai berikut :

 Menciptakan forum

 Mengumpulkan dan membagi – bagi informasi

 Pemecahan masalah

 Pengambilan keputusan

5
B. KONSILIASI

Perselisihan ini muncul manakala terjadi kesalahpahaman mengenai keanggotaan,

pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentinga, perselisihan pemutusan hubungan

kejra atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah

yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliato yang netral. Sesuai dengan pasal 1 ayat 13 UU

PPHI, konsiliasi hanya berwenang menangani perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan

perselisihan antar serikat pekerjan.

Konsiliator bisa mengeluarkan anjuran tertulis jika tidak tercapai perdamaian di antara kedua

belah pihak. Sebaliknya, jika perdamaian tercapai, maka konsiliator bersama dengan para pihak

dapat menandatangani perjanjian bersama yang kemudia didaftarkan ke PHI.

Pengerian konsiliasi menurut Huala Adolf merupakan suatu metode di dalam penyelesaian

suatu sengketa yakni dengan menyerahkannya kepada sebuah konsiliator untuk kemudian

menjelaskan serta juga menguraikan segala jenis fakta serta juga setelah itu akan membuat suatu

usulan suatu keputusan penyelesaian. Tetapi usulan keputusan tersebut memiliki sifat tidak

mengikat.

Menurut Peter Behrens:1992 definisi konsiliasi ini merupakan suatu cara penyelesaian

sengketa yang memiliki sifat lebih formal daripada mediasi. Putusan yang kemudia ditetapkan

lewat konsiliasi tersebut sifatnya tidak mengikat.

 Tujuan Konsiliasi

6
Adapun tujuan dari pertemuan konsiliasi tersebut ialah untuk kemudia membawa pihak yang

berkepentingan itu untuk dengan secara bersama-sama mencari jalan keluar di dalam

menyelesaikan suatu permasalahan atau perselisihan. Konsiliasi ini kemudia mencari jalan

tengah yang bisa atau dapat untuk diterima kedua belah pihak di dalam menyelesaikan

permasalahan, supaya antara kedua belah pihak tersebut bisa atau dapat melewati suatu

permasalah atau perselisihan tersebut.

Disebabkan karna proses konsiliasi ini memperbolehkan kedua belah pihak yang berselisih

untuk kemudia membicarakan masalah mereka, maka ini memungkinkan bagi salah satu pihak

untuk kemudia medapatkan pengertian yang lebih baik atas pihak yang lain. Hal ini dapat atau

bisa membantu menghilangkan salah pengertian yang dikarenakan prasangka atau pun juga

informasi yang tidak benar di dalam mencapai perubahan sikap yang nyata. Seluruh informasi

yang didapatkan di dalam proses konsiliasi ini akan dijaga kerahasiannya serta tidak akan dibuat

yakni sebagai bagian dari proses peradilan.

 Contoh Konsiliasi

Adapun contoh nyata dari dilakukanya konsiliasi ialah pada penyelesaian sengketa yang

terjadi diantara Thailand serta Prancis yang mana kedua belah pihak kemudian menyepakati

membentuk suatu komite konsiliasi yang setelah itu membahasa tentang batas-batas wilayah

Thailand serta Kamboja. Saat itu Kamboja tersebut merupakan wilayah kekuasaan Prancis

sehingga sengketa tersebut kemudian melibatkan Thailand dengan Prancis bukan antara Thailand

dengan Kamboja.

7
C. ARBITRASE

Suatu hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa.

Sengketa yang perlu di antisipasi adalah mengenai bagaimana cara melaksanakan klausul –

klausul perjanjian, apa isi perjanjian ataupun disebabkan hal lainnya.

Untuk menyelesaikan senketa ada beberapa cara yang bisa dipilih, yaitu melalui negosiasi,

mediasi, pengadilan dan arbitrase.

Hal ini berkaitan dengan semakin dirasakannya hambatan – hambatan dalam penggunaan

lembaga peradilan umum sebagai tempat untuk menyelesaikan sengketa baik yang bersifat

nasional maupun internasional yang telah memberikan motivasi yang kuat kepada para pihak

yang bersengketa dalam kesempatan yang pertama memilih cara lain selain peradilan umum

(pengadilan negeri), untuk menyelesaikan sengketa mereka.

Salah satu cara adalah memilih lembaga arbitrase yang di yakini memiliki beberapa

keunggulan tersendiri. berbagai perjanjian dalam bidang perdagangan internasional, dapat di

jumpai pasal – pasal yang memuat klausula arbitrase sebagai cara memilih penyelesaian sengketa

yang mungkin terjadi di kemudian hari, sebagai salah satu syarat perjanjian dalam perdagangan

internasional.

Juga akta kompromis segera setelah sengketa benar – benar terjadi, sebagai akibat dari

pelaksanaan perjanjian tersebut. Sekedar memberikan gambaran, betapa waktu yang dibutuhkan

dalam prosedur gugatan melalui lembaga peradilan umum dari proses pengajuan gugatan di

pengadilan negeri sampai kepada memperoleh keputusan pada tingkat kasasi di Mahkamah

Agung membutuhkan waktu lebih kurang lima tahun.

8
Undang – undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, membuka

kemungkinan adanya lembaga arbitrase sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 ayat (2) dan 22

ayat (3) UU. No. 1/1967 sebagai berikut : Pasal 22 ayat (2) UU No. 1/1967 : “Jikalau di antara

kedua belah pihak tercapai persetujuan mengenai jumlah, macam dan cara pembayaran

kompensasi tersebut, maka akan di adakan arbitrase yang keputusannya mengikat kedua belah

pihak. Pasal 22 ayat (3) UU No. 1/1967 : “Badan arbitrase terdiri atas tiga orang yang dipilih

oleh pemerintah dan pemilik modal masing – masing satu orang, dan orang ketiga sebagai

ketuanya dipilih bersama – sama oleh pemerintah dan pemilik modal. Mengenai hal tersebut juga

di dukung oleh penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang – undang No. 14 Tahun 1970 tentang Undang

– undang Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang menyebutkan bahwa “penyelesaian perkara diluar

pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit tetap diperbolehkan.”

Patut disyukuri bersama, bahwa akhir – akhir ini pemerintah mulai memperlihatkan

eksistensi lembaga arbitrase ini, yaitu dengan membuat Rancangan Undang – undang Arbitrase

yang di prakarsi oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) bekerja sama dengan panitia

Interdep yang dipimpin oleh

Departemen Kehakiman bagian Perundang – undangan dan para praktisi yang telah

mempersiapkan suatu naskah akademik mengenai arbitrase ini, hasilnya ditetapkan menjadi

Undang – undang No.30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Pada saat undang – undang ini mulai berlaku, maka beberapa ketentuan arbitrase yang terbesar

dalam beberapa peraturan perundang – undangan yaitu pasal 615 sampai pasal 651 Reglemen

Acara Perdata (Reglement Op de Rechtsvordering) Stb. 1847 : 52 dan Pasal 377 Reglemen

Indonesia yang diperbaharui (Het Herziene Indonesisch Reglement) Stb. 1941 : 44 dan pasal 705

9
Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Rechtsreglement Buitengewesten) Stb.

1927 : 227 tidak berlaku lagi.

Di samping itu, Indonesia juga telah meratifikasi beberapa konvensi penting yang berkaitan

dengan lembaga arbitrase, di antaranya pada tahun 1981 dengan keputusan Presiden No. 34

Tahun 1981, Indonesia meratifikasi “Convention On the Recognition and Enforcement of

Foreign Arbitral Awards” yang di kenal sebagai “The 1958 New York Convention”, yaitu

sebuah konvensi mengenai Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan – putusan Arbitrase Asing.

Pada tanggal 3 Desember 1977 , di bentuk Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) oleh

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), maka telah tercipta lembaga yang secara

khusus memberikan penyelesaian secara adil dan cepat dalam sengketa perdagangan, industi, dan

keuangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.

Dengan telah tersedianya berbagai peraturan mengenai lembaga arbitrase ini, menunjukkan

bahwa lembaga arbitrase benar – benar hidup di kalangan pedagang maupun investor asing,

terbukti pada berbagai perjanjian dalam bidang perdagangan internasional maupun perjanjian

kerja sama (Joint Venture) yang melibatkan pihak asing dapat di jumpai pasal – pasal yang

memuat klausula arbitrase, sebagai cara memilih penyelesaian sengketa yang mungkin akan

terjadi di kemudian hari atau segera setelah sengketa benar – benar terjadi.

Secara teoretis, lembaga arbitrase memang dapat memberikan banyak keuntungan, namun

dalam prakteknya di lapangan masih banyak ditemukan kendala – kendala yang menimbulkan

kesulitan bari para pihak, yang menyebabkan lembaga ini kenyataannya kurang begitu populer di

Indonesia, tetapi telah merupakan salah satu pilihan dalam menyelesaikan sengketa perdagangan

internasional di negara – negara maju.

10
Hal yang menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan

lembaga arbitrase di Indonesia adalah berkaitan dengan pelaksanaan keputusan arbitrase luar

negeri/asing, apakah keputusan arbitrase asing tersebut dapat dilaksanakan di Indoseia ? hal ini

merupakan masalah yang sangat mendasar yang perlu mendapat perhatian dalam kaitanya

dengan penyelesaian sengketa bisnis internasional dengan mempergunakan arbitrase asing.

Karena berhasil tidaknya penyelesaian sengketa bisnis internasional dengan mempergunakan

arbitrase asing berhubungan erat dengan dapat dilaksanakan atau tidaknya putusan arbitrase

asing tersebut di negara pihak yang di kalahkan, karena pada umumnya di negara itulah terdapat

harta atau asset dari pihak yang di kalahkan.

Mengenai pelaksanaan putusan arbitrase asing ini di Indonesia, masih ditemukan berbagai

kendala dalam praktek maupun pengaturannya, bahkan dalma Undang – undang Arbitrase yang

baru sekalipun. Suatu keputusan arbitrase dilaksanakan melalui mekanisme pengadilan, dalam

hak pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan arbitrase tersebut secara sukarela

dan kewenangan bagi pengakuan pelaksanaan putusan arbitrase asing harus melalui Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat yang akan melihat apakah keputusan arbitrase asing telah memenuhi syarat

– syarat yang telah di tentukan serta tidak di langgar kesusilaan dan ketertiban umum.

Arbitrase tidak berjalan dengan baik di Indonesia KARENA

1. Kurangnya pengetahuan umum, informasi masyarakat tentang arbitrase, serta perhatian

terhadap konsep dan keuntungannya.

2. Kekhawatiran bahwa putusan arbitrase di Indonesia tidak dapat di eksekusi melalui

pengadilan.

11
3. Keberadaan ketentuan mengenai arbitrase tidak memberikan jaminan berlakunya perjanjian

arbitrase dan akibat putusan arbitrase.

4. Panel arbitrase BANI hanya terdiri atas orang Indonesia sehingga terdapat kemungkinan

mendapat tekanan secara politik atau ekonomi. Investasi asing dan perdagangan internasional

banyak terjadi belakangan ini dan semakin bertambah pada abad

Hal ini makin menambah pentingnya jasa juru runding dan arbitrase profesional untuk

berkembang di Indonesia. Dengan dibukanya pasar dunia di Indonesia, tidak tertutup

kemungkinan masuknya tenaga mediator/arbiter profesional dari luar negeri. Untuk itu di

perlukan pengembangan profesi dengan pembentukan asosiasi profesi arbiter. Apabila Indonesia

tidak mempersiapkan diri dengan pengembangan profesi ini, tenaga mediator/arbiter Indonesia

akan tertinggal dan mempunyai daya asing yang rendah di negeri sendiri. Sehubungan dengan

hal di atas, The Asia Foundation dan Bappenas mengadakan inisiatif membuat studi kebijkan

yang mengarah pada bidang perburuhan/tenaga kerja, lingkungan hidup, dan bisnis bertujuan

untuk mengidentifikasi keuntungan penggunaan ADR dan pendekatan pengelolaan dalam proses

pelembangan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mediasi diartikan sebagai proses mengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian
suatu perselisihan sebagai penasihat.
Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentinga, perselisihan pemutusan
hubungan kejra atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliato yang netral.
Suatu hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa.
Sengketa yang perlu di antisipasi adalah mengenai bagaimana cara melaksanakan
klausul- klausul perjanjian, apa isi perjanjian ataupun disebabkan hal lainnya.
B. Saran
1. Sebagai generasi muda ada baik nya kita belajar tentang bisnis dengan hokum-
hukumnya dengan baik dan benar sehingga nanti negara kita tidak tertinggal dengan
negara lain

13

Anda mungkin juga menyukai