Makalah Kelompok 1 Konsep Mediasi, Konsiliasi, Dan Arbitrase
Makalah Kelompok 1 Konsep Mediasi, Konsiliasi, Dan Arbitrase
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU
PRODI MANAJEMEN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, krena atas karunia-Nya lah kami diberi
kesempatan menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teknik Negosiasi
Bisnis” makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “KONSEP
MEDIASI, KONSILIASI, DAN ARBITRASE” yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebsar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari ksempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada kita sekalian. Amiinn.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Mediasi..............................................................................................................3
B. Konsiliasi...........................................................................................................6
C. Arbitrase............................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dizaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami berbagai
polemic yang beredar di dalam masyarakat yang menibulkan suatu pertentang bahkan samai
menimbulkan perikaian diantara masyarakat. Pertikaian yang ada muncul dari berbagai masalah
yang biasanya timbul karena perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian
bermulai dari suatu persoalan yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan tersebut
menjadi besar. Persoalan ini sebainya cepat diselesaikan agar tidak menjadi besar. Di dalam
suatu pertikaian bisanya memerlukan perantara atau biasa disebut pihak ketiga yang dapat
konsiliasi, dan arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digukanan agar pertikaian dapat segera
teratasi. Bermula dari penyelesaian dengan membicarakan baik-baik diantara kedua pihak yang
bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan
pihak ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka
dibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika tidak dapat
diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti pengadilan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, cara ini bisa disebut dengan ligitasi. Secara keseluruhan cara-cara tersebut
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEDIASI
Pengertian Mediasi Secara etimologi (bahasa), mediasi berasal dari bahasa latin mediare
yang berarti “berada di tengah” karena seorang yang melakukan mediasi (mediator) harus berada
di tengah orang yang bertikai atau bersengketa. Secara harfiah mediasi memiliki kata dasar
“media” yang berarti alat atau sarana komunikasi, atau dapat diartikan sebagai yang terletak
diantara dua pihak (orang, golongan dsb), perantara atau penghubung, secara keseluruhan dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia mediasi diartikan sebagai proses mengikutsertakan pihak ketiga
Munir Fuady mendefinisikan mediasi adalah sebagai salah satu alternatif penyelesaian
sengketa dimana suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang
tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu
menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah
pihak, pihak ketiga yang membantu menyelesaikan sengketa tersebut disebut dengan pihak
mediator.
Keberhasilan mediasi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kualitas mediator
(training dan profesional), usaha – usaha yang dilakukan kedua belah pihak yang sedang
bersengketa, serta kepercayaan dari kedua belah pihak terhadap proses mediasi, kepercayaan
terhadap mediator, kepercayaan terhadap masing – masing pihak. Dalam suatu mediasi itu harus
3
1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa didalam perundingan. 3.
Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencar penyelesaian. 4.
Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak – pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. Moore membedakan
2. Authoritative mediators
3. Independent mediators
Social network mediators yaitu mediator berperan dalam sebuah sengketa atas dasar
adanya hubungan sosial antara mediator dan para pihak yang bersengketa, misalnya bila
terjadi sengketa antara teman kerja dan teman usaha, mediator yang bala dari tokoh
Authoritative Mediators yaitu mereka – mereka yang berusaha membantu pihak – pihak
yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan – perbedaan dan memiliki posisi yang
kuat sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir
dari sebuah proses mediasi. Dan selama dalam menjalankan perannya tidak boleh
menggunakan peran ataupun kewenangannya. Authoritative ini ada tiga tipe atau jenis
yaitu :
1. Tipe benovalent
4
2. Tipe Managerial
3. Tipe Vested
Manfaat Mediasi
2. Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk menerima dan adanya rasa
3. Dapat menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk menegosiasi sendiri sengketa
4. Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah – masalah yang merupakan dasar dari
suatu sengketa.
Adapun yang merupakan kewajiban dan tugas dari suatu mediasi dapat digolongkan menjadi
Menciptakan forum
Pemecahan masalah
Pengambilan keputusan
5
B. KONSILIASI
kejra atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah
yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliato yang netral. Sesuai dengan pasal 1 ayat 13 UU
PPHI, konsiliasi hanya berwenang menangani perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan
Konsiliator bisa mengeluarkan anjuran tertulis jika tidak tercapai perdamaian di antara kedua
belah pihak. Sebaliknya, jika perdamaian tercapai, maka konsiliator bersama dengan para pihak
Pengerian konsiliasi menurut Huala Adolf merupakan suatu metode di dalam penyelesaian
suatu sengketa yakni dengan menyerahkannya kepada sebuah konsiliator untuk kemudian
menjelaskan serta juga menguraikan segala jenis fakta serta juga setelah itu akan membuat suatu
usulan suatu keputusan penyelesaian. Tetapi usulan keputusan tersebut memiliki sifat tidak
mengikat.
Menurut Peter Behrens:1992 definisi konsiliasi ini merupakan suatu cara penyelesaian
sengketa yang memiliki sifat lebih formal daripada mediasi. Putusan yang kemudia ditetapkan
Tujuan Konsiliasi
6
Adapun tujuan dari pertemuan konsiliasi tersebut ialah untuk kemudia membawa pihak yang
berkepentingan itu untuk dengan secara bersama-sama mencari jalan keluar di dalam
menyelesaikan suatu permasalahan atau perselisihan. Konsiliasi ini kemudia mencari jalan
tengah yang bisa atau dapat untuk diterima kedua belah pihak di dalam menyelesaikan
permasalahan, supaya antara kedua belah pihak tersebut bisa atau dapat melewati suatu
Disebabkan karna proses konsiliasi ini memperbolehkan kedua belah pihak yang berselisih
untuk kemudia membicarakan masalah mereka, maka ini memungkinkan bagi salah satu pihak
untuk kemudia medapatkan pengertian yang lebih baik atas pihak yang lain. Hal ini dapat atau
bisa membantu menghilangkan salah pengertian yang dikarenakan prasangka atau pun juga
informasi yang tidak benar di dalam mencapai perubahan sikap yang nyata. Seluruh informasi
yang didapatkan di dalam proses konsiliasi ini akan dijaga kerahasiannya serta tidak akan dibuat
Contoh Konsiliasi
Adapun contoh nyata dari dilakukanya konsiliasi ialah pada penyelesaian sengketa yang
terjadi diantara Thailand serta Prancis yang mana kedua belah pihak kemudian menyepakati
membentuk suatu komite konsiliasi yang setelah itu membahasa tentang batas-batas wilayah
Thailand serta Kamboja. Saat itu Kamboja tersebut merupakan wilayah kekuasaan Prancis
sehingga sengketa tersebut kemudian melibatkan Thailand dengan Prancis bukan antara Thailand
dengan Kamboja.
7
C. ARBITRASE
Suatu hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa.
Sengketa yang perlu di antisipasi adalah mengenai bagaimana cara melaksanakan klausul –
Untuk menyelesaikan senketa ada beberapa cara yang bisa dipilih, yaitu melalui negosiasi,
Hal ini berkaitan dengan semakin dirasakannya hambatan – hambatan dalam penggunaan
lembaga peradilan umum sebagai tempat untuk menyelesaikan sengketa baik yang bersifat
nasional maupun internasional yang telah memberikan motivasi yang kuat kepada para pihak
yang bersengketa dalam kesempatan yang pertama memilih cara lain selain peradilan umum
Salah satu cara adalah memilih lembaga arbitrase yang di yakini memiliki beberapa
jumpai pasal – pasal yang memuat klausula arbitrase sebagai cara memilih penyelesaian sengketa
yang mungkin terjadi di kemudian hari, sebagai salah satu syarat perjanjian dalam perdagangan
internasional.
Juga akta kompromis segera setelah sengketa benar – benar terjadi, sebagai akibat dari
pelaksanaan perjanjian tersebut. Sekedar memberikan gambaran, betapa waktu yang dibutuhkan
dalam prosedur gugatan melalui lembaga peradilan umum dari proses pengajuan gugatan di
pengadilan negeri sampai kepada memperoleh keputusan pada tingkat kasasi di Mahkamah
8
Undang – undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, membuka
kemungkinan adanya lembaga arbitrase sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 ayat (2) dan 22
ayat (3) UU. No. 1/1967 sebagai berikut : Pasal 22 ayat (2) UU No. 1/1967 : “Jikalau di antara
kedua belah pihak tercapai persetujuan mengenai jumlah, macam dan cara pembayaran
kompensasi tersebut, maka akan di adakan arbitrase yang keputusannya mengikat kedua belah
pihak. Pasal 22 ayat (3) UU No. 1/1967 : “Badan arbitrase terdiri atas tiga orang yang dipilih
oleh pemerintah dan pemilik modal masing – masing satu orang, dan orang ketiga sebagai
ketuanya dipilih bersama – sama oleh pemerintah dan pemilik modal. Mengenai hal tersebut juga
di dukung oleh penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang – undang No. 14 Tahun 1970 tentang Undang
– undang Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang menyebutkan bahwa “penyelesaian perkara diluar
Patut disyukuri bersama, bahwa akhir – akhir ini pemerintah mulai memperlihatkan
eksistensi lembaga arbitrase ini, yaitu dengan membuat Rancangan Undang – undang Arbitrase
yang di prakarsi oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) bekerja sama dengan panitia
Departemen Kehakiman bagian Perundang – undangan dan para praktisi yang telah
mempersiapkan suatu naskah akademik mengenai arbitrase ini, hasilnya ditetapkan menjadi
Undang – undang No.30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Pada saat undang – undang ini mulai berlaku, maka beberapa ketentuan arbitrase yang terbesar
dalam beberapa peraturan perundang – undangan yaitu pasal 615 sampai pasal 651 Reglemen
Acara Perdata (Reglement Op de Rechtsvordering) Stb. 1847 : 52 dan Pasal 377 Reglemen
Indonesia yang diperbaharui (Het Herziene Indonesisch Reglement) Stb. 1941 : 44 dan pasal 705
9
Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Rechtsreglement Buitengewesten) Stb.
Di samping itu, Indonesia juga telah meratifikasi beberapa konvensi penting yang berkaitan
dengan lembaga arbitrase, di antaranya pada tahun 1981 dengan keputusan Presiden No. 34
Foreign Arbitral Awards” yang di kenal sebagai “The 1958 New York Convention”, yaitu
sebuah konvensi mengenai Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan – putusan Arbitrase Asing.
Pada tanggal 3 Desember 1977 , di bentuk Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) oleh
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), maka telah tercipta lembaga yang secara
khusus memberikan penyelesaian secara adil dan cepat dalam sengketa perdagangan, industi, dan
Dengan telah tersedianya berbagai peraturan mengenai lembaga arbitrase ini, menunjukkan
bahwa lembaga arbitrase benar – benar hidup di kalangan pedagang maupun investor asing,
terbukti pada berbagai perjanjian dalam bidang perdagangan internasional maupun perjanjian
kerja sama (Joint Venture) yang melibatkan pihak asing dapat di jumpai pasal – pasal yang
memuat klausula arbitrase, sebagai cara memilih penyelesaian sengketa yang mungkin akan
terjadi di kemudian hari atau segera setelah sengketa benar – benar terjadi.
Secara teoretis, lembaga arbitrase memang dapat memberikan banyak keuntungan, namun
dalam prakteknya di lapangan masih banyak ditemukan kendala – kendala yang menimbulkan
kesulitan bari para pihak, yang menyebabkan lembaga ini kenyataannya kurang begitu populer di
Indonesia, tetapi telah merupakan salah satu pilihan dalam menyelesaikan sengketa perdagangan
10
Hal yang menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan
lembaga arbitrase di Indonesia adalah berkaitan dengan pelaksanaan keputusan arbitrase luar
negeri/asing, apakah keputusan arbitrase asing tersebut dapat dilaksanakan di Indoseia ? hal ini
merupakan masalah yang sangat mendasar yang perlu mendapat perhatian dalam kaitanya
arbitrase asing berhubungan erat dengan dapat dilaksanakan atau tidaknya putusan arbitrase
asing tersebut di negara pihak yang di kalahkan, karena pada umumnya di negara itulah terdapat
Mengenai pelaksanaan putusan arbitrase asing ini di Indonesia, masih ditemukan berbagai
kendala dalam praktek maupun pengaturannya, bahkan dalma Undang – undang Arbitrase yang
baru sekalipun. Suatu keputusan arbitrase dilaksanakan melalui mekanisme pengadilan, dalam
hak pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan arbitrase tersebut secara sukarela
dan kewenangan bagi pengakuan pelaksanaan putusan arbitrase asing harus melalui Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang akan melihat apakah keputusan arbitrase asing telah memenuhi syarat
– syarat yang telah di tentukan serta tidak di langgar kesusilaan dan ketertiban umum.
pengadilan.
11
3. Keberadaan ketentuan mengenai arbitrase tidak memberikan jaminan berlakunya perjanjian
4. Panel arbitrase BANI hanya terdiri atas orang Indonesia sehingga terdapat kemungkinan
mendapat tekanan secara politik atau ekonomi. Investasi asing dan perdagangan internasional
Hal ini makin menambah pentingnya jasa juru runding dan arbitrase profesional untuk
kemungkinan masuknya tenaga mediator/arbiter profesional dari luar negeri. Untuk itu di
perlukan pengembangan profesi dengan pembentukan asosiasi profesi arbiter. Apabila Indonesia
tidak mempersiapkan diri dengan pengembangan profesi ini, tenaga mediator/arbiter Indonesia
akan tertinggal dan mempunyai daya asing yang rendah di negeri sendiri. Sehubungan dengan
hal di atas, The Asia Foundation dan Bappenas mengadakan inisiatif membuat studi kebijkan
yang mengarah pada bidang perburuhan/tenaga kerja, lingkungan hidup, dan bisnis bertujuan
untuk mengidentifikasi keuntungan penggunaan ADR dan pendekatan pengelolaan dalam proses
pelembangan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mediasi diartikan sebagai proses mengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian
suatu perselisihan sebagai penasihat.
Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentinga, perselisihan pemutusan
hubungan kejra atau perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliato yang netral.
Suatu hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa.
Sengketa yang perlu di antisipasi adalah mengenai bagaimana cara melaksanakan
klausul- klausul perjanjian, apa isi perjanjian ataupun disebabkan hal lainnya.
B. Saran
1. Sebagai generasi muda ada baik nya kita belajar tentang bisnis dengan hokum-
hukumnya dengan baik dan benar sehingga nanti negara kita tidak tertinggal dengan
negara lain
13