Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA BAYI,


BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
(BALITA GIZI KURANG)
DI PUSKESMAS PEBAYURAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN AJARAN
2021/2022

0
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
(BALITA GIZI KURANG)
DI PUSKESMAS PEBAYURAN

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan


Praktik Kebidanan Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Pra sekolah

Dosen Pembimbing Akademik :


Ika Kania Fatdoh Wati, SST., M.Kes.

Disusun Oleh :
Putri Ayu Anggraeni 020619039
Putri Intan Purnama Sari 020619040
Putri Nur Fauziah 020619041
Qonita Tasya Sukirman 020619042

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN AJARAN
2021/2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
(BALITA GIZI KURANG)
DI PUSKESMAS PEBAYURAN

Disusun Oleh:
Putri Ayu Anggraeni 020619039
Putri Intan Purnama Sari 020619040
Putri Nur Fauziah 020619041
Qonita Tasya Sukirman 020619042

Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Tanggal : Kamis, 10 Februari 2022
Di : Puskesmas Pebayuran

( Sukarsih SST. )
NIP. 19720413 199302 2 001

Pembimbing Institusi
Tanggal : Kamis, 10 Februari 2022
Di : Puskesmas Pebayuran

(Ika Kania Fatdoh Wati, SST., M.Kes.)


NIK. 50100229
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Biodata Penulis 1
Nama : Putri Ayu Anggraeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 15 Februari 2001
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Kesehatan : Baik
Alamat Lengkap : Kp. Cijambe Rt.007 Rw.004 Desa Sukadami
Kec.Cikarang Selatan Kab. Bekasi
Nomor Telepon : 087748633627
PENDIDIKAN FORMAL
2007 – 2013 : SDN Sukadami 03
2014 – 2015 : SMPN 1 Cikarang Selatan
2016 – 2018 : SMAS Mutiara Islamic Plus
2019 – Sekarang : Universitas Medika Suherman

iii
Biodata Penulis 2
Nama : Putri Intan Purnama Sari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Oktober 2001
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Kesehatan : Baik
Alamat Lengkap : Cluster Limonia Blok L1/38, Perum. Metland
Tambun, Kec. Tambun Selatan, Kab. Bekasi
Nomor Telepon : 081294598604
PENDIDIKAN FORMAL
2007 – 2009 : SDIT Islamiyah
2010-2011 : MI At-Taqwa 56
2012-2013 : MI Tarbiyatul Mubtadi'in
2014 – 2015 : MTS Tarbiyatul Mubtadi'in
2016 – 2018 : MA Nurul Azhar
2019 – Sekarang : Universitas Medika Suherman

iv
Biodata Penulis 3
Nama : Putri Nur Fauziah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 November 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Kesehatan : Baik
Alamat Lengkap : Kp. Jati Rawa, Rt 01/Rw 05, Desa Serang,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi,
Jawa Barat.
Nomor Telepon : 081286378387
PENDIDIKAN FORMAL
2007 – 2013 : SDN Sukaresmi 06
2014 – 2015 : SMPN 01 Cikarang Selatan
2016 – 2018 : SMAN 2 Cikarang Selatan
2019 – Sekarang : Universitas Medika Suherman

v
Biodata Penulis 4
Nama : Qonita Tasya sukirman
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 20 Maret 2001
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Kesehatan : Baik
Alamat Lengkap : Kp. tangsi desa sukadanau, cikarang barat.
Nomor Telepon : 08987750848
PENDIDIKAN FORMAL
2007 – 2013 : SDN sukadanau 03
2014 – 2015 : Pesantren latansa, MTS Almakmur
2016 – 2018 : MAN 1 BEKASI
2019 – Sekarang : Universitas Medika Suherman

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat-Nya laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya,kerabatnya, sahabatnya dan seluruh umatnya.
Laporan ini disusun guna membahas tentang Asuhan Kebidanan pada
Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah (Balita Gizi Kurang)
adapun tambahan materi lainnya yang didasari pada tinjauan pustaka. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan yang
penulis buat. Terutama ucapan terima kasih ditujukan kepada Allah SWT, Kepala
UPTD Puseksmas pebayuran Heni Fatmasari, SKM., Bidan Koordiunator UPTD
Pusekesmas Pebayuran sekaligus pembimbing lahan Bidan Hj. Rosidah S.Tr Keb.
dan Seluruh bidan yang berada di UPTD Pusekesmas Pebayuran yang membantu
penulis dan juga tidak lupa ucapan terimakasih kepada pembimbing akademik ibu
Ika Kania Fatdoh Wati, SST., M.Kes serta dosen mata kuliah Bayi, Balita dan
Anak Pra Sekolah.
Penulis sangat menyadari isi dari laporan ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan. Sehingga harap dimaklumi apabila isi makalah ini
banyak kekurangan dalam hal pengetikan maupun materi. oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, dan
menjadi tambahan ilmu dan pengetahuan bagi kita semua khususnya bagi para
mahasiswa sebagai media pembelajaran.

Bekasi, 08 Februari 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
RIWAYAT PERSETUJUAN................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 13
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 13
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 14
1.3 Manfaat............................................................................................................ 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 17


2.1 Teori Asuhan Kebidanan Pada Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah............................................................................................................ 17
2.2 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak.................................................... 17
2.3 Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang.................... 18
2.4 Teori Gizi Kurang Pada Anak......................................................................... 20
2.5 Faktor-faktor terjadinya gizi kurang pada balita............................................. 21
2.6 Penyebab Gizi kurang pada Balita.................................................................. 22
2.7 Gejala Awal Balita Gizi Kurang...................................................................... 23
2.8 Penatalaksanaan Gizi kurang pada Anak......................................................... 24
2.9 Kebutuhan Gizi Pada Balita Usia 4-5 tahun.................................................... 25

viii
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN...................................... 37
3.1 Studi Kasus...................................................................................................... 37
3.2 Pembahasan.....................................................................................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 45
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 45
4.2 Saran................................................................................................................ 45
4.3 Daftar pustaka.................................................................................................. 47

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1............................................................................................................ 20

Gambar 2.2............................................................................................................ 21

Gambar 2..3........................................................................................................... 23

Gambar 2.4............................................................................................................ 26

Gambar 3.1............................................................................................................ 38

Gambar 3.2............................................................................................................ 38

Gambar 3.3............................................................................................................ 39

Gambar 3.4 ……………………………………………………………………… 39

Gambar 3.5 ……………………………………………………………………… 40

Gambar 3.6 ……………………………………………………………………… 41

Gambar 3.7 ……………………………………………………………………… 42

Gambar 3.8 ……………………………………………………………………… 43

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 2 hal yang berbeda namun


saling berkaitan. Pertumbuhan sendiri adalah perubahan anak yang dapat dihitung
dan dilihat seperti berat badan dan tinggi badan. Adapun perkembangan adalah
perubahan anak yang tidak selalu dapat dihitung namun dapat diamati seperti
perkembangan kognitif anak dan perkembangan cara berbicara dan cara berjalan
anak.

Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik,


budaya, ras, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kecukupan nutrisi dan keadaan
psikologis anak.

Dengan adanya kegiatan mengukur pertumbuhan dan perkembangan anak


maka pertumbuhan anak pun akan terpantau sehingga masa depan suatu bangsa
dilihat dari bagaimana tingkat rendah atau tingginya kecukupan nutrisi anak dan baik
buruknya pertumbuhan dan perkembangan anak. Kita juga akan membahas
bagaimana tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dari umur 0 bulan
– 3 tahun. Dilihat dari segi perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan
perkembangan sosial dan emosional.

Bila mana ada ditemukan kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan


anak maka akan sangat mudah untuk diberikan intervensi dini. Guna untuk kebaikan
dan Kesehatan anak dan keluarga. Dalam kegiatan mengukur pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat di perlukan dukungan dari tenaga Kesehatan seperti
bidan, dokter dan dukungan dari keluarga serta masyarakat sekitar (kader, RT/RW).
Sehingga indikator keberhasilan dapat mudah tercapai.

Adapun indikator keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak


hanya dinilai dari kecukupan nutrisi/gizi dan perkembangan bagus akan tetapi dilihat
juga dari perkembangan bagusnya emosional, psikologis anak, sosial anak dalam
berinteraksi dan perkembangan anak secara optimal.

13
Masa balita merupakan masa kritis dalam pembentukan kapasitas fisik dan
psikis. Status gizi balita sangat signifikan sebagai titik tolak kapasitas fisik di usia
dewasa. Karakter ketahanan tubuh dibangun oleh kematangan dan kualitas organ-
organ tubuh. Agar mencapai kondisi kesehatan optimal sejak dini sampai dewasa,
maka masyarakat sangat perlu mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
capaian status gizi balita.

Faktor-faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap status gizi balita


bisa dikaji untuk kemudian dirumuskan suatu rekomendasi yang dapat dijadikan
sebagai the best guidelines untuk masyarakat.

Arah pembangunan gizi sesuai Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang


Kesehatan pasal 141, dimana upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dapat ditempuh melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, sesuai dengan 13 Pesan Umun Gizi Seimbang
(PUGS) dan perbaikan perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

Masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok yaitu
Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi (AGB), selain gizi
lebih (obesitas). Indonesia sekarang mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih
dikenal dengan masalah gizi ganda.

Penanganan masalah gizi sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan SDM yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan SDM yang
berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari
keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik.

Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular


ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat seperti
faktor lingkungan yang higenis, asupan makanan, pola asuh terhadap anak, dan
pelayanan kesehatan seperti imunisasi sangat menentukan dalam membentuk anak
yang tahan gizi kurang.

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan gizi

14
dan gizi kurang akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang masih sering ditemukan
diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas
sumber daya manusia.

Oleh karena status gizi memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap
penyakit, kematian bayi, kematian ibu dan produktivitas kerja

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak adalah gizi kurang. Anak balita (0-
5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi.

Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan golongan yang


paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi
serta berada dalam status gizi rendah.

2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Umum

Agar bayi, balita 0 – 5 tahun dan anak pra sekolah usia 5 – 6 tahun di
Puskesmas Pebayuran agar mendapatkan pelayanan stimulasi, intervensi dan deteksi
dini pertumbuhan dan perkembangan anak agar anak dapat bertumbuh secara
optimal.

2.1.2 Tujuan Khusus

1. Tersedianya pedoman untuk melakukan stimulasi, intervensi, dan deteksi dini


pertumbuhan dan perkembangan bayi, balita dan anak pra sekolah.

2. Terselenggaranya kegiatan untuk melakukan stimulasi, intervensi, dan deteksi


dini pertumbuhan dan perkembangan bayi, balita dan anak pra sekolah.

3. Tersedianya jejaring dan alur rujukan pertumbuhan dan perkembangan bayi,


balita dan anak pra sekolah.

4. Terselenggaranya monitoring evaluasi dan pembinaan kegiatan stimulasi, dan


intervensi dini bayi, balita dan anak pra sekolah.

15
3.1 Manfaat

3.1.1 Manfaat Bagi Klien

Memberikan pengetahuan dan informasi kepada klien mengenai laporan


tentang asuhan kebidanan terhadap deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan
anak pra sekolah.

3.1.2 Manfaat Bagi Mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan pengalam baru dalam penulisan laporan tentang


asuhan kebidanan terhadap deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra
sekolah dan media yang dapat digunakan sebagai referensi belajar tambahan bagi
mahasiswa dan pelajar.

3.1.3 Manfaat Bagi Lahan Praktik

Manfaat bagi lahan praktik yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian
dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan penelitian terhadap deteksi dini
tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asuhan Kebidanan Pada Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah

Pertumbuhan (growth) adalah suatu ukuran kematangan fisik. Hal ini ditandai
dengan peningkatan ukuran tubuh dan organ-organ yang berbeda. Oleh karena itu,
pertumbuhan bisa diukur dalam satuan sentimeter atau meter dan kilogram (Suraj,
2009).

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan dalam


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Riyadi, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan suatu hal yang perlu


mendapat perhatian besar. Hal ini karena pada masa balita merupakan masa dengan
pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis, biasanya dikenal dengan istilah golden age
atau masa emas. Golden age yang terjadi selama usia balita ini merupakan suatu
masa yang sangat penting dalam fase tumbuh kembang anak, karena pembentukan
kepribadian dan karakter dimulai pada masa ini (WHO, 2014).

2.2 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetdjiningsih (2010) kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang


adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) meliputi:

a. Pangan/gizi

b. Perawatan Kesehatan

c. Tempat tinggal yang layak.

d. Kebersihan Individu

e. Sandang/pakaian

f. Kesegaran jasmani/rekreasi

17
2.3 Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Anak

Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan tumbuh kembang


balita adalah kurang terampilnya ibu dalam stimulasi dini perkembangan balita.
Dalam melakukan stimulasi perkembangan balita ibu tidak menggunakan pedoman
dari tenaga kesehatan, sehingga hasilnya tidak maksimal (Sari, 2015).

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal


yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Herediter

2. Lingkungan masyarakat

3. Nutrisi

4. Imunisasi

5. Urutan anak dalam keluarga

6. Status sosial ekonomi

7. Pola asuh.

Menurut Badan WHO (World Health Organization) lebih dari 200 juta anak
usia dibawah 5 tahun di dunia tidak memenuhi potensi perkembangan mereka dan
sebagian besar diantaranya adalah anak-anak yang tinggal di Benua Asia dan Afrika.
Berapa tahun terakhir ini, terjadi berbagai masalah perkembangan anak seperti
keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif yang semakin
meningkat. Angka kejadian keterlambatan perkembangan di Amerika Serikat
berkisar 12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, sedangkan di Indonesia antara
13%-18% (Hidayat, 2014).

Anak balita memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan
kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah
menyerap informasi yang ada disekitarnya. Balita memerlukan stimulasi untuk
mencapai tumbuh kembang yang baik. Faktor yang mempengarui perkembangan
motorik kasar pada bayi antara lain status gizi kurang, pengetahuan ibu, pendidikan

18
yang rendah, terlalu sibuk dengan pekerjaanya dan kurangnya stimulasi motorik
kasar (Indah, 2015).

Pada balita peran orang tua sangat besar dalam mengawasi proses tumbuh
kembang anak. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan balitana sangat
diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah umur lima tahun
(balita) perlu dirangsang (stimulasi). Tujuan memberikan stimulasi adalah untuk
membantu balita mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan
yang diharapkan, stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi. Dengan
pemberian stimulasi secara terarah maka akan lebih dapat mengingkatkan
perkembangan motorik kasar pada balita (Indah, 2015).

Stimulasi dini dapat dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak
janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua
sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).
Rangsangan atau stimulasi sejak dini melatih kemampuan motorik halus dan kasar,
kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak (Soedjatmiko, 2016).

Stimulasi sangat membantu dalam menstimulasi otak untuk menghasilkan


hormon-hormon yang diperlukan dalam perkembangannya. Stimulasi dapat
diberikan dalam berbagai bentuk yang sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Stimulasi tersebut dapat berupa kehangatan dan cinta tulus yang diberikan orang tua.
Interaksi anak dan orang tua melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, dan
mendengarkan dengan penuh perhatian juga merupakan bentuk stimulasi secara dini.
Ketika anak yang belum dapat berbicara mengoceh, ocehan itu perlu mendapatkan
tanggapan sebagai bentuk stimulasi kemampuan bicara anak. Sejak dini orang tua
semestinya mengajak bercakap-cakap dengan suara lembut dan memberikan rasa
aman kepada anak (IDAI, 2014).

Di dalam perkembangan seorang anak, stimulasi merupakan suatu kebutuhan


dasar. Stimulasi juga berperan penting untuk peningkatan fungsi sensorik (dengar,
raba, lihat rasa, cium), motorik (gerak kasar, halus), emosi-sosial, bicara, kognitif,
mandiri, dan kreatifitas (moral, kepemimpinan). Selain itu, stimulasi juga dapat
merangsang sel otak (Siswono, 2016).

19
2.4 Teori Gizi Kurang Pada Balita

Menurut WHO, ada tiga indikator status gizi yang dipantau, yaitu berat badan
terhadap umur, tinggi badan terhadap umur, dan berat badan terhadap tinggi badan.
Berat badan merupakan indikator umum status gizi karena berat badan berkorelasi
secara positif terhadap umur dan tinggi badan. Status gizi dikategorikan menjadi
empat, yaitu : gizi lebih, baik, pada besaran nilai z atau simpangan dari baku
indikator yang sudah ditentukan oleh WHO (Kemenkes RI, 2017).

Gizi kurang merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,


atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbonhidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh.1 Cara menilai status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometrik,
klinik, biokimia, dan biofisik. Pengukuran antropometrik dapat dilakukan dengan
beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, dan sebagainya

Gambar2.1

Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan
terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Pada usia ini kebutuhan mereka meningkat,
sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari makan sendiri dan seringkali
pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya diserahkan kepada orang lain
sehingga risiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi.

20
Gizi kurang secara patofisiologi pada anak balita (12-59 bulan) adalah
mengalami kekurangan energy protein, anemia gizi besi, gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI) dan kurang vitamin A. Kekurangan sumber dari empat
diatas pada anak balita dapat menghambat pertumbuhan, mengurangi daya taha
tubuh sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan, penurunan kemampuan fisik, gangguan pertumbuhan jasmani dan
mental, stunting, kebutaan serta kematian pada anak balita.

2.5 Faktor-faktor Terjadinya Gizi Kurang pada Balita

Gambar 2.2

Faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang diantaranya adalah status


sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak dan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Anwar, 2005).

Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji
korelasi, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan
ibu dengan status gizi balita. Sumber lain mengatakan bahwa rendahnya pendidikan
dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab
langsung dari kekurangan gizi pada anak balita (Kosim, 2008).

Secara umum, kurang gizi pada anak disebabkan oleh tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi harian. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut
ini:

21
1. Ketidaktahuan orang tua tentang gizi

Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi
seimbang merupakan penyebab umum kurangnya gizi pada anak. Bila orang tua
tidak mengetahui jenis dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan anak, asupan nutrisi yang
diberikan bisa tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga ia menjadi kurang gizi.

2. Tingkat sosial ekonomi yang rendah

Kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang baik juga bisa menyebabkan
anak kekurangan gizi. Hal ini karena porsi dan jenis makanannya tidak memenuhi
kebutuhan gizi dalam waktu lama. Namun, hal itu bisa diakali dengan mengetahui
sumber makanan bergizi yang mudah ditemui serta tidak mahal tapi kebersihannya
terjaga.

3. Kebersihan lingkungan yang buruk

Lingkungan yang tidak bersih juga dapat menyebabkan anak mengalami


kekurangan gizi, sebab lingkungan yang kotor bisa membuat anak terserang beragam
penyakit. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan gizi terhambat, meskipun asupan
makanannya sudah baik.

4. Menderita penyakit tertentu

Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga disebabkan oleh suatu
penyakit atau kondisi medis, terutama penyakit saluran pencernaan yang membuat
tubuh anak sulit mencerna atau menyerap makanan. Contohnya adalah penyakit
celiac, penyakit Crohn, dan radang usus.

Selain itu, penyakit jantung bawaan dan penyakit infeksi, seperti TB paru,
juga bisa menyebabkan anak mengalami kurang gizi.

2.6 Penyebab Gizi Kurang Pada Balita

Balita gizi kurang atau malnutrisi adalah kondisi ketika anak tidak menerima
nutrien, mineral, dan kalori yang cukup untuk membantu perkembangan organ vital.
Gizi kurang akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.

22
Penyebab terjadinya masalah gizi kurang pada balita meliputi penyebab
langsung dari penyakit infeksi, pokok masalah gizi kurang dari karakteristik ibu
balita yaitu berupa umur ibu, pendidikan, pekerjaan, pemberian ASI dan MP-ASI,
dan jumlah anak.

Anak kurang gizi bisa juga disebabkan oleh kekurangan makronutrisi, yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein; atau mikronutrisi, yaitu vitamin dan mineral. Bentuk
paling sering muncul terkait kondisi kurang gizi pada anak adalah kwashiorokor dan
marasmus. Kurang gizi dapat membuat anak mengalami gangguan pertumbuhan,
seperti berat badan kurang, perawakan yang pendek, bahkan mengalami gagal
tumbuh.

2.7 Gejala Awal Balita Gizi Kurang

Menurut Kementerian Kesehatan, status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan, dan tinggi badan. Pengukuran ini bisa dilakukan di layanan Posyandu di tiap
wilayah untuk mengetahui ada-tidaknya tanda gizi kurang balita.

Gambar 2.3

Pada anak-anak yang mengalami kurang gizi berbagai tanda-tanda yang muncul,
yakni:

 Nafsu makan rendah


 Anak mengalami gagal tumbuh (dilihat dari berat badan, tinggi badan, atau
keduanya yang tidak sesuai dengan umurnya)
 Kehilangan lemak dan massa otot tubuh
 Kekuatan otot tubuh menghilang

23
 Sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, bahkan dapat menangis secara
berlebihan
 Mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar
 Sulit berkonsentrasi dengan baik.
 Kulit dan rambut kering, bahkan rambut mudah sekali rontok
 Pipi dan mata tampak cekung
 Proses penyembuhan luka sangat lama
 Rentan terserang penyakit, dengan proses penyembuhan yang cenderung
lama
 Risiko komplikasi meningkat jika melakukan operasi

Bukan tidak mungkin juga, perkembangan balita dalam hal perilaku dan kemampuan
intelektual anak terbilang sangat lambat.

Bahkan, anak bisa sampai mengalami kesulitan belajar ketika asupan gizi dalam
tubuhnya kurang.

2.8 Penatalaksanaan Gizi Kurang pada Balita

Dalam menangani anak yang kekurangan gizi maka dapat disesuaikan dengan
tingkat keparahannya. Dokter anak atau ahli gizi akan memberikan rekomendasi
yang tepat untuk anak yang mengalami malnutrisi.

Jika anak masih dalam tahap kekurangan gizi yang ringan maka dapat melakukan
hal-hal di bawah ini:

1. Periksakan anak kepada dokter

Dokter akan melakukan analisis terhadap kondisi anak dan memberikan


rekomendasi yang tepat agar anak kembali pulih dan tidak mengalami gangguan
perkembangan.

Dokter atau ahli gizi akan melakukan pemeriksaan secara mendalam pada anak,
seperti:

 Mengukur indeks massa tubuh (BMI) anak


 Melakukan pemeriksaan penyebab anak mengalami kurang gizi
 Melakukan tes darah

24
 Melakukan tes berdasarkan riwayat medis sang anak

Jika dokter menemukan hasil pemeriksaan yang mengarah ke anak mengalami


kurang gizi maka akan diberikan obat atau vitamin untuk anak kurang gizi demi
meningkatkan nafsu makan sang anak.

2. Menerapkan pola makan yang baik pada anak

Penanganan anak yang mengalami kekurangan gizi haruslah dengan perhatian


khusus mengingat tumbuh kembang anak yang terganggu.

Memberikan banyak makanan yang mengandung cukup tinggi kalori, serat,


mineral, protein dan vitamin dapat membantu anak mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkannya.

Selain itu mengatur pola makan yang baik seperti memperbanyak memberikan
asupan makanan juga sangat bagus untuk mengembalikan kondisi anak.

3. Mendampingi perkembangan sang anak

Setelah melakukan pemeriksaan ke dokter/bidan dan telah juga memberikan pola


makan yang baik untuk anak maka proses terakhir adalah selalu memantau
perkembangan atau mendampingi tumbuh kembang sang anak secara intensif.

Jika Anda tidak mempunyai waktu yang banyak untuk merawat sang buah hati,
maka Anda dapat menggunakan layanan home care perawat anak yang secara
khusus melakukan perawatan dan pendampingan kepada anak secara profesional.

2.9 Kebutuhan Gizi Pada Balita Usia 4-5 tahun

Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 status kebutuhan gizi makro
harian balita usia pra sekolah (4-5 tahun) meliputi:

 Energi: 1600 kilo kalori (kkal)


 Protein: 35 gram
 Karbohidrat: 220 gram
 Lemak: 62 gram
 Air: 1500 milimeter (ml)
 Serat: 22 gram

25
Gambar 2.4

Sementara kebutuhan zat gizi mikro harian anak, meliputi:

Vitamin

Jenis vitamin yang perlu didapatkan oleh anak prasekolah usia 4-5 tahun yaitu:

 Vitamin A: 450 mikrogram (mcg)


 Vitamin D: 15 mcg
 Vitamin E: 7 miligram (mg)
 Vitamin K: 20 mcg

Sementara takaran dan jenis mineral yang beri diperoleh anak prasekolah usia 4-5
tahun, seperti:

Mineral

 Kalsium: 1000 gram


 Fosfor: 500 gram
 Magnesium: 95 mg
 Natrium: 1200 mg
 Besi: 9 mg

26
Berbagai mineral di atas merupakan kebutuhan gizi makro dan mikro pada balita
perlu dipenuhi agar kesehatan si kecil tetap terjaga.

3.0 DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat


pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5

26
3.1 SKRINING PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK
MENGGUNAKAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
(KPSP)
a. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan
b. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas
PAUD ditempatkan
c. Jadwal penyaringan/pemeriksaan KPSP rutin adalah: setiap 3 bulan pada anak <
24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 -72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30, 36, 42 , 48,54, 60, 66 dan 72 bulan)
d. Jika orang tua datang dengan keluhan yang ditemukan tumbuh kembang,
sedangkan umur anak bukan pemeriksaan umur maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk pemeriksaan yang lebih muda dan lebih disarankan
untuk kembali sesuai dengan pemeriksaannya
Alat/instrumen yang digunakan adalah:
1. Formulir KPSP menurut umur
Formulir ini berisi 9- 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak.
2. Alat bantu pemeriksaan
berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi
2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5
-1cm
a. Cara menggunakan KPSP :
1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan Contoh: bayi
umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15
hari, dibulatkan menjadi 3 bulan
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah
bayi makan kue sendiri ?"
 Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi
pada gerakan perlahan-lahan ke posisi duduk".

27
5) Jelaskan kepada orangtua agar agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak memahami apa yang dijelaskan
kepadanya
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir
7) Ajukan pertanyaan berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
b. Interpretasi hasil KPSP:
1) hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
(a) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya
(b) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh tidak tahu
2) Jumlah jawaban "Ya' = 9 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
3) Jumlahjawaban "Ya'= 7atau 8, perkembangan atau meragukan (M)
4) Jumlah jawaban "Ya'=6atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan ( P)
5) Untuk jawaban "Tidak", perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian)
c. Intervensi:
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
(a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
(b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
(c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak
(d) Ikatan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
Posyandu secara teratur setiap bulan 1 kali dan setiap kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36 -
72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.

28
(e) melakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak 24 sampai 72 bulan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
(a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
(b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
(c) Melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan
melakukan pengobatan.
(d) Takukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan diagram KPSP yang sesuai dengan umur anak.
(e) Jika hasil KPSP ulang "Ya' tetap 7 atau jawaban" 8 maka kemungkinan
ada penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:
Merujuk ke Rumah Sakit dengan pola gerak dan penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan mandiri)
A. TES DAYA DENGAR (TDD)
a. Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran dini, agar
dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan bicara
anak
b. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur 0-12 bulan dan setiap 6
bulan pada anak umur 12 bulan ke atas.Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK/RA, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
c. Alat saraa yang diperlukan adalah;
• Instrumen TDD menurut umur anak
d. Cara melakukan TDD:
• Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan
• Pilih dasar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak Pada anak umur
kurang dari 24 bulan:
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Katakan
pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab,
karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.

29
c. Tunggujawaban dari orangtua/pengasuh anak.
d. Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir
e. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir
• Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
a. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk
dikerjakan oleh anak
b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh
c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh
d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh
e. Interpretasi:
• Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran
• Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan medic anak
f. Intervensi :
• Tindak lanjut sesuai dengan pedoman yang ada
• Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
B. TES DAYA LIHAT (TDL)
a. kesempatan untuk memperoleh tempat untuk melihat lebih besar
b. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah 36
sampai 72 bulan. anakan oleh tenaga kesehatan.
c. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
2. Dua buah kursi, 1 untuk anak dan luntuk pemeriksa
3. Poster "E" untuk digantung dan kartu "E" untuk dipegang anak
4. Alat Penunjuk
Cara lakukan daya lihat:
1. Pilih suatu ruangan yang dan tenang, dengan penyinaran yang baik
2. Gantungkan poster "E" setinggi anak pada posisi duduk

30
3. pilihan sebuah kursi bersih 3 meter dari poster "E" menghadap ke poster "E"
4. menemukan sebuah kursi lainnya di samping poster "E"untuk pemeriksa
5. Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak. Latih anak dalam mengarahkan
kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada
poster "E" oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau berhasil. lakukan
hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar
6. selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku atau kertas
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “ E” pada poster, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris ke empat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
8. uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya
dengan huruf “E” pada poster.
9. ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satu nya dengan cara yang sama
10. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
disediakan: mata kanan: ………………… Mata kiri:………..
Interprestasi
Anak prasekolah umum nya tidak megalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster “E” .Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster
“E” atau tidak dapat mencocokan arah kartu “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan yang dilihat. Intervensi: Bila
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
Tumbuh Kembang level 1 dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
(kanan, kiri atau keduanya).

31
Gambar 2.6

C. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERILAKU EMOSIONAL

Deteksi dini penyimpangan perilaku adalah kegiatan/pemeriksaan untuk


menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak , agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi Bila penyimpangan perilaku terlambat diketahui, maka intervensi
akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak Deteksi
yang dilakukan menggunakan:

1) Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan


sampai 72 bulan.

2) Ceklis autis anak prasekolah (Modified Checklist for in Toddlers/M-CHAT) bagi


anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.

3) Bentuk deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


menggunakan Abreviated Conner Rating Scale untuk anak umur 36 bulan ke atas.

1) Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional

 Tujuannya adalah mendeteksi dini adanya gangguan/perilaku emosional pada


anak pra sekolah, Deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap
6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

32
 Jadwal ini sesuai dengan jadwal pelayanan SDIDTK.
 Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE)
yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali masalah perilaku emosional
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
 Cara melakukan:
a. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang
tua/pengasuhanak.
b. Catat jawaban YA, kemudian hitungjumlah jawaban YA.

Interpretasi:

Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah perilaku
emosional.

Intervensi:

Bila jawaban YA hanya 1 (satu):

 melakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola


Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak.
 lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan rujukan tumbuh atau memiliki fasilitas
kesehatan jiwa. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih:
Rujuk ke Rumah Sakit yang memberikan pelayanan rujukan tumbuh
kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Rujukan harus
disertai informasi

2) Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah


a) Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan
b) Dilaksanakan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh
atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, petugas kesehatan, dapat
berupa PAUD, pengelola TPA dan guru TK Keluhan dari salah satu
atau lebih keadaan di bawah ini:

33
a. Keterlambatan berbicara.
b. Gangguan komunikasi/interaksi sosial.
c. Perilaku yang berulang-ulang.
c) Cara menggunakan M-CHAT
1. Ajukan pertanyaan dengan, jelas dan nyaring lambat, satu persatu
perilaku yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua atau
pengasuhanak.
2. melakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
Modified-Checklist for Autism in Toddlers(M-CHAT)
3. Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK, Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi:

1. Enam pertanyaan No. 2, 7,9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(critical item) jika dijawab tidak berarti pasien memiliki risiko tinggi autisme.
Jawaban tidak pada dua atau lebih item kritis atau tiga pertanyaan lain yang
tidak sesuai (misalnya harus dijawab ya, orangtua menjawab tidak) maka
anak tersebut memiliki risiko autisme
2. Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misalnya Anda melihat satu atau 2 kali),
mohon menjawab anak tersebut tidak melakukannya.

Intervensi:

Bila anak memiliki risiko tinggi autisme atau risiko autisme, Rujuk ke Rumah
Sakit yang memberikan layanan rujukan tumbuh kembang anak.

D. DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIFITAS (GPPH) PADA ANAK.

 Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan


Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak usia 36 bulan ke atas.

34
 Dilaksanakan atas indikasi bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak
atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini:
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenallelah
c. Perubahan suasana yang dibentuk/impulsif
 Alat yang digunakan adalah deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting
Scale), ini adalah 10 pertanyaan yang dibutuhkan orang tua/pengasuh
anak/ TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan deteksi dini GPPH:

1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu perilaku yang
isyaratkan pada deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuhanak
untuk tidak ragu-raguatau takut menjawab.

2. melakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada deteksi


dini GPPH.

3. Keadaan yang dibangun/diamati ada pada anak berada, misal ketika di rumah,
sekolah, pasar, toko, dl); setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.

4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama melakukan


pemeriksaan. 5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi :

Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan "bobot nilai" berikut ini,
dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total

- Nilai0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

- Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang - kadang ditemukan pada anak.

- Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

35
- Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak bila nilai total 13 atau lebih
kemungkinan dengan GPPH

Intervensi:

a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu mengunjungi Rumah Sakit yang anggota
layanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas kesehatan jiwa untuk
konsultasi dan lebih lanjut.

b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang
1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak
(orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb)

E. KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

36
Gambar 2.7

37
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
3.1.1 Pengkajian data subjektif
Pengkajian : Posyandu Seroja (Karang Patri)

Tanggal : Rabu, 9 Februari 2022 Waktu: 09.00 WIB

a. Identitas (Biodata)

Nama : An. A L/P : L


Nama ayah : Tn.N Nama ibu : Ny. N
Alamat : Karang Patri
Tanggal lahir : 19 Mei 2018
Umur anak : 4 Tahun 3 Bulan 10 Hari (51 bulan)

Keluhan Umum : Anak susah makan, selalu jajan dan minum es serta
tidak mau makan sayuran atau buah-buahan.
Apakah anak punya masalah tumbuh kembang : Tidak ada

3.1.2 Pengkajian data objektif


• Keadaan umum : Compos Mentis
• Suhu : 36,5 OC
• Pernafasan : 25x/ menit
• Nadi : x/ menit
• Berat badan : 12 Kg
• Tinggi badan : 97 cm

Pemeriksaan berdasarkan buku KIA


1. BB/U : 12 Kg; PB/TB : 97 Cm.
BB/TB:
a. Normal b. kurus c. sangat kurus d. Gemuk

38
Gambar 3.1

Gambar 3.2

39
2. PB/U atau TB/U :
a. Tinggi b. normal c. pendek d. sangat pendek

Gambar 3.3

3. LKA : 50 Cm. LKA/U:


a. normal b. mikrosefal c. makrosefal

Gambar 3.4

40
4. Perkembangan anak :
1) Sesuai Jumlah Jawaban Ya:9 Jumlah Jawaban Tidak:0
2) Meragukan Jumlah Jawaban Ya:0 Jumlah Jawaban Tidak:0
3) Penyimpangan: Jumlah Jawaban Ya:0 Jumlah Jawaban Tidak:0

Gambar 3.5

5. Daya dengar:
a. Normal b. curiga dan gangguan

6. Daya Lihat:
a. Normal b. curiga dan gangguan

41
7. Perilaku dan Emosional:
a. Normal b. curiga ada gangguan

Gambar 3.6

42
Pemeriksaan Atasi Indikasi/Jika Ada Keluhan
1. Autisme
a. Risiko tinggi autism b. Risiko autisme c. normal

Gambar 3.7

2. GPPH
a. Kemungkinan GPPH b. normal

43
Gambar 3.8

3.1.2 Analisis Kasus


An. A umur 4 tahun 3 bulan 10 hari, mengalami perkembangan yang baik
sesuai dengan usianya. Dengan indikasi adanya gizi kurang.
3.1.3 Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent dan meminta persetujuan kepada orang tua
anak untuk melakukan pendataan terkait pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.
2. Melakukan pengisian data pada lembar formulir deteksi dini tumbuh
kembang anak.
3. Menanyakan keluhan kepada ibu terkait perkembangan dan pertumbuhan
an aknya.
4. Melakukan pemeriksaan Berat badan, Tinggi Badan dan Lingkar kepala.
5. Melakukan pengisian questioner tentang perkembangan anak.
6. Mnyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan anak
7. Memberikan edukasi kepada ibu seuai hasil dari data yang dilakukan.
8. Melakukan pendokumentasian.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Aspek Klinis
Berdasarkan data dari buku Ksesehatan Ibu Anak (KIA) Permenkes no.2
Tahun 2022 tentang standar antopometri :

44
Anak Laki-laki Usia 51 Bulan
- Berat Badan Normal menurut umur : 15 – 18 Kg (-2 Sampai +1 SD)
- Tinggi badan Normal menurut umur: 96 – 119 cm (-2 sampai +3 SD)
- BB/TB : (-2 Sampai +1 SD)
- Lingkar Kepala Anak: 47-53 cm
An. A usia 51 bulan dengan:
- Berat badan: 12 kg (Sangat Kurus)
- Tinggi badan: 97 cm (Nomal)
- TB/BB: 97cm / 12 kg (Gizi Kurang)
- Lingkar Kepala Anak: 50 cm (Normal)
Faktor penyebab anak balita gizi kurang:
1. Kurangnya asupan makanan
2. Penyakit ginjal kronik
3. Adanya penyakit ganas
4. Penyakit jantung bawaan
5. Alergi

3.2.2 Aspek Psikososial


Ibu dari pasien An. A mengatakan bahwa anaknya susah makan dengan
alasan selalu jajan dan minum es serta tidak mau makan sayuran dan buah-buahan
Dan ditinjau dari pemahaman ibu didapatkan bahwa ibu kurang paham akan
kebutuhan nutrisi anaknya sehingga pola makan kebutuhan nutrisi anak kurang
diperhatikan.

3.2.3 Analisis Sistem Kesehatan


An. A memiliki Berat Badan 12 Kg dan Tinggi Badan 97 cm dengan kondisi kurus

45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan suatu hal yang perlu
mendapat perhatian besar. Hal ini karena pada masa balita merupakan masa dengan
pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis, biasanya dikenal dengan istilah golden age
atau masa emas. Golden age yang terjadi selama usia balita ini merupakan suatu
masa yang sangat penting dalam fase tumbuh kembang anak, karena pembentukan
kepribadian dan karakter dimulai pada masa ini (WHO, 2014).

Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan tumbuh kembang


balita adalah kurang terampilnya ibu dalam stimulasi dini perkembangan balita.
Dalam melakukan stimulasi perkembangan balita ibu tidak menggunakan pedoman
dari tenaga kesehatan, sehingga hasilnya tidak maksimal (Sari, 2015).

Berdasarkan studi An.A ditemukan bahwa An. A umur 4 Tahun 3 Bulan 10


Hari, mengalami perkembangan yang baik sesuai dengan usianya. Dan jika dilihat
dari Tinggi badan/umur dan Lingkar kepala/umur An. A normal. Tetapi jika dilihat
dari Berat badan/umur, An. A kurus.

Sehingga ketika di deteksi dini di posyandu Seroja Karang Patri ditemukan


bahwa An. A mengalami gizi kurang. Oleh karena itu pihak kesehatan dapat
memberikan Tindakan kuratif pada An. A terkait gizi kurang yang di alaminya.

Dengan adanya stimulasi deteksi dini pada Anak usia 0-5 tahun akan
memudahkan bidan, dokter dan perawat untuk saling berkolaborasi dalam
meningkatkan kesehatan cakupan gizi masyarakat. Bila mana didapati masyarakat
setempat ada gizi kurang maka akan mempermudah memberikan edukasi dalam
pemenuhan gizi.

4.2 Saran
Peningkatan pelayanan stimulasi deteksi dini balita gizi kurang di
puskesmas/posyandu diperlukan dengan memberi pelatihan gizi kurang untuk tenaga
puskesmas/posyandu yang belum terlatih; pengadaan makanan terapi pada awal

46
tahun sehingga kebutuhan makanan terapi dapat terpenuhi; pelatihan praktik
pengasuhan untuk kader dalam pendampingan ke rumah balita gizi kurang dan
koordinasi dengan luar sektor kesehatan di puskesmas yaitu desa atau kelurahan agar
dapat mengoptimalkan bantuan dana desa, dan program lain lebih difokuskan untuk
membantu keluarga yang mempunyai anak balita gizi kurang.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anik Sholikah, Eunike Raffy Rustiana, Ari Yuniastuti (2017). Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan. Public
Health Perspective Journal 2 (1) (2017) Hal. 9 – 18.
Desra yunita, amir luthfi, erlinawati (2020). Hubungan pemberian stimulasi dini
dengan perkembangan motorik pada balita di desa tanjung berulak wilayah
kerja puskesmas kampar tahun 2019. Jurnal kesehatan tambusai. Volume 1, no
2 2020 hal. 62 - 68.
Kementrian kesehatan ri (2019). Buku deteksi dini tumbuh kembang balita.
Indonesia. Kementrian kesehatan ri, direktorat jenderal pembinaan kesehatan
masyarakat 2019.
Ni’ma Nazilia, Muhammad Iqbal (2020). PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI UNTUK MENGATASIGIZI BURUK PADA ANAK
BALITADENGANAPLIKASI“ANAK SEHATMAKAN SEHAT (EMAS)”.
JURNAL PANGAN KESEHATAN DAN GIZIJAKAGI, Desember 2020,(1)1:
Hal. 46-53.
Nurkholidah (2020). Faktor – faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang
anak usia 1 – 3 tahun di desa kayu laut kecamatan panyabungan selatan
kabupaten mandailing natal tahun 2020. Jurnal kesehatan ilmiah indonesia.
Vol. 5 no.2 desember 2020 hal. 19 - 26.
Hapsari maharani sugeng, rodman tarigan, nur melani sari (2019). Gambaran tumbuh
kembang anak pada periode emas usia 0-24 bulan di posyandu wilayah
kecamatan jatinangor. Jurnal sains kesehatan. Volume 4 nomor 3 maret tahun
2019 hal. 96 - 101.

48

Anda mungkin juga menyukai