Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK XI

KELOMPOK 9

dr. Budi Utama, M. Biomed

Ahmad Muchlisin 702018003

Della Marselah 702018089

Mellyana Cahyadi 702018010

Mario Ramanda 702018086

Tarissa Rahma Dini 702018079

Vena Putri Mulya Nuralgisca 702018006

Isini Gustri 702018099

Shafa Tasya Qodrunnada Purnama 702018058

Rima Putri 702018050

Ratu Balkis Romadhona 702028090

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Budi Utama, M. Biomed
Moderator : Ahmad Muchlisin
Sekretaris Meja : Vena Putri Mulya Nuralgisca
Sekretaris Papan : Ratu Balqis Romadhona
Waktu : Selasa, 24 Maret 2020
Pukul : 08.00 – 10.40 WIB
Jumat, 27 Maret 2020
Pukul : 08.00 – 11.00

Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat
4. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung
5. Tepat waktu

2.2 Skenario
“ Pegal Membawa Petaka”
Tn. Raharjo, 60 tahun, seorang buruh bangunan, datang ke Unit gawat darurat
dengan keluhan BAB hitam kental sejak 8 jam yang lalu dengan frekuensi 3
kali, jumlah ± 1 gelas aqua setiap kali BAB. Keluhan disertai dengan mulas
dan nyeri ulu hati sampai ke perut bagian kiri atas.
Sejak 1 tahun terakhir Tn. Raharjo sering mengeluh nyeri lutut kanan. Sejak 6
bulan terakhir, keluhan semakin memberat dan disertai mudah lelah jika
bekerja berat sehingga Tn. Raharjo disarankan temannya untuk menggunakan
obat yang dikatakan bisa menghilangkan nyeri lutut sekaligus penambah
tenaga di warung. Keluhan berkurang segera setelah mengonsumsi obat
tersebut, tetapi kambuh lagi bila tidak minum obat.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, Tn. Raharjo merasakan nyeri di ulu
hati, yang bertambah berat jika Tn. Raharjo makan. Mual ada, muntah tidak
ada, tidak ada nafsu makan, demam tidak ada. Tn. Raharjo tidak mengalami
penurunan berat badan. Tidak ada riwayat nyeri ulu hati yang bertambah bila
makan. Tidak ada riwayat nyeri ulu hati yang berkurang bila makan. Riwayat
sakit kuning dan minum minuman beralkohol disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran : Komposmentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi:120x/mnt, RR: 24x/mnt, T:
36,80C.
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera tidak ikterik.
Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba
Torak : Spider nevi (-), ginekomastia (-), suara nafas vesikuler normal
Cor : HR 120x/mnt reguler, BJ I dan II normal.
Abdomen : Datar, bising usus meningkat, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+), Murphy sign (-), caput medusae (-), shifting dullness (-).
Ekstremitas atas : Palmar pucat (+), palmar eritem (-), akral hangat, CRT < 2
detik.
Ekstremitas bawah: Edema pretibia (-), hiperpigmentasi (-)

2.3 Klarifikasi Istilah


ISTILAH DEFINISI
Ginekomastia Perkembangan kelenjar susu laki-laki yang
berlebihan bahkan pada tingkat fungsional
Hiperpigmentasi Keadaan munculnya bercak gelap pada kulit karena
produksi melanin berlebihan
BAB hitam (Melena) Keluarnya feses hitam diakibatkan oleh darah yang
berubah
Mual (Nausea) Adalah suatu sensasi atau perasaan tidak
menyenangkan yang mendahului muntah disertai
hipersalivasi, keringat dingin, pucat, takikardi,
hilangnya tonus gaster.
Murphy sign Pemeriksaan yang sangat bermanfaat untuk
menunjang diagnosa kolesistitis dimana nyeri tekan
yang bertambah sewaktu penderita menarik nafas
panjang karena kandung empedu yang meradang
tersentuh ujung jari tangan pemeriksa.
Spider nevi Suatu kondisi yang menyebabkan kumpulan
pembuluh darah kecil yang menyerupai sarang laba-
laba terlihat pada permukaan kulit.
Caput medusae Pelebaran vena cutaneus di sekeliling umbilikus,
terutama terlihat pada bayi yang baru lahir dan
pasien sirosis hati.
Nyeri Perasaan tidak nyaman, menderita, atau nyeri
disebabkan oleh rangsangan oada ujung saraf
tertentu.
Sakit kuning Adalah keadaan kulit dan bagian putih mata menjadi
berwarna kuning yang disebabkan karena tingginya
kadar bilirubin.
Shifting dullness Suara pekak yang berpindah saat perkusi akibat ada
cairan di rongga abdomen.
CRT (Capillary Refill Didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
Time) warna kuku kembali ke unggun kapiler eksternal
setelah tekanan diberikan untuk menyebabkan
blansing.
Lelah Penat, letih, payah, lesu dan tidak bertenaga
Ulu hati Daerah ulu hati disebut dengan epigastrium. Letak
ulu hati berada di bawah tulang dada dan di atas
pusar, atau perut bagian atas.
Komposmentis Yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
Konjungtiva pucat Adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak
mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Sklera tidak ikterik Adalah tidak terjadinya perubahan warna dari sklera,
selaput keras atau selaput putih (berasal dari bahasa
Yunani skleros artinya keras) adalah lapisan luar
mata yang berwarna putih, berserat, tidak tembus
cahaya, elastis dan mengandung kolagen.
Palmar eritem Kemerahan pada telapak tangan yang di hasilkan
kongesti pembuluh kapiler.
Epigastrium Adalah salah satu dari sembilan daerah perut ,
bersama dengan hipokondria kanan dan kiri, daerah
lateral kanan dan kiri (daerah lumbar atau panggul),
daerah inguinal kanan dan kiri (atau fossae), dan
daerah pusar dan pubis.
Edema pretibia Pengumpulan cairan secara abnormal di ruang
interselular tubuh pada bagian pretibia.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Tn. Raharjo, 60 tahun, seorang buruh bangunan, datang ke Unit gawat
darurat dengan keluhan BAB hitam kental sejak 8 jam yang lalu
dengan frekuensi 3 kali, jumlah ± 1 gelas aqua setiap kali BAB.
Keluhan disertai dengan mulas dan nyeri ulu hati sampai ke perut
bagian kiri atas.
2. Sejak 1 tahun terakhir Tn. Raharjo sering mengeluh nyeri lutut kanan.
Sejak 6 bulan terakhir, keluhan semakin memberat dan disertai mudah
lelah jika bekerja berat sehingga Tn. Raharjo disarankan temannya
untuk menggunakan obat yang dikatakan bisa menghilangkan nyeri
lutut sekaligus penambah tenaga di warung. Keluhan berkurang segera
setelah mengonsumsi obat tersebut, tetapi kambuh lagi bila tidak
minum obat.
3. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, Tn. Raharjo merasakan nyeri di
ulu hati, yang bertambah berat jika Tn. Raharjo makan. Mual ada,
muntah tidak ada, tidak ada nafsu makan, demam tidak ada. Tn.
Raharjo tidak mengalami penurunan berat badan. Tidak ada riwayat
nyeri ulu hati yang bertambah bila makan. Tidak ada riwayat nyeri ulu
hati yang berkurang bila makan. Riwayat sakit kuning dan minum
minuman beralkohol disangkal.
4. Pemeriksaan Fisik.
Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran: komposmentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi:120x/mnt, RR: 24x/mnt,
T: 36,80C.
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera tidak ikterik.
Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba
Torak : Spider nevi (-), ginekomastia (-), suara nafas vesikuler
normal
Cor : HR 120x/mnt reguler, BJ I dan II normal.
Abdomen : Datar, bising usus meningkat, hepar lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (+), Murphy sign (-), caput medusae (-), shifting
dullness (-).
Ekstremitas atas : Palmar pucat (+), palmar eritem (-), akral hangat,
CRT < 2 detik.
Ekstremitas bawah : Edema pretibia (-), hiperpigmentasi (-)

2.5 Prioritas Masalah


No.1 Karena jika tidak ditatalaksanai dengan baik akan menyebabkan
mortilitas dan morbilitas meningkat.

2.6 Analisis Masalah


1. Tn. Raharjo, 60 tahun, seorang buruh bangunan, datang ke Unit gawat
darurat dengan keluhan BAB hitam kental sejak 8 jam yang lalu dengan
frekuensi 3 kali, jumlah ± 1 gelas aqua setiap kali BAB. Keluhan
disertai dengan mulas dan nyeri ulu hati sampai ke perut bagian kiri
atas.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus?
Jawab :
1. Faring dan Esofagus
Faring merupakan saluran antara faring dan
esofagus yang menjadi tempat transisi pergerakan
makanan secara volunter (di bawah kendali sadar)
menjadi gerakan involunter. Refleks menelan atau
deglutisi yang terjadi di faring akan mendorong
makanan melalui esofagus menuju lambung. Selain
berfungsi untuk mentranspor makanan dan air ke dalam
lambung, faring dan esofagus dan juga mensekresi
mukus.
Proses pemindahan makanan sejak ditelan hingga
mencapai lambung membutuhkan waktu kurang-lebih
selama 8 detik. Sebagian besar waktu tersebut
dihabiskan untuk proses turunnya makanan melewati
esofagus, sedangkan cairan murni dapat turun ke
esofagus hanya dalam waktu satu detik atau delapan kali
lebih cepat dibandingkan makanan lunak. Makanan
turun melewati esofagus dengan bantuan gerakan
peristaltik. Peristaltik merupakan gelombang gerakan
yang cukup kuat dan bekerja seperti gaya gravitasi.
Bahkan, dalam kondisi tanpa gravitasi, manusia masih
dapat menelan kurang-lebih setengah ons makanan. Hal
ini menjadi alasan mengapa astronot dapat makan dalam
posisi jungkir balik atau dalam gravitasi nol dan dalam
kondisi tersebut mereka harus makan dalam jumlah
kurang dari 0,5 ons per sekali telan.
2. Lambung
Lambung merupakan organ muskular yang
berbentuk seperti kantong. Secara anatomis, lambung
dapat dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu kardia
yang membatasi lambung dengan esofagus, fundus,
korpus, dan pilorus. Makanan masuk ke dalam lambung
dengan membukanya ostium kardia. Di dalam lambung,
terjadi proses digesti fisik dan kimia yang akan
menghasilkan chyme atau kimus. Selain itu lambung
juga berfungsi untuk menyimpan makanan sebelum
dilepaskan sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.
Permukaan bagian dalam lambung dilapisi oleh rugae.
Lapisan mukosa terdiri atas beberapa jenis sel , yaitu:
1) Sel goblet, disebut juga denganmucous neck
cell,yang berfungsi untuk mensekresi mukus.
Mukus, bersama-sama dengan HCO3,
membentuk sistem pertahanan nonspesifik
lambung (gastric mucosal barrier) yang berfungsi
untuk melindungi epitel lambung.
2) Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam
klorida (HCl). Asam ini berfungsi untuk
membunuh bakteri dan denaturasi protein dan
membuat suasana lambung menjadi asam dengan
PH 1,5 sampai dengan 3.
3) Sel chief memproduksi pepsinogen yang
kemudian diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin.
Pepsin berfungsi untuk memecah protein. Selain
itu, sel ini juga memproduksi enzim lipase yang
berperan dalam proses hidrolisis lemak dengan
memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol dan enzim rennin yang berfungsi untuk
mencerna susu.
4) Sel G yang menghasilkan hormon gastrin.
Hormon dilepaskan segera setelah makanan
masuk ke lambung dan berfungsi untuk memicu
sekresi jus digesti oleh kelenjar gaster.
5) Sel D yang berfungsi menghasilkan hormon
somatostatin (bekerja untuk menghambat asam).
6) Enterochromaflike cell, berfungsi memproduksi
substansi mirip histamin.
Ketiga enzim yang terkandung di dalam cairan
lambung (gastric juice) bercampur dengan makanan
melalui proses mekanis, yaitu kontraksi dan relaksasi
lambung.
Normalnya, lambung mengalami kontraksi
sebanyak tiga kali per menit dan mempunyai kapasitas
untuk menampung kurang-lebih dua pertiga volume
makanan.
Pada saat puasa, volume aktual lambung kurang dari
dua ons. Kontraksi dan relaksasi lambung ini diinisiasi
oleh pikiran, penglihatan, penciuman, serta pengecapan
makanan. Produksi cairan lambung dapat ditekan jika
makanan tidak tampak menarik, memiliki bau tidak
sedap, atau dikonsumsi dalam suasana tidak nyaman.
Sekresi juga akan menurun dengan jumlah makanan
yang besar, kandungan lemak tinggi, atau proses
mengunyah yang kurang. Dalam keadaan sakit, takut,
atau depresi, produksi cairan lambung dapat tertekan
lebih dari 24 jam. Hal ini menerangkan mengapa
konsumsi makanan dapat berkurang saat perasaan
kecewa atau tidak senang.
Pengosongan makanan dari lambung memerlukan
waktu antara 2 – 6 jam. Setiap gerakan peristaltik dapat
mengosongkan 3/100 ons isi lambung. Jika lambung
berkontraksi dengan frekuensi tiga kali per menit, maka
pengosongan satu kilogram makanan memakan waktu
sekitar 5 jam. Proses digesti dan pengosongan lambung
tergantung pada jenis makanan. Protein dicerna dalam
suasana asam, sedangkan lemak membutuhkan suasana
netral. Air dan cairan meninggalkan lambung paling
cepat. Pengosongan karbohidrat paling cepat
dibandingkan protein atau lemak, sedangkan protein
meninggalkan lambung lebih cepat dibandingkan lemak.
Dalam jangka waktu 5 menit setelah lemak masuk ke
dalam lambung, hormon enterogastron masuk ke dalam
darah dan kemudian menuju lambung. Hormon ini
menghambat gerakan lambung dan menyebabkan
pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Waktu
pengosongan lambung untuk berbagai jenis karbohidrat
juga berbeda.

b. Apa makna BAB hitam kental sejak 8 jam yang lalu dengan
frekuensi 3 kali 1 gelas aqua tiap kali BAB?
Jawab :
Maknanya adalah Tn.Raharjo mengalami melena, yaitu
keluarnya tinja yang lengket dan berwarna hitam seperti aspal
dengan bau yang khas, yang menunjukkan adanya indikasi
pendarahan saluran cerna bagian atas serta dicernanya darah
pada usus halu. dimana penyebab kelainan diatas dalat berasal
dari kelainan esofagus, lambung dan kelainan duodenum. pada
kasus ini, penyebabnya mengarah pada kelainan lambung yaitu
adanya gastritis erosif atas riwayar dari Tn. Raharjo yang
mengkonsumsi obat anti nyeri sejak 1 tahun terakhir. Dimana
obat-obatan tersebut dapat mengiritasi mukosa lambung. makna
melena sejak 8 jam yang lalu dengan frekuensi 3x jumlah 1
gelas menandakan adanya indikasi perdarahan saluran cerna
bagian atas (Davey,P. 2010).

c. Apa etiologi dari BAB hitam?


Beberapa penyakit dengan keluhan melena adalah:
1) Kelainan esofagus: varises esophagus, erosif, keganasan
(tumor), esophagus hitam (iskemik)
2) Kelainan lambung dan duodenum: varises lambung,
tumor, kanker lambung
3) Usus kecil : tumor deodenum
4) Pemakaian obat-obatan yang ulsertgenik: golongan
salisilat, kortikosteroid, alkohol. Obat Aspirin dapat
melukai lambung sehingga terjadi pendarahan yang
selanjutnya menyebabkan berak hitam.
Penyebab utama berak cair hitam seperti aspal eperti kasus
sebagian besar disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian
atas yaitu adanya erosi pada mukosa lambung.

d. Apa makna keluhan disertai dengan mulas dan nyeri ulu hati
sampai ke perut bagian kiri atas?
Jawab :
Maknanya adalah terjadinya hambatan atau produksi
prostaglandin oleh enzim siklooksigenase dari asam arakidonat,
sehingga mukosa lambung mudah teririras dan juga ketika
mengkonsumsi obat golongan NSAID menyebabkan sel parietal
pada lapisan disekeliling gastric pit memproduksi jumlah HCL
yang berlebih, selanjutnya lambung akan menjadi lebih asam.
suasana asam pada lambung dapat membuat lapisan mukosa
lambung menjadi erosif shingga membentuk suatu ulserasi.
ulserasi pada lambung dapat menyebabkan radang pada
lambung yang menimbulkan gejala/keluhan seperti mual dan
nyeri ulu hati (Davey, P. 2010).
e. Apa kemungkinan penyakit pada kasus?
Jawab :
1) Varises esofagus atau lambung,
2) Gastritis,
3) Ulkus peptikum
4) Sindrome mallory-weiss
5) Esofagitis
6) Tumor
7) Gastritis erosive
(Kamboja et al., 2019)

f. Apa hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus?


Jawab :
Pada tahun 2010‒2013 Kasus perdarahan saluran cerna akibat
gastritis erosif di RSUP M. Djamil Padang sering ditemukan
pada kelompok umur 61‒70 tahun dan berdasarkan jenis
kelamin terbanyak pada jenis kelamin pria sebanyak di negara
berkembang prevalensinya pada orang dewasa mendekati 90%.
Di negara barat insidensi perdarahan akut SCBA mencapai
100 per 100.00 penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari
wanita. Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia.

g. Bagaimana patofisiologi dari BAB hitam?


Jawab :
Obat-obatan NSAID => penghancuran lapisan epitel => asam
kembali berdifusi ke mukosa => penghancuran sel mukosa =>
meningkatnya pepsinogen menjadi pepsin => menurunnya
fungsi lapisan => destruksi kapiler dan vena => perdarahan =>
darah bercampur dengan getah lambung => BAB Hitam (Price,
2015).
h. Apa dampak BAB hitam?
Jawab :
Dampaknya Pasien bisa mengalami:
1) Syok hipovolemik : merupakan keadaan ketika jantung
sudah tidak mampu memasok darah keseluruh tubuh.
2) Anemia : kondisi dimana kekurangan sel darah merah
yang megandung, sehingga oksigen keseluruh tubuh
berkurang.

2. Sejak 1 tahun terakhir Tn. Raharjo sering mengeluh nyeri lutut kanan.
Sejak 6 bulan terakhir, keluhan semakin memberat dan disertai mudah
lelah jika bekerja berat sehingga Tn. Raharjo disarankan temannya
untuk menggunakan obat yang dikatakan bisa menghilangkan nyeri
lutut sekaligus penambah tenaga di warung. Keluhan berkurang segera
setelah mengonsumsi obat tersebut, tetapi kambuh lagi bila tidak
minum obat.
a. Apa makna Sejak 1 tahun terakhir Tn. Raharjo sering mengeluh
nyeri lutut kanan?
Jawab :
Mengalami penumpukan asam laktat akibat pekerjaan yang
terlalu berlebihan karena seorang buruh dimana titik tumpu
tubuh terletak pada bagian leher panggung bahu dan lutut
sehingga terasa pegal pada bagian tersebut.

b. Apakah hubungan keluhan tambahan dengan keluhan utama?


Jawab :
Hubungannya diketahui bahwa kemungkinan Tn. Raharjo
mengalami inflamasi di lutut kanan oleh karena itu ia sering
mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri, yaitu NSAID (Obat
antiinflamasi nonsteroid). Obat NSAID (obat anti inflamasi
nonsteroid) dapat menyebabkan perubahan kualitatif mukus
lambung yang dapat memudahkan degradasi mukus oleh pepsin,
oleh karena itu Tn. Raharjo kemungkinan mengalami ulkus
peptikum (Price, 2015).

c. Apa kemungkinan obat warung yang dikonsumsi oleh Tn


Raharjo?
Jawab :
Kemungkinan mengkonsumsi obat golongan NSAID untuk
meredakan keluhan nyeri yang dialami, golongan NSAID
merupakan obat anti inflamasi.

d. Apa makna keluhan berkurang segera setelah mengonsumsi


obat tersebut, tetapi kambuh lagi bila tidak minum obat?
Jawab :
Bermakna bahwa Tn. Raharjo harus selalu meminum obat
warung tersebut untuk menghilangkan rasa sakitnya. Sehingga
obat warung tersebut menjadi sangat sering dikonsumsi Tn.
Raharjo. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gastritis erosive.
Menurut Almi (2013), gastritis erosif yang terbanyak adalah
akibat sering mengonsumsi obat-obatan seperti NSAID yang
mengiritasi mukosa lambung atau obat yang merangsang
timbulnya tukak (ulcerogenic drugs).

e. Apa hubungan Tn. Raharjo mengkonsumsi obat penghilang


nyeri dengan keluhan yang dialami ?
Jawab :
Hubungannya adalah obat golongan NSAID digunakan sebagai
pereda gejala inflamasi.sebagai efek dari mekanismenya,obat
golongan NSAID tidak hanga memberikan manfaat dalam
mengurangi gejala inflamasi. Namun juga dapat menimbulkan
gangguan dalam mekanisme pertahanan saluran pencernaan
terutama dalam penggunaan obat-obat tersebut dalam jangka
waktu yang panjang. pasalnya, obat golongan NSAID dapat
merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme, yaitu topikal
dan sistemik. kerusakan mukosa secara topikal karena nsaid
bersifat asam dan lipofili. sehingga memudahkan ion hydrogen
masuk ke mukosa dan bertemu dgn ion Cl yang akan
membentuk asam lambung. jika terjadi terus menerus, maka
akan terjadi peningkatan asam lanbung di lumen lambung yang
mengakibatkan mukosa lambung dapat terkikis. sedangkan
untuk mekanisme sistemiknya, golongan NSAID dapat
mengakibatkan penurunan sintesis peostaglandin yang
merupakan sitoproteksi yang penting bagi mukosa lambung.
prostaglandin ini dapat memperkuat sawar mukosa lambung
dengan meningkatkan kadar fosfolipid mukosa yang dapat
mengurangi difusi balik ion H. akan tetapi,ketika sintesis
prostaglandin menurun/dihambat , maka pompa proton akan
terbuka yang mengakibatkan ion H dapat keluar menuju lumen
lambung dan bertemu dengan Cl dan segera membentuk asam
lambung. hal ini jika terjadi terus menerut maka jumlah asam
lambung yang berada di lumen usus akan mengalami
peningkatan berlebih dan mukosa lambung menjadi terkikis,
sehingga menimbulkan berbagai gejala yang dialami oleh Tn.
Raharjo (Longo, D. 2014).

3. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, Tn. Raharjo merasakan nyeri di
ulu hati, yang bertambah berat jika Tn. Raharjo makan. Mual ada,
muntah tidak ada, tidak ada nafsu makan, demam tidak ada. Tn.
Raharjo tidak mengalami penurunan berat badan. Tidak ada riwayat
nyeri ulu hati yang bertambah bila makan. Tidak ada riwayat nyeri ulu
hati yang berkurang bila makan. Riwayat sakit kuning dan minum
minuman beralkohol disangkal.
a. Apa makna satu hari sebelum masuk rumah sakit Tn. Raharjo
merasakan nyeri di ulu hati yang bertambah berat jika Tn
Raharjo makan ?
Jawab :
Maknanya itu merupakan manifestasi dari ulkus peptikum
(karna pada saat makan itu mengakibatkan aktivitas Lambung
meningkat, jika terjadi ulkus maka akan terasa nyeri bila makan)

b. Bagaimana patofisiologi nyeri ulu hati pada kasus ?


Jawab :
Pemakaian OAINS berkepanjangan => penekanan prostaglandin
E berkelanjutan => aktivitas COX mukosa lambung (cyclo-
oxygenase) tertekan/depresi => mekanisme protektif gaster ↓
(sekresi mucus dan bikarbonat) => lambung lebih rentan iritasi
akibat keasamaan pH lambung => iritasi mukosa lambung =>
ulserasi mukosa lambung => ulkus peptikum => perangsangan
nosiseptor (ujung saraf bebas N. X vagus jaras para simpatis) =>
Nyeri ulu hati

c. Bagaimana patofisiologi mual pada kasus?


Jawab :
Mengkonsumsi obat golongan NSAID jangka panjang =>
menghambat enzim siklooksigenase => konversi asam
arakidonat menurun => sintesis prostaglandin menurun =>
vasokontriksi => aliran darah mukosa menurun => nekrosis
epitel => ketahanan sawar mukosa lambung menurun => difusi
balik ion H+ menuju ke mukosa lambung => reaksi berantai
yang merusak mukosa lambung => pepsin dilepaskan dlm
jumlah yg besar => Na dan protein plasma masuk ke dalam
lumen => histamin dilepaskan => merangsang lebih banyak
asam dan pepsin => peningkatan permeabilitas pembuluh
kapiler => mukosa lambung edema => merangsang reseptor
tegangan=> merangsang pusat mual di medula oblongata =>
mual (Richter, JM. 1999).
d. Apa makna mual ada, muntah tidak ada, tidak ada nafsu makan
dan demam tidak ada?
Jawab :
Makna mual ada muntah tidak ada adalah mengalami gastritis
erosif, tidak ada nafsu makan karena nyeri ketika makan, dan
demam tidak ada maknanya keluhan bukan akibat infeksi,
sedangkan pada kasus karena inflamasi akibat konsumsi
OAINS.

e. Apa makna Tn. Raharjo tidak mengalami penurunan berat


badan?
Jawab :
Maknanya progresivitas penyakit dari Tn. Raharjo yang
menyebabkan nyeri epigastrium dan bertambah apabila makan
baru terjadi sehari sebelum dibawa kerumah sakit, sehingga
belum terjadi penurunan berat badan.

f. Apa etiologi dari keluhan tambahan?


Jawab :
1) Pankreatitis
2) Ulkus dudodenum
3) Ulkus gaster
4) Gastritis
5) Ca pancreas
6) Hepatitis
7) Obstruksi intestinal
8) Gastritis erosif

g. Apa makna tidak ada riwayat nyeri ulu hati bertambah bila
makan dan tidak ada nyeri ulu hati berkurang bila makan?
Jawab :
Maknanya itu memberitahu bahwa ulkus peptikum yang terjadi
ini baru pertama kali di rasakan dan bukan ulkus peptikum yang
berulang, sedangkan tidak ada nyeri ulu hati berkurang bila
makan itu menyingkirkan diagnosis banding ulkus duodenum.
Dimana pada ulkus duodenum pada saat makan maka gaster
akan bekerja lebih keras dibandingkan duodenum sehingga pada
saat makan tidak terasa nyeri pada ulkus peptikum.

h. Apa makna riwayat sakit kuning dan minum beralkohol


disangkal?
Jawab :
Sakit kuning maknanya itu untuk menyingkirkan diagnosis
banding gangguan hepatobilier seperti hepatitis, sirosis, dll.

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran: komposmentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi:120x/mnt, RR: 24x/mnt,
T: 36,80C.
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra pucat (+), sklera tidak ikterik.
Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba
Torak : Spider nevi (-), ginekomastia (-), suara nafas vesikuler
normal
Cor : HR 120x/mnt reguler, BJ I dan II normal.
Abdomen : Datar, bising usus meningkat, hepar lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrium (+), Murphy sign (-), caput medusae (-), shifting
dullness (-).
Ekstremitas atas : Palmar pucat (+), palmar eritem (-), akral hangat,
CRT < 2 detik.
Ekstremitas bawah: Edema pretibia (-), hiperpigmentasi (-)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab :
NO Pada kasus Kadar Normal Interpretasi
1 Keadaan Umum : Sakit Tidak sakit Abnormal
sedang (compos mentis)
Kesadaran : Kompos mentis
2 TD : 100/60 mmHg Sistol : 90-120 Normal
mmHg
Diastol : 60-9
mmHg
3 Nadi : 120 x/menit 60-100 x/menit Normal
4 RR : 24 x/menit 16-24 x/menit Normal
5 T : 36,80C 36,5 – 37,5oC Normal
6 Kepala :
Konjungtiva palpebra pucat Konjungtiva Abnormal
(+) palpebra pucat (Anemia)
(-)
Sklera tidak ikterik Skelra tidak Normal
ikterik
7 Leher :
JVP 5-2 cmH2O, JVP 5-2 cmH2O, Normal
KGB tidak teraba KGB tidak Normal
teraba
8 Thoraks:
Spider nevi (-) Spider nevi (-) Normal
Ginekomastia (-) Ginekomastia Normal
(-)
Suara nafas vesikuler normal Suara nafas Normal
vesikuler normal
9 Cor :
HR : 120 x/menit reguler HR : 60-100 Normal
x/menit
BJ I dan II normal. Reguler BJ I dan Normal
II normal
10 Abdomen :
Datar Datar Normal
Bising usus meningkat Bising usus Abnormal
tidak meningkat
Hepar lien tidak teraba Hepar lien tidak Normal
teraba
Nyeri tekan epigastrium (+) Nyeri tekan Abnormal

epigastrium (-)
Murphy sign (-) Murphy sign (-) Normal
Caput medusae (-) Caput medusae Normal

(-)
Shifting dullness (-) Normal
Shifting dullness
(-)
11 Ekstremitas atas:
Palmar pucat (+) Palmar pucat (-) Abnormal
Palmar eritem (-) Palmar eritem Normal
(-)
Akral hangat, Akral hangat, Normal
CRT < 2 detik CRT < 2 detik Normal
12 Ekstremitas bawah:
Edema pretibia (-) Edema pretibia Normal
(-)
Hiperpigmentasi (-) Hiperpigmentasi Normal
(-)

b. Bagaimana mekanisme abnormal?


Jawab :
Anemia
Obat-obat NSAID => penghancuran lapisan epitel => asam
kembali berdifusi ke mukosa => penghancuran sel mukosa =>
meningkatnya pepsinogen menjadi pepsin => menurunnya
fungsi lapisan => destruksi kapiler dan vena => perdarahan =>
Anemia (Price, 2015).

Palmar pucat
Obat-obat NSAID => penghancuran lapisan epitel => asam
kembali berdifusi ke mukosa => penghancuran sel mukosa =>
meningkatnya pepsinogen menjadi pepsin => menurunnya
fungsi lapisan => destruksi kapiler dan vena => kompensasi dari
tubuh => vasodilatasi pembuluh darah di perifer => Palmar
pucat (Price, 2015).

5. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 9 g/dl
Ht : 27%
Leukosit 9.000/mm3
LED 15 mm/jam
Trombosit 300.000 mm3
DC : 0/4/2/62/26/6
Kimia darah
BSS 131 mg/dl
Asam urat 4,2
Ureum 60 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl
Protein total 7,2
Albumin 4,2
Globulin 3,0
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab :

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Rujukan

Hb : 9 g/dl Anemia 13 - 18 g/dL


Ht : 27 % Turun 40% - 50%

Leukosit : 9.000/mm3 Normal 3.200 - 10.000/mm3

LED : 15 mm/jam Normal < 15 mm/jam

Trombosit : 300.000 mm3 Normal 170 - 380x 103/mm3

Differential Count:
Basofil : 0 Normal 0-2

Eosinofil : 4 Normal 0-6

Band neutrofil : 2 Normal 0 - 12

Segment neutrofil : 62 Normal 36 - 73

Limfosit : 26 Normal 15 - 45

Monosit : 6 Normal 0 - 10

Kimia darah

BSS : 131 mg/Dl Normal 70 - 200 mg/dl

Asam urat : 4,2 Normal 3,6 - 8,5 mg/dL

Ureum : 60 mg/Dl Meningkat 18 - 55 mg/dL

Kreatinin : 1,0 mg/dL Normal 0,6 - 1,3 mg/dL

Protein total : 7,2 Normal 6 - 8 g/dL

Albumin : 4,2 Normal 3,5 - 5,0 g%

Globulin : 3,0 Normal 3,2 - 3,9 g/dL

6. Bagaimana cara mendiagnosis?


Jawab :
Keluhan utama : BAB hitam / melena, nyeri ulu hati
Keluhan tambahan : Mual
Pemeriksaan fisik : Hipotensi, konjungtiva anemis (anemia), takikardi dan
hiperperistaltik.
Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin dan Hematokrit menurun, ureum
meningkat
7. Apa diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :
1) Perdarahan SCBA e.c gastritis erosif
2) Perdarahan SCBA e.c ulkus gaster
3) Perdarahan SCBA e.c ulkus duodenum
4) Perdarahan SCBA e.c ruptur varises esophagus
5) Perdarahan SCBA e.c ruptur varises gaster

8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Jawab :
1) Endoskopi
2) Ba meal
3) H-pylori
4) aPTT
5) USG abdomen

9. Apa working diagnosis ?


Jawab :
Gastritis Erosif ec NSAID
a. Apa definisi Gastritis Erosif ?
Jawab :
Gastritis erosif adalah erosi mukosa lambung yang disebabkan
oleh kerusakan pertahanan mukosa lambung. Penyebab umum
dari gastritis erosif biasanya karena NSAID, alkohol, stres, minum
kopi.

b. Bagaimana epidemiologi Gastritis Erosif ?


Jawab :
Pasien yang paling sering mengalami perdarahan SCBA berada
pada usia 50-69 tahun dengan rerata usia 55 tahun dan lebih sering
ditemukan pada pria. Kondisi tersebut terkait dengan konsumsi
analgesik yaitu 45% adalah jamu tradisional dan 12,5% adalah
nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAID) (15). Kejadian
perdarahan SCBA akibat ulkus lambung adalah umum ditemukan,
terutama pada kelompok usia lanjut yaitu sekitar 68% lebih dari 60
tahun dan 27% lebih dari 80 tahun (Faridah & Farida, 2017).

c. Apa etiologi Gastritis Erosif ?


Jawab :
1) Penyebab umum dari gastritis erosif biasanya karena
NSAID, alkohol, stres, minum kopi (NIH, 2014).
2) Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik
atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan
kimia dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3,
Alkali, NaOH, KOH (Misnadiarly, 2009)

d. Apa faktor resiko Gastritis Erosif ?


Jawab :
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Kerusakan lapisan mukosa :
a) Perusak endogen (HCl, pepsinogen/pepsin, dan
garam empedu)
b) Perusak eksogen (obat-obatan, alkohol dan bakteri)
(Price, 2015).

e. Bagaimana manifestasi klinis Gastritis Erosif ?


Jawab :
Manifestasi klinis dapat ditemukan antara lain mulut, lidah nampak
edema, dyspagia dan nyeri epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu
mual, muntah, hipersalivasi, hiperhidrosis dan diare sampai
dehidrasi.
10. Apa tatalaksana pada kasus ?
Jawab :
1. Penatalaksanaan non-medikamentosa :
a. Bed rest
b. Puasa hingga perdarahan berhenti
c. Diet cair.
2. Penatalaksanaan medikamentosa :
a. Cairan infus Ringer Laktat (RL) 20 tetes/menit
b. Pemasangan Nasogastric tube (NGT)
Pemasangan NGT dilakukan untuk mengevaluasi perdarahan
yang sedang berlangsung.
c. Paracetamol 3x500 mg : Obat ini sebagai analgetik
d. Omeprazole 2x40 mg tablet
Obat-obat golongan PPI mengurangi sekresi asam lambung
dengan jalan menghambat enzim H+, K+, Adenosine
Triphosphatase (ATPase) (enzim ini dikenal sebagai pompa
proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa
proton bekerja memecahKH+ ATP yang kemudian akan
menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan
asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari
enzim ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan
terhadap kerja enzim. Kemudian dilanjutkan dengan
terhentinya produksi asam lambung.
e. Sukralfat 2x500 mg intravena
Obat ini bekerja sebagai sawar terhadap asam, pepsin, dan
empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap
mukosa termasuk stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu,
sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-garam empedu.
(Almi DU, 2013)
11. Apa komplikasi pada kasus ?
Jawab :
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan kematian.
2) Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3) Jarang terjadi perforasi
(Asmadi, 2008)

12. Apa prognosis pada kasus ?


Jawab :
Functionam : Dubia et bonam
Sanationam : Dubia et bonam
Vitam : Dubia et bonam

13. Bagaimana SKDU pada kasus ?


Jawab :
3B : Gawat Darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa
atau mencegah keparahan pada pasien.
14. Bagaimana NNI pada kasus ?
Jawab :
1. Q.S Al – Baqarah 168

Artinya :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.

2. Q.S Al - A’raaf 31

Artinya :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.

3. Q.S Al- An’am 141 :

Artinya :
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan
tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam
itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.
2.7 Kesimpulan
Tn. Raharjo, 60 tahun mengalami perdarahan saluran cerna bagian atas ec
gastritis erosif akibat mengkonsumsi NSAID dalam jangka panjang
2.8 Kerangka Konsep

Faktor Resiko :

Usia, pekerjaan, pengguna


NSAID dalam waktu lama

Menghambat COX-1

Sekresi prostagladin
menurun

Penipisan mukosa
lambung

Nyeri epigantrium Inflamasi (Gastritis


Erosif)

Pendarahan Saluran
Cerna Bagian Atas
(SCBA)

Anemia Melena
DAFTAR PUSTAKA

Almi. 2013. Hematemesis Melena et causa Gastritis Erosif dengan Riwayat


Penggunaan Obat NSAID pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia. Lampung:
FK UNILA.

Amrulloh, F M., Utami, N. 2016. Hubungan Konsumsi OAINS terhadap Gastritis.


Vol.5 No.5. Lampung :FK Unila

Angkow,J. 2017. Diagnosis dan Tatalaksana Enteropati Akibat Obat Anti


Inflamasi Non Steroid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 3:190-196.

Blandizzi C. Clinical efficaty of esomeprazole in the prevelation and healin of


gastrointestinal toxicity associated with nsaid in ederly patients. Drugs
Aging. 2008;25(1)197-208

Davey,P.2010. Hematemesis&Melena:dalam At a Glance Medicine. Jakarta :


Erlangga.

Gosal, Fandy. Dkk. 2012. Patofisiologi dan Penanganan Gastropati Obat


Antiinflamasi Nonsteroid. Dalam Artikel Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (P2KB). Ikatan Dokter Indonesia

Kamboj,. A. K., Hoversten, P. & Leggett, C. L. 2019. Upper gastrointestinal


bleeding : etiologies and management. Mayo clinic proceedings, 94 (4), 697-
703. Doi :10.1016/j. mayocp. 2019.

Katzung. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinis. Jakarta: EGC.

Longo,Dl.L.,2014. Harrison Gastroenterologi&Hepatologi Jakarta : EGC

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Pustaka Populer Obor.


Jakarta

Mohammad Juffrie. 2018. Saluran Cerna yang Sehat : Anatomi dan Fisiologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
NIH (National Institute of Mental Health). Anxiety Disorders. Notoatmodjo, S., 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Price, S.A., Lorraine M W. 2015. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : EGC

Richter JM, Isselbacher KJ,1999. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison . Jakarta :
EGC.

Sudoyo, et al. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing

Snell, R.S. 2017. ANATOMI KLINIS Berdasarkan Sistem. EGC. Jakarta

Sherwood. L. 2017. FISIOLOGI MANUSIA. EGC. Jakarta

Zahra, Amira Puri dan Novita Carolia. 2017. OAINS: Gastroprotektif vs Kardiotoksik.
Lampung: FK UNILA.

Anda mungkin juga menyukai