Anda di halaman 1dari 5

1.

Pembangunan menurut 3 ahli

Menurut Riyadi Dan Deddy Supriyadi Bratakusumah “2005”

istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang
satu dengan daerah yang lainnya, negara satu dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.

Menurut Siagian “1994”


Menurutnya suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa “nation building”.

Menurut Ginanjar Kartasasmita “1994

Memberikan pengertian yang lebih sederhana yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah
yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencanah

2. a. Pertumbuhan ekonomi atau Economic Growth bisa diartikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output suatu wilayah dengan
pengukuran tertentu. Biasanya, teknik pengukuran yang digunakan adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Para ahli memberikan definisi yang bervariasi sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Misalnya, menurut Prof. Simon Kuznets pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan
kenaikan kapasitas jangka panjang dari suatu negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang keperluan ekonomi untuk penduduknya.
Sedangkan, Harrod-Domar menjelaskan bahwa konsep pertumbuhan ekonomi modern saat ini
sangat berkaitan dengan pembentukan investasi. Semakin tinggi investasi yang terjadi di suatu
wilayah maka akan semakin baik perekonomian yang terjadi di wilayah tersebut.
Konsep lainnya yaitu mengharuskan input agar menghasilkan output yang lebih banyak.
Konsep ini yang menjadi perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi secara
umum. Pembangunan ekonomi harus disertai dengan penggantian kelembagaan dalam
menghasilkan output.
b. Kebutuhan pokok yang dimaksud sebagai kebutuhan dasar (basic human needs), yakni
kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang menyangkut
kebutuhan konsumsi individu (makan, perumahan, pakaian), maupun keperluan pelayanan
sosial tertentu (air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan

c. satu negara. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara tersebut.  Sedangkan laju pertumbuhan
ekonomi sangat ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan dalam perubahan
output nasional.
d. Dalam praktiknya, perubahan output dalam pertumbuhan ekonomi sering digunakan
sebagai bahan analisis ekonomi jangka pendek suatu negara. Jadi, bahan analisa ekonomi
ini akan sangat penting untuk menggagas prinsip ekonomi \
3. Pengertian Pendekatan Ekosistem Untuk Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan perikanan merupakan sebuah kewajiban seperti yang telah diamanatkan oleh
Undang-Undang No 31/2004 yang ditegaskan kembali pada perbaikan undang-undang tersebut
yaitu pada Undang-Undang No 45/2009. Dalam konteks adopsi hukum tersebut, pengelolaan
perikanan didefinisikan sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan-peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan
untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati. Secara alamiah, pengelolaan perikanan tidak dapat dilepaskan dari tiga dimensi yang
tidak terpisahkan satu sama lain yaitu (1) dimensi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya; (2)
dimensi pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kepentingan sosial ekonomi masyarakat; dan
(3) dimensi kebijakan perikanan itu sendiri (Charles, 2001). 
Terkait dengan tiga dimensi tersebut, pengelolaan perikanan saat ini masih belum
mempertimbangkan keseimbangan ketiga dimensi tersebut, di mana kepentingan pemanfaatan
untuk kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dirasakan lebih besar dibanding dengan misalnya
kesehatan ekosistemnya. Dengan kata lain, pendekatan yang dilakukan masih parsial belum
terintegrasi dalam kerangka dinamika ekosistem yang menjadi wadah dari sumberdaya ikan
sebagai target pengelolaan. Dalam konteks ini lah, pendekatan terintegrasi melalui pendekatan
ekosistem terhadap pengelolaan perikanan (ecosystem approach to fisheries
management, selanjutnya disingkat EAFM) menjadi sangat penting.
FAO (2003) mendefinisikan Ecosystem Approach to Fisheries (EAF) sebagai : “an ecosystem
approach to fisheries strives to balance diverse societal objectives, by taking account of the
knowledge and uncertainties about biotic, abiotic and human components of ecosystems and
their interactions and applying an integrated approach to fisheries within ecologically
meaningful boundaries”. Mengacu pada definisi tersebut, secara sederhana EAF dapat dipahami
sebagai sebuah konsep bagaimana menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalam
pengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan pemanfaatan sumberdaya ikan, dll)
dengan tetap mempertimbangkan pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen
biotik, abiotik dan interaksi manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan
perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam implementasi pendekatan
ekosistem dalam pengelolaan perikanan (EAF) antara lain adalah : (1) perikanan harus dikelola
pada batas yang memberikan dampak yang dapat ditoleransi oleh ekosistem; (2) interaksi
ekologis antar sumberdaya ikan dan ekosistemnya harus dijaga; (3 perangkat pengelolaan
sebaiknya compatible untuk semua distribusi sumberdaya ikan; (4) prinsip kehati-hatian dalam
proses pengambilan keputusan pengelolaan perikanan; (5) tata kelola perikanan mencakup
kepentingan sistem ekologi dan sistem manusia (FAO, 2003).
Berdasarkan definisi dan prinsip EAFM tersebut di atas, maka implementasi EAFM di Indonesia
memerlukan adaptasi struktural maupun fungsional di seluruh tingkat pengelolaan perikanan,
baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini paling tidak menyangkut perubahan kerangka
berpikir (mindset) misalnya bahwa otoritas perikanan tidak lagi hanya menjalankan fungsi
administratif perikanan (fisheries administrative functions), namun lebih dari itu menjalankan
fungsi pengelolaan perikanan (fisheries management functions) (Adrianto, 2005).

4. Modernisasi menurut para ahli

Menurut Wilbert E Moore

Mengatakan modernisasi adalah transformasi total co-eksistensi tradisional atau pra- modern
dalam hal teknologi dan organisasi sosial terhadap pola ekonomi dan politik yang menjadi ciri
negara-negara barat yang stabil.

Menurut JW School

Modernisasi adalah transformasi, perubahan dalam masyarakat dalam segala aspeknya. Teori


modernisasi menggambarkan proses transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat
modern atau mundur.

Menurut Koentjaraningrat

Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang.

5. Teori Pembangunan Dunia Ketiga

Bahasan Perkembangan teori pembangunan Dunia Ketiga


Gejala pembangunan dan dinamikanyaKontribusi teori komunikasi dalam perspektif
pembangunan negara Dunia Ketiga
Perkembangan konsep pembangunan
Pembangunan dalam arti“kekayaan rata-rata”Keberhasilan pembangunansebuah negara diukur
denganbesarnya GNP dan GDPper kapita

Anda mungkin juga menyukai