MODUL 2
HIPERTIROID
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
Ny. TR (58 tahun, BB 45 kg, TB 155 cm), diantar ke rumah sakit dengan keluhan panas badan. Panas
badan dikatakan muncul mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terkadang hingga menggigil.
Pasien juga mengeluh batuk dengan dahak berwarna kekuningan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit dan disertai sesak nafas. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan tidak membaik dengan
istirahat. Pasien juga mengatakan dadanya terasa berdebar-debar dan mengalami penurunan nafsu
makan sejak 1 minggu serta badan terasa lemas. Pasien mengatakan tidak tahan lingkungan yang
panas, dan lebih nyaman berada di tempat dingin. Pada leher pasien tampak terdapat benjolan,
berdasarkan informasi benjolan sudah ada sejak muda, kurang lebih 25 tahun yang lalu yang
dirasakan semakin membesar. Riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien.
Riwayat TB paru sudah tuntas pengobatan kurang lebih 10 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat
keluarga dengan kelainan tiroid. Pasien biasa menggunakan aspirin apabila merasakan pusing,
demam atau kurang enak badan.
Pemeriksaan fisik:
Kepala : dalam batas normal
Leher : terdapat kesan pembesaran pada kelenjar tiroid, teraba nodul multiple dengan
diameter 10 cm, dengan konsistensi lunak.
Jantung : terdapat kesan frekuensi denyut jantung ireguler, meningkat, tanpa murmur
Paru : terdapat ronkhi pada seluruh paru, tidak ada wheezing
Abdomen : normal
Ekstremitas : teraba hangat dan lembab karena keringat, tidak terdapat tremor
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Hb 13,1 g/dL
Hct 40,4%
SGOT 91 U/L
SGPT 34 U/L
BUN 21 mg/dL
Na 139 mmol/L
K 3,3 mmol/L
Cl 106 mmol/L
Rencana Terapi
Terapi Dosis
Ceftriaxone inj 2 x 1g
Hidrokortison iv 2 x 100mg
Azithromycin 1 x 500mg
Paracetamol 3 x 500mg
N-Acetylsistein 3 x 200mg
Methimazole 2 x 10mg
Bisoprolol 1 x 2,5mg
Diazepam 1 x 2mg
KSR 2 x 1 tab
ETIOLOGI
Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas hidup, dan
menimbulkan komplikasi berupa penurunan berat badan, fragility fracture, atrial fibrillasi, embolism,
disfungsi kardiovascular dan osteoporosis. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar
hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat antitiroid. Pada pengelolaan penyakit
hipertiroid dikenal 3 modalitas terapi yaitu obat antitiroid, tiroidektomi dan radioablasi, masing-
masing dengan keunggulaan dan indikasi serta kontraindikasi yang berbeda. (Dipiro et al., 2020,
p.3719)
Faktor pencetus badai tiroid termasuk infeksi, trauma, pembedahan, pengobatan RAI, dan
penghentian obat antitiroid. Meskipun durasi dekompensasi klinis berlangsung selama rata-rata
durasi 72 jam, gejala dapat bertahan hingga 8 hari. Dengan pengobatan agresif, angka kematian telah
diturunkan menjadi 20%. Tindakan terapeutik berikut harus dilakukan segera: (a) penekanan
pembentukan dan sekresi hormon tiroid, (b) terapi antiadrenergik, (c) pemberian kortikosteroid, dan
(d) pengobatan komplikasi terkait atau faktor yang ada bersama yang mungkin telah memicu badai.
PTU di dosis besar mungkin merupakan thionamide yang lebih disukai karena, selain mengganggu,
dengan produksi hormon tiroid, itu juga menghalangi konversi perifer dari T4 ke T3. Namun, -blocker
dan kortikosteroid akan berfungsi sama tujuan. Keuntungan teoretis dari MMI adalah durasinya yang
lebih lama tindakan. Jika pasien tidak dapat minum obat secara oral, tablet dapat dihancurkan menjadi
suspensi dan ditanamkan dengan tabung lambung atau dubur. Iodida, yang dengan cepat memblokir
pelepasan hormon tiroid yang terbentuk sebelumnya, harus diberikan setelah thionamide dimulai
untuk menghambat pemanfaatan iodida oleh kelenjar yang terlalu aktif. Jika iodida diberikan terlebih
dahulu, secara teoritis dapat menyediakan substrat untuk diproduksi bahkan tingkat hormon tiroid
yang lebih tinggi (Dipiro et al., 2020, p.3716).
I. IDENTITAS PASIEN
3 OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 01/03
Kepala dalam batas normal
Leher terdapat kesan pembesaran pada kelenjar tiroid, teraba nodul multiple dengan diameter 10 cm, dengan konsistensi
lunak
Jantung terdapat kesan frekuensi denyut jantung ireguler, meningkat, tanpa murmur`
Paru terdapat ronkhi pada seluruh paru, tidak ada wheezing
Abdomen normal
Ekstremitas teraba hangat dan lembab karena keringat, tidak terdapat tremor
3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 01/03
Rontgen thorax kesan aortosclerosis, TB paru lama dan suspek pneumonia
EKG takikardia
USG tiroid gambaran multi nodular goiter thyroid dan non spesifik
limfadenopati
b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
ALT (SGPT) < 23 (P)
U/L 34 U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P)
U/L 91 U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 3,5-5,5
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
Kreatinin 60 – 150 (P)
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 139 mmol/L
Klorid mmol/L 94 – 111 106 mmol/L
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 3,3 mmol/L
BUN mg/dL 8 - 25 21 mg/dL
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dL 1,7-2,3
Creatinine Mg/dL <1,2 0,5 mg/dL
d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
FT4 ng/dL 0,93-1,70 7,67 ng/dL
TSHs μU/mL 0,27-4,2 <0,01 μU/mL
9. KSR Kalium adalah kation utama cairan intraseluler dan penting untuk
konduksi impuls saraf di jantung, otak, dan otot rangka; kontraksi otot
jantung, rangka dan otot polos; pemeliharaan fungsi ginjal normal,
keseimbangan asam-basa, metabolisme karbohidrat, dan sekresi lambung
(APA, 2009).
12. Amoxicillin and Asam klavulanat mengikat dan menghambat beta-laktamase yang
Clavulanate Potassium menonaktifkan amoksisilin sehingga amoksisilin memiliki spektrum
(Rekomendasi) aktivitas yang diperluas. Amoksisilin menghambat sintesis dinding sel
bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein pengikat penisilin (PBPs)
yang pada gilirannya menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis
peptidoglikan di dinding sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis
dinding sel. Bakteri akhirnya lisis karena aktivitas berkelanjutan dari
enzim autolitik dinding sel (autolisin dan murein hidrolase) sementara
perakitan dinding sel terhenti (APA, 2009).
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subyektif: • Methimazole • Tidak tepat dosis, • Dosis Methimazole di • Methimazole: • Methimazole:
• Kesadaran: oral 2x10mg dosis Methimazole tambahkan menjadi 90- Menurunkan kadar reaksi alergi
Tampak kurang 120mg/hari dalam 4 atau FT4 kulit (gatal,
gelisah
6 dosis terbagi (Dipiro et kemerahan,
• Pada leher
al., 2020, p.3717) ruam), mual,
pasien tampak
terdapat muntah (BPOM
benjolan RI, 2017i)
Obyektif: • Hidrokortison • Tidak tepat dosis • Dosis Hidrokortison • Hidrokortison: • Hidrokortison:
• Leher: iv 2x100mg dinaikan menjadi Sintesis hormone Penekanan
terdapat kesan 3x100mg/hari (Satoh et tiroid terhambat adrenal
pembesaran al., 2016) dan Konversi imunosupresi
pada kelenjar
tiroid, teraba perifer T4 menjadi sarkoma
nodul multiple T3 menurunkan Kaposi (MIMS,
dengan kadar T4 total, T4 2022b)
diameter bebas dan T3 total
10cm, dengan
konsistensi • Bisoprolol • Tidak tepat obat • Terapi bisoprolol diganti • Propranolol: • Propranolol:
lunak
oral 1x2,5mg dengan propanolol 60- denyut jantung bradikardi,
• Jantung:
terdapat kesan 80mg tiap 4 jam (Dipiro normal gagal jantung,
frekuensi et al., 2020, p.3717) hipotensi,
denyut gangguan
jantung konduksi
ireguler,
Methimazole
Tepat indikasi: Tepat. Antitiroid baik MMI atau PTU harus diberikan untuk pengobatan hipertiriodisme (Satoh et al., 2016)
Tepat Obat: Tepat. Methimazole merupakan obat pilihan untuk tiroid strom, selain itu efek samping pada pasien yang diobati dengan MMI
secara signifikan lebih rendah daripada mereka yang diobati dengan PTU (Satoh et al., 2016)
Tepat Dosis: Tidak tepat dosis. Dosis untuk methimazole yang rekomendasikan adalah 90 – 120 mg/hari dalam 4 atau 6 dosis terbagi (Dipiro
et al., 2020). Dan menurut (Satoh et al., 2016) ketika pasien didiagnosis dengan badai tiroid yang disebabkan oleh penyakit Graves, ATD
harus diberikan sesegera mungkin. Dosis MMI oral yang dianjurkan adalah 60 mg/hari
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan hidrokortison (APA, 2009)
Tepat Obat: Kortikosteroid harus diberikan untuk memperbaiki insufisiensi adrenal relatif dan tirotoksikosis. (Satoh et al., 2016)
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan bisoprolol. (APA, 2009)
Tepat Obat: Tepat. Bisoprolol merupakan obat yang dapat digunakan terutama jika disertai dengan gagal jantung (PERKENI, 2017)
Tepat Dosis: Tepat. Bisoprolol harus diberikan secara oral dengan dosis 2,5-5 mg/hari. (Satoh et al., 2016)
Tepat Pasien: Tidak tepat. Pasien diindikasikan memiliki gangguan fungsi hati dilihat dari nilai SGPT dan SGPT sehingga pasien di
kontraindikasikan dengan diazepam. (APA, 2009)
Tepat Obat: Tepat. Diazepam digunakan untuk mengatasi gangguan kepanikan (APA, 2009)
Tepat Dosis: Tidak Tepat. Dosis diazepam yang digunakan untuk mengatasi kegelisahan adalah 2mg 2-4 kali/hari (APA, 2009)
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan parasetamol (APA, 2009)
Tepat Obat: Tepat. Salah satu pengelolaan krisis tiroid adalah dengan pemberian antipiretik (PERKENI, 2017)
Tepat Dosis: Tepat. Acetaminophen dapat diberikan secara oral atau dalam bentuk supositoria dengan dosis 500 mg tiga kali sehari (Satoh et
al., 2016).
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan KSR (APA, 2009)
Tepat Obat: Tidak tepat. Iodida anorganik harus diberikan bersamaan dengan OAT pada pasien dengan badai tiroid yang disebabkan oleh
penyakit tirotoksik yang berhubungan dengan hipertiroidisme.(Satoh et al., 2016)
Tepat Dosis: Tidak tepat. Bila garam kalium diberikan untuk mencegah hipokalemia, dosis kalium klorida oral 2-4 g (kira-kira 25-50 mmol)
tiap hari (BPOM RI, 2017f). Dosis tablet KSR dipasaran adalah 600mg sehingga tidak tepat dosis
Tepat Pasien: Pasien tidak dikontra indikasikan dengan propranolol (APA, 2009)
Tepat Obat: Propranolol merupakan obat golongan β-blokers yang dapat digunakan untuk mengontrol gejala tirotoksikosis sampai pengobatan
definitif telah mengembalikan pasien ke keadaan eutiroid. (Dipiro et al., 2020, p.3718)
Kalium Iodida
Tepat indikasi: Iodida anorganik harus diberikan bersamaan dengan OAT pada pasien dengan badai tiroid yang disebabkan oleh penyakit
tirotoksik yang berhubungan dengan hipertiroidisme (Satoh et al., 2016)
Tepat Obat: Pengobatan MMI + kalium iodida (KI) dalam hal normalisasi cepat hormon tiroid pada penyakit Graves terkompensasi (134 kasus)
melaporkan bahwa kadar FT3 pada kelompok pengobatan gabungan menurun secara signifikan lebih cepat (Satoh et al., 2016)
Tepat Dosis: Dosis KI yang lebih besar harus diberikan; dosis yang dianjurkan adalah sekitar 200 mg/hari (Satoh et al., 2016) atau 300-500mg
(6-10 tetes SSKI) 3x/hari (APA, 2009)
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subyektif: • Ceftriaxone inj • Tidak tepat Indikasi • Ceftriaxone diganti • Amoxicillin • Hepatitis,
• Batuk 2x1g dengan Amoxicillin Clavulanat: kolestatik
dengan Clavulanat dengan dosis Pasien dapat jaundice
dahak
875 – 2000mg oral sembuh dari (BPOM RI,
berwarna
kekuningan 2x1hari pneumonia 2017d)
disertai sesak Mual, muntah,
nafas diare; ruam
Obyektif: (BPOM RI,
• BUN: 21 2017a)
mg/dL (BUN • Azithromycin • Tidak ada DRP • Terapi Azithromycin • Azithromycin: • Mual, muntah,
> 20 mg/dL)
1x500mg dilanjutkan Pasien dapat nyeri perut,
• RR:
30x/menit sembuh dari diare (BPOM
(≥30 pneumonia RI, 2017e)
breaths/min) Anoreksia,
• Kesan dyspepsia,
aortosclerosi flatulens,
s, TB paru konstipasi
lama dan (BPOM RI,
suspek
pneumonia 2017c)
• N-Acetylsistein • Tidak ada DRP • Terapi N-Acetylsistein • N-Acetylsistein: • Menimbulkan
3x200mg dilanjutkan Batuk berdahak reaksi
berkurang hipersensitif
seperti urtikaria
dan
Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi serta cropping bagian yang dirujuk)
Ceftriaxone inj
Tepat Indikasi: Tidak tepat. Penggunaan Ceftriaxone adalah untuk pasien yang menderita CAP saat dirawat di rumah sakit (Nebraska, 2020).
Sedangkan Ny. TR memiliki gejala klinis pneumonia sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit sehingga tidak tepat indikasi.
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan ceftriaxone (APA, 2009)
Tepat Dosis: Tepat. Dosis untuk ceftriaxone adalah 1-2g/hari secara iv (Dipiro et al., 2020, p.5252)
Azithromycin
Tepat Indikasi: Tepat. Azithromycin merupakan antibiotic golongan makrolida yang direkomendasikan pada pasien CAP dengan komorbid
(Watkins and Lemonovich, 2016)
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontraindikasikan dengan Azithromycin (APA, 2009)
Tepat Dosis: Tepat. Dosis Azithromycin adalah 500mg x 1hari (Dipiro et al., 2020, p.5252)
N-Acetylsistein
Tepat Indikasi: Tepat. Asetilsistein diindikasikan untuk terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran pernapasan. (BPOM RI, 2017b)
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontra indikasikan dengan N-Acetylsistein (APA, 2009)
Tepat Dosis: Tepat. Dosis N-Acetylsistein dewasa untuk penggunaan oral adalah 200mg 3x1 hari (MIMS, 2022a)
Rekomendasi
Amoxicillin Clavulanat
Tepat Indikasi: Amoxicillin Clavulanat merupakan antibiotic golongan beta laktam yang direkomendasikan pada pasien CAP dengan komorbid
(Watkins and Lemonovich, 2016)
Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan Amoxicillin Clavulanat (APA, 2009)
Tepat Obat: Infectious Disease Society of America merekomendasikan penggunaan Amoxicillin clavulanate pada pasien CAP dengan komorbid
(Dipiro et al., 2020, p.5249)
5 KESIMPULAN REKOMENDASI
● Dosis Methimazole di tambahkan menjadi 90-120mg/hari dalam 4 atau 6 dosis terbagi
● Dosis Hidrokortison dinaikan menjadi 3x100mg/hari
● Terapi bisoprolol diganti dengan propanolol 60-80mg tiap 4 jam
● Terapi Diazepam di hentikan
● Penggantian KSR dengan Pottasium iodide oral 200mg/hari
6 KONSELING
● Perawatan harus dilakukan untuk mencegah badai tiroid pada pasien dengan kepatuhan
yang buruk yang menjalani pengobatan OAT
● Pengobatan definitif penyakit Graves, baik dengan pengobatan radioiodine atau
tiroidektomi, harus dipertimbangkan untuk mencegah badai tiroid berulang pada pasien
yang berhasil ditangani selama tahap akut badai tiroid
● Diet/perubahan pola makan
● Meminum obat dengan teratur
● Tidak merokok
APA, 2009, Drug Information Handbook, 17th ed., Lexi-Comp’s Drug Reference Handbooks.
BNF, 2020, British National Formulary 78th Edition, 78th ed. Group, B., ed., London.
BPOM RI, 2017a, AMPISILIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/ampisilin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017b, ASETILSISTEIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/asetilsistein [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017c, AZITROMISIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/azitromisin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017d, CO AMOKSIKLAV (AMOKSISILIN-ASAM KLAVULANAT) | PIO Nas,
Terdapat di: https://pionas.pom.go.id/monografi/co-amoksiklav-amoksisilin-asam-
klavulanat [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017e, ERITROMISIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/eritromisin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017f, KALIUM KLORIDA | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/kalium-klorida [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017g, PARASETAMOL (ASETAMINOFEN) | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/parasetamol-asetaminofen [Diakses pada March 4,
2022].
BPOM RI, 2017h, PROPRANOLOL HIDROKLORIDA | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/propranolol-hidroklorida [Diakses pada March 4,
2022].
BPOM RI, 2017i, TIAMAZOL | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/tiamazol [Diakses pada March 4, 2022].
Dipiro J.T., Yee G.C., Posey L.M., Haines S.T., Nolin T.D. and Ellingrod V., 2020,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th ed., Mc Graw Hill.
MIMS, 2022a, Acetylcysteine: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia,
Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/acetylcysteine?mtype=generic
[Diakses pada March 4, 2022].
MIMS, 2022b, Hydrocortisone: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia,
Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/hydrocortisone?mtype=generic
[Diakses pada March 4, 2022].
MIMS, 2022c, Potassium iodide: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS