Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH FARMAKOTERAPI TERAPAN

MODUL 2
HIPERTIROID

Disusun oleh kelompok 4:


1. Aldillah Abdul Hanif (K100160028)
2. Asih Nurula (K100170041)
3. M. Riyanto Sanjaya (K100170168)

Jadwal Kuliah: Senin, 7 Maret 2022

Dosen Pengampu: apt. Ambar Yunita Nugraheni, M.Sc.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 1


KASUS KELOMPOK 4 - HIPERTIROID

Ny. TR (58 tahun, BB 45 kg, TB 155 cm), diantar ke rumah sakit dengan keluhan panas badan. Panas
badan dikatakan muncul mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terkadang hingga menggigil.
Pasien juga mengeluh batuk dengan dahak berwarna kekuningan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit dan disertai sesak nafas. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan tidak membaik dengan
istirahat. Pasien juga mengatakan dadanya terasa berdebar-debar dan mengalami penurunan nafsu
makan sejak 1 minggu serta badan terasa lemas. Pasien mengatakan tidak tahan lingkungan yang
panas, dan lebih nyaman berada di tempat dingin. Pada leher pasien tampak terdapat benjolan,
berdasarkan informasi benjolan sudah ada sejak muda, kurang lebih 25 tahun yang lalu yang
dirasakan semakin membesar. Riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien.
Riwayat TB paru sudah tuntas pengobatan kurang lebih 10 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat
keluarga dengan kelainan tiroid. Pasien biasa menggunakan aspirin apabila merasakan pusing,
demam atau kurang enak badan.

Pemeriksaan fisik:
Kepala : dalam batas normal
Leher : terdapat kesan pembesaran pada kelenjar tiroid, teraba nodul multiple dengan
diameter 10 cm, dengan konsistensi lunak.
Jantung : terdapat kesan frekuensi denyut jantung ireguler, meningkat, tanpa murmur
Paru : terdapat ronkhi pada seluruh paru, tidak ada wheezing
Abdomen : normal
Ekstremitas : teraba hangat dan lembab karena keringat, tidak terdapat tremor

Pemeriksaan tanda vital


KU : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, tampak gelisah
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 38℃
HR : 156 x/ menit
RR : 30 x/ menit
SaO2 : 98%

Rontgen thorax : kesan aortosclerosis, TB paru lama dan suspek pneumonia


EKG : takikardia
USG tiroid : gambaran multi nodular goiter thyroid dan non spesifik limfadenopati

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil

Leukosit 20,88 x 103/μL

Hb 13,1 g/dL

Hct 40,4%

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 2


Trombosit 154 x 103/μL

SGOT 91 U/L

SGPT 34 U/L

BUN 21 mg/dL

SCr 0,5 mg/dL

FT4 (N: 0,93-1,70 ng/dL) 7,67 ng/dL

TSHs (N: 0,27-4,2 μU/mL) <0,01 μU/mL

Na 139 mmol/L

K 3,3 mmol/L

Cl 106 mmol/L

Diagnosis: Tiroid storm + CAP

Rencana Terapi

Terapi Dosis

Ceftriaxone inj 2 x 1g

Hidrokortison iv 2 x 100mg

Azithromycin 1 x 500mg

Paracetamol 3 x 500mg

N-Acetylsistein 3 x 200mg

Methimazole 2 x 10mg

Bisoprolol 1 x 2,5mg

Diazepam 1 x 2mg

KSR 2 x 1 tab

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 3


PATOFISIOLOGI
Penyebab paling umum dari hipertioroidisme adalah penyakit Graves, toksik gondok
multinodular, dan adenoma toksik. Penyebab lain yang juga agak sering dijumpai adalah tiroiditis,
kemudian sebab yang jarang antara lain penyakit trofoblastik,pemakaian berlebihan yodium ataupun
obat hormon tiroid, obat amiodaron dan hiperskresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Penyakit
Graves merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering ditemukan sekitar 60-80% dari semua
kasus tirotoksikosis di seluruh dunia.
Badai tiroid adalah keadaan darurat medis yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
tirotoksikosis dekompensasi, demam tinggi (seringkali lebih dari 39,4°C [103°F]), takikardia,
takipnea, dehidrasi, delirium, koma, mual, muntah, dan diare. Meskipun Graves ' penyakit dan
gondok nodular kurang umum beracun biasanya patologi tirotoksik yang mendasari, setidaknya dua
kasus tiroiditis subakut yang mengarah ke badai tiroid telah dilaporkan (Dipiro et al., 2020, p.3716)

ETIOLOGI
Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas hidup, dan
menimbulkan komplikasi berupa penurunan berat badan, fragility fracture, atrial fibrillasi, embolism,
disfungsi kardiovascular dan osteoporosis. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar
hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat antitiroid. Pada pengelolaan penyakit
hipertiroid dikenal 3 modalitas terapi yaitu obat antitiroid, tiroidektomi dan radioablasi, masing-
masing dengan keunggulaan dan indikasi serta kontraindikasi yang berbeda. (Dipiro et al., 2020,
p.3719)
Faktor pencetus badai tiroid termasuk infeksi, trauma, pembedahan, pengobatan RAI, dan
penghentian obat antitiroid. Meskipun durasi dekompensasi klinis berlangsung selama rata-rata
durasi 72 jam, gejala dapat bertahan hingga 8 hari. Dengan pengobatan agresif, angka kematian telah
diturunkan menjadi 20%. Tindakan terapeutik berikut harus dilakukan segera: (a) penekanan
pembentukan dan sekresi hormon tiroid, (b) terapi antiadrenergik, (c) pemberian kortikosteroid, dan
(d) pengobatan komplikasi terkait atau faktor yang ada bersama yang mungkin telah memicu badai.
PTU di dosis besar mungkin merupakan thionamide yang lebih disukai karena, selain mengganggu,
dengan produksi hormon tiroid, itu juga menghalangi konversi perifer dari T4 ke T3. Namun, -blocker
dan kortikosteroid akan berfungsi sama tujuan. Keuntungan teoretis dari MMI adalah durasinya yang
lebih lama tindakan. Jika pasien tidak dapat minum obat secara oral, tablet dapat dihancurkan menjadi
suspensi dan ditanamkan dengan tabung lambung atau dubur. Iodida, yang dengan cepat memblokir
pelepasan hormon tiroid yang terbentuk sebelumnya, harus diberikan setelah thionamide dimulai
untuk menghambat pemanfaatan iodida oleh kelenjar yang terlalu aktif. Jika iodida diberikan terlebih
dahulu, secara teoritis dapat menyediakan substrat untuk diproduksi bahkan tingkat hormon tiroid
yang lebih tinggi (Dipiro et al., 2020, p.3716).

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 4


Pada Ny. TR nilah TSHs rendah yaitu di bawah 0,01 μU/mL (nilai normal 0,27-4,2 μU/mL)
sedangkan nilai FT 4nya tinggi yaitu 7,67 ng/dL (Nilai normal 0,93-1,70 ng/dL) sehingga Ny. TR
didiagnosis menderita hipertiroid

The Burch-Wartofsky Point Scale for diagnosis of thyroid storm

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 5


Skala Burch-Wartofsky digunakan untuk mendiagnosis tiroid Storm dimana pada Ny. TR memiliki
gejala
Suhu : 38℃ => poin 10
Takikardia : 156x/menit => poin 25
Disfungsi GI-hepatik : Sakit Kuning (Nilai SGOT dan SGPT diatas nilai normal) => poin 15
Gangguan SSP : Agitasi (Gelisah) => poin 10
Total skor : 60 (> dari 45) Diagnosa tiroid strom)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 6


LABORATORIUM FARMAKOTERAPI Nama : Kelompok 4
FAKULTAS FARMASI NIM :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Kelas : A
SURAKARTA

OUTLINE PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI


FORM PEMANTAUAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny. TR


Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang :-
Umur : 58 tahun
BB/TB : 45 kg/ 155cm
Tanggal MRS : 01/03/2022
Diagnosa : Tiroid Strom + CAP
Alergi : Tidak tahan lingkungan panas

II. SUBYEKTIF (saat MRS)


2.1 Keluhan Utama (Chief Complaint):
- Panas badan dikatakan muncul mulai 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terkadang hingga
menggigil
- Batuk dengan dahak berwarna kekuningan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan
disertai sesak nafas.
- Dada terasa berdebar-debar dan mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 minggu serta
badan terasa lemas
- Pada leher pasien tampak terdapat benjolan, berdasarkan informasi benjolan sudah ada
sejak muda, kurang lebih 25 tahun yang lalu yang dirasakan semakin membesar.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang (History of Present Illness)
Tiroid Strom dan CAP
2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
TB paru sudah tuntas pengobatan kurang lebih 10 tahun yang lalu
2.4 Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada
FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 7
2.5 Riwayat Sosial (Social History)
Tidak ada

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 8


2.6 Riwayat Pengobatan (Medication History)
Lama
No Nama Obat Nama Generik Indikasi Rute Dosis Frekuensi Efek/kesulitan
Penggunaan
1. Aspirin Pusing, demam atau kurang
enak badan.
2.

3 OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 01/03
Kepala dalam batas normal
Leher terdapat kesan pembesaran pada kelenjar tiroid, teraba nodul multiple dengan diameter 10 cm, dengan konsistensi
lunak
Jantung terdapat kesan frekuensi denyut jantung ireguler, meningkat, tanpa murmur`
Paru terdapat ronkhi pada seluruh paru, tidak ada wheezing
Abdomen normal
Ekstremitas teraba hangat dan lembab karena keringat, tidak terdapat tremor

3.2 Pemerikasaan Tanda Vital


TANGGAL 01/03
Keluhan Umum Sakit Sedang
Kesadaran compos mentis, tampak gelisah

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 9


TD (mmHg) 160/90 mmHg
Suhu (0C) 38oC
Nadi (x/menit) 156x/menit
RR (x/menit) 30x/ menit
SpO2 (%) 98%

3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis 01/03
Rontgen thorax kesan aortosclerosis, TB paru lama dan suspek pneumonia
EKG takikardia
USG tiroid gambaran multi nodular goiter thyroid dan non spesifik
limfadenopati

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 10


3. 3. Data Laboratorium
a. Hematologi
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
Eritrosit 4,0 – 5,0 (P)
Juta/µL
(Sel Darah Merah) 4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) 12,0 – 14,0 (P) 13,1 g/dL
g/dL
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit 40 – 50 (P) 40,4%
%
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang1 % 2,0 – 6,0
Segmen1 % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Platelet 103µL 142-424
Neutrophil % 51-67
Retikulosist % 0,5-2
Laju Endap Darah (LED) < 15 (P)
mm/jam
< 10 (L)
Leukosit
103/µL 5,0 – 10,0 20,88 x 103/μL
(Sel Darah Putih)
MCH/HER Pg/sel 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER fl 80 – 96
Trombosit 3
10 /µL 150 – 400 154 x 103/μL
Prothrombin time/PT Detik 10-15
Activated Partial Thromboplastin
Detik 21-45
Time/aPTT
Thrombin Time/TT Detik 16-24
Fibrinogen mg/dl 200-450
D-Dimer Mcg/ml Negative/<0,5
International Normalized Ratio/INR 0,8-1,2

b. Fungsi Hati
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
ALT (SGPT) < 23 (P)
U/L 34 U/L
< 30 (L)
AST (SGOT) < 21 (P)
U/L 91 U/L
< 25 (L)
Alkalin Fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin Total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein Total g/L 61 – 82
Albumin g/L 3,5-5,5

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 11


c. Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
Kreatinin 60 – 150 (P)
U/L
70 – 160 (L)
Natrium mmol/L 134 – 145 139 mmol/L
Klorid mmol/L 94 – 111 106 mmol/L
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 3,3 mmol/L
BUN mg/dL 8 - 25 21 mg/dL
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4
Asam Urat 2,4 – 5,7 (P)
mg/dL
3,4 – 7,0 (L)
Mg2+ mg/dL 1,7-2,3
Creatinine Mg/dL <1,2 0,5 mg/dL

d. Analisa Gas Darah (AGD)


Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99 98%
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45
pH - 7,35-7,45
CO2 mEq/L 22-32
Anion Gap (AG) mEq/L 13-17

d. Profil lipid
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan

Kolesterol Total mg/dL 150 – 200


HDL 45 – 65 (P)
mg/dL
35 – 55 (L)
LDL mg/dl <130
Trigliserid mg/dL 120 – 190

e. lain-lain
Tanggal Pemeriksaan
Parameter Satuan Nilai Rujukan
01/03
FT4 ng/dL 0,93-1,70 7,67 ng/dL
TSHs μU/mL 0,27-4,2 <0,01 μU/mL

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 12


4 ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Tanggal
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi

Ceftriaxone inj inj 1g 2 x1g


Hidrokortison iv 100mg 2 x 100mg
Azithromycin Oral 500mg 1 x 500mg
Paracetamol Oral 500mg 3 x 500mg
N-Acetylsistein Oral 200mg 3 x 200mg
Methimazole Oral 10mg 2 x 10mg
Bisoprolol Oral 2,5mg 1 x 2,5mg
Diazepam Oral 2 mg 1 x 2mg
KSR Oral 1 tab 2x1

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 13


4.2 Mekanisme Kerja Masing-Masing Obat (Obat sebelumnya, obat sekarang dan obat yang direkomendasikan)
No Nama Obat Mekanisme (cantumkan pustaka yang diacu) Gambar Produk
1. Ceftriaxone Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih
protein pengikat penisilin (PBPs) yang pada gilirannya menghambat
langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel bakteri,
sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akhirnya lisis
karena aktivitas berkelanjutan dari enzim autolitik dinding sel (autolisin
dan murein hidrolase) sementara perakitan dinding sel terhenti. (APA,
2009)

2. Hidrokortison Mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit


polimorfonuklear dan membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler
(APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 14


3. Azithromycin Menghambat sintesis protein yang bergantung pada RNA pada langkah
pemanjangan rantai; mengikat subunit ribosom 50S yang mengakibatkan
penyumbatan transpeptidase (APA, 2009)

4. Paracetamol Menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat dan menghambat


pembentukan impuls nyeri di perifer; menghasilkan antipiresis dari
penghambatan pusat pengatur panas hipotalamus (APA, 2009)

5. N-Acetylsistein Memberikan aksi mukolitik melalui gugus sulfhidril bebasnya yang


membuka ikatan disulfida dalam mukoprotein sehingga menurunkan
viskositas mukus. Mekanisme kerja yang tepat dalam toksisitas
asetaminofen tidak diketahui; dianggap bertindak dengan menyediakan
substrat untuk konjugasi dengan metabolit toksik. Mekanisme yang
diduga dalam mencegah nefropati yang diinduksi kontras adalah
kemampuannya untuk mengais radikal bebas yang diturunkan dari
oksigen dan meningkatkan vasodilatasi yang bergantung pada
endotelium. (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 15


6. Methimazole Mekanisme Kerja Menghambat sintesis hormon tiroid dengan
menghalangi oksidasi yodium di kelenjar tiroid, menghalangi
kemampuan yodium untuk bergabung dengan tirosin untuk membentuk
tiroksin dan triiodotironin (T3), tidak menonaktifkan T4 dan T3 yang
bersirkulasi (APA, 2009)

7. Bisoprolol Mekanisme Tindakan Inhibitor selektif reseptor beta1-adrenergik; secara


kompetitif memblokir reseptor beta1, dengan sedikit atau tanpa efek pada
reseptor beta2 pada dosis 20 mg (APA, 2009)

8. Diazepam Mekanisme Aksi Mengikat reseptor benzodiazepin stereospesifik pada


neuron GABA postsinaptik di beberapa situs dalam sistem saraf pusat,
termasuk sistem limbik, formasi retikuler. Peningkatan efek
penghambatan GABA pada hasil rangsangan saraf dengan peningkatan
permeabilitas membran saraf terhadap ion klorida. Pergeseran ion klorida

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 16


ini menghasilkan hiperpolarisasi (keadaan yang kurang tereksitasi) dan
stabilisasi (APA, 2009).

9. KSR Kalium adalah kation utama cairan intraseluler dan penting untuk
konduksi impuls saraf di jantung, otak, dan otot rangka; kontraksi otot
jantung, rangka dan otot polos; pemeliharaan fungsi ginjal normal,
keseimbangan asam-basa, metabolisme karbohidrat, dan sekresi lambung
(APA, 2009).

10. Propanolol Penghambat beta-adrenergik nonselektif (antiaritmia kelas II); secara


(rekomendasi) kompetitif memblokir respon terhadap stimulasi beta1- dan beta2-
adrenergik yang mengakibatkan penurunan denyut jantung, kontraktilitas
miokard, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen miokard. Penghambat
beta-adrenergik nonselektif (propranolol, nadolol) mengurangi tekanan
portal dengan menghasilkan vasokonstriksi splanknik (efek beta2)
sehingga mengurangi aliran darah portal (APA, 2009).

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 17


11. Kalium Iodida Mengurangi kekentalan mukus dengan meningkatkan sekresi saluran
(rekomendasi) pernafasan; menghambat sekresi hormon tiroid, mendorong akumulasi
koloid dalam folikel tiroid. Setelah paparan yodium radioaktif, kalium
iodida menghalangi penyerapan radioiodin oleh tiroid, mengurangi risiko
kanker tiroid (APA, 2009).

12. Amoxicillin and Asam klavulanat mengikat dan menghambat beta-laktamase yang
Clavulanate Potassium menonaktifkan amoksisilin sehingga amoksisilin memiliki spektrum
(Rekomendasi) aktivitas yang diperluas. Amoksisilin menghambat sintesis dinding sel
bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein pengikat penisilin (PBPs)
yang pada gilirannya menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis
peptidoglikan di dinding sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis
dinding sel. Bakteri akhirnya lisis karena aktivitas berkelanjutan dari
enzim autolitik dinding sel (autolisin dan murein hidrolase) sementara
perakitan dinding sel terhenti (APA, 2009).

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 18


FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 19
4.3 Problem Medik dan Drug Related Problems
Problem Medik 1: Tiroid Strom

Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subyektif: • Methimazole • Tidak tepat dosis, • Dosis Methimazole di • Methimazole: • Methimazole:
• Kesadaran: oral 2x10mg dosis Methimazole tambahkan menjadi 90- Menurunkan kadar reaksi alergi
Tampak kurang 120mg/hari dalam 4 atau FT4 kulit (gatal,
gelisah
6 dosis terbagi (Dipiro et kemerahan,
• Pada leher
al., 2020, p.3717) ruam), mual,
pasien tampak
terdapat muntah (BPOM
benjolan RI, 2017i)
Obyektif: • Hidrokortison • Tidak tepat dosis • Dosis Hidrokortison • Hidrokortison: • Hidrokortison:
• Leher: iv 2x100mg dinaikan menjadi Sintesis hormone Penekanan
terdapat kesan 3x100mg/hari (Satoh et tiroid terhambat adrenal
pembesaran al., 2016) dan Konversi imunosupresi
pada kelenjar
tiroid, teraba perifer T4 menjadi sarkoma
nodul multiple T3 menurunkan Kaposi (MIMS,
dengan kadar T4 total, T4 2022b)
diameter bebas dan T3 total
10cm, dengan
konsistensi • Bisoprolol • Tidak tepat obat • Terapi bisoprolol diganti • Propranolol: • Propranolol:
lunak
oral 1x2,5mg dengan propanolol 60- denyut jantung bradikardi,
• Jantung:
terdapat kesan 80mg tiap 4 jam (Dipiro normal gagal jantung,
frekuensi et al., 2020, p.3717) hipotensi,
denyut gangguan
jantung konduksi
ireguler,

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 20


meningkat, • Diazepam oral • Diazepam • Terapi Diazepam di (BPOM RI,
tanpa murmur 1x2mg diindikasikan untuk hentikan 2017h)
• Paru: terdapat pasien tiroid strom
ronkhi pada
dengan kejang
seluruh paru,
tidak ada (Satoh et al., 2016)
wheezing • Parasetamol • Tidak ada DRP • Terapi Parasetamol • Parasetamol: Suhu • Parasetamol:
• o
Suhu: 38 C oral 3x500mg dilanjutkan tubuh normal Reaksi
• Nadi: hipersensitivita
156x/menit s, ruam kulit,
• FT4: 7,67 kelainan darah
ng/dL (>0,93- (BPOM RI,
1,70 ng/dL)
• TSHs: <0,01 2017g)
μU/mL (0,27- • KSR oral 2x1 • Tidak tepat obat • Penggantian KSR dengan • Potassium Iodida: • Potassium
4,2 μU/mL) tab Pottasium iodide oral Kadar FT3 iodide: Reaksi
• USG tiroid: 200mg/hari (Satoh et al., menurun hipersensitivita
gambaran 2016) s (misalnya
multi nodular
angioedema,
goiter thyroid
dan non perdarahan
spesifik kulit/mukosa);
limfadenopati reaksi terkait
tiroid (MIMS,
2022c)
Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi serta cropping bagian yang dirujuk)

Methimazole
Tepat indikasi: Tepat. Antitiroid baik MMI atau PTU harus diberikan untuk pengobatan hipertiriodisme (Satoh et al., 2016)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 21


Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan methimazol (APA, 2009)

Tepat Obat: Tepat. Methimazole merupakan obat pilihan untuk tiroid strom, selain itu efek samping pada pasien yang diobati dengan MMI
secara signifikan lebih rendah daripada mereka yang diobati dengan PTU (Satoh et al., 2016)

Tepat Dosis: Tidak tepat dosis. Dosis untuk methimazole yang rekomendasikan adalah 90 – 120 mg/hari dalam 4 atau 6 dosis terbagi (Dipiro
et al., 2020). Dan menurut (Satoh et al., 2016) ketika pasien didiagnosis dengan badai tiroid yang disebabkan oleh penyakit Graves, ATD
harus diberikan sesegera mungkin. Dosis MMI oral yang dianjurkan adalah 60 mg/hari

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 22


Hidrokortison
Tepat Indikasi: Tepat. Kortikosteroid (hidrokortison 300 mg/hari atau deksametason 8 mg/hari) harus diberikan pada pasien dengan badai
tiroid terlepas dari asalnya. (Satoh et al., 2016)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan hidrokortison (APA, 2009)

Tepat Obat: Kortikosteroid harus diberikan untuk memperbaiki insufisiensi adrenal relatif dan tirotoksikosis. (Satoh et al., 2016)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 23


Tepat Dosis: Tidak Tepat. Dosis hidrokortison menurut (Dipiro et al., 2020) adalah 100-400mg/hari dalam dosis terbagi dan dosis hidrokortison
yang dianjurkan adalah 300 mg/hari (100 mg diberikan secara intravena setiap 8 jam) (Satoh et al., 2016)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 24


Bisoprolol
Tepat indikasi: Tidak Tepat. Bisoprolol diindikasikan untuk gagal jantung. Bisoprolol dapat digunakan jika denyut jantung < 150 bpm
sedangkan denyut jantung Ny. TR adalah 156 bpm (Satoh et al., 2016)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan bisoprolol. (APA, 2009)

Tepat Obat: Tepat. Bisoprolol merupakan obat yang dapat digunakan terutama jika disertai dengan gagal jantung (PERKENI, 2017)

Tepat Dosis: Tepat. Bisoprolol harus diberikan secara oral dengan dosis 2,5-5 mg/hari. (Satoh et al., 2016)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 25


Diazepam
Tepat indikasi: Tidak tepat. Diazepam diindikasikan pada pasien yang mengalami kejang pada tiroid strom (Satoh et al., 2016)

Tepat Pasien: Tidak tepat. Pasien diindikasikan memiliki gangguan fungsi hati dilihat dari nilai SGPT dan SGPT sehingga pasien di
kontraindikasikan dengan diazepam. (APA, 2009)

Tepat Obat: Tepat. Diazepam digunakan untuk mengatasi gangguan kepanikan (APA, 2009)

Tepat Dosis: Tidak Tepat. Dosis diazepam yang digunakan untuk mengatasi kegelisahan adalah 2mg 2-4 kali/hari (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 26


Parasetamol
Tepat indikasi: Tepat. Pendinginan agresif dengan asetaminofen dan pendinginan mekanis dengan selimut pendingin atau kompres es harus
dilakukan untuk pasien badai tiroid dengan demam tinggi. (Satoh et al., 2016)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontraindikasikan dengan parasetamol (APA, 2009)

Tepat Obat: Tepat. Salah satu pengelolaan krisis tiroid adalah dengan pemberian antipiretik (PERKENI, 2017)

Tepat Dosis: Tepat. Acetaminophen dapat diberikan secara oral atau dalam bentuk supositoria dengan dosis 500 mg tiga kali sehari (Satoh et
al., 2016).

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 27


KSR
Tepat indikasi: Tepat. Pasien diindikasikan kehilangan kalium (BPOM RI, 2017f)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan KSR (APA, 2009)

Tepat Obat: Tidak tepat. Iodida anorganik harus diberikan bersamaan dengan OAT pada pasien dengan badai tiroid yang disebabkan oleh
penyakit tirotoksik yang berhubungan dengan hipertiroidisme.(Satoh et al., 2016)

Tepat Dosis: Tidak tepat. Bila garam kalium diberikan untuk mencegah hipokalemia, dosis kalium klorida oral 2-4 g (kira-kira 25-50 mmol)
tiap hari (BPOM RI, 2017f). Dosis tablet KSR dipasaran adalah 600mg sehingga tidak tepat dosis

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 28


Obat Rekomendasi
Propranolol
Tepat indikasi: Obat penyekat beta (Beta Blocker) yang dapat digunakan adalah propranolol (PERKENI, 2017), Propranolol diindikasikan
untuk terapi tambahan pada Tirotoksikosis (BNF, 2020, p.150)

Tepat Pasien: Pasien tidak dikontra indikasikan dengan propranolol (APA, 2009)

Tepat Obat: Propranolol merupakan obat golongan β-blokers yang dapat digunakan untuk mengontrol gejala tirotoksikosis sampai pengobatan
definitif telah mengembalikan pasien ke keadaan eutiroid. (Dipiro et al., 2020, p.3718)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 29


Tepat Dosis: Dosis propranolol yang direkomendasikan adalah 40-80mg setiap 6 jam (Dipiro et al., 2020, p.3717)

Kalium Iodida
Tepat indikasi: Iodida anorganik harus diberikan bersamaan dengan OAT pada pasien dengan badai tiroid yang disebabkan oleh penyakit
tirotoksik yang berhubungan dengan hipertiroidisme (Satoh et al., 2016)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 30


Tepat Pasien: Pasien tidak di kontra indikasikan dengan kalium iodide (APA, 2009)

Tepat Obat: Pengobatan MMI + kalium iodida (KI) dalam hal normalisasi cepat hormon tiroid pada penyakit Graves terkompensasi (134 kasus)
melaporkan bahwa kadar FT3 pada kelompok pengobatan gabungan menurun secara signifikan lebih cepat (Satoh et al., 2016)

Tepat Dosis: Dosis KI yang lebih besar harus diberikan; dosis yang dianjurkan adalah sekitar 200 mg/hari (Satoh et al., 2016) atau 300-500mg
(6-10 tetes SSKI) 3x/hari (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 31


Problem Medik 2: CAP

Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subyektif: • Ceftriaxone inj • Tidak tepat Indikasi • Ceftriaxone diganti • Amoxicillin • Hepatitis,
• Batuk 2x1g dengan Amoxicillin Clavulanat: kolestatik
dengan Clavulanat dengan dosis Pasien dapat jaundice
dahak
875 – 2000mg oral sembuh dari (BPOM RI,
berwarna
kekuningan 2x1hari pneumonia 2017d)
disertai sesak Mual, muntah,
nafas diare; ruam
Obyektif: (BPOM RI,
• BUN: 21 2017a)
mg/dL (BUN • Azithromycin • Tidak ada DRP • Terapi Azithromycin • Azithromycin: • Mual, muntah,
> 20 mg/dL)
1x500mg dilanjutkan Pasien dapat nyeri perut,
• RR:
30x/menit sembuh dari diare (BPOM
(≥30 pneumonia RI, 2017e)
breaths/min) Anoreksia,
• Kesan dyspepsia,
aortosclerosi flatulens,
s, TB paru konstipasi
lama dan (BPOM RI,
suspek
pneumonia 2017c)
• N-Acetylsistein • Tidak ada DRP • Terapi N-Acetylsistein • N-Acetylsistein: • Menimbulkan
3x200mg dilanjutkan Batuk berdahak reaksi
berkurang hipersensitif
seperti urtikaria
dan

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 32


bronkospasme
(jarang terjadi)
(BPOM RI,
2017b)

Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi serta cropping bagian yang dirujuk)

Ceftriaxone inj
Tepat Indikasi: Tidak tepat. Penggunaan Ceftriaxone adalah untuk pasien yang menderita CAP saat dirawat di rumah sakit (Nebraska, 2020).
Sedangkan Ny. TR memiliki gejala klinis pneumonia sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit sehingga tidak tepat indikasi.

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan ceftriaxone (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 33


Tepat Obat: Tepat. Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan beta lactam yang digunkn untuk terapi empiris CAP (Watkins and Lemonovich,
2016)

Tepat Dosis: Tepat. Dosis untuk ceftriaxone adalah 1-2g/hari secara iv (Dipiro et al., 2020, p.5252)

Azithromycin
Tepat Indikasi: Tepat. Azithromycin merupakan antibiotic golongan makrolida yang direkomendasikan pada pasien CAP dengan komorbid
(Watkins and Lemonovich, 2016)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontraindikasikan dengan Azithromycin (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 34


Tepat Obat: Tepat. Azithromycin merupakan antibiotic golongan makrolida yang direkomendasikan untuk penanganan CAP (Dipiro et al.,
2020, p.5252)

Tepat Dosis: Tepat. Dosis Azithromycin adalah 500mg x 1hari (Dipiro et al., 2020, p.5252)

N-Acetylsistein
Tepat Indikasi: Tepat. Asetilsistein diindikasikan untuk terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran pernapasan. (BPOM RI, 2017b)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak dikontra indikasikan dengan N-Acetylsistein (APA, 2009)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 35


Tepat Obat: Tepat. N-Acetylsistein dapat menghambat stres oksidatif dan mengurangi faktor inflamasi pada pneumonia (Zhang et al., 2018)

Tepat Dosis: Tepat. Dosis N-Acetylsistein dewasa untuk penggunaan oral adalah 200mg 3x1 hari (MIMS, 2022a)

Rekomendasi
Amoxicillin Clavulanat
Tepat Indikasi: Amoxicillin Clavulanat merupakan antibiotic golongan beta laktam yang direkomendasikan pada pasien CAP dengan komorbid
(Watkins and Lemonovich, 2016)

Tepat Pasien: Tepat. Pasien tidak di kontra indikasikan dengan Amoxicillin Clavulanat (APA, 2009)

Tepat Obat: Infectious Disease Society of America merekomendasikan penggunaan Amoxicillin clavulanate pada pasien CAP dengan komorbid
(Dipiro et al., 2020, p.5249)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 36


Tepat Dosis:Dosis Amocxicillin Clavulanat yang direkomendasikan adalah 875-2000mg 2x1 hari secara oral (Dipiro et al., 2020, p.5252)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 37


4.3.2. Drug Related Problems (DRPs)
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis? V
medis
(Correlation between drug Adakah masalah medis yang tidak diobati V
therapy & medical problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ V
(Appropriate Therapy) mencapai hasil yang diinginkan (therapeutic
outcome)?
Apakah obat yang digunakan V
dikontraindikasikan untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan merupakan V
drug of choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? V

Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk V


pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? V

Apakah lama pemberian obat sudah tepat? V

Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi? V

Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang V


disebabkan oleh obat?
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak V
klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg V
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan V
laboratorium yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap V
obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien V
terhadap penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ V
kesulitan dalam penggunaan obat?

5 KESIMPULAN REKOMENDASI
● Dosis Methimazole di tambahkan menjadi 90-120mg/hari dalam 4 atau 6 dosis terbagi
● Dosis Hidrokortison dinaikan menjadi 3x100mg/hari
● Terapi bisoprolol diganti dengan propanolol 60-80mg tiap 4 jam
● Terapi Diazepam di hentikan
● Penggantian KSR dengan Pottasium iodide oral 200mg/hari

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 38


● Ceftriaxone diganti dengan Amoxicillin Clavulanat dengan dosis 875 – 2000mg oral
2x1hari

6 KONSELING
● Perawatan harus dilakukan untuk mencegah badai tiroid pada pasien dengan kepatuhan
yang buruk yang menjalani pengobatan OAT
● Pengobatan definitif penyakit Graves, baik dengan pengobatan radioiodine atau
tiroidektomi, harus dipertimbangkan untuk mencegah badai tiroid berulang pada pasien
yang berhasil ditangani selama tahap akut badai tiroid
● Diet/perubahan pola makan
● Meminum obat dengan teratur
● Tidak merokok

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 39


7 DAFTAR PUSTAKA

APA, 2009, Drug Information Handbook, 17th ed., Lexi-Comp’s Drug Reference Handbooks.
BNF, 2020, British National Formulary 78th Edition, 78th ed. Group, B., ed., London.
BPOM RI, 2017a, AMPISILIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/ampisilin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017b, ASETILSISTEIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/asetilsistein [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017c, AZITROMISIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/azitromisin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017d, CO AMOKSIKLAV (AMOKSISILIN-ASAM KLAVULANAT) | PIO Nas,
Terdapat di: https://pionas.pom.go.id/monografi/co-amoksiklav-amoksisilin-asam-
klavulanat [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017e, ERITROMISIN | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/eritromisin [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017f, KALIUM KLORIDA | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/kalium-klorida [Diakses pada March 4, 2022].
BPOM RI, 2017g, PARASETAMOL (ASETAMINOFEN) | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/parasetamol-asetaminofen [Diakses pada March 4,
2022].
BPOM RI, 2017h, PROPRANOLOL HIDROKLORIDA | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/propranolol-hidroklorida [Diakses pada March 4,
2022].
BPOM RI, 2017i, TIAMAZOL | PIO Nas, Terdapat di:
https://pionas.pom.go.id/monografi/tiamazol [Diakses pada March 4, 2022].
Dipiro J.T., Yee G.C., Posey L.M., Haines S.T., Nolin T.D. and Ellingrod V., 2020,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th ed., Mc Graw Hill.
MIMS, 2022a, Acetylcysteine: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia,
Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/acetylcysteine?mtype=generic
[Diakses pada March 4, 2022].
MIMS, 2022b, Hydrocortisone: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia,
Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/hydrocortisone?mtype=generic
[Diakses pada March 4, 2022].
MIMS, 2022c, Potassium iodide: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 40


Indonesia, Terdapat di: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/potassium
iodide?mtype=generic [Diakses pada March 4, 2022].
Nebraska U., 2020, Guideline for the Management of Community-Acquired Pneumonia, , 44
(1122689), 1–3.
PERKENI, 2017, Pedoman Pengelolaan Penyakit Hipertiroid,
Satoh T., Isozaki O., Suzuki A., Wakino S., Iburi T., Tsuboi K., Kanamoto N., Otani H.,
Furukawa Y., Teramukai S. and Akamizu T., 2016, 2016 guidelines for the management
of thyroid storm from the Japan thyroid association and Japan endocrine society (First
edition): The Japan thyroid association and Japan endocrine society taskforce committee
for the establishment of diagnostic criteria , Endocrine Journal, 63 (12), 1025–1064.
Watkins R.R. and Lemonovich T.L., 2016, Diagnosis and Management of Community-
Acquired Pneumonia in Adults, American Family Physician, 94 (9), 698–706.
Zhang Q., Ju Y., Ma Y. and Wang T., 2018, N-acetylcysteine improves oxidative stress
andinflammatory response in patients with communityacquired pneumonia, Nature, 388,
539–547.

Surakarta, 7 Maret 2022

Praktikan Dosen Pembimbing

(Kelompok 4) (apt. Ambar Yunita Nugraheni, M.Sc)

FPP Praktikum Farmakoterapi Terapan | 41

Anda mungkin juga menyukai