Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN

BLOK BSHB
AKTIVASI ENZIM AMILASE PADA SALIVA

Oleh :
Nama : Khairisa Amrina R.
NIM : G1A010039
Kelompok : III
Asisten : Nia Tri Mulyani

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO

2011
LEMBAR PENGESAHAN :

AKTIVASI ENZIM PADA SALIVA

Oleh :
Nama : Khairisa Amrina R.
NIM : G1A010039
Kelompok : III

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Biokimia


Kedokteran Blok BSHB pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Diterima dan disahkan,


Purwokerto, April 2011
Asisten,

Nia Tri Mulyani


NIM.G1A007003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Aktivasi Enzim Amilase pada Saliva.

B. Tanggal Praktikum
Praktikum diadakan tanggal 31 Maret 2011.

C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui aktivitas enzim amilase di dalam saliva.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enzim sebagai biokatalisator menyebabkan organisme hidup dapat


memperoleh dan menggunakan energy dengan cepat. Enzim mengubah
kecepatan reaksi, tetapi tidak mempengaruhi keseimbangan akhir.
(Asscalbiass, 2011)
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang dikatalis oleh
enzim yaitu suhu, tekanan, struktur kimia larutan (nilai pH, kekuatan ikatan
ion), konsentrasi substrat, cofactor, dan inhibitor. (Koolman, 2005).
1. Suhu
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju reaksi, baik yang
dikatalisis oleh enzim maupun yang tidak dikatalisis oleh enzim
karena energi kinetik dan frekuensi tumbukan molekul-molekul yang
bereaksi akan semakin meningkat. Namun, peningkatan energi kinetik
yang berlebihan menyebabkan rantai polipeptida enzim mengalami
denaturasi dan kehilangan kemampuan untuk mengkatalis. Enzim
pada manusia umumnya stabil pada suhu 450C-550C. Biasanya, untuk
setiap peningkatan suhu sebesar 100C, laju reaksi akan menjadi dua
kali lipat. (Koolman, 2005)
2. pH
Sebagian besar enzim intrasel beraktivitas optimal pada pH 5-9.
Kurang atau lebih dari pH tersebut, enzim akan berdenaturasi.
(Murray, 2009)

Enzim dengan spesifitas reaksi yang sama dikelompokkan menjadi 6


kelompok utama :
1. Oksidoreduktase (kelas 1) yang mengkatalis saat terjadi reaksi redoks.
2. Transferase (kelas 2), mengkatalis transfer gugus dari satu molekul ke
molekul yang lain. Oksidoreduktase dan transferase umumnya
memerlukan co-enzim.
3. Hidrolase (kelas 3), sebenarnya juga termasuk dalam transfer gugus,
tetapi yang bertindak sebagai acceptor selalu molekul air.
4. Liase (kelas 4), sering diacu sebagai sintase, yang mengkatalis reaksi
pemecahan atau pembentukan ikatan kimia dengan ikatan ganda yang
muncul ataupun yang menghilang.
5. Isomerase (kelas 5), yang memindahkan gugus beserta molekulnya
tanpa mengubah komposisi substrat.
6. Ligase (kelas 6) yang mengkatalis reaksi ligasi, yaitu reaksi yang
bergantung pada energi, karena itu selalu berpasangan dengan
hidrolisis trifosfat nukleosida. (Koolman, 2005)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Label
b. Tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Gelas
e. Kertas saring
f. Cawan petri
g. Bunsen
h. Jam tangan atau stopwatch
i. Becker glass
2. Bahan :
a. 5 cc NaCl fisiologis
b. Amilum (aq)
c. Larutan Iod

B. Tata Urutan Kerja


1. NaCl fisiologis dikumur-kumur selama 5 menit.
2. Hasil kumur-kumur ditampung di dalam gelas, lalu disaring dengan
kertas saring ke dalam becker glass.
3. Hasil saringan campuran NaCl dan saliva dibagi menjadi dua tabung,
masing-masing sebanyak 2.5 cc.
4. Tabung pertama dipanaskan selama 10 menit, sedangkan tabung
kedua didiamkan saja.
5. Cawan petri dibagi menjadi dua sisi, satu sisi untuk campuran yang
dipanaskan, sisi yang lain untuk campuran yang didiamkan.
6. Setiap sisi cawan petri ditetesi dengan amilum dan larutan iod masing-
masing sebanyak 1 tetes.
7. Tiap-tiap sisi ditetesi 1 tetes campuran NaCl dan saliva sesuai dengan
nama sisinya, kemudian diratakan di atas cawan petri.
8. Langkah tersebut dilakukan setiap 5 menit, sampai larutan berubah
warna. Kemudian amati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
NaCl dan Saliva NaCl dan Saliva
Waktu
dipanaskan didiamkan
5 menit Ungu Ungu muda
10 menit Ungu Bening

B. Pembahasan
Pada larutan yang dipanaskan warna yang terbentuk saat 5
menit pertama masih berwarna ungu, sedangkan larutan yang
dipanaskan memberikan hasil warna yang lebih cerah. Kemudian
setelah 10 menit, pada tetesan dari larutan yang dipanaskan tidak
mengalami perubahan (walau terlihat menjadi warna ungu muda,
namun hal ini dikarenakan konsentrasi larutan yang berlebihan)
sedangkan larutan yang didiamkan menjadikan larutan amilum dan
iod tersebut menjadi bening.
Enzim jika dipanaskan akan mengalami denaturasi dan tidak
akan dapat berfungsi lagi sebagai enzim. Enzim amilase di dalam
larutan NaCl dan saliva akan mengalami hal yang sama saat
dipanaskan selama 10 menit sehingga aktivitas enzim amilase tidak
akan dapat terjadi. Larutan tetap berwarna ungu karena amilum tidak
dapat dipecah oleh enzim amilase.
Sedangkan pada larutan yang tidak dipanaskan, terjadi
perubahan warna menjadi bening. Hal ini terjadi karena enzim amilase
pada saliva bersifat aktif.
Hasil akhir reaksi yang dikatalis oleh enzim amilase yaitu
maltosa, maltotriosa, dan dekstrin. Hasil akhir inilah yang akan
berikatan dengan larutan iodium, sehingga warna dapat berubah.
BAB V
KESIMPULAN

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu suhu, pH, kadar

substrat, kofaktor, koenzim, dan inhibitor.

2. Pada suhu yang terlalu tinggi, enzim akan mengalami denaturasi

sehingga tidak dapat bertindak sebagai katalisator di dalam reaksi.


DAFTAR PUSTAKA

Asscalbiass. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia Kedokteran.


Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
UNSOED : Purwokerto.

Koolman, Jan., Roehm, KH. 2005. Color Atlas of Biochemistry 2nd Ed. Georg
Thieme Verlag. Stuttgart.

Murray, Robert. K., Granner, Darryl K., Rodwell, Victor W. 2009. Biokimia
Harper Edisi 27. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai