Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

POPULASI RENTAN ANAK JALANAN


“PENYALAHGUNAAN NAFZA”

FASILITATOR:
Intan Susanti, S.Kep., Ns., M.Kep

KELAS:
6C Keperawatan

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

Antun Fitria Pangestuti 1902012759


Egi Satio Subekti 1902012761
Gia Ayu Shinta 1902012725
Mariana Septyani 1902012721
Puji Rahayu 1902012777
Vicentia Nadiza Yulanda 1902012763

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Populasi Rentan Anak Jalanan Penyalahgunaan Nafza". Makalah ini disusun sebagai tugas
mata kuliah Komunitas II.
Penulisan makalah ini berbekal materi yang diperoleh dari kelas dan tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak serta kutipan materi diambil dari
internet dengan sumber yang tertera. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kepada yang terhormat:
1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, M.Kes selaku Dekan Fikes Universitas Muhammadiyah Lamongan.
3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep (Selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan)
4. Intan Susanti, S.Kep., Ns., M.Kep (Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Komunitas
II)
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih perlu penyempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Lamongan, 26 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB 2 4
2.1 Pengertian 4
2.2 Pengelompokkan Anak Jalanan 4
2.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Adanya Anak Jalanan 5
2.4 Masalah Kesehatan Anak Jalanan 6
2.5 Kecenderungan Pola Perilaku Anak Jalanan 6
2.6 Pengertian Penyalahgunaan Napza 6
2.7 Penggolongan Napza 7
2.8 Penyalahgunaan Nafza 7
2.9 Peran Meningkatkan Kesehatan Anak Jalanan
BAB 3 10
3.1 Pengkajian 10
3.2 Analisa data 12
3.3 Prioritas masalah 14
3.4 Diagnosa 15
3.5 Intervensi 16
3.6 Implementasi 19
3.7 Evaluasi 19
BAB 4 21
4.1 Kesimpulan 21
4.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Anak terlantar adalah anak yang berusia 6 – 18 tahun yang mengalami perlakuan salah dan
ditelantarkan karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan : miskin/tidak mampu, salah
seorang dari orang tuanya/wali pengampu sakit, salah seorang/kedua orang tuanya/wali
pengampu atau pengasuh meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu atau
pengasuh), sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara
jasmani, rohani maupun social (kementrian Soaial RI)
Ciri – ciri anak terlantar • Mempunyai orang tua tapi tidak mendapat perhatian, kasih
sayang dan perlakuan yang baik dari orang tuanya, • Sudah tidak memiliki kedua orang tua atau
tidak ada orang pengasuh yang lain, • Berasal dari keluarga miskin atau broken home. • Tidak
terpenuhinya hak-hak anak, • Anak yang menghabiskan waktunya untuk bekerja atau bermain di
jalanan atau tempat umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian anak jalanan ?
2. Bagaimana latar belakang menjadi anak jalanan ?
3. Bagaimana karakteristik anak jalanan ?
4. Bagaimana model penanganan anak jalanan ?
5. Bagaiamana pengkajian pada anak jalanan ?
6. Apa diagnosa keperawatan anak jalanan ?
7. Bagaimana intervensi keperawatan pada anak jalanan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian anak jalanan
2. Untuk mengetahuai latar belakang menjadi anak jalanan
3. Untuk mengetahuai karakteristik anak jalanan
4. Untuk mengetahuai model penanganan anak jalanan
5. Untuk mengetahuai pengkajian pada anak jalanan
6. Untuk mengetahuai diagnosa keperawatan anak jalanan
7. Untuk mengetahuai intervensi keperawatan anak jalanan

ii
i
i
v
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Anak Jalanan


Anak jalanan atau sering juga disebut anjal sebuah istilah yang mengacupada anak-
anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya (Suryanto, 2019). Menurut Departemen Sosial RI (2017), pengertian
anak jalanan ialah anak-anak dibawah usia 18 tahun yang karena berbagai factor seperti
ekonomi, konflik keluarga hingga factor budaya yang membuat mereka turun ke jalan.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan yaitu Street child are those who
have abandoned years of age and have drifted into a normalic street life. Berdasarkan hal
tersebut, maka ana jalanan adalah anak-anak dibawah 16 tahun yang sudah melepaskna diri
dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan
berpindah-pindah di jalan raya (soedijar 2019)
Anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap, yang secaa yuridid tidak berdomisili secara otentik. Disamping itu, mereka
merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak, menurut ukuran
masyrakat pada umumnya dan sebagian besar dari mereka tidak mengenal nilai keluhuran
(Sudarsono, 2018).
Anak jalanan, anak gelandangan sesungguhnya mereka adalah anka yang tersisih,
marginal dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang. Kebanyakan dalam usia yang relative
dini merka sudah harus berhadapan dengan ligkungan kota yang keras dan bahkan sangat
tidak bersahabat. Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan
hidupdengan cara-cara yang secara social kurang atau bahkan tidak diterima masyrakat
umum (Suryanto, 2019)
Menurut Sadli (Sudarsono, 2018) anak jalanan memiliki ciri khas baik secara
psikologis dan maupun kreatvitasnya, sebagai berikut :
1. Mudah tersinggung perasaanya.
2. Mudah cepat putus asa dan murung.
3. Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya.
4. Tidak berbeda dengan anak lainya yang menginginkan kasih sayang.
2.2 Pengelompokkan Anak Jalanan
Berdasarkan intensitasnya di jalanan, anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi tiga
karakteristik utama yaitu:
a. Chidren of the street
Anak yang hidup/tinggal di jalanan dan tidak ada hubungan dengan keluarganya.
Kelompok ini biasanya tinggal di terminal, stasiun kereta api, emperan toko dan kolong
5
jembatan.
b. Children on the street
Anak yang bekerja di jalanan. Umumnya mereka adalah anak putus sekolah, masih
ada hubungannya dengan keluarga namun tidak teratur yakni mereka pulang ke rumahnya
secara periodik.
c. Vulberable children to be street children
Anak yang rentan menjadi anak jalanan. Umumya mereka masih sekolah dan putus
sekolah, dan masih ada hubungan teratur (tinggal) dengan orang tuanya. Jenis pekerjaan
anak jalanan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
 Usaha dagang yang terdiri atas pedagang asongan, penjual koran, majalah, serta
menjual sapu atau lap kaca mobil.
 Usaha di bidang jasa yang terdiri atas pembersih bus, pengelap kaca mobil,
pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir sepatu dan kenek.
 Pengamen. Dalam hal ini menyanyikan lagu dengan berbagai macam alat musik
seperti gitar, kecrekan, suling bambu, gendang, radio karaoke dan lain-lain.
 Kerja serabutan yaitu anak jalanan yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, dapat
berubah-ubah sesuai dengan keinginan mereka.

2.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Adanya Anak Jalanan

Menurut Saparinah Sadli (2011) bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain: faktor kemiskinan
(struktural dan pribadi), faktor keterbatasan kesempatan kerja (faktor intern dan ekstern),
faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi
seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai
faktor lainnya. Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2014)
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan
alasan dan penuturan mereka adalah karena:
1. Kekerasan dalam keluarga.
2. Dorongan keluarga.
3. Ingin bebas.
4. Ingin memiliki uang sendiri.
5. Pengaruh teman.
Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak
jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi di samping karena adanya faktor broken home
serta berbagai faktor lainnya.

6
2.4 Masalah Kesehatan Anak Jalanan
Masalah kesehatan fisik anak jalanan yaitu , psikologi dan sosial. Permasalahan fisik
yang sering dialami anak jalanan berupa gangguan pertumbuhan dan gizi, cedera fisik,
parasit dan penyakit menular yang didapat masyarakat, gangguan kesehatan reproduksi dan
seksual, kekerasan dan pelecehan seksual, penggunaan dan penyalahgunaan narkoba.
Sedangkan permasalahan psikologis anak jalanan meliputi gangguan kejiwaan seperti
depresi, keputusasaan, dan keinginan bunuh diri. Permasalan kesehatan sosial anak jalanan
yaitu masalah ekonomi dan sosial. Anak jalanan juga sering kali menjadi korban
penelantaran, pelecehan psikologis, fisik, seksual dan rentan terkena penyakit infeksi seksual
menular (HIV)
2.5. Kecenderungan Pola Perilaku Anak Jalanan
Bagi anak-anak yang telah lama memasuki dunia jalanan cenderung menunjukkan pola
perilaku atau gaya hidup yang spesifik. Beberapa pola perilaku dan gaya hidup sehari-hari
anak jalanan, sebagai berikut:
Penyalahgunaan obat dan zat adiktif (drug addiction) seperti ngelem, mengonsumsi rokok
berlebihan, minuman keras, pil BK dan sejenisnya.
Terlibat tindak kekerasan (perkelahian atau penganiayaan) baik secara langsung maupun
tidak langsung;
Terlibat dalam dunia prostitusi, baik sebagai pelaku maupun konsumen;
Terlibat dalam perjudian;
Tubuh ditatto. Bibir, alis, dan telinga “ditindik” (memakai anting-anting);
Sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis di jalan.
Cara berpakaian seadanya dan semuanya sendiri;
Kadang-kadang perbuatan mereka menyalahi hukum (mencuri, menodong, dan lain-lain);
Senantiasa melakukan migrasi ke tempat yang lebih mudah mendapatkan uang dengan
aman;
Acuh pada peraturan-peraturan (formal maupun informal) yang berlaku di masyarakat
umum;
Setiap individu umumnya memiliki teman karib, baik teman bekerja maupun teman
bermain;
Bersikap tertutup terhadap kehadiran orang baru di luar komunitasnya.
2.6. Pengertian Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA merupakan penggunaan NAPZA yang sifatnya  patologis,
berlangsung satu bulan lamanya atau lebih, sehingga menimbulkan  gangguan dalam
pekerjaan dan fungsi sosial. Seharusnya narkotika dan  psikotropika hanya dipakai untuk
kepentingan pengobatan, misalnya  menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Namun

7
karena efeknya yang  bersifat ketagihan dan ketergantungan, maka NAPZA dipakai secara
salah,  yaitu hanya untuk sekedar mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan  NAPZA
secara tetap akan berdampak pada kerusakan fisik, gangguan mental,  bahkan kematian

2.7 Penggolongan NAPZA

a. Narkotika
Narkotika merupakan suatu zat atau obat yang dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan, berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan)
yang sangat berat, daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat
tinggi. Ketiga sifat narkotika tersebut sering kali yang menyebabkan pemakai narkotika
tidak dapat berhenti menjadi pecandu
b. Psikotropika
Psikotropika merupakan zat atau obat dari bahan alamiah maupun  sintetis yang
memiliki khasiat psikoaktif yang mempengaruhi susunan  saraf pusat, serta menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas normal dan  perilaku. Psikotropika adalah golongan obat yang
sering digunakan oleh  dokter untuk mengobati gangguan jiwa.
c. Zat adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya merupakan zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang
dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya alkohol, rokok, dan thinner (lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin) yang jika di minum, di hisap, di hirup, maupun di cium
dapat memabukkan dan menimbulkan ketagihan
2.8 Dampak Penyalahguna NAPZA
Beberapa dampak yang terjadi karena penyalahgunaan NAPZA, antara lain:
a. Dampak Fisik
 Gangguan pada system saraf seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah.
 Gangguan pada kulit seperti penanahan (abses), alergi, dan eksim.
 Gangguan pada paru-paru seperti penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengeras jaringan paru-paru.
 Sering sakit kepala, mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.

8
 Gangguan pada endokrin seperti penurunan fungsi hormone reproduksi
(estrogen, progesterone, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
 Gangguan ketidakteraturan menstruasi dan amenorhe (tidak haid) pada remaja
perempuan.
 Bgai pengguna jarum suntik secara bergantian menyebabkan penyakit hepatitis
B, C, dan HIV.
 Apabila terjadi over dosis dapat menyebabkan kematian.
b. Dampak Psikis
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, dan gelisah.
 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal dan penuh curiga. 3) Agitatif,
menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal/
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
c.Dampak Sosial
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
 Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luarbiasa (sakaw) bila terjadi putus obat dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengonsumsi NAPZA. Hal ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri,
pemarah, manipulative, dan lain-lain.
2.9. Peran Meningkatkan Kesehatan Anak Jalanan
1.Masyarakat
Anak jalanan dapat meninggalkan aktifitasnya di jalanan dan menyatu kembali
dengan keluarganya jika memungkinkan
Anak jalanan mendapatkan keluarga pengganti atau panti lainnya jika tidak
memungkinkan kembali dengan keluarganya.
Anak jalanan dapat melanjutkan pendidikannya
Anak jalanan dapat memperoleh ketrampilan dan peluang untuk mendapatkan
taraf hidup mereka.
2.Swasta
Membangun jaringan kerja antar LSM dalam bentuk kolaborasi sehingga berbagai
program LSM yang ditawarkan dapat menangani masalah anak jalanan.
Mengembangkan berbagai program dengan instansi yang relevan, misalnya
DEPDIKNAS, DEPKES, DEPNAKER, dan lain lain yang diawali dengan

9
pemahaman yang sama tentang programpenanganan anak jalanan.
Melibatkan masyarakat atau tokoh lokal dalam kegiatan RPSA agar terjalin
komunikasi yang efektif antara RPSA dan masyarakat
Selain itu untuk mendukung program pokok dalam pelayanan kesejahteraan sosial
bagi anak jalanan, perlu dilaksanakan kegiatan pendukung dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas manajemen pelayanan.
3. Pemerintah
Penjajakan lokasi dan pemetaan
Sosialisasi program
Pendampingan sosialIdentifikasi dan seleksi
Studi kelayakan usaha
Bantuan sosial berupa santunan hidup dan akses jaminan kesejahteraan sosial,
bantuan modal usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama
(KUB), penguatan modal usaha melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM),
rehabilitasi sosial, rumah tidak layak huni, penataan sarana lingkungan kumuh,
insentif tabungan sejahtera, fasilitas usaha kesehatan sosial dengan
lembaga/instansi rektor lain, perguruan tinggi dunia usaha, LSM / Orsos dan
kalangan
Monitoring evaluasi perbankan.
4. Perawat komunitas
Menumbuhkan pemahaman dan kesadran berbagai pihak tentang masalah anak
jalanan dan pentingnya penanganan anak jalanan.
Mensosialisasikan penanganan anak jalanan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat.
Kegiatan kampanye sosial dapat dilakukan melalui berbagai media dengan
sasaran orangtua, masyarakat dan anak sendiri, seperti penyuluhan kepada
masyarakat/ pengguna jalan agar tidak memberikan uang kepada anak jalanan dan
penyuluhan kepada penegak hukum (polisi, tantib) untuk membersihkan
lingkungan jalan sebagai tempat anak jalanan beraktivitas.

10
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Data inti
a. Sejarah:
Lingkungan atau tempat tinggal sangat mempengaruhi perilaku, semakin lama
tinggal di suatu wilayah, semakit melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah
tersebut.
b. Demografi
Aspek non fisik yang didalamnya terdapat faktor kependudukan
c. Vital statistik
Data pokok atau data turunan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa vital.
d. Tipe keluarga Remaja biasanya tinggal di lingkungan keluarga, antara lain:
1. Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di
jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Mereka berada di jalan
untuk hidup bebas, lari dari keluarga atau rumah atau untuk mencari tambahan
pendapatan keluarga dengan menjadi pengamen, pemulung, pengemis, penjual
koran dan lain-lain.
2. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnai dengan
ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu
tiri, absennya orang tua, baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa
menjalankan fungsinya. (Astri, 2014)
e. Status perkawinan
Usia anak remaja berkisar 4 sampai 18 tahun. Sebagian besar anak jalanan belum
menikah
f. Nilai dan keyakinan
1. Tekanan dari keluarga, mereka dipaksa bekerja di jalanan untuk membantu
perekonomian keluarga, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bermain
(Astri, 2014)
2. Anak jalanan memiliki keyakinan terhadap tuhan tetapi kurang taat dalam
beribadah
3. Bagi mereka, jalanan merupakan arena untuk menciptakan satu organisasi sosial,
akumulasi pengetahuan dan rumusan strategi bagi keberadaaan mereka. Di sisi
lain anak jalanan berupaya melakukan penghindaran atau melawan pengontrolan
dari pihak lain, sehingga jalan raya bukanlah sekadar tempat untuk bertahan
hidup tetapi untuk mempertahankan harga diri dan kemuliaan kemanusiaan
mereka. (Astri, 2014)
4. Apabila anak pulang ke rumah tidak membawa penghasilan sesuai target yang
telah ditentukan oleh orang tuanya, biasanya diberi hukuman fisik seperti dipukul,
11
tidak diberi makan, atau dimasukkan ke dalam tong tertutup. sebagian anak
jalanan rentan terhadap penyalahgunaan narkoba dan penyimpangan seksual.
Oleh sebab itu spiritual anak jalanan membutuhkan sentuhan yang lebih intensif
g. Kelompok etnis

12
1. kehidupan remaja jalanan memaksa mereka melakukan “survival sex” yaitu
melakukan seks untuk memperoleh uang, makanan, jaminan keamanan maupun
obat terlaran.
2. Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara tertentu sebagai
bentuk perayaan
3. kehidupan remaja jalanan memengaruhi mereka untuk mengkonsumsi obat
terlarang atau NAPZA
4. Jumlah anak jalanan tidak berkurang, bahkan semakin bertambah banyak dan
sebagian besar hidup dalam dunia kriminal.
2) Komponen sub-sistem
a) Pengkajian lingkungan fisik
Lingkungan yang kumuh menjdikan kualitas kesehatan mereka tidak baik.
b) Lingkungan terbuka
1. Berbagai perubahan terjadi pada anak jalanan di rumah singgah, baik perubahan
yang berhubungan dengan kondisi fisik maupun berhubungan dengan kondisi
lingkungan. Perubahan yang terjadi pada anak jalanan dipengaruhi oleh apa yang
mereka terima di rumah singgah.
2. Beberapa dari mereka tidur di kolong jembatan (Astri, 2014)
c) Batas
d) Kebiasaan
Anak jalanan bekerja sehari-hari dan berkumpul dengan teman-temannya di jalanan.
Mereka mudah ditemui diperempatan lampu merah, stasiun kereta api, terminal,
pasar, pertokoan, bahkan mall, menjadi tempat-tempat anak jalanan melakukan
aktivitasnya. (Astri, 2014)
e) Ekonomi
1. Orang tua mendorong anak bekerja dengan alasan untuk membantu ekonomi
keluarga
2. Kondisi keluarga yang tergolong miskin, membuat dan memaksa anak jalanan
untuk tetap “survive” dengan hidup di jalanan. (Astri, 2014)

f) Kesehatan dan pelayanan sosial


1. Data dari BNN (Badan Narkotika Nasional) di desa X tersebut didapatkan
hasil bahwa sejumlah 542 remaja merupakan pengguna narkotika dengn jenis
sabu-sabu, heroin, ganja, cimeng dll pada tahun 2010-2015, dan
kemungkinan meningkat dilihat dari kebiasaan remaja dengan akses yang
mudah untuk mendapatkan narkotika tersebut
2. Aksesibilitas pelayanan kesehatan adalah pernyataan tentang kemudahan
dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan yang dinilai dari cara
tempuh, waktu tempuh dan biaya transportasi. Sebagian besar anak jalanan
memiliki perilaku pencarian pengobatan yang kurang baik. Diperlukan upaya
promosi kesehatan terkait swamedikasi yang tepat dan aman untuk anak
jalanan. (Luna Amalia, 2017)

g) Transportasi

13
1. Berdasarkan kemudahan alat transportasi, waktu tempuh dan biaya transportasi
mereka bergantung pada angkutan umum.
2. Mereka tidak punya kendaraan prinadi
3. Sebagian dari anak jalanan jalan kaki
h) Pendidikan
1. Remaja banyak yang putus sekolah
2. Tidak ada jaminan atas pemenuhan dan pelindungan hak-hak dasar anak termasuk
dalam hal pendidikan (Astri, 2014)
3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang
sekolah
i) Rekreasi
Remaja memiliki kebiasaan untuk nongkrong bersama-sama dan sering pergi ke
warnet.
3.2 Analisa data
Tujuan analisis data hasil pengkajian keperawatan komunitas (Susanto, T. et. al, 2020) :
a. Menetapkan kebutuhan komunitas
b. Menentukan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon kesehatan
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan di komunitas
N Pengelompokan data(s) Etiologi Masalah Keperawatan
o.
1. Ds: Program Defisit
1. Wawancara
dengan salah tidak Kesehatan komunitas
satu anggota mengatasi
BNN
mengatakan n seluruh masalah
sudah ada kesehatan
program untuk
pencegahan
penyalahgunaa
n zat tetapi &
mayoritas anak
jalanan dikota
x tidak mau
mengikuti
program
tersebut
Do:
1. Terjadi

masalah
Kesehatan
yang

14
dialami
komunitas
:
penyalahgunaa
n zat
mengakibatkan

15
Kesehatan

anak jalanan
terganggu
2. Ds: Kurang Defisit
1. Mayoritas
terpapar Informasi pengetahuan tentang
anak jalanan penyalahgunaan zat
mengatakan
tidak
mengetahui
bahaya
penggunaan zat
Do:
1. Menunjukkan
perilaku
tidak sesuai
anjuran :
Mayoritas
anak jalanan
sering
menggunakan
zat berbahaya
2. Menunjukkan
persepsi
yang keliru
terhadap
masalah:
Mayoritas
anak jalanan
menganggap
penggunaan
zat terlarang
adalah perilaku

tidak
berbahaya
3. Ds: Pemilihan gaya hidup Perilaku
1. Wawancara tidak sehat
dengan salah (penggunaan zat Kesehatan cenderung
satu anggota terlarang) beresiko
BNN
mengatakan
bahwa
16
program
pencegahan
penyalahgunaa
n zat tidak
diikuti oleh
anak jalanan
2. Mayoritas
Anak jalanan di
kota x
mengatakan
penggunaan
zat

17
berbahaya
adalah hal yang
biasa
Do:
1. Mayoritas
anak jalanan di
kota x tidak
mengikuti
program
pencegahan
BNN
2. Menunjukkan
penolakan
terhadap
perubahan
statusnkesehata
n : Sebagian
besar Anak
jalanan di kota
x
tetap
mengonsumsi
obat terlarang

3.3 Prioritas masalah


Diagnosa Keperawatan Pentingny Perubahan Penyelesaia Scor
a positif n untuk e
penyelesai peningkata
an untuk n kualitas
masalah penyelesaian hidup 0:
1: rendah di tidak ada
2: sedang komunitas 1: rendah
3: tinggi 0: tidak ada 2: sedang
1: rendah 3: tinggi
2: sedang
3: tinggi
Defisit
3 3 3 9
Kesehatan komunitas
b.d Program tidak
mengatasi seluruh
masalah

kesehatan (D.0110)
18
Defisit
3 2 3 8
pengetahuan tentang
penyalahgunaan zat b.d
Kurang terpapar
Informasi (D. 0111)
Perilaku 2 2 3
7
kesehatan
cenderung beresiko b.d
pemilihan gaya
hidup

19
tidak sehat (penggunaan
zat) (D. 0099)

3.4 Diagnosa
1. (PPNI, Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2016) Defisit Kesehatan komunitas
b.d Program tidak mengatasi seluruh masalah kesehatan (D.0110), ditandai dengan :
Ds:
● Wawancara dengan salah satu anggota
BNN mengatakan n sudah ada program
untuk pencegahan penyalahgunaan zat
Do: tetapi &0% anak jalanan dikota x tidak mau
mengikuti program tersebut

● Terjadi masalah Kesehatan yang dialami


komunitas : penyalahgunaan zat
mengakibatkan Kesehatan anak jalanan
terganggu

2. Defisit pengetahuan tentang penyalahgunaan zat b.d Kurang terpapar Informasi (D.
0111), ditandai dengan :
Ds:
● 70% anak jalanan mengatakan tidak mengetahui
bahaya penggunaan zat
Do:
● Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran : 70% anak jalanan sering
menggunakan zat berbahaya
● Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah: anak jalanan
menganggap penggunaan zat terlarang adalah perilaku tidak berbahaya

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat
(penggunaan zat) (D. 0099)
Ds:
 Wawancara dengan salah satu anggota BNN mengatakan bahwa program
pencegahan penyalahgunaan zat tidak diikuti oleh anak jalanan
 70% Anak jalanan di kota x mengatakan penggunaan zat berbahaya adalah hal
yang biasa
Do:
 70% Anak jalanan di kota x tidak mengikuti program pencegahan BNN
 Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan : 70% Anak
jalanan di kota x tetap mengonsumsi obat terlarang
3.5 Intervensi

20
(PPNI, Standart Luaran Keperawatan Indonesia, 2018)
Dx Tujuan Strateg Tangga Evaluasi
i l

21
Sasar Rencana Kriteri Standa Evaluato
a keperawatan a/ rt r
n prevens
i
Def TUM : Kelo Pendid Lakukan 1 Kognit Pendid Mahasis
isi t Setelah mp ik an pendidikan if/ ik an wa
Kes dilaksa ok keseha kesehatan Maret primer keseha
eh na kan anak ta n dipertemuan 2022 ta n
atan interve jalana kelompok tentang
ko ns i n anak jalanan bahaya
mu komun yang penyal
nita ita s meng yang ah
s selama on menggunaka gunaan
b.d 1 sumsi n zat zat
Pro obat terlarang
gr bulan terlar
am dihara an g
tida pk an
k status
me keseha
ng ta n
atas komun
i ita s
selu menin
ru h gk at
mas
al TUK 1:
ah Pening
kes ka tan
eh keterse
atan di aan
(D. progra
01 m
10) proteks
i
keseha
ta n
TUK 2: Kelo Pendid Lakukan 4 Psikom Promo Mahasis
Menin mp ik an pendidikan ot si wa
gk ok keseha kesehatan Maret or/prim keseha
atkan anak ta n dipertemuan 2022 er ta n
keterse jalana kelompok tentang
di aan n anak jalanan bahaya
progra yang penyal
22
m meng yang ah
promo on menggunaka gunaan
si sumsi n zat zat
keseha obat terlarang
ta n terlar
an g
Defis TUM : Kelom Pendidi Lakukan 8 Psikom Promosi Mahasis
i p k pendidikan ot kesehat wa
t ok an Maret or/ a
anak 2022 primer

23
pen Setelah jalana keseh kesehatan n
ge dilaksa n ata n dipertemuan tentang
tahu na kan yang kelompok bahaya
an interve meng anak jalanan penyal
tent ns i on ah
an g komun sumsi yang gunaan
pen ita s obat menggunaka zat
ya selama terlar n zat
lahg 1 an g terlarang
u
naa bulan
n dihara
zat pk an
b.d tingkat
Kur penget
an g ah uan
terp menin
ap gk at
ar
Info TUK 1:
r Pening
mas ka tan
i perilak
(D. u
0111 sesuai
) anjuran
TUK 2: Kelo Pendid Lakukan 12 Kognit Pendid Mahasis
Pening mp ik an promosi Maret if/ ik an wa
ka tan ok keseha kesehatan 2022 primer keseha
perilak anak ta n dipertemuan ta n
u jalana kelompok tentang
sesuai n anak jalanan bahaya
penget yang penyal
ah uan meng yang ah
on menggunaka gunaan
sumsi n zat zat
obat terlarang
terlar
an
g
Peri TUM : Kelo Pendid Lakukan 16 Kognit Promo Mahasis
la Setelah mp ik an pendidikan Maret if/ si wa
ku dilaksa ok keseha kesehatan 2022 primer keseha
kese na kan anak ta n dipertemuan ta n

24
h interve jalana kelompok tentang
atan ns i n anak jalanan bahaya
cen komun yang penyal
de ita s meng yang ah
run selama on menggunaka gunaan
g 1 sumsi n zat zat
bere obat terlarang
si bulan terlar
ko dihara an g
b.d pk an
pem perilaku
ili
han
gay
a
hidu
p

25
tida keseha
k ta n
seh memba
at ik
(pe
ng TUK 1:
gun Pening
aa ka tan
n kemam
zat) p uan
melaku
k an
Tindak
an
penceg
ah an
masala
h
kesehat
a
n
TUK2: Kelo Pendid Lakukan 20 Psikom Promo Mahasisw
Kema mp ik an promosi Maret ot si a
mp ok keseha kesehatan 2022 or/prim keseha
uan anak ta n dipertemuan er ta n
pening jalana kelompok tentang
ka tan n anak jalanan bahaya
keseha yang penyal
ta n meng yang ah
on menggunaka gunaan
sumsi n zat zat
obat terlarang
terlar
an
g

3.6 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim Kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap Tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002). Adapun tujuan dari
implementasi keperawatan adalah Melaksanakan rencana keperawatan antara lain (Sari,
2019):
a) Mempertahankan daya tahan tubuh pasien
b) Mencegah komplikasi
26
c) Menemukan perubahan sistem tubuh/lingkungan
d) Memberikan lingkungan nyaman
e) Mengimplementasikan pesan dokter
3.7 Evaluasi
Prinsip evaluasi menurut CAP(Susanto, T. et. al, 2020):
a) Memperkuat program
b) Gunakan beberapa pendekatan
c) Gunakan desain evaluasi untuk mengatasi masala nyata

27
d) Buat proses partisipatif
e) Memungkinkan fleksibilitas
f) Bangun kapasitaS

28
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap, yang secaa yuridid tidak berdomisili secara otentik. Disamping itu, mereka
merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak, menurut ukuran
masyrakat pada umumnya dan sebagian besar dari mereka tidak mengenal nilai keluhuran
(Sudarsono, 2018).
Masalah kesehatan fisik anak jalanan yaitu , psikologi dan sosial. Permasalahan fisik
yang sering dialami anak jalanan berupa gangguan pertumbuhan dan gizi, cedera fisik,
parasit dan penyakit menular yang didapat masyarakat, gangguan kesehatan reproduksi dan
seksual, kekerasan dan pelecehan seksual, penggunaan dan penyalahgunaan narkoba/Nafza

4.2. Saran
Demikian apa yang dapat kami simpulkan mengenai materi “Askep Kesehatan
Komunitas Pada Anak Jalanan”, tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya
karena kurang nya pengetahuan untuk referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini dan
referensi hanya bersumber dari internet saja. Kami banyak berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami agar dalam penulisan makalah yang
selanjutnya kami dapat meminimalkan kesalahan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Astri, H. (2014). KEHIDUPAN ANAK JALANAN DI INDONESIA: FAKTOR PENYEBAB,


TATANAN HIDUPDAN KERENTANAN BERPERILAKU MENYIMPANG. Semarang:
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI).
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Trans Info Media.
Luna Amalia, d. C. (2017). Hubungan Faktor Pemungkin dengan Perilaku Pencarian
Pengobatan Anak Jalanan di Kota Bekasi Tahun 2017. Jakarta: Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
Sari, K. J. (2019). Pedoman dalam melaksanakan Implementasi Keperawatan.
jurnal keperawatan.
Zulfadli, Pemberdayaan Anak Jalanan dan Orangtuanya Melalui Rumah Singgah (Studi Kasus
Rumah Singgah Amar Makruf I Kelurahan Pasar Pandan Air Mati Kecamatan Tanjung Harapan
Kota Solok Propinsi Sumatra Barat). Tesis. (Bogor: Institut Pertanian, 2012).

30

Anda mungkin juga menyukai