Anda di halaman 1dari 45

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KERAWATAN


PADA KELUARGA Tn. M DENGAN MASALAH
UTAMA PEROKOK AKTIF DI PUSKESMAS
MENTENG PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Thomas Erik Helvin


NIM : 2018.C.10.a.0988

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
i

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Thomas Erik Helvin
NIM : 2018.C.10a.0988
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Keluarga
Tn. M dengan Masalah Utama Perokok Aktif di Puskesmas
Menteng Palangka Raya”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh
Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Christephanie, S. Kep Sri Rahayu, S. Kep., Ners

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

KATA PENGANTAR

i
ii

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada
Keluarga Tn. M dengan Masalah Utama Perokok Aktif di Puskesmas Menteng
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Sri Rahayu, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Christephanie, S.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 07 Oktober 2021

Thomas Erik Helvin


DAFTAR ISI

ii
iii

SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
1.4.1 Bagi Mahasiswa.........................................................................................2
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga...........................................................................2
1.4.3 Bagi Institusi..............................................................................................2
1.4.4 Bagi IPTEK ..............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Konsep Keluarga................................................................................................4
2.1.1 Definisi Konsep keluarga........................................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................8
2.1.4 Komplikasi .............................................................................................8
2.2 Konsep Dasar Keluarga ...................................................................................10
2.2.1 Definisi keluarga......................................................................................10
2.2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga.......................................................................10
2.2.3 Struktur Keluarga.....................................................................................13
2.2.4 Fungsi Keluarga........................................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................17
3.1 Pengkajian ...................................................................................................17
3.2 Diagnosa ......................................................................................................28
3.3 Intervensi .....................................................................................................28
3.4 Implementasi ...............................................................................................30
3.5 Evaluasi .......................................................................................................30
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................33
4.1 Kesimpulan .................................................................................................32
4.2 Saran ............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan
sejenisnya atau sintesisnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya (PP Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 1Ayat 1). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) rokok (kata benda) diartikan sebagai gulungan tembakau
(kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus, misalnya dengan daun nipah atau kertas.

Sementara itu, merokok adalah salah satu cara untuk mengkonsumsi produk
olahan tembakau yang paling tua dalam sejarah, yaitu dengan cara membakar daun
tembakau untuk dihisap asapnya lewat hidung atau mulut (Budiman dkk, 2012).
Menurut Armstrong (2014), perilaku merokok merupakan kegiatan menghisap asap
tembakau yang dibakar ke dalam tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health


Organization/WHO) dilansir dari World Population Review rokok sebagai produk hasil
tembakau telah membunuh lebih dari 8 juta orang per tahun baik perokok aktif maupun
pasif. Adapun sejumlah penyakit akibat dampak rokok di antaranya kanker paru-paru,
kanker mulut, penyakit jantung dan pembekuan darah. Rokok juga meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke serta menyebabkan kerusakan gigi dan gusi serta kulit
keriput. Sementara jumlah perokok lebih banyak pria dibandingkan wanita. Seperti di
Asia Selatan dan Tenggara, Tingkat merokok cenderung sangat tinggi untuk pria dan
sangat rendah untuk wanita. Di Indonesia misalnya, angka merokok pria mencapai
76,20% dan perokok wanita hanya 3,60%. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2014 mengungkapkan pula populasi perokok di Kalteng mencapai 43,2 persen.
(Riskesdes 2014)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah :
2

Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi yang


komprehensif tentang “Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Keluarga
Tn. M dengan Masalah Utama Perokok Aktif di Puskesmas Menteng Palangka Raya”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. M
dengan Masalah Utama Perokok Aktif di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti dan memahami bahaya merokok dan dapat
menerapkan gaya hidup sehatdi rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Bahaya Perokok Aktif dan Asuhan
Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
3

Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam memberikan asuhan
keperawatan mandiri pada pasien Post Partum dan diharapkan menjadi referensi dan
masukan dalam menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perokok
aktif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja tindakan yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan keluarga dengan masalah perokok
aktif yang berguna bagi status kesembuhan klien.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP MASALAH PEROKOK AKTIF
2.1.1 Definisi Merokok
Sementara itu, merokok adalah salah satu cara untuk mengkonsumsi produk
olahan tembakau yang paling tua dalam sejarah, yaitu dengan cara membakar daun
tembakau untuk dihisap asapnya lewat hidung atau mulut (Budiman dkk, 2012).
Sedangkan menurut Sitepoe (dalam Sanjiwani & Budisetyani, 2014), perilaku
merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa.
Kemudian tokoh lain, Shiffman (dalam Astuti, 2012) menjelaskan bahwa
merokok adalah menghirup atau menghisap asap rokok yang dapat diamati atau diukur
dengan melihat volume atau frekuensi merokok.
Jadi merokok itu adalah kegiatan mengosumsi produk olahan tembakau, dengan
cara membakar rokok rokok secara lansung, atau menggunakan Pipa.
2.1.2 Etiologi
Menurut Komalasari (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
antara lain :

2.1.2.1 Pengetahuan

Menurut Hamid dalam Aula (2010), tembakau bisa meningkatkan kecerdasan,


asalkan pemanfaatannya tidak diperoleh dengan cara mengisap tembakau. Jika diisap
dalam bentuk rokok, itulah yang menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan
jantung, pembulu darah dan problem kesehatan lainnya. Permasalahannya ini terletak
pada proses pembakaran yang mengubah tembakau menjadi racun. Rokok adalah benda
beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Selain kegunaan
atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang
yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Rokok juga
disebut sebagai jendela awal terjadinya penggunaan narkoba. Akibat kronik yang
paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali saja seseorang
menjadi perokok, maka ia akan sulit mengakhiri kebiasaan itu, baik secara fisik
5

maupun psikologis. Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamine otak dengan


proses yang sama seperti zat-zat psikoaktif. Hal inilah yang tidak diketahui masyarakat
pada umumnya.

2.1.2.2 Jenis Kelamin

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Hampir setiap saat dapat
disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok. Bahkan saat ini perilaku merokok
sudah sangat wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki-laki. Akhirnya
timbul sebutan “tidak wajar” ketika pria dewasa tidak merokok dan tanggapan terhadap
perilaku merokok pun bermunculan dari berbagai perspektif. Sebagian pihak
berpendapat bahwa perilaku merokok biasa dilakukan oleh siapa saja, bahkan wanita
sekalipun. Perilaku dinilai wajar dan bisa dilakukan siapa saja, yang tidak dibatasi oleh
jenis kelamin. Sementara itu, pihak lain berasumsi bahwa nilai moral seorang
wanita akan luntur ketika ia merokok. Hal ini yang menjadi titik berat di sini, yakni
masih berada pada nilai normatif seorang wanita, khususnya pandangan budaya
Indonesia terhadap wanita.

2.1.2.3 Psikologis

Ada beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi
relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada
kebanyakan perokok, ikatan psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan
untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai alat
keseimbangan.

Berhenti merokok bukan sesederhana seperti mengganti rokok dengan yang lain,
namun lebih dari itu. Sungguh, berhenti merokok akan menyentuh aspek kejiwaan yang
sangat mendasar yang mungkin selama ini telah memberikan ketenangan, mengurangi
ketegangan, mengatasi kegelisahan dan mengalihkan pikiran.

Mengenali alasan atau penyebab merokok, seperti faktor kebiasaan dan kebutuhan
mental (kecanduan / ketagihan) akan memberikan petunjuk yang sesuai untuk mengatasi
6

gangguan fisik ataupun psikologis yang menyertai proses berhenti merokok. Berikut ini
adalah gejala-gejala yang dapat dicermati untuk mengenali alasan merokok.

a) Ketagihan

Adanya rasa ingin merokok yang menggebu, mereka tidak bisa hidup selama
setengah hari tanpa rokok, merasa tidak tahan bila kehabisan rokok, sebagian
kenikmatan rokok terjadi saat menyalakan rokok, kesemutan di lengan dan kaki,
berkeringat dan gemetar (adanya penyesuaian tubuh terhadap hilangnya nikotin),
gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur, lelah dan pusing.

b) Kebutuhan Mental

Merokok merupakan hal yang paling nikmat dalam kehidupan, ada dorongan
kebutuhan merokok yang kuat karena tidak merokok, merasa lebih berkonsentrasi
sewaktu bekerja dengan merokok, merasa lebih rileks dengan merokok, keinginan
untuk merokok saat menghadapi masalah.

c) Kebiasaan

Merasa kehilangan benda yang bisa dimainkan di tangan, kadang-kadang


menyalakan rokok tanpa sadar kebiasaan merokok sesudah makan. menikmati rokok
sambil minum kopi.

2.1.2.4 Pekerjaan

Selama ini, merokok dianggap bisa meningkatkan daya konsentrasi, sehingga


ketika seseorang sedang mengalami masalah dan bekerja, maka ia akan merasa lebih
tenang dan berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya. Padahal, jika ditinjau lebih
mendalam, seseorang dianggap lebih berkonsentrasi ketika ia merokok lantaran di
dalam rokok terdapat bahan- bahan yang dapat menyebabkan kecanduan. Bagi
seseorang yang telah terbiasa merokok, maka ia akan merasa kurang bergairah dan tidak
dapat berkonsentrasi. Sebab, candu yang terkandung dalam rokok mulai bereaksi di
dalam dirinya.

2.1.3 Klasifikasi
7

Aritonang (dalam Solehah & Mulyana, 2018) membedakan empat jenis perilaku
merokok umum dalam teori manajemen afek, yaitu :

2.1.3.1 Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan positif Dalam teori ini
dikemukakan bahwa individu akan merokok ketika sedang dalam perasaan positif untuk
mendapatkan penambahan perasaan positif. Green (1997) menambahkan 3 subtipe
faktor psikologis merokok, yaitu:

1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah kenikmatan yang


sudah diperoleh, seperti merokok setelah makan atau minum kopi.

2) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan untuk


menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh saat memegang


rokok, sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu
lebih lama untuk mengisikan tembakau ke dalam pipa sedangkan untuk
menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok pipa
lebih senang berlama-lama memainkan rokoknya dengan jari-jarinya sebelum api
dinyalakan.

2.1.3.2 Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif Individu merokok untuk
mengurangi perasaan negatif atau tidak menyenangkan seperti tertekan, marah, takut,
malu, terhina, atau 5 kombinasi dari pengaruh ini.

Individu merokok ketika perasaan negatif terjadi agar terhindar dari perasaan yang
lebih tidak enak lagi. c. Perilaku merokok yang adiktif Pada tipe ini, perokok akan
merokok baik dalam perasaan positif maupun dalam perasaan negatif, dan cenderung
akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang
dihisapnya berkurang. Individu pada tipe ini rela melakukan apapun untuk menjaga
ketersediaan rokoknya. d. Kebiasaan merokok Pada tipe ini, perokok menghidupkan
rokok tidak lagi terkait dengan pengaruh perasaan melainkan merokok telah menjadi
kebiasaan rutin sehingga perilaku ini akan muncul secara otomatis, seringkali tanpa
dipikir panjang. Individu akan menghidupkan lagi rokoknya bila rokok terdahulu telah
habis. Dari pemaparan aspek-aspek perilaku merokok menurut tokoh Aritonang (dalam
8

Solehah & Mulyana, 2018), dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dapat dilihat
apabila individu memenuhi aspek fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari,
intensitas merokok, tempat merokok, dan waktu merokok.

2.1.4 Komplikasi

a) Kanker paru-paru
Merokok dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru secara signifikan. Bahkan,
kanker paru-paru merupakan penyebab kematian pertama sebagai bahaya merokok. Pria
perokok mengalami peningkatan risiko kanker paru-paru hingga 25 kali, dan wanita
meningkat hingga 25,7 kali.
b) Penyakit jantung
Salah satu kebiasaan yang sangat berkontribusi terhadap penyakit jantung adalah
merokok. Masalah pada jantung tersebut termasuk aterosklerosis dan penyakit arteri
perifer.Aterosklerosis terjadi ketika adanya penumpukan plak di pembuluh darah.
Penumpukan plak ini menghambat jalannya aliran darah sehingga dapat berakibat fatal.
Sementara itu, penyakit arteri perifer terjadi ketika pembuluh nadi di kaki dan lengan
menyempit, yang juga mengganggu aliran darah.
c) Kolesterol tinggi
Merokok dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) di tubuh. Sebaliknya,
kadar kolesterol jahat (LDL) pun akan meningkat. Merokok pun meningkatkan kadar
kolesterol total dan trigliserida, yang sama artinya dengan menimbun lemak di tubuh.
d) Komplikasi diabetes
Penderita diabetes tipe 2 yang merokok cenderung mengalami komplikasi dari
penyakit tersebut. Pasalnya, merokok meningkatkan resistensi insulin. Selain itu, risiko
masalah lain juga bisa terjadi jika Anda masih merokok saat menderita diabetes, seperti
gangguan ginjal, masalah mata, dan serangan jantung.
e) Gigi menguning dan keropos
Bahaya merokok bagi kesehatan jangka panjang lainnya adalah gigi yang
menguning dan terlihat kecokelatan. Tak hanya rusaknya warna gigi, bagian mulut ini
juga rentan keropos.
f) Keguguran
9

Merokok selama hamil dapat meningkatkan risiko keguguran. Sang bayi juga


rentan mengalami asma, infeksi telinga, gangguan pertumbuhan, kelainan fisik, dan
sindrom kematian mendadak pada bayi.
g) Berbagai jenis kanker
Tak hanya kanker paru-paru yang menjadi bahaya merokok bagi kesehatan.
Berbagai jenis kanker lain pun bisa terjadi di sekujur tubuh, termasuk kanker
serviks bagi perempuan, kanker tenggorokan, kanker kandung kemih, kanker mulut,
kanker darah, hingga kanker ginjal.
h) Menopause prematur bagi perempuan
Wanita yang merokok cenderung mengalami menopause lebih cepat,
dibandingkan dengan yang tidak merokok. Selain itu, hot flashes (sensasi panas dalam
tubuh) sebagai gejala menopause juga meningkat jika Anda menghisap rokok.
i) Gangguan mata
Mata pun tak luput dari bahaya merokok bagi kesehatan. Kebiasaan tak sehat ini
dapat mengganggu kemampuan melihat dan meningkatkan risiko berbagai penyakit
mata. Penyakit mata tersebut termasuk glaukoma, degenerasi makula, dan katarak.

j) Masalah daya tahan tubuh


Menghisap rokok dapat menurunkan kemampuan sistem imun tubuh untuk
melawan infeksi. Selain itu, orang yang merokok lebih berisiko untuk mengalami
infeksi saluran pernapasan daripada yang tidak merokok.

k) Gangguan ereksi dan kesuburan


Karena merokok dapat menyempitkan pembuluh darah, pria perokok akan
lebih sulit untuk mengalami ereksi. Sebab, proses ereksi memerlukan aliran darah yang
lancar menuju penis.

l) Rasa cemas dan gelisah


Tak hanya masalah fisik, bahaya merokok juga dapat berupa masalah psikologis,
seperti rasa cemas dan gelisah. Efek ini terjadi ketika Anda berusaha menarik diri dari
nikotin, zat yang terkandung pada rokok.

m) Jari menguning dan kulit keriput


10

Zat-zat yang terdapat pada rokok dapat membuat kulit kering serta memicu
penuaan dini. Terganggunya aliran darah juga membuat kulit menjadi kekurangan
nutrisi.Selain itu, jika Anda perhatikan, jari perokok juga cenderung menguning. Hal
tersebut merupakan efek dari memegang rokok.
n) Membahayakan kesehatan rambut
Tahukah Anda kalau bahaya merokok dapat mengancam kesehatan rambut?
Selain bisa membuat rambut berbau tak sedap, asap rokok yang mengenai rambut
dipercaya bisa menyebabkan kerontokan rambut dan kebotakan.

2.2 KONSEP DASAR KELUARGA


2.2.1 Definisi
Bailon dan Maglaya (1997) dalam Susanto (2012) mengatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2009).
2.2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga
Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Susanto (2012) tipe keluarga :

a) Tradisional

1. The Nuclear Family (Keluarga Inti)


Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2. The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
3. Keluarga Usila
11

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
4. The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek) dan
keponakan.
6. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota biasa berkumpul
dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu- waktu tertentu.
7. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
8. Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
9. Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh :
Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.
10. Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.
11. The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian atau ditinggal mati
b) Non Tradisional
1. The Unmarried Teenage Mother
12

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa menikah.
2. The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
4. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama
sebagaimana ‘marital partners’.
6. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
7. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
8. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara sementara
waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.
9. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
10. Gang
13

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.2.3 Struktur Keluarga
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga antara
lain:
1. Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang
menyangkut peran-peran tersebut
2. Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar
maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam
suatu budaya yang lazim.
3. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan
dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Struktur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah
kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk
mengubah tingkah laku anggota keluarga.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Allender & Spardley (2001) dalam Susanto (2012), fungsi keluarga
adalah :
1. Affection
 Menciptakan suasana persaudaraan/ menjaga perasaan.
 Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.
 Menambah anggota baru.
2. Security and Acceptance
14

 Mempertahankan kebutuhan fisik.


 Menerima individu sebagai anggota.
3. Identity and Satisfaction
 Mempertahankan motivasi.
 Mengembangkan peran dan self-image.
4. Affiliation and companionship
 Mengembangkan pola komunikasi.
 Mempertahankan hubungan yang harmonis.
5. Sosialization
 Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
 Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.
 Melepas anggota.
6. Controls
 Mempertahankan kontrol sosial.
 Adanya pembagian kerja.

Tabel 2.1 Tugas Perkembangan Keluarga menurut Friedman (1998) dalam Harmoko (2012)

Tahap Siklus Kehidupan Tugas Perkembangan Keluarga


Keluarga
Tahap I: Keluarga 1. Membangun perkawinan yang saling
Pemula memuaskan
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis
3. Keluarga berencana (keputusan kedudukan sebagai
orangtua)
Tahap II: Keluarga 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
sedang mengasuh anak mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam
keluarga)
2. Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar
dengan menambah peran-peran orangtua dan kakek-
nenek
15

Tahap III: Keluarga dengan 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,
anak usia pra sekolah ruang bermain, privasi, dan keamanan
2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahaqnkan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan
orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga
besar dan komunitas)

Tahap IV: Keluarga dengan 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan


anak usia sekolah prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

Tahap V: Keluarga 1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab


dengan anak remaja ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak

Tahap VI: Keluarga yang 1. Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan


melepaskan anak usia dewasa anggota keluarga yang baru didapatkan melalui
muda perkawinan anak-anak
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan
kembali hubungan perkawinan
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit- sakitan dari
suami maupun istri
Tahap VII: tahap orang tua 1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
usia pertengahan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak
3. Memperkokoh hubungan perkawinan

Tahap VIII: Keluarga dalam 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang


masa pensiun dan lanjut usia memuaskan
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
16

pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integrasi hidup)
17

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jl. Beliang No. 110 Telp / Fax (0536) 3227707

Nama : Thomas Erik Helvin

Nim : 2018.C.10a.0988

Tempat Praktek : Puskesmas Menteng

Tanggal : 07 Oktober 2021

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Tn. M
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku : Dayak
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Kaladan Gang Palapa 17 no 60
No.Telp : 082253411823
Komposisi Keluraga

Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 Tn. M 22 L Kepala SMK Karyawan
Keluarga Swasta
2 Ny. E 21 P Istri SMA Ibu Rumah
Tangga
3
4
18

5
6
7
8
9

Tipe Keluarga : Keluarga Inti

B. Riwayat Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :


Pasangan baru atau keluarga baru (berginning family), meliputi : Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama : Terpenuhi, Menetapkan tujuan bersama : Terpenuhi, Membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan kelompok social : Terpenuhi, Merencanakan anak ( KB) :
Tidak, Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua :
Terpenuhi Sebagian.
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan
Jelaskan: Tugas pengganti sebagai kepala keluarga dijalankan oleh istri dalam memenuhi
kebutuhan sehari harinya.
Genogram Keluarga :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
19

: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga

C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik, Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah, Nilai / norma
keluarga : Tidak ada konflik.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi, Fungsi Sosial : Berfungsi, Fungsi Ekonomi : Baik, Penyakit
: Baik, Perawatan Penyakit : Baik, Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik,
Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan : Baik
E. Pola Koping Keluarga
Stressor yang dihadapi keluarga : koping keluarga baik, tidak ada stresor
F. Spiritual
Taat beribadah: Ya, Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan : Tidak ada,
Distress Spiritual : Tidak ada
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan, Baik, 3 x 1 porsi/hari, Pola Minum, Baik, 9-11 gelas/hari, Istirahat, kurang
baik, siang tidak tidur, malam 6 jam pukul 02:00 WIB, Pola BAK, Baik, 1-4 x 24 jam
(normal), Pola BAB, Baik, 1-2 x 24 jam konsistensi lunak, Pola Kebersihan diri, Baik,
mandi 2x24 jam, Olahraga tidak teratur, Tingkat kemandirian Baik, Tn. M bisa
melakukan pekerjaan rumah dan mencari nafkah sendiri.

H. Psikososial

Keadaan emosi pada saat ini:

Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)


 Marah Tidak Tn. M merasa nyaman tidak ada mengalami
 Sedih Tidak perasaan yang mengganggu dirinya.

 Ketakutan Tidak

 Putus asa Tidak


Tidak
 Stress
20

Kurang interaksi dengan orang lain :Tidak, klien berbaur dengan tatangga, Menarik diri
dengan lingkungan :Tidak ada masalah, Konflik dengan keluarga : Tidak ada masalah,
Penurunan harga diri : Tidak ada masalah, Gangguan gambaran diri : Tidak, Tn.M
menerima dengan keadaannya sekarang
I. Faktor resiko masalah kesehatan

Jarang periksa kesehatan, keleuaraga Tn. M hanya periksa kesehatan ketika


mengalami sakit kepala saja, Social ekonomi : Tidak, lebih dari kecukupan sehari
hari
Total pendapatan kelurga per bulan: Diatas 2.000.000, Rumah / lingkungan sehat
: lingkungan cukup bersih dan aman, Hubungan klg tidak harmonis : Tidak ada
masalah, Obesitas : Tidak, berat 60 kg, Status gizi kurang : Tidak
Lainya : Tn.M mengatakan “TD saya 130/100 itu adalah hal yang normal dan saya
tidak mengalami masalah. Tn. M tampak tenang, bingung dan tampak sering
bertanya mengenai masalah bahaya merokok. Masalah Keperawatan: Perilaku
kesehaatan cenderung beresiko.
21

J. Pemeriksaan Fisik

VITAL SIGN
BB/TB
Nama (Inisial) Tanggal
TD N RR S Lain- lain
pemeriksaan
Tn. M 130/100 88 20 36,8 65/167 8 okt 2021
Ny. E 120/100 86 20 36,3 58/158 8 okt 2021
22

Status mental:

Bingung : pasien tampak tidak bingung, Cemas : pasien tampak tidak cemas,
Disorientasi : pasien tampak tidak disorientasi, Depresi : pasien tampak tidak depresi,
Menarik diri : pasien tampak tidak menarik diri, tidak ada masalah pada status mental.
Mk : tidak ada masalah
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia : Tidak ada, Nyeri dada : Tidak ada, Distensi vena jugularis : Tidak ada,
Jantung berdebar : Tidak ada.
Mk : tidak ada masalah
Nyeri spesifik :
Lokasi : tidak ada masalah, Tipe : tidak ada masalah, Durasi : tidak ada masalah,
Intensitas : tidak ada masalah
Mk : tidak ada masalah

Sistem pernafasan :

Stridor : Tidak ada, Wheezing : Tidak ada, Ronchi : Tidak ada, Akumulasi Sputum :
Tidak ada.
Mk : tidak ada masalah
Sistem Integumen :
Ciasonis : Tidak ada, Akral Dingin : Tidak ada, Diaporesis : Tidak ada, Juandice :
Tidak ada, Luka : Tidak ada
Mk : tidak ada masalah.
Sistem Persarafan :
Nyeri kepala : Tidak ada, Pusing : Tidak ada, Tremor : Tidak ada, Reflek pupil anisokor
: Tidak ada, Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan, Anestesi daerah
perifer : Tidak ada.
Mk : tidak ada masalah.
Sistem Perkemihan :
Disuria : Tidak ada, Hematuria : Tidak ada, Frekuensi : Tidak ada, Retensi : Tidak ada,
Inkontinensia : Tidak ada.
Mk : tidak ada masalah.

Sistem Pencernaan :
23

Intake cairan kurang : Tidak ada 8-10 gelas/ hari, Mual/ muntah : Tidak ada, Nyeri
perut: Tidak ada, Muntah darah : Tidak ada, Flatus : Tidak ada, Distensi abdomen :
Tidak ada, Colostomy : Tidak ada, Diare : Tidak ada, Konstipasi : Tidak ada, Bising
usus : Ya, 1x/15 menit, Terpasang sonde : Tidak ada

Riwayat Pengobatan :
Alergi obat : Tidak ada, Sebutkan : tidak ada masalah, Jenis obat yang dikonsumsi :
tidak ada
Mk : tidak ada masalah.
K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : Baik, lebih dari 10 % luas lantai rumah
2. Pencahayaan : Baik, rumah cukup terang
3. Lantai : Baik terbuat dari keramik, tidak ada yang bocor.
4. Kebersihan rumah : Baik, tidak ada sampah berserakan
5. Jenis bangunan : Permanen, tidak ada masalah.
Mk : tidak ada masalah.
Air untuk keperluan sehari-hari

1) Sumber air untuk keperluan minum:


Air mineral (tidak ada masalah keperawatan)
2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:
Sumur (tidak ada masalah keperawatan)
3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:
Lebih dari 10 meter (tidak ada masalah keperawatan)
4) Tempat penampungan air sementara:
Gentong
(Perilaku kesehaatan cenderung beresiko)
5) Kondisi tempat penampungan air:
6) Terbuka (Perilaku kesehaatan cenderung beresiko)
7) Kondisi air : Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
(Mk: tidak ada masalah keperawatan)
6. Sampah Keluarga
Pembuangan sampah: TPU
(Mk: tidak ada masalah keperawatan)
24

1) Pembuangan sampah:
TPU
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?
Tidakvmemiliki penampungan air sementara
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?
4) Jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?
Lebih dari 5 meter

7. Sistem pembuangan kotoran :


1. Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) :
Jamban(WC)
2. Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :
Leher angsa
3. Pembuangan air limbah :
Got
8. Hewan peliharaan / ternak
Keluarga Tn. M tidak memiliki peliharaan/ternak

Perawat yang mengkaji

Nama : Thomas Erik Helvin Tgl : 07 Oktober 2021 Pkl : 18:30 WIB
25

Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


No Data Penunjang Masalah Penyebab
Ds : Perilaku kesehaatan Pemilihan gaya hidup
- Tn. M menyatakan bahwa cenderung beresiko tidak sehat (Merokok)
sehari mampu menghabiskan
16 batang Rokok
- Tn. M mengatakan jarang
memeriksa kesehatan
- Tn. Mengatakan bahwa
jarang berolahraga
- Tn. M merokok sejak umur
16 Tahun
Do :
- Tn. M sedang merokok saat
ditemui
- Ny. E tidak melarang Tn. M
merokok

Ds : Manajemen Kesehatan Ketidakefektipan pola


- Tn. M mengatakan bahwa keluarga tidak efektif perawatan kesehatan
merokok mati, tidak keluarga
merokok pun tetap mati
- Tn. M menyatakan bahwa
sehari mampu
menghabiskan 16 batang
Rokok
- Tn. Mengaku merokok sejak
umur 16 Tahun
- Tn. M mengatakan merokok
dapat meringankan stress
- Tn. Mengatakan saat pulang
bekerja sudah terlalu lelah
untuk berolahraga
26

- Tn. M Mengatakan suka


begadang
Do :
- Tn. M mengabaikan
peringatan pada bungkus roko
- Tn. M nampak merokok
didalam rumah/didepan
istri
- Ny. E tidak menghiraukan
Tn.M yg merokok

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


27

Kriteria Skore Pembenaran


Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1= 1 Dg1 : Pemilihan gaya hidup
Skala: tidak sehat (Merokok), Tn. M
3 : Aktual menyatakan bahwa sehari
2 : Resiko 2/3x1= 2/3 mampu menghabiskan 16
1 : Sejahtera batang Rokok, Tn. M merokok
sejak umur 16 Tahun
Dg2 : Belum ada terjadinya
masalah serius pada keluarga
Tn.M akibat dari kurangnya
pengetahuan keluarga
Kemungkinan Masalah Dapat Dg1 : Mudah karena tidak
Diubah (Bobot 2) 2/2x2= 2 membutuhkan perelatan khusus
Skala: dan membutuhkan kesiapan
2 : Mudah (sebagian) keluarga Tn. M dalam
1 : Sebagian 2/2/x2= 2 menerima materi.
0 : Rendah Dgl 2 : Mudah karena tidak
membutuhkan perelatan khusus
dan membutuhkan kesiapan
keluarga Tn. M dalam
menerima materi.
Pontensial Masalah Untuk Dg 1 : Mudah karena tidak
Dicegah (Bobot 1) 3/3x1=1 membutuhkanperelatan khusus
Skala: dan membutuhkan kesiapan
3 : Tinggi keluarga Tn. M dalam
2 : Cukup 3/3x1=1 menerima materi.
1 : Rendah Dg2 : Mudah karena tidak
membutuhkanperelatan khusus
dan membutuhkan kesiapan
keluarga Tn. M dalam
menerima materi.
Menonjolnya Masalah (Bobot Dg1 : Belum adanya timbul
2 : Berat Segera ditangani 1/2x1= 1/2 masalah serius pada keluarga
1: Tidak Perlu Segera Tn.M dari kurangnya terpapar
ditangani informasi tentang bahaya
28

0 : Tidak Dirasakan Rokok


1/2x1= 1/2 Belum adanya timbul masalah
serius pada keluarga Ny. M
dari kurangnya terpapar
informasi tentang Gaya Hidup
Sehat
TOTAL Dg1 : 4,5
Dg2 : 3,75

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
1. 1. Perilaku kesehaatan 4,5
cenderung beresiko

2 2. Manajemen Kesehatan 3,75


Keluarga cenderung beresiko

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan : Perilaku kesehaatan cenderung beresiko
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Kelurga mengerti risiko Kemampuan melakukan Mengurangi 1. Identifikasi dan kemampuan
perokok aktif dan tindakan pencegahan konsumsi rokok menerima informasi
perokok pasif masalah kesehatan harian 2. Sediakan materi dan media
meningkat (5) pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk
bertanya
5. Berikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
positif dan pencapaiannya
6. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
7. Ajak Keluarga ke
Puskesmas Terdekat untuk
29

mengikuti Program Upaya


Berhenti Merokok.

Diagnosa Keperawatan : Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif


Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Mengajarlam Melakukan tindakan Perilaku membaik 1. Identifikasi kesiapan dan
pengelolaan faktor risiko untuk mebgurangi factor kemapuan menerima informasi
penyakit dan perilaku risiko meningkat (5) 2. identifikasi faktor faktor
hidup bersih serta sehat yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
6. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
7. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Ajak Keluarga ke
Puskesmas Terdekat untuk
mengikuti Program Upaya
Berhenti Merokok.

VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
18.45 WIB 1. Identifikasi dan kemampuan S:
07 Oktober menerima informasi - Tn. M dan Ny. E
2021 2. Sediakan materi dan media mengatakan cukup mengerti
pendidikan kesehatan dengan informasi yang
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan diberikan
30

sesuai kesepakatan O:
4. Berikan kesempatan untuk bertanya - Keluarga Tn. M mampu
5. Berikan pujian dan dukungan menerima materi yang
terhadap usaha positif dan disampaikan
pencapaiannya - Kelurga Tn. M mengajukan
6. Anjurkan menggunakan fasilitas pertanyaan
kesehatan - Keluarga Tn. M mampu
mengulangi apa saja
dampak merokok saa
ditanyakan
- Ny. E dapat mengukangi
resiko merokok sesuai
materi yang disampaikan

07 Oktober 19.00 WIB 1. Identifikasi dan kemampuan S:


2021 menerima informasi - Keluarga Tn. M mau
2. identifikasi faktor faktor yang dapat menerima materi informasi
meningkatkan dan menurunkan ,otivasu yang disampaikan
perilaku hidup bersih dan sehat - Ny. E mengatakan malas
3. Sediakan materi dan media menegur Tn.M karena tidak
pendidikan kesehatan diterapkan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan - Ny. E mengatakan Tn.M
sesuai kesepakatan sering begadang main game
5. Berikan kesempatan untuk bertanya Online
6 Jelaskan faktor risiko yang dapat - Tn M mengatakan sangat
mempengaruhi kesehatan. jarang berolahraga
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan O:
sehat - Ny. E bertanya sebagai
feedback
- Tn M nampak kelelahan
- Tn M dan Ny. E
menyimak penjelasan
- Kompak mengatakan
tidak pernah olahraga
31

saat liburan
- Tampak tidak mengerti
fungsi olaraga rutin
32

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sementara itu, merokok adalah salah satu cara untuk mengkonsumsi produk
olahan tembakau yang paling tua dalam sejarah, yaitu dengan cara membakar daun
tembakau untuk dihisap asapnya lewat hidung atau mulut (Budiman dkk, 2012).
Sedangkan menurut Sitepoe (dalam Sanjiwani & Budisetyani, 2014), perilaku merokok
adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian
dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Kemudian tokoh lain,
Shiffman (dalam Astuti, 2012) menjelaskan bahwa merokok adalah menghirup atau
menghisap asap rokok yang dapat diamati atau diukur dengan melihat volume atau
frekuensi merokok. Jadi merokok itu adalah kegiatan mengosumsi produk olahan
tembakau, dengan cara membakar rokok rokok secara lansung, atau menggunakan Pipa.
Asuhan Keperawatan hasil pengkajian pada Keluarga Tn. M berdasarkan laporan
kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa hal : Diagnosa yang diangkat sesuai
dengan prioritas masalah pada laporan kasus ini adalah : Perilaku kesehaatan cenderung
beresiko berhubungan dengan Pemilihan gaya hidup tidak sehat (Merokok), Manajemen
Kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan Ketidakefektipan pola perawatan
kesehatan keluarga.
Intervensi yang muncul pada laporan kasus Keluarga Tn. M adalah Identifikasi dan
kemampuan menerima informasi, sediakan materi dan media pendidikan kesehatan,
jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk
bertanya, berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapaiannya,
anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dalam
proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan, pada tahap ini perawat
siap menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana keperawatan, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien kemudian bila telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan
33

mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan


keluarga.
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks
ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil,
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Dari hasil evaluasi data dari Catatan
Perkembangan pada Kamis, 07 Oktober 2021 yang didapat dengan 2 (Dua) masalah
yang diangkat teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dengan diagnosa
keperawatan yaitu , Perilaku kesehaatan cenderung beresiko, dan Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Keluarga hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga sopan santun, maka akan mempercepat proses penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui data dari keluarga, perawat harus mampu mengetahui kondisi
klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam
pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang penyakit, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
34

SATUAN ACARA PENYULUHAN


1.1 Topik
“Perokok Aktif”
1.1.1 Sasaran
1.1.1.1 Program
Memenuhi kebutuhan pengetahuan melalui Pendidikan Kesehatan berupa edukasi Bahay
Merokok.
1.1.1.2 Penyuluhan
Memberikan edukasi dengan materi Bahaya Merokok.
1.1.2 Tujuan
1.1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pendidikan kesehatan pada Keluarga Tn. M adalah : Tn. M dan
keluarga mampu memahami apa itu Bahaya Merokok.
1.1.2.2 Tujuan Khusus
1.1.2.2.1 Mengetahui apa itu Bahaya Merokok
1.1.2.2.2 Mengetahui penyebab Bahaya Merokok
1.1.2.2.3 Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan Bahaya Merokok
1.1.2.2.4 Mengerti cara mencegah Bahaya Merokok
1.1.3 Materi
Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah :
1. Pengertian dari Bahaya Merokok
2. Akibat dari Merokok
3. Cara Bahaya Merokok Malaria

1.1.4 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan pada Keluarga Tn.M
meliputi :
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara
ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.
2. Tanya jawab
35

Metodetanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun sebaliknya.
1.1.5 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang Bahaya Merokok
pada Keluarga Tn.M adalah :
1. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selebaran yang berisi informasi
mengenai suatu hal atau peristiwa.
36

1.1.6 Waktu Pelaksanaan


1. Hari/Tanggal : Sabtu, 09 Oktober 2021
2. Pukul : 20.00 S/d Selesai
3. Alokasi Waktu : 20 menit
N Wakt
Kegiatan Metode
o u

1 Pembukaan : 1. Menjawab salam


2. Mendengarkan dan memperhatikan
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian materi 2
menit

2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :
1. Mengetahui apa pengertian bahaya
merokok.
2. Mengetahui akibat dari Merokok
3. Mengetahui macam-macam bahaya
merokok malaria.
Mendengar, memperhatikan,

5
menit
37

3 Mempraktikan

5
menit

4 Evaluasi :

Menanyakan pada peserta tentang materi


yang telah diberikan, dan meminta
kembali peserta untuk mengulang materi Tanya Jawab
yang telah disampaikan. 6
menit

5 Terminasi : 1. Mendengarkan
2. Menjawab salam
1. Mengucapkan terimakasih atas 2
perhatian peserta menit
2. Mengucapkan salam penutup

1.1.7 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Thomas Erik Helvin
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin sidang (rapat, diskusi)
yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau pendiskusian masalah.
Tugas :
1. Membuka acara penyuluhan
1. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
2. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
3. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
4. Mengatur jalannya diskusi
2) Penyaji : Thomas Erik Helvin
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan kepada
moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta
diskusinya.
Tugas :
38

1. Menyampaikan materi penyuluhan


2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Thomas Erik Helvin
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami tujuan bersama
mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa
mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Simulator : Thomas Erik Helvin
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang didemonstrasikan.
5) Dokumentator : Thomas Erik Helvin
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan berlangsung
agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
6) Notulen : Thomas Erik Helvin
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar, diskusi, atau
sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat
seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.

1.1.8 Denah Pelaksanaan


Setting Tempat :
39

Keterangan:

: Moderator dan Penyaji

: Peserta
40
41

Anda mungkin juga menyukai