Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nadzifa Alma Nurrizka 20330014
Galis Laela Wahidah 20330030
Azzahra Putri Oktavia 20330046
Cinderella Tauhid 20330048
Krisnina Al Janah 20330052
Aisyah Zahra Nurul Putri 20330053
Aliffia Andrina 20330061
Azizah Maulani 20330069
Ajeng Rohaniati 20330080
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah. Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita
ucapkan. Atas rahmat dan karunia-Nya yang memberi kesehatan hingga akhirnya kami
dapat menyelesikan makalah ini. Shawalat serta salam kita ucapkan kepada Rasulullah
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik
yang terbuka dan membangung sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terimakasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini.
Waalaikumsalam wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
iii
2.6.1.2 Aldosteronisme Primer / Sindrom Conn .................................................................14
2.7.3.1 Glukokortikoid.........................................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
Steroid aktif secara fisiologis berjumlah 50 steroid. Steroid terbanyak dalam
plasma dalam bentuk bebas (kortisol) antara lain kortison, hidrokortison (kortisol,
17- OH-kortikosteron), aldosteron, androstenedion dan dehidroepiandrosteron
(DHA/DHEA). Di alam terdapat pula bentuk sintetik steroid alam. Steroid sintetik
ini lebih potensial memiliki afinitas terhadap reseptor di sitosol lebih besar, terdapat
flour pada posisi 9α struktur kortison, kortisol dan kortikosteron. Demikian pula
efek retensi garam lebih tinggi contoh pada 9α-flourokortison, deksametason
(9αfluoro-16α metil prednisolon).
1.3 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid
dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang
sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal
mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia
panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar ini dikelilingi oleh
jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-
masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul janngan ikat yang cukup tebal dan
membentuk sekat/septs ke dalam kelenjar (lippincott, 2010).
7
Korteks adrenal adalah bagian kelenjar adrenal yang terhubung ke medula.
Bagian dari kelenjar adrenal bertanggung jawab untuk produksi androgen,
mineralokortikoid dan glukokortikoid. Pada glukokortikoid bertanggung jawab
untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Androgen adalah mirip dengan
hormon, testosteron yang dihasilkan oleh testis.
8
Glukokortikoid mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh dan
fungsi emosional baik langsung maupun tidak langsung. Kelompok hormon
ini juga menekan inflamasi dan menghambat pembentukan jaringan parut.
Glukokortikoid dapat menimbulkan efek melalui reseptor glukokortikoid.
Kortisol merupakan glukokortikoid utama. Kortisol sangat penting untuk
metabolisme karbohidrat dan protein dan untuk mengontrol sistem imun.
Dan ia juga mengontrol sekresi kortikotropin, kortikotropin releasing
hormon, dan vasopressin dengan penghambatan umpan balik negatif melalui
reseptor glukokortikoid. Kortikotropin juga memicu sekresi androgen
adrenal dan juga aldosterone (Mariadi&Gotera, 2007).
9
Androgen yang merupakan hormon steroid utama ketiga, dihasilkan
oleh korteks adrenal; kelompok homon androgen ini memberikan efek yang
serupa dengan hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula menyekresikan
sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan dalam jumlah yang normal,
androgen adrenal mungkin hanya memberikan sedikit efek; tetapi bila
disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti terlihat
pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut
sindrom adrenogenital. (Smeltzer&Barc, 2006).
2.3.1 Glukokortikoid
10
2.3.2 Mineralokortikoid
2.3.3 Androgen
Kata androgen merupakan istilah umum yang digunakan untuk hormon yang
berbeda bertanggung jawab untuk pengembangan karakteristik laki-laki.
1. Dehidroepiandrosteron
2. Androstenediol
11
kekebalan tubuh. Ini 4-androstenediol adalah bentuk androstenediol yang
akan dikonversi menjadi 5-androstenediol.
3. Androstenedion
Hormon ini diproduksi sebagai bahan kimia antara dalam proses yang
menghasilkan testosteron. Ini adalah hormon steroid 19-karbon.
4. Dihidrotestosteron
Kelenjar adrenal disebut juga kelenjar anak ginjal atau kelenjar suprarenalis.
Terletak dikutub bagain atas setiap ginjal. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu
sebelah luar berwarna kekuningan yang disebut korteks dan disebelah dalam disebut
medulla. Bagian luar dari kelenjar adrenal, korteks adrenal, merupakan 90 dari
kelenjar. Korteks memiliki tiga zona. Zona glomerulosa adalah zona terluar dan
membuat hormon aldosteron dari kolesterol. Yang berikutnya adalah zona
fasikulata, yang membuat hormon kortisol, juga kolesterol. Zona retikularis adalah
daerah ketiga dan di mana androgen, atau hormon laki-laki, terbuat dari kolesterol.
Bagian dalam dari kelenjar adrenal disebut medula adrenal. Itu membuat zat yang
disebut epinefrin dan norepinefrin.
12
Gambar 2. Struktur Kelenjar Adrenal
2.5 Bagian – bagian Korteks Adrenal
Berbeda dengan korteks janin, yang dibangun dari terutama zona fetalis,
korteks adrenal dewasa terdiri dari tiga zona anatomis yang berbeda.
Sel-sel adrenokortik diatur dengan cara seperti tali pusat, memanjang dari
kapsul adrenal ke medula, dan tertanam dalam jaringan kapiler yang luas. Sel-sel
zona glomerulosa bulat dan lebih kecil dari sel-sel polihedral dari zona fasciculata,
yang secara bertahap meluas ke zona retikulatoris. Zona terakhir mengandung sel-
sel yang secara morfologis identik dengan sel zona fasciculata, serta jenis sel yang
lebih kecil.
13
Gambar 3. Gambar potongan melintang kelenjar adrenal . zM = adrenal medulla, zR = zona
reticularis, zF = zona fasciculata, zG = zona glomerulosa, Caps = kapsel adrenal
14
2.6.1.2 Aldosteronisme primer/sindrom Conn
15
Sebagian besar bayi dengan sindroma adrenogenital menderita
defisiensi sebagian atau total enzim 21 hidroksilase yang diperlukan
untuk sintesis kortisol. Karena penurunan kadar kortisol, maka
sekresi ACTH hipofisis menyebabkan hiperplasia korteks adrenalis.
Pada pasien defisiensi enzim sebagian, peningkatan ACTH
menghasilkan kadar kortisol yang normal, tetapi kadar adrenostedion
sangat meningkat disekresikan oleh adrenalis hiperplastik. Kemudian
dia dimetabolis ke testosteron yang menyebabkan virilisasi dalam
wanita serta hipertrofi genetalia pada pria. Jika sama sekali tidak ada
enzim 21 hidroksilase, maka tidak ada produksi kortisol, sehingga
bayi yang lahir dengan masalah ini menderita insufisiensi adrenalis
maupun virilisasi (Sabiston, 2010). Ini adalah keadaan yang sangat
jarang yang timbul pada masa bayi atau kanak-kanak akibat defek
enzim kongenital (biasanya enzim 21-hidroksilase) pada sinstesis
kortisol. Penurunan kadar kortisol di sirkulasi sebagai akibatnya
menstimulasi produksi ACTH berlebihan, yang pada gilirannya
menstimulasi adrenal untuk menghasilkan steroid androgenik
berlebihan. Pada wanita timbul virilisasi pada tahap awal kehidupan
dan bisa diobati dengan kortisol. Pada pria lebih jarang terdiagnosis
dan bisa meninggal dunia akibat insufisiensi adrenal akut namun jika
selamat semasa bayi, terjadi pertumbuhan berlebihan dan
menyebabkan pubertas prekoks dan tinggi badan akhir menjadi
pendek (Rubenstein dkk, 2005).
16
Kalau kegagalan kelenjar adrenal disebabkan oleh kegagalan hipofisis, tentu
saja tidak terjadi peningkatan pigmentasi.
1. Spironolakton
17
a. Indikasi : Pengobatan hipertensi atau edema yang refrakter, edema
yang disebabkan oleh kongestif heart fallure, sirosis hepatic dengan
ascites, sindrom nefrotik, hipertensi idiopatik primary
hyperaldosternism.
2.7.3.1 Glukokortikoid
18
1. Prednison
2. Deksametason
2.7.3.2 Mineralokortikoid
19
1. Fludrokortison
a. Indikasi : Insufisiensi adrenokortikal, sindrom adrenogenital
kongenital dengan kekurangan garam, dan hipotensi ortostatik
berat.
b. Kontra Indikasi : Pada penggunaan obat mifepristone,
hipersensitivitas terhadap fludrocortisone, pasien dengan
infeksi jamur sistemik, pasien yang akan menerima vaksin
hidup atau vaksin yang dilemahkan.
c. Efek Samping : Aktivitas glukokortikoid fludrocortisone
biasanya tidak menyebabkan efek samping jika obat ini
digunakan dalam dosis rendah yang telah direkomendasikan,
namun aktivitas glukokortikoid fludrocortisone perlu
diperhatikan jika obat digunakan dalam jangka panjang
dan/atau bersamaan dengan kortison atau glukokortikoid lain.
d. Dosis : Per oral 0,1-0,2 mg/hari
2.7.3.3 Adrenalektomi
Hal ini dapat dilakukan jika pasien merasa yakin akan gender
atau jenis kelamin yang dipilihnya dan pasien merasa nyaman. Anak
ditakutkan akan mengalami trauma psikologis karena orang tua yang
mungkin tidak dapat menerima membesarkan anak dengan gender
yang belum pasti.
Glukokortikoid pengganti :
20
1. Berikan kortisol (dalam bentuk hidrokortison fosfat atau homosuksinat),
100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam.
Terapi Rumatan :
21
Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan
oleh dokter untuk mengatasi sindrom Cushing:
1. Metirapon
- Indikasi: Obat Edema Resisten dan Diagnostik Sindrom Cushing.
Kategori
-Obat Resep:Konsumsi Dewasa dan anak
-Kelas: Radiografi, Diagnostik, Endokrin.
-Bentuk:Kapsul
-Kontraindikasi
-Hipersensitif.
-Insufisiensi kortikal adrenal.
22
-Peringatan: Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan
dokter sebelum menggunakan Metyrapone:
- Pasien memiliki masalah kelenjar adrenal.
- Hipopituarisme berat.
↔ Melalui PO (Diminum)
- Dosis
Dosis Dewasa
- Dosis maksimum 3 g.
23
- Tes dosis ganda 750 mg tiap 4 jam untuk 6 dosis.
Edema Resisten:
Sindrom Cushing
Dosis Anak
- Penyimpanan
- Farmakodinamik
24
Metyrapone memblokir inhibitor reversibel 11β-hidroksilase dengan
bertindak sebagai biosintesis kortisol. Ini merangsang sekresi hormon
adrenokortikotropik (ACTH), yang pada gilirannya meningkatkan kadar
plasma 11-deoxycortisol.
- Farmakokinetik
25
- Kortikosteroid: Memengaruhi hasil uji Metyrapone.
- Overdosis
2. Mitotane
-Bentuk: Tablet
-Peringatan
26
-Pasien dengan operasi pengangkatan semua kemungkinan jaringan
tumor dari metastasis besar sebelum terapi.
↔ Melalui PO (Diminum) :
- Dosis
Dosis Dewasa
Oral/Diminum
27
- Dosis dapat dikurangi menjadi 1-2 g setiap hari setelah 2 bulan
pengobatan atau sampai dosis kumulatif 200 g.
Sindrom Cushing
Oral/Diminum
Dosis Anak-anak
Oral/Diminum
28
- Dosis dapat berkurang setelah 2-3 bulan tergantung pada level
plasma
- Penyimpanan
- Tutup rapat-rapat.
- Farmakokinetik
- Overdosis
29
⇔ Cara Mengatasi: Berikan pengobatan suportif dan sesuai dengan
gejala.
- Obat-obatan
- Operasi
30
- Berolahraga Olahraga yang teratur, bahkan hanya dalam 30 menit
berjalan kaki selama beberapa kali seminggu, dapat membantu
mengurangi tekanan darah.
- Berhenti merokok.
1. Spironolactone
- Indikasi
-Kelas: Dieuretik
-Bentuk:Tablet
-Peringatan:
31
-Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui
↔ Melalui PO (Diminum):
- Dosis
Oral
⇔ Pasien lansia yang mengalami sirosis hati dengan asites dan edema
32
⇔ Pasien yang mengalami diagnosis hiperaldosteronisme primer
→ Sebagai tambahan: Awal, 25 mg, satu kali per hari. Dosis dapat
dikurangi hingga 25 mg per harinya, jika dosis 25 mg sekali sehari
tidak dapat ditoleransi.
33
Dosis Untuk Pasien Anak
Oral/Diminum:
- Penyimpanan
Tablet:
o Farmakokinetik
34
- Penyerapan: Diserap dengan baik dari saluran GI. Peningkatan
absorpsi dengan makanan.
35
-Potensiasi hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan barbiturat atau
narkotika.
- Overdosis
1. Deksametason
- Indikasi
36
- Kategori: Obat Keras
- Kontraindikasi
- Peringatan
37
- Pasien dengan riwayat gangguan kejang
- Tua.
- Anak-anak.
- Dosis
- 3-5 hari sekali untuk bursae menjadi setiap 2-3 minggu sekali untuk
persendian.
38
Syok Intravena
- 1,67-5 mg / kg
- 0,5-9 mg / hr
39
- 30 mg setiap hari selama 1 minggu
40
-Penyimpanan
Simpan di bawah 25 ° C.
-Farmakokinetik
- Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: 1-2 jam (oral); kira-kira 30-
120 menit (IM); 5-10 menit (IV).
41
- Dapat meningkatkan efek hipokalemia diuretik (acetazolamide,
loop, thiazide), injeksi amfoterisin B, kortikosteroid,
karbenoksolon, dan agen perusak K.
- Overdosis
42
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian sebelah kanan berbentuk pyramid dan
membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Dan bagain sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub
atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal terdiri atas dua kelenjar, yaitu
korteks adrenal (bagian luar) dan medula adrenal (bagian dalam). Korteks adrenal
adalah bagian kelenjar adrenal yang terhubung ke medula. Bagian dari kelenjar
adrenal bertanggung jawab untuk produksi androgen, mineralokortikoid dan
glukokortikoid. Pada glukokortikoid bertanggung jawab untuk meningkatkan kadar
glukosa dalam darah. Androgen adalah mirip dengan hormon, testosteron yang
dihasilkan oleh testis. Hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal yaitu:
43
2. Mineralokortikoid terdiri atas aldosteron, Progesteron, dan
Deoxycorticosterone
Korteks memiliki tiga zona. Zona glomerulosa adalah zona terluar dan
membuat hormon aldosteron dari kolesterol. Yang berikutnya adalah zona
fasikulata, yang membuat hormon kortisol, juga kolesterol. Zona retikularis adalah
daerah ketiga dan di mana androgen, atau hormon laki-laki, terbuat dari kolesterol
44
Disarankan untuk lebih banyak menggunakan literatur dari berbagai sumber
baik dari dalam maupun luar negeri pada pengamatan Korteks Adrenal.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Gotore & Mariadi. 2007. Insufisiensi Adrenant Pada Pasien Kritis. Jurnal. Bagian/SMP
Hmu Penyakit Dalam FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 51.
Jakarta : ISFI Penerbitan.
Price, Sylvia A. Dan Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Rubenstein, David, Wayne, David, dan Bradley, John. 2005. Lecture Notes: Kedokteran
Klinis. Surabaya : Erlangga.
45
Sabiston, David C. 2010. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
William, Lippincot. 2010. Nursing the series of clinical exelence. Jakarta : Indeks.
46