Anda di halaman 1dari 24

SINTESIS MAKALAH

PENGEMBANGAN PRAKTIKUM IPA


DEFINISI PERMASALAHAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM IPA
DI SMP SESUAI KURIKULUM 2013

Dosen Pengampu:
Vica Dian Aprelia Resti, M. Pd
Adi Nestiadi, M. Pd

KELOMPOK 5 KELAS B

Yohanna Margaretha Sihombing 2281190039


Dewi Inda 2281190051
Putri Almaida 2281190045

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUSAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sebaik-baiknya shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Apapun yang tergelar di
alam semesta ini adalah rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sintesis makalah
yang berjudul “Definisi Permasalahan Pelaksanaan Praktikum IPA di SMP Sesuai
Kurikulum 2013” sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Praktikum IPA yang diampu
oleh Ibu Vica Dian Aprelia Resti, M. Pd. dan Bapak Adi Nestiadi, M. Pd.

Kami mengucapkan terimakasih kepada para dosen selaku pengampu mata kuliah ini
yang telah memberikan tugas sistesis mata kuliah ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai bidang studi yang tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, sintesis makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan sintesis makalah
ini.

Serang, 2 Maret 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………...…………. i

Daftar Isi ………………………………………………………….……….…………………


ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..………………..


1

1.1 Latar Belakang Penulisan Sintesis Makalah ……………………………………...


1
1.2 Tujuan Penulisan Sintesis Makalah ………………………..……….…………….
2

BAB II PEMBASAHAN ……………………………………………..……………………...


3

2.1 Kesenjangan Ketercapaian Outcome Praktikum IPA Sesuai Kurikulum 2013


…………………………………………………………………………..…..….... 3
2.2 Instrumen yang Digunakan untuk Menentukan Adanya Kesenjangan
Ketercapaian Outcome Praktikum IPA Sesuai Kurikulum 2013 atau Analisis
Ujung Depan
………………………………………………………………………...…………. 4
2.3 Kesesuaian Pedoman Wawancara untuk Mendeskripsikan Adanya Kesenjangan
pada Tahap Persiapan, Pelaksanaan maupun Evaluasi Praktikum …….
…………………………………………………………………..….……… 5

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………..………...


7

3.1 Kesimpulan ………………………………….…………………………………..…. 7


3.2 Saran ………………………………………….……………………………..………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..…………

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Sintesis Makalah

1.2 Guna menunjang pelaksanaan


pembelaja-
1.3 ran terpadu, tidak hanya dari
aspek kesiapan guru
1.4 saja, siswa juga harus siap dan
yang jauh lebih
1.5 penting yaitu bahan ajar yang
dikembangkan se-
1.6 cara terpadu. Salah contoh bahan
ajar yaitu LKS,
1.7 menurut Budisetyawan (2012)
LKS merupakan
1.8 sarana pembelajaran yang dapat
digunakan da-
1.9 lam kegiatan eksperimen,
demonstrasi, diskusi,
1
1.10 dan dapat juga digunakan
sebagai tuntunan da-
1.11 lam tugas kulikuler.
1.12 Sebagaimana dalam BSNP
yang dikutip
1.13 oleh Devi (2010) pembelajaran
IPA sebaiknya di-
1.14 laksanakan secara inkuiri
ilmiah untuk menum-
1.15 buhkan kemampuan berpikir,
bekerja, dan bersi-
1.16 kap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai
1.17 aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu,
1.18 peneliti bermaksud
mengembangkan LKS yang
1.19 berbasis inkuiri. Sudrajat
(2011) pembelajaran
2
1.20 inkuiri merupakan kegiatan
pembelajaran yang
1.21 melibatkan secara maksimal
seluruh kemampu-
1.22 an siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu
1.23 (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistema-
1.24 tis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat
1.25 merumuskan sendiri
penemuannya dengan pe-
1.26 nuh percaya diri. Penelitian ini
mengembangkan
1.27 LKS berbasis inkuiri, ini
bermaksud agar siswa
1.28 dapat menemukan konsep
sendiri melalui penga-
3
1.29 laman langsung dan melatih
keterampilan pro-
1.30 ses ilmiah. Ramesh (2013)
menyatakan bahwa
1.31 pendekatan keterampilan
proses dapat dilakukan
1.32 melalui pendekatan inkuiri,
penemuan/peneli-
1.33 tian, investigasi yang mana
siswa dapat terlibat
1.34 dalam metode ilmiah,
memperoleh pengetahuan
1.35 dan keterampilan. Berdasarkan
penelitian Masit-
1.36 hussyifa, Ibrahim & Ducha
(2012) bahwa siswa
1.37 dapat belajar dari kegiatan
mengerjakan LKS
4
1.38 dengan pendekatan
keterampilan proses yang di-
1.39 kembangkan. Telah
menunjukkan bahwa siswa
1.40 tersebut sudah bisa menguasai
konsep yang telah
1.41 diajarkan dengan
menggunakan LKS keterampi-
1.42 lan proses
1.43 Guna menunjang pelaksanaan
pembelaja-
1.44 ran terpadu, tidak hanya dari
aspek kesiapan guru
1.45 saja, siswa juga harus siap dan
yang jauh lebih
1.46 penting yaitu bahan ajar yang
dikembangkan se-
1.47 cara terpadu. Salah contoh
bahan ajar yaitu LKS,
5
1.48 menurut Budisetyawan (2012)
LKS merupakan
1.49 sarana pembelajaran yang
dapat digunakan da-
1.50 lam kegiatan eksperimen,
demonstrasi, diskusi,
1.51 dan dapat juga digunakan
sebagai tuntunan da-
1.52 lam tugas kulikuler.
1.53 Sebagaimana dalam BSNP
yang dikutip
1.54 oleh Devi (2010) pembelajaran
IPA sebaiknya di-
1.55 laksanakan secara inkuiri
ilmiah untuk menum-
1.56 buhkan kemampuan berpikir,
bekerja, dan bersi-
1.57 kap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai
6
1.58 aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu,
1.59 peneliti bermaksud
mengembangkan LKS yang
1.60 berbasis inkuiri. Sudrajat
(2011) pembelajaran
1.61 inkuiri merupakan kegiatan
pembelajaran yang
1.62 melibatkan secara maksimal
seluruh kemampu-
1.63 an siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu
1.64 (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistema-
1.65 tis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat
1.66 merumuskan sendiri
penemuannya dengan pe-
7
1.67 nuh percaya diri. Penelitian ini
mengembangkan
1.68 LKS berbasis inkuiri, ini
bermaksud agar siswa
1.69 dapat menemukan konsep
sendiri melalui penga-
1.70 laman langsung dan melatih
keterampilan pro-
1.71 ses ilmiah. Ramesh (2013)
menyatakan bahwa
1.72 pendekatan keterampilan
proses dapat dilakukan
1.73 melalui pendekatan inkuiri,
penemuan/peneli-
1.74 tian, investigasi yang mana
siswa dapat terlibat
1.75 dalam metode ilmiah,
memperoleh pengetahuan
8
1.76 dan keterampilan. Berdasarkan
penelitian Masit-
1.77 hussyifa, Ibrahim & Ducha
(2012) bahwa siswa
1.78 dapat belajar dari kegiatan
mengerjakan LKS
1.79 dengan pendekatan
keterampilan proses yang di-
1.80 kembangkan. Telah
menunjukkan bahwa siswa
1.81 tersebut sudah bisa menguasai
konsep yang telah
1.82 diajarkan dengan
menggunakan LKS keterampi-
1.83 lan proses
1.84 Salirawati (2009)
Pembelajaran IPA Terpa-
1.85 du merupakan pembelajaran
IPA yang disajikan
9
1.86 sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisahkan,
1.87 artinya siswa tidak belajar ilmu
fisika, biologi,
1.88 dan kimia secara terpisah
sebagai mata pelajaran
1.89 yang berdiri sendiri, melainkan
semua diramu
1.90 dalam satu kesatuan. Merujuk
dari penjelasan
1.91 tersebut, bahwa pembelajaran
yang terpadu ini
1.92 akan membantu siswa untuk
memperoleh keutu-
1.93 han pengetahuan IPA dan
kebulatan pandangan
1.94 tentang kehidupan, dunia
nyata, dan fenomena
10
1.95 alam semesta. Secara tidak
langsung pembelaja-
1.96 ran terpadu menuntut guru IPA
yang profesio-
1.97 nal, yang menguasai materi
IPA secara terpadu,
1.98 mampu mengemas, dan
mengembangkan materi
1.99 dalam bentuk tema secara
terpadu
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran IPA yang disajikan
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu fisika,
biologi, dan kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri,
melainkan semua diramu dalam satu kesatuan. Merujuk dari penjelasan tersebut, bahwa
pembelajaran yang terpadu ini akan membantu siswa untuk memperoleh keutu-han
pengetahuan IPA dan kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata, dan
fenomena alam semesta. Secara tidak langsung pembelaja-ran terpadu menuntut guru
IPA yang profesio-nal, yang menguasai materi IPA secara terpadu, mampu mengemas,
dan mengembangkan materi dalam bentuk tema secara terpadu (Salirawati, 2009).
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran yang diupayakan
harusnya pembelajaran berbasis aktivitas (Kemendikbud, 2013). Oleh karenanya,

11
pembelajaran yang relevan digunakan adalah pembelajaran yang didukung oleh
kegiatan laboratorium (praktikum).
Salah satu kompetensi inti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dalam kurikulum 2013 adalah memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Pembelajaran
yang paling tepat diterapkan adalah pembelajaran melalui eksperimen (Kemendikbud,
2013). Dengan demikian, sebagai penunjang pembelajaran untuk mencapai tujuan
kurikulum 2013 (khususnya pada pembelajaran IPA), keberadaan praktikum
menjadi sangat penting.
Guna menunjang pelaksanaan pembelajaran terpadu, tidak hanya dari aspek
kesiapan guru saja, siswa juga harus siap dan yang jauh lebih penting yaitu bahan ajar
yang dikembangkan secara terpadu. Salah contoh bahan ajar yaitu LKS, menurut
Budisetyawan (2012) LKS merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan da-
lam kegiatan eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan dapat juga digunakan sebagai
tuntunan da-lam tugas kulikuler. Sebagaimana dalam BSNP yang dikutip oleh Devi
(2010) pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menum-
buhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

1.2 Tujuan Penulisan Sintesis Makalah


Sintesis makalah ini memiliki tujuan untuk :
1. Menganalisis kesenjangan ketercapaian outcome praktikum IPA sesuai kurikulum
2013.
2. Menganalisis instrumen yang digunakan untuk menentukan adanya kesenjangan
ketercapaian outcome praktikum IPA sesuai kurikulum 2013 atau analisis ujung
depan.
3. Menganalisis kesesuaian pedoman wawancara untuk mendeskripsikan adanya
kesenjangan pada tahap persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi praktikum.

12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesenjangan Outcome Praktikum IPA Sesuai Kurikulum 2013


Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat
salah satu permasalahan yang sering terjadi di sekolah-sekolah SMP yang
menyebabkan kesenjangan outcome praktikum IPA yaitu guru hanya menggunakan
LKS pada materi tertentu dan sebagai penggantinya menggunakan unjuk kerja yang ada
di buku. Buku siswa terbitan Kemendikbud tersebut tidak memenuhi unsur-unsur LKS.
Buku hanya berisi materi dan komponen kegiatan inti pembelajaran yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Sedangkan pembelajaran IPA
sulit disampaikan hanya dengan menggunakan buku siswa tanpa bantuan bahan ajar
lain seperti LKS. Guru juga tidak mengetahui tentang keterampilan proses sains
sehingga LKS yang dibuat oleh guru pada materi tertentu tidak berbasis KPS.
Menurut Sari (2015), diketahui pula siswa didalam pembelajaran hanya
menggunakan buku dan LKS yang dibuat guru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
guru dan siswa hanya menggunakan buku dan LKS yang digunakan tidak berbasis
keterapilan proses sains, oleh karena itu keterampilan proses sains siswa tidak dapat
13
meningkat. Kenyataan lain, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan melalui
beberapa LKS yang berada dipasaran, diketahui bahwa LKS tersebut belum memenuhi
kebutuhan siswa. LKS ini berisi ringkasan materi, pertanyaanpertanyaan, unjuk kerja
praktikum dan belum menggali keterampilan proses sains siswa secara keseluruhan.
Dalam LKS, indikator KPS yang sudah digunakan adalah mengamati dan
mengklasifikasikan. Sedangkan keterampilan menyimpulkan, menginterpretasi, dan
mengomunikasikan belum terdapat di LKS tersebut.
Penyajian panduan praktikum yang digunakan selama ini, baik yang diambil
dari buku panduan praktikum dari kit IPA ataupun lembar kegiatan yang terdapat dalam
buku paket belum mampu membimbing siswa untuk melakukan praktikum berdasarkan
langkah-langkah pada metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, menentukan
hipotesis, mengolah data, menarik kesimpulan, serta mengomunikasikan hasil
percobaan. LKS yang digunakan membuat siswa sulit mengaitkan antara hasil
percobaan dengan teori karena siswa tidak memiliki pemahaman awal tentang materi
tersebut dan LKS yang digunakan tidak menyajikan kemampuan awal yang harus
dimiliki siswa sebelum melakukan praktikum sehingga siswa tidak dapat membangun
suatu konsep yang diperoleh dari praktikum dan mengaitkannya dengan teori (Ariyanti,
2013).
Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemahaman konsep
siswa terhadap materi tidak optimal. Penyajian LKS yang digunakan selama ini
menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Selain hasil belajar yang
cenderung rendah, keadaan tersebut juga menyebabkan pembelajaran yang dilakukan
menjadi kurang efektif dan efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih
harus menjelaskan ulang materi tersebut.

2.2 Instrumen yang Digunakan untuk Menentukan Adanya Kesenjangan


Ketercapaian Outcome Praktikum IPA Sesuai Kurikulum 2013 atau Analisis
Ujung Depan
Instrument yang dapat digunakan untuk menentukan kesenjangan ketercapaian
outcome praktikum IPA adalah instrument penelitian data kualitatif, yaitu dengan
wawancara dan angket. Wawancara bisa dilakukan kepada guru sampel yaitu guru
yang mengampu mata pelajaran IPA terpadu di SMP. Peneliti harus membuat kisi-kisi
14
dan indikator pertanyaan untuk wawancara sebelum terjun langsung agar wawancara
lebih jelas dan terarah. Menurut Munandar (2008), sebelum wawancara dilakukan,
guru akan diberi formulir persetujuan wawancara terlebih dahulu dengan metode
semi tertutup yaitu wawancara yang dilakukan dengan tidak selalu berpatokan pada
lembar pedoman wawancara yang sudah dibuat oleh peneliti.
Tidak hanya wawancara, peneliti juga dapat menggunakan angket. Dimana
angket ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden. Menurut Feblia
(2018), angket yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah angket tentang
kepuasan dan pengalaman siswa dalam pelaksanaan praktikum. Angket merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Peserta didik
dapat mengisi secara langsung tanpa ada campur tangan orang lain dan mengisi sesuai
dengan pengalaman yang dirasakan. Adapun hasil dari angket ini akan diolah dan
dianalisis oleh peneliti sehingga dapat mendeskripsikan kesenjangan yang terjadi dalam
suatu praktikum. Dengan melakukan 2 metode pengambilan data maka peneliti akan
melihat akar masalah pelaksanaan praktikum dari dua sudut pandang yang berbeda
sehingga dapat diambil kesimpulan dari hal tersebut. Alhasil didapatkanlah sebuah
kesimpulan mengenai kesenjangan ketercapaian outcome praktikum IPA.

2.3 Kesesuaian Pedoman Wawancara untuk Mendeskripsikan Adanya Kesenjangan


pada Tahap Persiapan, Pelaksanaan maupun Evaluasi Praktikum
Kesenjangan merupakan suatu permasalahan yang ditemukan dalam suatu
proses, salah satunya proses pembelajaran yang dalam hal ini mengacu pada kegiatan
praktikum. Kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar (Rustaman, 2006). Sedangkan menurut Kloper dalam Pertiwi (2017)
Kegiatan praktikum dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mengorganisasi, mengkomunikasi, dan menginterpretasi hasil observasi.
Wawancara sendiri merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung untuk memperoleh informasi secara lisan. Dalam beberapa
penelitian, wawancara sering dijadikan sebagai teknik untuk mengumpulkan data secara
15
relevan dari subjek yang terkait dengan permasalahan yang ada dalam penelitian.
Termasuk dalam penelitian yang berjudul “Analisis Keterlaksanaan Praktikum Biologi
Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kotamadya Bandar Lampung”.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa praktikum yang baik harus memiliki
tiga langkah utama yang perlu dilakukan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi praktikum, hal tersebut sejalan dengan pendapat Djajadisastra (dalam
Anggraini: 2012) yang menyatakan ada tiga langkah utama yang perlu dilakukan yaitu
langkah persiapan, langkah kerja dan tindak lanjut metode praktikum. Langkah
persiapan, pelaksanaan kerja praktikum, dan melakukan tindak lanjut praktikum. Pada
tahap persiapan, pendidik mempersiapkan segala kebutuhan praktikum, mulai dari
persiapan alat dan bahan, membuat dan menyampaikan petunjuk praktikum,
mengelompokkan peserta didik, hingga penyampaian tujuan praktikum. Pada tahap
kerja pendidik membimbing dan mengawasi jalnnya praktikum. Pada tahap tindak
lanjut pendidik melakukan kegiatan evaluasi dari kegiatan praktikum yang telah
dilaksanakan. Dijelaskan bahwa data hasil observasi di 28 SMA Swasta, menunjukkan
sebanyak 75% sekolah telah melaksanakan kegiatan praktikum, 25% belum
menerapkan kegiatan praktikum pada pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena
terdapat sekolah yang belum memiliki laboratorium beserta alat dan bahan penunjang
yang ada didalamnya, selain itu pada pelaksanaan ketiga tahap kegiatan praktikum
tersebut masih banyak pendidik yang jarang melakukan tindak lanjut atau evaluasi
praktikum karena keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Data ini diperoleh
berdasarkan wawancara dari 30 tenaga pendidik di SMA terkait.
Menurut Hamidah (2014), Idealnya tiga tahapan yang harus dilakukan oleh
pendidik dalam kegiatan praktikum yaitu tahap persiapan kegiatan praktikum, tahap
kerja kegiatan praktikum, dan tahap penutup kegiatan praktikum. Maka dapat
disimpulkan, apabila ada salah satu yang tidak dilaksanakan saja maka akan
menimbulkan kesenjangan. Berdasarkan uraian diatas, terdapat kesenjangan antara
pelaksanaan kegiatan praktikum yang ideal dengan pelaksanaan kegiatan praktikum
yang terjadi dilapangan. Kesenjangan tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, salah
satunya seperti yang sudah dijelaskan diatas, yaitu karena kurangnya fasilitas atau
sarana dan prasarana, kurang efektif waktu pembelajaran, atau pada pendidiknya yang
tidak paham betul terkait praktikum ideal seperti apa.
16
Berdasarkan penelitian atau jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesenjangan dalam pelaksanaan 3 tahapan praktikum, yang dapat dibuktikan dengan
hasil data yang dikumpulkan melalui wawancara. Jadi, instrumen wawancara dapat
mendeskripsikan adanya kesenjangan dalam praktikum.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesenjangan merupakan suatu permasalahan yang ditemukan dalam suatu
proses, salah satunya proses pembelajaran yang dalam hal ini mengacu pada kegiatan
praktikum. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk itu pembelajaran yang
diupayakan yaitu pembelajaran yang berbasis aktivitas seperti kegiatan praktikum IPA.
Adapun instrument yang dapat digunakan untuk menentukan kesenjangan ketercapaian
outcome praktikum IPA adalah instrument penelitian data kualitatif, yaitu dengan
wawancara dan angket. Karena dengan melakukan 2 metode pengambilan data tersebut
17
maka akan melihat akar masalah pelaksanaan praktikum dari dua sudut pandang yang
berbeda sehingga dapat diambil kesimpulan darinya. Dalam praktikum terdapat tiga
langkah utama yang perlu dilakukan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
praktikum. Namun jika diantara ketiga langkah tersebut ada tahapan yang tidak
terpenuhi maka kesenjangan telah terjadi. Sehingga melalui instrumen wawancara,
kesenjangan ketercapaian outcome dalam praktikum tersebut dapat dideskripsikan.

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan penyusun adalah agar para pembaca tidak hanya
membaca dari sintesis makalah ini saja, melainkan juga membaca sumber-sumber lain
yang relevan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang kaya dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Salirawati, D. 2009. Pembelajaran Ipa


Terpadu Un-
tuk Mendukung Kreativitas Siswa.
Seminar
Prodi IPA dengan tema ‘’Pengembangan
Kreativitas
Siswa dalam pembelajaran Mata
Pelajaran Rum-
18
pun IPA’’. Yogyakarta, FMIPA UNY
Anggraini, B. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran STAD terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Ariyanti, Dewi Niken, Herpratiwi, Undang Rosidin. 2013. Pengembangan Lembar Kerja
Siswa Berbasis Scientific Approach Mata Pelajaran IPA Kelas VII SMP Di Bandar
Lampung. Bandar Lampung: FKIP UNILA
Budisetyawan, S. 2012. Pengembangan LKS IPA Ter-padu Berbasis Inkuiri Terbimbing
pada Tema Sistem Kehidupan dalam Tumbuhan Kelas VIII di SMP N 2 Playen. Jurnal
Pendidikan IPA FMIPA UNY.1 (4): 1-6
Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Untuk Guru SMP.
Bandung: PPPPTK IPA
Feblia, L. 2018. Analisis Hambatan Pelaksanaan Praktikum Fisika di SMA Negeri 5 Kota
Jambi. Skripsi. Universitas Jambi
Hamidah, A., Eka N. Retni B. 2014. Persepsi Siswa Tentang Kegi-atan Praktikum Biologi di
Laboratorium SMA Negeri seKota Jambi. Jurnal Sainmatika. 8 (1): 54-65.
Munandar. 2008. Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Alfabeta
Pertiwi, L. 2017. Analisis Praktikum dan Permasalahannya Materi Organisasi Kehidupan
Kelas VII se-Kecamatan Sukarame. Jurnal Bioterdidik. 5 (6): 1-12.
Rustaman. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Salirawati, D. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Mendukung Kreativitas Siswa.
Seminar Prodi IPA dengan tema “Pengembangan Kreativitas Siswa dalam
pembelajaran Mata Pelajaran Rum-pun IPA”. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Sari, Dwi Puspita, Tri Jalmo, Berti Yolida. 2015. Pengembangan LKS Berbasis
Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk Meningkatkan KPS Siswa. Bandar Lampung:
FKIP UNILA

Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses


dalam Pembelaja-

19
ran IPA Untuk Guru SMP. Bandung:
PPPPTK
IPA.
udisetyawan, S. 2012. Pengembangan
LKS IPA Ter-
padu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada
Tema
Sistem Kehidupan dalam Tumbuhan
Kelas
VIII di SMP N 2 Playen. Jurnal
Pendidikan IPA
FMIPA UNY, 1 (4):

20

Anda mungkin juga menyukai