PENDAHULUAN
dengan sebutan lepra atau kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronik dan
intraselular obligat.
nervus perifer. Manifestasi dari penyakit kusta ini berbeda dari seseorang
bakteri berbentuk basil yang tahan asam yang didapatkan dari kerokan
Neelsen’s), maka pada referat kali ini akan membahas tentang pemeriksaan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan sebutan lepra atau kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronik
Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. Berikut ini
2.3 Etiologi
oleh G.A. HANSEN pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang
belum juga dapat dibiakkan dalam media artificial. M. leprae berbentuk basil
dengan ukuran 3-8Umx0,5Um, tahan asam dan alkohol serta Gram positif.
Bakteri kusta banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga, dan daun
mukosa. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 12-21
hari. (30) Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh, setelah itu menuju sel pada
saraf tepi. Di dalam sel, kuman berkembang biak, sel tersebut pecah dan
kemudian menginfeksi sel yang lain atau ke kulit. Daya tahan hidup kuman
3
kusta mencapai 9 hari diluar tubuh manusia. Kusta memiliki masa inkubasi 2-5
tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.
PENUNJANG LAKSANA
kaku
lebih bersisik
gangguan sensorik
VITILIGO Dapat timbul pada semua Macula berwarna Foto terapi Kortikosteroid
melanosit dan
batas tegas
2.6 Patogenesis
rendah, sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu
lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal
rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang avirulen dan
nontoksis.
6
demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman
setelah kuman difagosit, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang
Langhans. Bila infeksi ini tidak segera diatas akan terjadi reaksi berlebihan
sekitarnya.
saraf tepi dan kelainan kulit dan organ lainnya seperti berikut ini :
saraf tepi terutama yang dekat dengan permukaan kulit antara lain
7
Kelianan kulit bisa hipopigmentasi ataupun eritematus dengan adanya
gangguan estesi yang jelas. Bila gejala lanjut dapat timbul gejala
a. Anamnesis
1. Durasi lesi di kulit : sejak kapan lesi muncul? Bercak yang muncul
beberapa hari yang lalu atau baru tumbuh bukan termasuk penyakit
kusta.
3. Karakteristik lesi kulit : bercak kusta tidak gatal dan biasanya tidak
8
nyeri. Rambut rontok biasanya ada pada kulit yang terdapat bercak.
bukan kusta
3. Apakah merasakan hilang rasa raba atau rasa yang abnormal di tangan
- Riwayat pengobatan :
- Riwayat Keluarga :
Apakah ada dikeluarga ada tetangga dekat yang memiliki penyakit atau
9
menyingkirkan kehamilan bila terjadi reaksi kusta.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kulit/dermatologi
- Tempat
- Waktu pemeriksaan
matahari.4
2. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Pemeriksaan Pandangan4
dengan petugas
simetris
10
pemeriksaan pandang tentukan kelainan kulit yang akan diperiksa
rasa raba
- Perhatikan kelainan dan cacat yang terdapat pada tangan dan kaki
sensorik
11
- Lakukan test tersebut di kemungkinan lesi
kulit, dll.
tungkai)
Catatan8 :
12
- Pemeriksaan raba sulit dilakukan pada pasien anak-anak. tanyakan
bayi raba raba lesi ketika bayi sedang tidur, jika rasa raba masih
c. Pemeriksaan nervus
konsistensi
13
- Penilaian fungsi nervus :
Voluntar
14
3. Perabaan (palpasi) saraf tepi
menyakiti pasien
beberapa saraf yang disebutkan, ada tiga saraf yang wajib diraba
a. Saraf ulnaris
pasien relaks
15
reaksi pasien apakah tambak kesakitan atau tidak
kanan
16
meraba ke atas sambil menemukan benjolan tulang (caput
reaksi pasien.
poplitea lateralis
pasien)
17
- Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil
1. Saraf trigeminal
18
dan kornea dan beberapa bagian di kulit wajah. Hal
3. Saraf fasial
19
menoleh ke arah berlawanan (ke kiri) sehingga menarik
b. Mata
20
Gambar 2.7 Lagophtalmus
dilakukan di lapangan
c. Tangan
1. Fungsi motorik
Saraf ulnaris
21
telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian pangkal
kelingking
Penilaian :
tergolong sedang
22
penderita menari kkertas tersebut sambil menilai ada
- Penilaian
otot lemah
kuat
ekstensi
- Penilaian :
Saraf Radialis
- Penilaian :
25
diri dengan keadaan tangan pasien) misalnya claw hand,
26
Gambar 2.12 Pemeriksaan sensorik pada tangan
3. Deformitas
a. Saraf Ulnaris
b. Saraf Medianus
claw hand
27
Gambar 2.14 Complete claw hand
c. Saraf Radialis
drop.
d. Poplitea Lateralis
drop.
28
Gambar 2.16 Foot drop
d. Kaki
1. Fungsi sensorik
pasien
29
pada saraf ini8
- Penilaian :
30
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki
lateralis
4. Pemeriksaan Otonom
(Gunawan Test).
31
Gambar 2.19 Daftar gambar kesimpulan kelainan saraf
32
2.9 Pemeriksaan Bakteriologis
Skin smear atau kerokan jaringan kulit adalah pemeriksaan sediaan yang
diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil ada kulit yang kemudian di beri
kusta
mendapatkan pengobatan
4. Spiritus/alkohol
5. Kapas
6. Korek api
7. Pensil kaca
33
Gambar 2.20 Alat untuk skin smear
1. Ambilah kerokan hanya dari dua tempat yaitu cuping telinga dan
salah satu lesi yang paling aktif, tapi tidak berada di wajah. Lesi yang
2. Jika tidak ada lesi kulit yang sesuai, ambil smear dari lokais yang
2. Ambil kaca obyek sediaan yang baru, bersih dan tidak tergores. Tulis
dengan dalam 2 mm. kulit tetap dijepit agar darah tidak keluar. Jika
35
Gambar 2.23 Insisi cuping telinga
8. Putar pisau scalpel 90 derajat dan pertahankan pada sudut yang tepat
jaringan. Tidak boleh ada darah pada specimen tersebut karena dapat
10. Buatlah apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca obyek, pada
36
11. Hapus kotoran di mata pisau dengan kapas beralkohol. Lewatkan
mata pisau scalpel diatas nyala api Bunsen selama 3-4 detik. Biarkan
12. Ulangi langkah di atas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi
16. Fiksasi apusan dengan melewatkan di atas nyala api Bunsen 3 kali.
17. Taruh kaca obyek di kotak kaca obyek dan kirimkan ke laboratorium
e. Cara Pewarnaan
Peralatan :
2. Lampu spirtus
5. Pippet
7. Tisu
8. Sarung tangan
38
menghadap ke atas. 10 kaca obyek atau lebih dapat diwarnai
Pewarnaan4,9
kertas saring
1%
merah tua
39
Gambar 2.28 Membasuh kaca obyek dengan air mengalir
Pelunturan4,9
Counter Staining
bawah.
40
Gambar
2.30 Membilas
f. Pembacaan
mikroskop:
d. Bentuk globus
41
Beberapa BTA utuh atau fragmented atau granulated
e. Bentuk clumps
42
f. Buka diafragma seluruhnya dan naikkan kondensor ke posisi
tertinggi
Huruf Z (Z method)
Method)
mikroskop
dan dapat dengan mudah terlihat pada pasien yang belum pernah
logaritma Ridley.
Jumlah Bakteri
44
Gambar 2.33Indeks Bakteri (IB)
laboratorium
kualitas
45
pada pemeriksaan rutin lain (misalnya tinja, urin). Kaca
apusan kulit
artinya tidak ada globus atau clumps. Jika tidak ada, ambil
IM =
46
Contoh menghitung IB dan IM :
Granulated
3. Paha kiri 4+ 3 97
4. Bokong kanan 4+ 4 96
IB=17+ ¿ =4,25 ¿ 18
ℑ= x 100 %=4,50
4 18+382
Catatan4 :
sulit dilakukan, juga pada lesi dini contohnya pada tipe interminate, serta
Biopsy seharusnya diambil dari tepi lesi yang aktif dan diambil secara luas
47
sampai ke jaringan subkutan. Pemeriksaan histologist dari penyakit Hansen
Terdiri dari kelompok sel epithel dengan adanya giant cells yang
yang banyak serta bebrapa lapisan yang mengalami inflamasi terpisah dari
lapisan epidermis.
48
Hasil pemeriksaan histology BB hampir sama yaitu adanya sel epitheloid
dan tersebar dan giant cell mulnitucleat tidak ada, hal ini yang
49
2.11 Pemeriksaan Serologis
tubuh seseorang yang terinfeksi M leprae. Antibodi yang terbentuk dapat bersifat
spesifik terhadap M. leprae yaitu antibodi anti phenolic glycolipid (PGL-1) dan
kusta yang meragukan karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas.
50
BAB III
KESIMPULAN
dan otonom untuk mengetahui apakahh fungsi tersebut masih baik atau
51
DAFTAR PUSTAKA
3. M.T. Htoon, dr., et al: WHO Expert Committee on Leprosy: eighth report.
Printed in Italy. 2012;17-28.
4. Mr. M.O. Regan, Dr. J. Keja. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta. Kementerian Kesehatan RI. Direktor Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan 2012; Page 5-11, 75-98.
52
8. R. K. Srivastava, dr., Training Manual for Medical Officers, National Leprosy
Eradication Programme, Directorate General of Health Services Ministry of
Health & Family Welfare Nirman Bhawan, New Delhi, 2009, page: 18-19, 21-47
9. Guido Groenen dr., Paul Saunderson dr., Profesor Baohong Ji. How to Do A
Skin Smear Examination for Leprosy, Learning Guide Three, International
Federation of Anty-Leprosy Association (ILEP), 2003, Page : 1-6
10. Avninder Singh, Xiaoman Weng, Indira Nath. Skin Biopsy in Leprosy, National
Institute of Pathology (ICMR), Safdajung Hospital Campus, New Delhi, 2011,
Page : 73-86
53