Anda di halaman 1dari 8

‫ﻣﻔﻌﻞ ﻣﻌﻪ و ﻣﻔﻌﻞ ﻷﺟﻠﻪ‬

Anggota kelompok:

Ahmat Bintang alamsah (2111020002)


Eka Prastya (2111020019)

Dosen Pengampu : Dr. Guntur Cahaya Kesuma, M.A


A. PENGERTIAN MAF’UL MA'AH

1. Maf'ul ma'ah

Maf’ul ma’ah ialah isim mansub yang disebutkan untuk


menjelaskan zat yang menyertai
dilakukannya fi’il tersebut. Yakni bahwasannya maf’ul ma’ah
adalah isim yang dinashob yang
disebutkan untuk menjelaskan zat yang menyertai pekerjaan
yang dilakukannya.
ْ
•PENGERTIAN MAF’UL LIAJLIH
Maf’ul li ajlih adalah isim yang dinashab yang
dinyatakan sebagai penjelasan bagi penyebab
terjadinya fi’il (perbuatan).

Maf'ul liajlih (‫ )ﻣﻔﻌﻞ ﻷﺟﻠﻪ‬juga di sebut maf'ul ma'ah (‫)ﻣﻔﻌﻞ ﻣﻌﻪ‬


‫‪Contoh contoh nya :‬‬
‫ﻣﻔﻌﻞ ﻷﺟﻠﻪ ‪A.‬‬
‫ﺐ اﻟﻜ َ ِﺜ ْﻴ َﺮ َة ُﺣ ًﺒﺎ ِﻟ ْﻠ ِﻌ ْﻠ ِﻢ‬
‫‪ْ -‬ﻗ َﺮ اﻟﻜُﺘُ َ‬
‫‪َ -‬ﺿ َﺮ ْﺑ ُﺖ ا ْﺑ ِﻨ ْﻲ َﺗ ِد ْﻳ ًﺒﺎ‬
‫ِ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺘْ‬ ‫َ‬
‫اﻟﻘ‬ ‫ف‬‫َ‬ ‫‪َ -‬ﻫ َﺮ ْﺑ ُﺖ َﺧ ْﻮ‬
‫ﻣﻔﻌﻞ ﻣﻌﻪ ‪B.‬‬

‫‪ِ -‬ﺳ ْﺮ ُت َو اﻟﻨﻬَ َﺮ‬


‫‪َ -‬ﺳﺎ َر ﻋُ َﻤ ُﺮ و ُﻃ ُﻠ ْﻮ َع َ‬
‫اﻟﺸ ْﻤ ِﺲ‬
‫ﺎم ْﺣ َﻤﺪُ و ُﻏ ُﺮ ْو َب َ‬
‫اﻟﺸ ْﻤ ِﺲ‬ ‫‪َ -‬ﻧ َ‬
B. Syarat-syarat isim dijadikan sebagai maf’ul ma’ah dan
maf’ul li ajlih

1. Syarat maf’ul ma’ah

➢ Isimnya harus fadhlah (lebih)yg dimaksud dengan


fadhlah adalah bahwa maf’ul ma’ah bukanlah unsur
penentu dlm suatu kalimat, jadi maf’ul ma’ah bukanlah
fa’il bukan pula mubtada’ ataupun khobar.
➢ Jumlah yang ada sebelumnya harus fi’il atau serupa
dengan fi’il
➢ Harus berada setelah waw ma’iyyah
َ ‫ أﻛ َ ْﻠ ُﺖ‬: ‫ﻣﺜﺎل‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ َﻚ و‬
‫اﻟﻤ َﻄ َﺮ‬
2. Syarat untuk maf’ul li ajlih

➢ Harus Masdar
➢ Harus berupa Masdar qolbi
Yang dimaksud dengan Masdar qolbi adalah kata itu tidak
menunjukan perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan
seperti tangan atau lisan, misalnya membaca dan memukul
tapi dilakukan oleh perbuatan hati, seperti rasa takut, cinta
dan sopan.
➢ Harus sebagai alasan/sebab dari apa yang ada sebelumnya
(sebab dilakukannya fi’il yang disebutkan sebelumnya)
➢ Amil dan isimnya itu harus satu dalam hal waktu. Amil
dalam hal ini adalah fi’il madhi atau fi’il mudhari’. Fi’il madhi
adalah kata kerja yang telah dilakukan di masa/waktu lampau,
sedangkan fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang sedang atau
akan dilakukan.
➢ Isim dan amilnya harus satu pula dengan fa’ilnya
Isim yang berkedudukan sebagai maf’ul li ajlih mempunyai
3 keadaan :
1. Ber-alif dan lam
Dalam keadaan ini isim yang menjadi maf’ul li ajlih harus
di-jar-kan dengan ‫ﻻم اﻟﺘﻌﻠﻴﻞ‬
(lam sebagai alasan). Contohnya : ‫َﺿ َﺮ ْﺑ ُﺖ إ ْﺑ ِﻨ ْﻲ ِﻟﻠﺘَ ِد ْﻳ ِﺐ‬
2. Sebagai mudhof
Jika kata itu adalah mudhof, maka boleh di-nashob-kan dan
boleh pula di-jar-kan
Contoh : ‫ ُز ْر ُﺗ َﻚ ِﻟ َﻤ َﺤﺒ ِﺔ َادَ ِﺑ َﻚ‬/ ‫ُز ْر ُﺗ َﻚ َﻣ َﺤﺒ َﺔ دَ ِﺑ َﻚ‬
3. Tidak ber-alif dan lam dan tidak di-idofah-kan
Jika kata itu tidak ber-alif lam dan bukan pula
mudhof maka seringnya kata itu di-nashobkan dan
jarang di-jar-kan, contohnya :
ِ ‫ُﻗ ْﻤ ُﺖ ا ْﺟ َﻼ ًﻻ ٍﻟﻼ ْﺳ َﺘ‬
‫ﺎذ‬

_____^^*^^_____

Mungkin sekian apabila ada kurang dan salah nya


itu mutlaq dari kami karna kami hanya hamba
allah yg jauh dari kata SEMPURNA.
Kritik dan saran sangat berarti bagi kami

Anda mungkin juga menyukai