Anda di halaman 1dari 2

Nama : Cantika Prameswari Hananto

NIM : 20/461732/KU/22623
Kelompok : 01
Prodi : Kedokteran Reguler 2020

Refleksi PAI Pertemuan 5 & 6 (Refleksi 3)

Banyak hal dan informasi yang dapat kami pelajari dari pertemuan tutorial ke-5 dan ke-
6. Garis besar tema yang dibahas pada tutorial ke-5 adalah mengenai takdir Allah,
sedangkan pada tutorial ke-6 adalah Fiqih Thaharah dan Shalat.

Pada tutorial ke-5 kami membahas mengenai takdir, terutama terkait Qada’ dan Qadar.
Qada’ dan qadar memiliki suatu perbedaan, di mana Qada’ adalah ketentuan Allah yang
telah ada sejak zaman Azali dan Qadar adalah perwujudan ketentuan Allah (takdir).
Diketahui Qada’ umumnya masih dapat diubah oleh manusia, sedangkan Qadar tak
dapat diubah lagi. Takdir terdiri atas beberapa macam, yaitu Takdir Azali, Takdir Umri,
Takdir Sanawi/Hauli, Takdir Yaumi, Takdir Mubram, Takdir Muallaq, Takdir Am,
Takdir Basyari, dan Takdir Kitabah. Ciri-ciri dari orang yang menerima takdir adalah
yakin dan ridha, berpikir positif, serta selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Tutorial ini juga membahas jika Qada’ dan Qadar mempunyai empat tingkatan, yaitu
Al-‘Ilm (pengetahuan), Al-Kitabah (penulisan), Al-Masyi’ah (kehendak), dan Al-Khalq
(penciptaan). Banyak hikmah yang dapat diambil pada tutorial ini, yaitu apapun yang
terjadi kepada kita meskipun merupakan hal yang buruk dapat lebih mudah untuk terus
bergerak maju karena kita mengerti bahwa terdapat kekuatan dan campur tangan Allah
di dalamnya.

Selanjutnya, pada tutorial ke-6 topik yang kami bahas adalah terkait dengan pentingnya
Thaharah dan Sholat. Thaharah merupakan bersuci dari hadats maupun najisHadats
dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hadats besar (perlu mensucikan diri dengan mandi
wajib atau junub atau) dan Hadats kecil (perlu mensucikan diri dengan meenggunakan
air wudhu). Sedangkan najis dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu Najis mukhaffafah
(cukup dialirkan air ke najisnya) Najis ma’fu (bisa dimaafkan dan tidak perlu bersuci
karena jumlahnya sedikit, Najis mutawasitah (cukup dialiri air sampai bau dan
warnanya menghilang) dan Najis mughallazah (menyucikan dengan menyiram air 7x
yang salah satunya dicampuri debu atau pasir yang bersih dari kotoran). Pembagian dari
thaharah yaitu wudhu, tayamum, mandi wajib, istinja. Proses bersuci pada hadats cukup
berwudhu dengan air yang dapat digunakan atau tayammum, sedangkan pada najis
proses penyuciannya tergantung tingkatan najisnya. Terkait dengan shalat, tentu tidak
lepas dari menyucikan diri melalui wudhu. Air yang diperbolehkan dalam berwudhu
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu air mutlak (air hujan, air laut, salju, air hasil hujan es,
mata air, air embun, air sungai. Indikator: air sungai tidak boleh karena berubah bau,
warna, dan rasa), air musta’mal (suci tapi tidak dapat menyucikan), dan air yang terkena
najis tidak sampai 2 qulah (190–270 L). Dalam berwudhu juga terdapat rukun, yaitu
niat, membasuh wajah, membasuh tangan hingga siku, membasuh kepala dan telinga,
membasuh kedua kaki hingga mata kaki, dan dilakukan secara tertib/berurutan. Shalat
memiliki syarat sah, yaitu islam, tidak dalam keadaan haid dan nifas, akil baligh,
berakal sehat, dan pendengaran yang baik. Terdapat pula rukun shalat, yaitu berdiri jika
mampu, niat dalam hati, takbiratul ikram, membaca Al-Fatihah dan surat lainnya, ruku’
dan tuma’ninah, i’tidal, sujud, duduk di antara 2 sujud, tasyahud akhir, salam kanan kiri,
serta berurutan dan tertib. Terdapat pula hal-hal yang dapat membatalkan wudhu, yaitu
muntah dalam jumlah banyak, segala hal yang keluar dari kemaluan, tidur lelap,
menyentuh kemaluan, hilang akal atau kesadaran, dan bersentuhan dengan lawan jenis.
Selain wudhu, terdapat hal-hal yang membatalkan sholat, yaitu kecelakaan orang lain,
serangan hewan buas, kebakaran, istighosah (panggilan minta tolong/darurat), dan
dipanggil orang tua saat sholat sunnah.

Anda mungkin juga menyukai