Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KETERAMPILAN BERFIKIR KOMPLEKS

DOSEN PENGAMPU : Dra. ROSDIANA, M. Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

YEHISKIEL ERWIN TAMBUNAN 4223111030

KHAIRUNNISA ROIDAH 4223311024

RIKHA MALIKA MANIK 4223111038

BRENANTA PUTRA SARAGIH 4221111043

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkatNyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah “ Keterampilan Berfikir Kompleks ”
pada mata kuliah Psikologi Pendidikan ini dengan tepat waktu. Adapun tugas ini yaitu tugas
yang diselesaikan secara berkelompok.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. ROSDIANA, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam pelajaran Psikologi
Pendidikan. Kami juga berterimakasih karena Ibu telah mempercayakan kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan membuat makalah ini, kami menjadi lebih tahu apa
itu “ Keterampilan Berfikir Kompleks “ secara mendalam.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk
setiap kritik saran maupun kritik yang membangun kami akan terima.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga tugas ini bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca.

Medan, April 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5

A. Berfikir Kompleks..................................................................................................5
B. Berfikir Kompleks dalam Model Pembelajaran …………………………….......9

BAB III PENUTUP....................................................................................……..........13

A. Kesimpulan …………………………………………………………………..13

B. Saran…………………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep berpikir kompleks pertama kali dijelaskan oleh filsuf dan epistemolog Edgar Morin.
Bagi pemikir ini, kemampuan berpikir secara kompleks berkaitan dengan kemampuan
menghubungkan berbagai bidang realitas satu sama lain. Karena meningkatnya kompleksitas
lingkungan kita, itu adalah kemampuan mendasar untuk berfungsi di dalamnya. Konsep
berpikir kompleks dikontraskan dengan pandangan tradisional tentang proses pikiran yang linier
dan sederhana. Edgar Morin menggambarkannya sebagai keterampilan interdisipliner, penting
untuk semua bidang di mana perlu untuk menghubungkan informasi yang tampaknya
independen atau untuk memahami dan memecahkan masalah yang kompleks. Morin adalah
orang pertama yang mendalilkan beberapa karakteristik utama dari pemikiran kompleks. Yang
paling penting adalah diaphor (di mana konsistensi sistem pemikiran muncul ketika paradoks
terjadi), rekursi (kemungkinan mengubah sistem melalui umpan balik ), dan hologram
(hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan). Oleh karena itu, berpikir kompleks
adalah strategi berpikir yang mencoba memahami suatu fenomena yang sangat luas dengan
mempelajari komponen-komponennya yang spesifik. Berdasarkan apa yang ditemukan dari
komponen-komponen ini dan informasi eksternal, apa yang dianggap biasa tentang fenomena
secara umum berubah. Sehingga Menurut Edgar Morin, studi tentang pemikiran kompleks
termasuk dalam bidang epistemologi; yaitu, ke bidang yang mempelajari metode yang
digunakan untuk membuat penemuan ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Keterampilan Berfikir Kompleks itu sebenarnya?


2. Bagaimana kaitan Berfikir Kompleks dengan Berfikir Kritis dalam metode belajar?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui materi keterampilan berfikir kompleks secara mendalam.

4
2. Mengetahui kaitannya dengan metode yang digunakan pendidi dalam pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Berfikir Kompleks

Menggunakan berpikir kompleks dengan benar membutuhkan penguasaan tiga


keterampilan dasar: penalaran dasar, kritis, dan kreatif. Selanjutnya kita akan melihat apa
yang masing-masing terdiri dari. Penalaran dasar, Berfikir Kritis dan Bekreativitas

1. Penalaran Dasar
Penalaran dasar didasarkan pada seperangkat pengetahuan dan informasi yang telah kita
peroleh sepanjang hidup kita, melalui pengalaman yang telah kita jalani, budaya di mana
kita tenggelam, keyakinan kita, aturan sosial lingkungan kita dan caral yang kita lihat. Dari
semua pengetahuan ini, penalaran dasar bertanggung jawab untuk melakukan serangkaian
fungsi sederhana yang memungkinkan manipulasi. Di antara yang paling penting adalah
menghafal, mengingat dan menerapkan secara linier semua ide yang telah diperoleh
sebelumnya. Selain itu, pemikiran dasar juga memberi kita kapasitas untuk metakognisi;
yaitu, kemampuan untuk menyadari apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui.
Ini sangat penting untuk meningkatkan proses penalaran kita dan untuk memperoleh
informasi baru saat kita membutuhkannya. Meskipun penalaran dasar adalah yang paling
sederhana dari tiga jenis, itu adalah dasar dari pemikiran yang kompleks; dan menguasai
komponennya sangat penting untuk dapat menggunakan dua jenis penalaran lainnya secara
efektif. Penalaran juga dibagi menjadi 2 yakni :.

1)        Penalaran Induktif


Penalaran dari hal spesifik ke umum adalah penalaran induktif. Penalaran tersebut terdiri
atas penarikan kesimpulan (membentuk konsep) mengenai semua anggota kategori
berdasarkan mengamati beberapa anggotanya .Para peneliti telah menemukan bahwa
keterampilan penalaran induktif sering merupakan prediksi yang baik dari prestasi
akademik. Penalaran induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke hal-hal yang
bersifat umum, yakni mengambil kesimpulan (membentuk knsepp) tentang semua anggta
5
kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota . Misalkannya saat murid di kelas
sastra hanya membaca beberapa puisi Emily Dickinson, dan diminta menarik kesimpulan
tentang sifat umum dari puisinya, maka dia diminta menggunakan penalaran induktif. Saat
murid ditanya apakah konsep yang dipelajarai di kelas matematika berlaku untuk bidang
lain, seperti bisnis atau sains, sekali lagi, dia harus menggunakan penalaran induktif. Riset
psikologi pendidikan sering kali juga dilakukan dengan penaran induktif, mempelajari
beberapa sampel untuk mengambil kesimpulan tentang populai dari sampel itu. Aspek
penting dari penalaran induktif adalah pengamatan yang berulang. Berdasarkan
pengamatan berulang, informasi tentang pengalaman yang sama terakumulasi ke titik
bahwa pola berulang dapat dideteksi dan kesimpulan lebih akurat didapatkan tentang hal
tersebut. Guru dapat membantu siswa untuk meningkatkan penalaran induktif dengan
mempertimbangkan bahwa kesimpulan yang dihasilkan tergantung pada kualitas dan
kuantitas dari informasi yang tersedia. Siswa sering melebih-lebihkan kesimpulan sehingga
lebih pasti dari bukti yang ada. Mempertimbangkan aspek lain dari penalaran induktif, itu
adalah dasar untuk analogi. Analogi adalah korespondensi antara hal-hal lain yang
berbeda. Analogi dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-
konsep baru dalam membandingkan dengan konsep yang sudah dipelajari.Misalnya, kita
buat analogi antara komputer dan memori manusia. Salah satu tipe analogi menggunakan
penalaran formil dan mempunyai empat bagian, dimana hubungan antara dua bagian
pertama adalah sama atau sangant mirip dengan dua bagian terakhir.

2)        Penalaran Deduktif


Berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah penalaran dari umum
ke khusus. Penalaran deduktif selalu spesifik, yaitu jika aturan awal atau asumsi ini benar,
maka kesimpulannya akan benar . Misalnya saatmemecahkan teka-teki, juga menggunakan
penalaran deduktif. Ketikamempelajari aturan umum dan kemudian memahami bagaimana
aturan itu berlaku dalam beberapa situasi tetapi tidak untuk situasi yang lain, maka anda
melakukan penalaran deduktif. Saat para psikolog pendidikan menggunakan teori dan
intuisi untuk membuat prediksi, kemudian mengevaluasi prediksi ini dengan menggunakan
observasi lanjutan, maka mreka sedang menggunakan penalaran deduktif. Penalaran
deduktif hampir selalu pasti dalam mengertian bahwa jika aturan atau asumsi awalnya
benar, maka konklusinya akan mengikuti logika secara benar. Misalnya, jika kita semua

6
tahu kaidah umum bahwa anjing menggonggong dan kucing mengeong ( dan jika kaidah
ini selalu benar), anda bisa mendeduksi dengan tepat apakah hewan piaraan tetangga anda
yang tampak aneh adalah anjing atau kucing berdasarkan suara yang dikeluarkan hewan
itu.
  Saat menggunakan teori dan instuisi untuk membuat prediksi, kemudian
mengevaluasi prediksi ini dengan membuat pengamatan lebih lanjut, pendidik dan
psikolog menggunakan penalaran deduktif. Banyak aspek penalaran deduktif yang telah
dipelajari, termasuk kesempatan saat pengetahuan dan penalaran yang betentangan. Selama
masa remaja, individu semakin mampu menalar deduktif bahkan saat alasan yang
dipertimbangkan adalah palsu . Dari awal masa remaja sampai awal dewasa, individu
meningkatkan kemampuannya untuk membuat kesimpulan akurat jika pengetahuan dan
penalaran bertentangan. Artinya mereka bisa “menalar secara independen dari status
kebenaran premis”

2. Berfikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir reflektif dan produktif, dan mengevaluasi bukti. Kesadaran
adalah suatu konsep yang mencerminkan pemikiran kritis. Menurut Ellen Langer,
kesadaran penting untuk berpikir kritis. Kesadaran berarti menjadi waspada, hadir secara
metal, dan kognitif fleksibel saat melalui kegiatan dan tugas hidup sehari-hari. Siswa yang
sadar akan mempertahankan kesadaran aktif pada keadaan hidup mereka. Siswa dengan
kesadaran ialah siswa yang menciptakan ide-ide baru terbuka terhadap informasi baru, dan
sadar lebih dari satu perspektif. Sebaliknya, siswa yang ceroboh akan terperangkap dalam
ide-ide lama, terlibat dalam perilaku otomatis, dan beroperasi dari perspektif tunggal.
Siswa yang ceroboh juga akan menerima hal yang pernah dibaca atau didengar tanpa
mempertanyakan keakuratan informasi. Selain itu, siswa yang ceroboh akan terjebak dalm
pola pikir yang kaku, tidak memperhitungkan kemungkinan variasi dalam konteks dan
perspektif. Langer menekankan bahwa mengajukan pertanyaan yang baik adalah unsur
penting dari pemikiran secara sadar. Ia juga menekankan bahwa penting untuk fokus dalam
proses belajar daripada hasil. Dari sintesis yang telah dibahasmaka berpikir kritis bukan
berarti menjadi kritis atau menjadi negatif. Berpikir kritis lebih tepat diartikan sebagai
berpikir evaluatif. Hasil eva-luasi dapat berentang mulai dari positif menuju negatif,
penerimaan me-nuju penolakan, atau apapun diantaranya. Menurut Ennis & Beyer berpikir
7
kritis dapat didefinisikan sebagai memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan
secara masuk akal dan reflektif. Jadi berpikir kritis artinya membuat pertimbangan yang
masuk akal. Berikut adalah contoh-contoh tentang berfikir kritis
a.         Berpikir Kritis di Sekolah
Berikut adalah beberapa cara guru agar membentuk pemikiran kritis dalam rencana
pelajaran secara sadar:
a)    Menanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa”.
b)   Periksalah yang seharusnya “fakta” untuk menentukan apakah ada bukti untuk mendukung
mereka.
c)    Berdebat dengan cara yang masuk akal daripada melalui emosi.
d)   Mengakui bahwa terkadang terdapat lebih dari satu jawaban atau penjelasan yang baik.
e)    Bandingkan berbagai jawaban atas pertanyaan dan putuskan jawaban yang benar-benar
terbaik.
f)    Mengevaluasi dan mungkin mempertanyakan apa yang orang lain katakan daripada segera
menerimanya sebagai kebenaran.
g)   Ajukan pertanyaan dan berspekulasi melalui apa yang sudah Anda ketahui untuk
menciptakan ide-ide dan informasi baru.
Salah satu cara untuk mendorong siswa agar berpikir kritis adalah menyajikan topik
kontroversial atau artikel yang berkaitan tentang kedua sisi dari suatu isu untuk dibahas.
Berpikir kritis dipromosikan saat siswa menghadapi adu argumen dan perdebatan karena
dapat memotivasi mereka untuk menggali topik lebih dalam dan berusaha untuk
memecahkan masalah. Dalam situasi ini, siswa sering kali diuntungkan saat guru menahan
diri atas pernyataan tentang pandangan sendiri, sehingga memungkinkan siswa lebih
leluasa mengeksplorasi sisi yang berbeda dari isu dan berbagai perspektif pada topik.
Berdasarkan banyak tugas yang mengharuskan siswa untuk fokus pada isu, pertanyaan,
atau masalah bukan hanya membaca fakta-fakta, guru merangsang kemampuan berpikir
siswa.

3. Berkreativitas
Tingkat terakhir dari berpikir kompleks mencakup semua keterampilan yang
digunakan untuk menciptakan pengetahuan baru dari semua yang telah diperoleh

8
sebelumnya. Ini adalah seperangkat alat yang sangat rumit untuk digunakan, dan alat yang
umumnya membutuhkan latihan sebelum Anda dapat menguasainya sepenuhnya.
Penalaran kreatif dimulai dari dasar pengetahuan murni yang diperoleh melalui pemikiran
dasar, atau yang telah kita reorganisasi dengan kritikus. Dari sini, keterampilan seperti
mensintesis, membuat kerajinan, kreativitas, atau imajinasi digunakan untuk
mengembangkan ide, cara berpikir, dan konsep baru. Semua pengetahuan yang diciptakan
dari penalaran kreatif harus dievaluasi kemudian oleh kritikus. Selain itu, telah ditemukan
bahwa untuk mengembangkan tingkat ketiga ini perlu memiliki komando yang hebat dari
dua lainnya. Banyak ahli setuju bahwa keterampilan inilah yang benar-benar membentuk
pemikiran yang kompleks. Tujuan penting pengajaran juga membantu siswa menjadi lebih.
Guru perlu menyadari bahwa siswa akan lebih menunjukkan kreativitas dalam beberapa
domain daripada yang lain. Seorang siswa yang menunjukkan keterampilan kreatif
misalnya, berpikir secara matematis mungkin tidak ditunjukkan pada keterampilan
kesenian. Desain sekolah dan ruang kelas dapat mempengaruhi kreativitas siswa.
Lingkungan sekolah yang mendorong bekerja secara independen, yang merangsang tetapi
tidak mengganggu, dan membuat sumber daya tersedia cenderung mendorong kreativitas
siswa. Siswa juga akan sangat beruntung jika kita adalah seorang pemikir kreatif dan
terlibat dalam proses pengajaran sehari-sehari kita secara kreatif.

B. Keterampilan Berfikir Kompleks Dalam Model Belajar

Berfikir Kompleks dibagi 3 bagian yaitu berfikir Kritis, Penalaran Dasar dan
Berkreativitas. Jika ingin menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa, guru bisa menggunakan beberapa metode atau model pembelajaran seperti
berikut ini:

1. Problem Based Learning

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu


metode belajar yang bisa dilakukan guru untuk membuat siswa lebih aktif berdiskusi
di kelas untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan konsep materi sendiri.
Metode pembelajaran ini mendorong siswa lebih aktif, bukan sekadar mencatat,

9
mendengar atau menghafal materi tetapi meminta siswa untuk komunikatif, berpikir
kritis, mencari solusi serta mengolah data yang tepat untuk memecahkan masalah.

Kunci utama dalam model pembelajaran ini yaitu adanya masalah yang harus
diselesaikan atau dipecahkan. Kegiatan pembelajaran ini bisa dilakukan siswa secara
berkelompok maupun individual. Problem based learning  menggunakan pendekatan
berpikir ilmiah untuk menyelesaikan masalah sehingga bisa meningkatkan berpikir
kritis siswa.

2. Studi Kasus

Studi kasus merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengenalkan
kepada siswa manfaat dari ilmu yang sudah dipelajari dan penerapannya dalam
kehidupan. Studi kasus merupakan metode pembelajaran untuk menyelesaikan
permasalahan atau kasus yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Metode
pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih solutif, mengolah data dengan baik dan
berpikir kritis.

Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk mengelola kasus secara mandiri dan
guru sebagai fasilitator serta pengarah. Dengan metode studi kasus diharapkan siswa
lebih mandiri, berpikir kritis dan kreatif, serta memacu semangat belajar dalam kelas.

3. Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan metode belajar yang bertujuan untuk memotivasi


siswa untuk terus belajar. Ciri khas dari metode ini yaitu dengan mengaitkan materi
pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari, baik konteks sosial, pribadi dan
kultural, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami.

Dengan model belajar ini maka akan mewujudkan kegiatan inkuiri untuk semua topik,
mengembangkan rasa ingin tahu siswa, menciptakan masyarakat belajar dan
mengembangkan berpikir kritis siswa.

10
4. Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan metode pembelajaran dengan kaidah keilmuan yang


memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen,
mengolah data dan mengomunikasikan. Metode pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

5. Literasi

Metode pembelajaran literasi merupakan strategi untuk membentuk kreativitas dan


meningkatkan berpikir kritis siswa melalui 5 komponennya yaitu mengamati,
menanya, menalar, mencoba, serta mengkomunikasikan.

Itulah beberapa hal mengenai pentingnya berpikir kritis siswa serta model atau metode
pembelajaran yang bisa meningkatkan berpikir kritis. Sekolah dan guru memiliki
peran penting untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis anak dengan
memberikan sarana dan prasarana belajar yang dibutuhkan serta menciptakan kegiatan
pembelajaran yang efektif.

Dalam Berfikir Kompleks juga didasari pada cara Berkreativitas siswa tersebut dalam
berfikir, sehingga dia mampu memikirkan / membayangkan hal yang kompleks ,berikut
pemodelannya:

Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreativitas, baik pengembangan kemampuan


imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan tangan, mempraktikkan kesenian, dll) maupun
pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah
seimbang dengan kemampuan berpikir rasional logis.

Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau bahkan berbeda dengan sebelumnya.
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi,
dan hal-hal yang artistik lainnya. Selain itu pembelajaran kreatif artinya pembelajaran yang membangun
kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, serta sesama peserta didik
lainnya terutama dalam menyelesaikan tugas pembelajarannya.

11
Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik lebih aktif,
berani menyapaikan pendapat dan berargumen, menyampaikan masalah dan solusinya serta
memperdayakan semuan potensi yang sudah tersedia. Dengan demikian guru dituntut mampu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam, sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta
didik dapat berkembang secara maksimal.

Strategi mengajar untuk mengembangkan kreatifitas siswa yang memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu
sebagai berikut: 

1. Memberikan kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan yang baru. 
2. Bersikap respek dan menghargai ide siswa. 
3. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa. 
4. Penekanan pada proses bukan penilaian hasil karya siswa. 
5. Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

Dalam Berfikir Kompleks juga ada namanya Penalaran Dasar yang dimana berfikir / bernalar secara dasar
dan bisa menelurusi secara kompleks suatu permasalahan, model pembelajaran yang terlibat bisa Model
pembelajaran inkuiri dimana model ini adalah suatu pendekatan model pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Melalui model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa atau peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri guna
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis menggunakan macam-macam sumber informasi
dan gagasan untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap maslah, topik, dan isu.

Menurut Lutfiyah dan Ismayati (2015), prinsip-prinsip model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. tujuan dari pembelajaran inkuiri selain berorientasi pada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. 
2. Interaksi. Pembelajaran sebagai proses interaksi dimaksudkan bahwa guru bukanlah sumber belajar,
melainkan pengatur atau pemandu dalam kegiatan belajar sehingga akan terjadi interaksi antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa. 
3. Bertanya. Pembelajaran inkuiri diharapkan mampu memunculkan proses berpikir siswa mengenai
berbagai fenomena atau materi yang dipelajari. Proses berpikir tersebut akan menjadikan sikap berani
siswa untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. 

12
4. Belajar untuk berpikir. Prinsip tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebanyakan peserta didik tidak mengerti apa berfikir kompleks dan pendidik itu tidak mengerti
apa yang dimaksud dengan mengajarkan anak agar anak itu mau berfikir kompleks, sehingga
banyak miskonsepsi terhadpat penalaran cara berfikir kompleks itu. Berikut ini mungkin bisa
menjadi insight bagaimana agar kita dapat mendidik anak-anak kita berpikir kompleks :

1. Seorang pendidik harus memiliki semangat mencari ilmu yang tinggi, mengkondisikan dirinya
sebagai pembelajar, dan menjadikan kehidupan sebagai sarana belajar
2. Memiliki konsep atau pemahaman bahwa tugas sebagai pendidik adalah membantu,
memfasilitasi anak agar mereka dapat “melahirkan” khazanah dirinya
3. Mampu mendisain metoda pendidikan agar anak mencintai Tuhan. Tentunya hal tersebut dapat
dilakukan setelah melewati aspek perenungan yang dalam dan membangun komunikasi yang
intens denganTuhan
4. Melakukan pencatatan detail aktivitas anak yang akan menjadi data awal untuk dapat
mengenali diri.
5. Peka melihat kebutuhan individual masing-masing anak, tidak bisa menyamakan perlakuan
kepada semua anak. Tidak bisa menggunakan kata-kata disiplin untuk memfabrikasi mereka
6. Mampu melihat kelebihan setiap anak dan fokus hanya pada kelebihan yang dimiliki masing-
masing anak (termasuk isi raport tidak boleh ada kata-kata yang menunjukkan anak belum
mampu ini-itu, atau perlu dilatih, perlu bimbingan, dan jargon keputus-asaan lainnya )

B. Saran

Sebagai pendidik sebaiknya harus memperhatikan terhadap anak didiknya, karena setiap

13
peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada setiap masanya.
Karakteristik ini dapat dibentuk melalui model pembelajaran selama menempuh
Pendidikan,oleh karena itu makalah ini sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaiamana
model dan ap aitu berfikir kompleks.

14
DAFTAR PUSTAKA

Baer, J. 1993. Creativity and Divergent Thinking: A Task Specific Approach.


London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran cet. 6. Yogyakarta: Media Abadi.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

iv

Anda mungkin juga menyukai